Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2020

MATA KULIAH : HUKUM PIDANA INTERNASIONAL (2 SKS )


KELAS : 6/C.1.4
HARI / TANGGAL : APRIL 2020
DOSEN : DEWI ROHAYATI, S.H., M.H
SIFAT UJIAN : catatan : jawaban UTS dikumpulkan : Kamis, tgl 16 April 2020 mulai
pukul 18.30-19.30. (60menit). Yang tidak mengumpulkan tepat waktu
dianggap tidak mengikuti UTS.

DIKERJAKAN OLEH :
NAMA : MOCH. TEGUH BARGAWA
NPM : 41151010170205

SOAL :

1. a. Apa yang saudara fahami tentang definisi Hukum Pidana Internasional (international
criminal law) dari Bassiouni sehubungan dengan ”kepribadian yang unik/double
personality dari Hukum Pidana Internasional ?

b. Mengapa Perjanjian Westphalia Tahun 1648 dianggap sebagai titik tonggak lahirnya
HPI? jelaskan!

c. Bahwa asas umum hukum pidana internasional yang bersumber dari hukum
internasional adalah asas pacta sunt servanda” . Jelaskan argumentasi sdr/i mengapa
demikian halnya

d. Bagaimana implikasi yuridis terhadap negara pihak dalam perjanjian berdasarkan asas
pacta sunt servanda dimaksud sehingga perjanjian tersebut menjadi efektif ? Jelaskan!

2. Jelaskan, apa yang diketahui dan difahami tentang Hukum Acara Pidana
Internasional ?!

3. Perhatikan Pasal 1s/d Pasal 9 tentang lingkungan berlakunya KUHP


Bacalah berita dari link web : http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40453151,
seorang WNI terlibat pembunuhan di Singapura, perkara ditangani Polri. Apakah
terhadap kasus yang terjadi dapat dikenakan hukum Indonesia? Jelaskan jawaban sdr/i
dilengkapi dengan dasar hukumnya!

4. Sebut serta jelaskan pula proses instrumen penegakan hukum pidana internasional
(enforcement ) terhadap kejahatan (international crime ) yang mempunyai unsur
transnasional dan unsur internasional (hostis humanis generis) dihubungkan dengan
tingkat keseriusannya ? Jelaskan!

5. Jelaskan arti istilah-istilah di bawah ini :

1
a). delicto jus gentium b). hostis humanis generis c). adhoc tribunal d). direct
enforcement and in-direct enforcement e).tribes

JAWABAN :

1) a. Menurut yang saya pahami hukum pidana internasional itu adalah cabang ilmu hukum
baru yang memiliki aspek hukum pidana nasional, dan aspek hukum internasional, kedua
aspek tersebut bersifat komplementer.

b. Perjanjian Westphalia dianggap sebagai titik tonggak lahirnya hukum pidana


internasional karena sejak munculnya Perjanjian Westphalia perdamai di antara kaum
yang terlibat dalam perang yang berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya. Perjanjian
Westphalia juga menandai berakhirnya perang antara Katolik dan Protestan di Eropa
yang berlangsung selama 30 tahun. Perjanjian Westphalia dinilai penting khususnya
dalam sejarah diplomasi modern. hukum internasional pun mulai berkembang sejak
perjanjian Westphalia muncul. Perjanjian Westphalia mencantumkan banyak aturan dan
prinsip politik masyarakat negara-negara baru, Perjanjian ini meliputi prinsip
penghormatan atas kedaulatan suatu negara dan hak dalam menentukan nasib bangsnya
sendiri, yakni dengan prinsip non-intervention. Dengan hal ini memperkuat teori
kalangan realist dan tradisional bahwa negara-negara merupakan Billiard Ball
Model dimana negara-negara yang ada memiliki status hukum yang sama.

c. Pacta Sunt Servanda merupakan asas hukum yang paling tua dan paling utama yang
mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat mengikat para pihak ibarat undang-
undang. Bila dihubungkan dengan sumber hukum pidana internasional, dapatlah
dipahami bahwa perjanjian internasional menempati urutan teratas dalam hirarki sumber
hukum pidana internasional. Asas Pacta Sunt Servanda
dalam perjanjian internasional merupakan prinsip umum yang diakui oleh negara -
negara. Keberadaan asas ini memberikan kebebasan kepada negara untuk mengikatkan
diri atau tidak dalam perjanjian internasional. Kebebasan ini menjadi penting karena
negara memiliki kedaulatan masing-masing.
.
d. implikasi yuridis kepada negara pihak dalam perjanjian berdasarkan asas Pabca Sunt
Servada dimaksud sehingga perjanjian tersebut menjadi efektif karena konsekuensi dari
penandatanganan dan ratifikasi perjanjian internasional disertai dengan kewajiban untuk
mematuhi asas – asas yang melekat pada perjanjian, slah satunya asas pacta sunt
servanda. Substansi putusan MK Nomor : 33/PUU-IX/2011, asas pacta sunt servanda
yang mendasari semua perjanjian internasional, yaitu kewajiban untuk menempati
perjanjian.

2) Hukum pidana internasional adalah sekumpulan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum


yang mengatur tentang kejahatan internasional yang dilakukan oleh subyek-subyek
hukumnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hukum pidana internasional kaidah-

2
kaidah dan asas-asas hukumnya yang dapat dijumpai dalam bentuk perjanjian-perjanjian
internasional yang substansinya (baik langsung ataupun tidak langsung) mengatur
tentang kejahatan internasional. Undang-undang Dasar tidak memuat ketentuan lengkap
mengenai bagaimana hubungan internasional dan suatu perjanjian internasional harus
dilaksanakan, melainkan hanya memberikan landasan konstitusional presiden selaku
kepala negara atas persetujuan DPR RI, untuk membuat perjanjian internasional.
ketentuan pasal 9 Undang-undang hukum pidana (KUHP,1946).

3) Bahwa terkait kasus tersebut tidak dapat dikenakan hukum Indonesia karena kejadian
tersebut si pelaku melakukan dugaan pembunuhan terhadap majikannya di Singapura
hanya saja di tangkap di Indonesia tetapi harus melihat delik Lecus Deliti, serta pasal
tindak pidana pembunuhan yaitu : 338, s/d 350, dalam pasal Pasal 3 dan Pasal 5. Tidak
menyebutkan bahwa adanya perbuatan pembunuhan ataupun tempat kejadian perkara
pembunuhan. Dalam pasal 3 dan 5 KUHPidana berbunyi sebagai berikut :

Pasal 3, berbunyi : "ketentuan pidana dalam perundang - undangan Indonesia berlaku


bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia".

Pasal 5, berbunyi :

1)  Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi warga


negara yang di luar Indonesia melakukan :

1a. salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua dan pasal-pasal 160,
161, 240, 279, 450, dan 451.
2b. salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut perundang-undangan negara
di mana perbuatan dilakukan diancam dengan pidana.

(2)  Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga jika
tertuduh menjadi warga negara sesudah melakukan perbuatan.

Dalam pasal 3 hanya menyebutkan jika seseorang yang di luar wilayah indonesia
melakukan tindak pidana dalam kendaraan air atau pesawat Indonesia maka orang dapat
dikenakan hukum Indonesia dengan Pasal 3 KUHP , sedangkan kejadian diatas pelaku
melakukan tindak pidana di rumah korban yang mana rumah tersebut bukan milik
Indonesia. Serta dalam pasal 5 tidak ada diatur pasal – pasal pembunuhan sehingga
seseorang yang melakukan tindak pidana pembunuhan di luar Indonesia tidak dapat
dikenakan hukum Indonesia, kecuali pemalsuan uang,surat hutang, pemalsuan sertifikat
dll yang ada pada pasal 4 ayat 3.

3
4) Unsur internasional ini meliputi unsur ancaman secara langsung terhadap perdamaian
dunia, ancaman secara tidak langsung atas perdamaian dan keamanan di dunia dan
menggoyahkan perasaan kemanusiaan. Unsur transnasional meliputi unsur : tindakan
yang memiliki dampak terhadap lebih dari satu Negara, tindakan yang melibatkan atau
memberikan dampak terhadap warga negara dari lebih satu Negara, dan sarana prasarana
serta metode-metode yang dipergunakan melampaui batas teritorial suatu negara.

Dalam penegakan terhadap kejahatan yang memiliki unsur internasional, dan unsur
transnasional harus menentukan negara mana yang berhak mengadili suatu perkara
internasional tersebut, maka diciptakanlah asas-asas hukum yang menjelaskan negara
yang berhak mengadili suatu perkara internasional, asas tersebut adalah asas Yurisdiksi
Negara, sebagai berikut :
a. Prinsip/Asas Teritorial
b. Asas Nasionalitas
c. Asas Personalitas Pasif
d. Asas Protektif
e. Asas Universal

5) Istilah-istilah sebagai berikut :


a. Masyarakat) internasional (delicto jus gentium) adalah landasan sosiologis bagi
berlakunya hukum internasional. Untuk membuktikan ada dan berlakunya hukum
internasional maka terlebih dahulu harus dibuktikan adanya masyarakat
internasional.

b. Musuh umat manusia (hostis humanis generis) criteria tertentu sebagai international
crime, yaitu bahwa pelakunya merupakan musuh umat manusia dan tindakannya
bertentangan dengan kepentingan umat manusia sehingga penegakan hokum
internasionalnya harus dilakukan, dengan melalui hokum kebiasaan internasional
maupun perjanjian internasional, dengan menghukum pelakunya.

c. Ad Hoc tribunal atau Pengadilan ad hoc adalah suatu pengadilan yang sifatnya
sementara atau tidak permanen yang dibentuk untuk menangani kasus khusus.
Pengadilan Ad Hoc banyak dipakai untuk menangani pelanggaran HAM Pengadilan
Ad Hoc dipimpin oleh seorang Hakim Ad Hoc dimana pengadilan Ad Hoc dan
Hakim Ad Hoc tersebut sifatnya hanya sementara.

d. Direct enforcement system (sistem penegakan secara langsung), adalah penegakan


hukum pidana internasional dengan mengajukan penuntutan terhadap pelaku tindak
pidana internasional melalui Mahkamah Pidana Internasional atau International
Criminal Court. Sedangkan Indirect enforcement system (sistem penegakan tidak
langsung), adalah penegakan hukum pidana internasional dengan suatu upaya
mengajukan tuntutan dan peradilan terhadap para pelaku tindak pidana internasional

4
melalui undang-undang nasional. Selain itu dapat dilakukan melalui kerja sama
internasional antara dua negara atau lebih.

e. e. Tribes atau Suku merupakan golongan sosial yang ada di masyarakat yang
digunakan sebagai pembeda suatu golongan satu dengan golongan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai