Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nicken Elisande Ria

NIM : A1011201274
Mata Kuliah : Hukum Diplomatik dan Konsuler
Dosen Pengampu : Muhammad Rafi Darajati, SH., MH

Tugas terstruktur Hukum Diplomatik dan Konsuler


Jurnal 1
Judul Penyelesaian Yuridis Tentang Penyadapan sebagai Bagian dari
Kegiatan Spionase yang Dikategorikan dalam Pelanggaran
Kekebalan Diplomatik
Jurnal Perspektif Hukum Journal
Volume & Halaman Vol.15, 218-240
Tahun 2015
Penulis Dita Birahayu
Pengulas Nicken Elisande Ria (A1011201274)
Tanggal 10 Oktober 2022
Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat
diplomatik Australia di Indonesia
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pemahaman yang
lebih baik atau memberikan wawasan tentang pelanggaran
kekebalan diplomatik, khususnya pada masalah penyadapan
atau kegiatan spionase yang dilakukan oleh pejabat diplomat
Australia (sending state) terhadap Indonesia (receiving state)
dan berbagai cara penyelesaiannya menurut Konvensi Wina.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui: prinsip-prinsip
umum dan pengaturan hukum terkait penyadapan dalam
hukum dan HAM internasional dan hukum nasional Indonesia,
praktik penyadapan sebagai ketentuan hukum khusus tidak
dapat dituntut di pengadilan baik untuk kepentingan hubungan
internasional maupun penegakan hukum nasional, tindakan
penyadapan Australia terhadap Indonesia bukan sebagai
kejahatan melainkan pelanggaran kode etik diplomasi
Subjek & Objek Subjek penelitian ini adalah Pelanggaran oleh pejabat
Penelitian diplomatik yaitu Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan
Spionase yang dilakukan oleh Australia terhadap Indonesia.
Asesmen Data Menggunakan daftar bacaan seperti bahan hukum yang terdiri
dari Konvensi Wina 1961, peraturan perundang-undangan
Nasional, buku- buku ilmu hukum, karya-karya ilmiah hukum
dibidang hukum internasional khususnya hukum diplomatik &
konsuler serta laporan penelitian hukum
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif yang menggunakan bahan hukum yang terdiri
dari Konvensi Wina 1961, ketentuan-ketentuan hukum
internasional lainnnya mengenai pejabat diplomatik serta
peraturan perundang-undangan nasional, buku- buku ilmu
hukum, karya-karya ilmiah hukum yang berbentuk fisik
ataupun melalui media online dibidang hukum internasional
khususnya hukum diplomatik & konsuler serta laporan
penelitian hukum
Hasil Penelitian Indonesia telah memiliki Undang-Undang nomor 7 Tahun
1999 tentang Hubungan luar negeri yang pada dasarnya telah
mecakup setiap aspek penting yang fundamental dan mendasar.
Hukum internasional mengenai kekebalan diplomatik diatur di
dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 33 Konvensi Wina 1961
tentang Hubungan Diplomatik. Kekebalan yang dimaksud
dalam Konvensi Wina 1961 ini yaitu meliputi : a. Kekebalan
Pribadi Pejabat Diplomatik yang diatur dalam Pasal 29
Konvensi Wina 1961 yang menyatakan bahwa seorang agen
diplomatik tidak dapat diganggu gugat. Ia tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam bentuk apapun baik dalam
bentuk penahanan ataupun penangkapan. b. Kekebalan
Keluarga Pejabat Diplomatik Termasuk Anggota Staf
Diplomatik dan Pelayanan, yang terdiri dari keluarga pejabat
diplomatik, staf administrasi dan Staf teknik perwakilan
diplomatik, staf pelayanan perwakilan diplomatik, dan
pembantu rumah tangga; c. Kekebalan Yurisdiksi, yang terdiri
dari kekebalan dari yurisdiksi kriminal (Pasal 31 ayat 2
Konvensi Wina 1961) dan yurisdiksi sipil; d. Kekebalan dari
Kewajiban Menjadi Saksi di Pengadilan (Pasal 31 ayat 2
Konvensi Wina 1961); e. Kekebalan gedung perwakilan
diplomatik dan tempat kediaman wakil diplomatic, yang terdiri
dari gedung perwakilan diplomatik dan tempat kediaman, tidak
diganggu gugatnya komunikasi dan arsip perwakilan,
diplomatic bags, dan diplomatic courier.
Kelebihan Penelitian Kelebihan penelitian ini adalah sumber yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu berupa ketentuan-ketentuan hukum
internasional lainnnya mengenai pejabat diplomatik serta
peraturan perundang-undangan nasional, buku- buku ilmu
hukum, karya-karya ilmiah hukum dibidang hukum
internasional khususnya hukum diplomatik & konsuler serta
laporan penelitian hukum.
Kekurangan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah pembahasan yang terlalu
Panjang dan Bahasa yang sulit dipahami, pada bagian penutup
tidak terdapat saran dari penulis.
Kesimpulan secara juridis penyadapan merupakan perbuatan dilarang dalam
hukum dan HAM internasional. Pelanggaran hak dan
kekebalan seorang diplomat merupakan pelanggaran terhadap
Hukum Internasional. Terjadinya pelanggaran yang dilakukan
oleh pejabat diplomatik adalah karena adanya penyalahgunaan
tugas dan kewenangan yang dilakukan oleh pejabat diplomatik
itu sendiri. Kekebalan dan keistimewaan diplomatik bersumber
pada hukum internasional sehingga yang mempunyai hak
untuk memberikan dan menanggalkannya adalah subjek
hukum internasional itu sendiri. Untuk mengatur hubungdan
Kerjasama internasional secara general Indonesia telah
mempunyai Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999,
sedangkan yang bersifat spesifik dan khusus mengenai pejabat
diplomatk dan konsuler atau perwakilan asing, jika tidak diatur
dan tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan
nasional, maka Indonesia tunduk pada Konvensi Wina 1961,
1963, dan 1969.
Rekomendasi Penyadapan pada prinsipnya bertentangan dengan prinsip hak
asasi manusia yang diatur dalam konvenan dan UU 39 Tahun
1999, Indonesia harus memperbaiki kelemahan dalam sistem
dan peralatan perlindungan berita, informasi, percakapan
komunikasi (anti sadap)
Jurnal 2
Judul Penyadapan dalam Hukum Internasional dan Implikasinya
terhadap Hubungan Diplomatik Indonesia dengan Australia
Jurnal Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 2, 183 - 202
Volume & Halaman VOL. 22, 183 – 202
Tahun 2015
Penulis Jawahir Thontowi
Pengulas Nicken Elisande Ria
Tanggal 10 Oktober 2022
Latar Belakang Masalah prinsip-prinsip umum dan pengaturan hukum penyadapan
dalam hukum HAM nasional dan internasional. Kedua,
penyadapan sebagai lex special tidak dapat dituntut hukum
nasional maupun internasional? Ketiga, tindakan penyadapan
Australia terhadap Indonesia bukan sebagai kejahatan
melainkan pelanggaran kode etik diplomasi. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Hasil
penelitian menyimpulkan, pertama: secara yuridis penyadapan
dilarang dalam hukum dan HAM internasional berdasarkan
Universal Declaration of Human Right (UDHR) 1948,
International Covenant on Civil and Political Right (ICCPR)
1966, Konvensi Eropa untuk perlindungan HAM dan
Kebebasan Fundamental (1958) dan Konvensi Wina 1961.
Sedangkan dalam hukum nasional, larangan penyadapan diatur
dalam Pasal 28G ayat (1) UUD 1945, Pasal 32 UU No. 39
Tahun 1999, Pasal 40 UU No 36 Tahun 1999, Pasal 31 ayat (1)
UU No. 11 Tahun 2008, dan Pasal 31 ayat (2) UU No. 11
Tahun 2008. Aksi penyadapan diperbolehkan pada suatu
keadaan mengancam ketertiban dan keamanan negara
sebagaimana diatur dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, UU Narkotika, UU Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, dan UU Intelijen Negara.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Pertama, prinsip-


prinsip umum dan pengaturan hukum terkait penyadapan
dalam hukum dan HAM internasional dan hukum nasional
Indonesia. Kedua, praktik penyadapan sebagai ketentuan
hukum khusus (lex specially) tidak dapat dituntut di pengadilan
baik untuk kepentingan hubungan internasional maupun
penegakan hukum nasional. Ketiga, tindakan penyadapan
Australia terhadap Indonesia bukan sebagai kejahatan
melainkan pelanggaran kode etik diplomasi.
Subjek & Objek Pejabat diplomatik yaitu Penyadapan sebagai Bagian dari
Penelitian Kegiatan Spionase yang dilakukan oleh Australia terhadap
Indonesia
Asesmen Data Menggunakan daftar bacaan seperti bahan hukum yang terdiri
dari Konvensi Wina 1961, peraturan perundang-undangan
Nasional, buku- buku ilmu hukum, karya-karya ilmiah hukum
dibidang hukum internasional khususnya hukum diplomatik &
konsuler serta laporan penelitian hukum
Metode Penelitian Penelitian ini didasarkan pada penelitian normatif, dengan
menekankan pada pencarian bahan-bahan hukum primer, yaitu
pengaturan hukum yang relevan dipergunakan untuk melihat
dan menentukan seberapa jauh tindakan penyadapan dapat
diberikan pembenaran. Baik dalam hukum HAM internasional,
ataupun pengaturan dalam perundang-undangan yang berlaku
nasional di Indonesia. Selain itu, dipergunakan bahan-bahan
sekunder dan tersier yang bersumber dari buku teks relevan,
artikel ataupun karya ilmiah berbentuk fisik ataupun melalui
media online. Hal ini utamanya ditujukan untuk menganalisis
kasus merenggangnya hubungan Indonesia-Australia sebagai
akibat dari praktik penyadapan yang dilakukan Australia.
Namun, penyelesaian hukum menjadi tidak mudah bagi
pemerintah Indonesia untuk menuntut secara hukum,
mengingat obyek dan kondisi penyadapan di era globalisasi
telah berubah menjadi lebih kompleks. Apalagi hampir tiap
negara saat ini idak luput untuk melakukan kerjasama intelijen
akibat kejahatan terorisme sebagai hostis humanis generis.
Hasil Penelitian Berdasarkan beberapa kekentuan bahwa pada prinsipnya
tindakan penyadapan dalam bentuk apapun adalah merupakan
pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Hukum
Internasional menjamin agar tidak seorangpun boleh diganggu
secara sewenang-wenang terkait urusan pribadi, keluarga,
rumah tangga atau hubungan surat-menyuratnya, juga tidak
boleh dilakukan serangan terhadap kehormatan dan
reputasinya.
Kelebihan Penelitian Sistematika penelitian sangat mudah dipahami, menggunakan
kalimat yang mudah dipahami
Kekurangan Penelitian Penutup tidak terdapat kesimpulan dan saran

Perbandingan Jurnal 1 dam 2


Jurnal 2 lebih singkat dan menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti, pada jurnal 1 tidak
dicantumkan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan pada bagian penutup
tidak terdapat saran. Pada jurnal 1 bagian penutup hanya berisikan kesimpulan sedangkan
jurnal 2 tidak terdapat kesimpulan. Metode penelitian dari kedua jurnal ini sama sama
menggunakan metode penelitian normatif, yang menggunakan bahan hukum yang terdiri dari
Konvensi Wina 1961, ketentuan-ketentuan hukum internasional lainnnya mengenai pejabat
diplomatik serta peraturan perundang-undangan nasional, buku- buku ilmu hukum, karya-
karya ilmiah hukum yang berbentuk fisik ataupun melalui media online dibidang hukum
internasional khususnya hukum diplomatik & konsuler serta laporan penelitian hukum.
Tujuan penelitian pada jurnal1 adalah memperoleh pemahaman yang lebih baik atau
memberikan wawasan tentang pelanggaran kekebalan diplomatik, khususnya pada masalah
penyadapan atau kegiatan spionase yang dilakukan oleh pejabat diplomat Australia (sending
state) terhadap Indonesia (receiving state) dan berbagai cara penyelesaiannya menurut
Konvensi Wina. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui: prinsip-prinsip umum dan
pengaturan hukum terkait penyadapan dalam hukum dan HAM internasional dan hukum
nasional Indonesia, praktik penyadapan sebagai ketentuan hukum khusus tidak dapat dituntut
di pengadilan baik untuk kepentingan hubungan internasional maupun penegakan hukum
nasional, tindakan penyadapan Australia terhadap Indonesia bukan sebagai kejahatan
melainkan pelanggaran kode etik diplomasi, sedangkan tujuan Penelitian pada jurnal
bertujuan untuk mengetahui: Pertama, prinsip-prinsip umum dan pengaturan hukum terkait
penyadapan dalam hukum dan HAM internasional dan hukum nasional Indonesia. Kedua,
praktik penyadapan sebagai ketentuan hukum khusus (lex specially) tidak dapat dituntut di
pengadilan baik untuk kepentingan hubungan internasional maupun penegakan hukum
nasional. Ketiga, tindakan penyadapan Australia terhadap Indonesia bukan sebagai kejahatan
melainkan pelanggaran kode etik diplomasi. Secara umum kedua jurnal diatas sama-sama
membahas tentang pelamggaran kekebalan diplomatik yang dilakukan oleh pejabat
diplomatik Australia
Kedua jurnal diatas layak menjadi referensi dan dapat dijadikan sebagai literatur untuk
penelitian selanjutnya dan sebagai rujukan dalam pembuatan latar belakang sebuah penelitian
seperti kajian keilmuan maupun skripsi

Anda mungkin juga menyukai