Anda di halaman 1dari 17

RESUME

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DOSEN PENGAMPU
Hj Surya Aswary SH SpN

Disusun Oleh

Ahmad Ruslan Syah


(2021330050018)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
2021
i|Page
Daftar Isi
A. Hukum Pidana...................................................................................1
B. Hukum Dagang..................................................................................3
C. Hukum Acara Perdata........................................................................4
D. Hukum Acara Pidana.........................................................................5
E. Hukum Tata Usaha Negara................................................................6
F. Hukum Perdata Internasional..........................................................11

i|Page
i|Page
A. Hukum Pidana
a. Pengertian dan Tujuan Hukum Pidana
Hukum pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa
yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat
dijatuhkan terhadap yang melakukannya. Adapun menurut J.B Daliyo, S.H hukum pidana
adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum.
Pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman yang merupakan penderitaan
atau siksaan bagi yang bersangkutan.
Tujuan hukum pidana itu ada dua:
a) Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan perbuatan pidana (fungsi
preventif)
b) Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan yang tergolong perbuatan pidana
agar mereka menjadi orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat (fungsi
Represif)
Dapat disimpulkan bahwa tujuan Hukum pidana adalah untuk melindungi masyarakat.
Apabila seseorang takut untuk melakukan perbuatan tidak baik karena takut dihukum, semua
orang dalam masyarkat akan tentram dan aman. Sebaliknya, jika seseorang telah melakukan
perbuatan pidana dan karenanya dia dihukum, bila orang tersebut kemudian sadar setelah
bertobat dan tidak akan melakukan perbuatan semacam itu lagi, pada akhirnya masyarakat akan
menjadi tentram dan aman. Dengan kata lain tujuan hukum pidana adalah sebagai pemidaan
guna melindungi masyarakat.
b. Sifat publik hukum pidana
Sebelum hukum pidana dikenal sebagai hukum yang bersifat umum publik Setiap peristiwa
yang mengganggu keseimbangan hidup dan merugikan anggota masyarakat yang dapat
dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat masih dianggap sebagai pelanggaran terhadap
kepentingan perorangan. Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum yang bersifat publik
karena mengatur hubungan antara masyarakat dan negara. Hal ini berbeda dari Hukum Perdata
yang bersifat privat yang mengatur hubungan antara warga masyarakat satu dan warga yang
lainnya.
c. Peristiwa Hukum Peristiwa
Pidana yang juga disebut tindak pidana Delight ialah suatu perbuatan atau rangkaian
perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana. Unsur-unsur pidana terdiri dari:
a) Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale) yaitu suatu tindakan perbuatan yang bertentangan
dengan hukum dan mengindahkan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum.
b) Hukum pidana Subjektif (Ius Puniedi) yaitu perbuatan seseorang yang berakibat tidak
dikehendaki oleh undang-undang. Sifat unsur ini mengutamakan adanya pelaku (seorang atau
beberapa orang).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai suatu peristiwa pidana ialah sebagai berikut:
a) Harus ada perbuatan maksudnya memang benar-benar ada suatu kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa orang (Peristiwa).
b) Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam ketentuan hukum, artinya
perbuatan sebagai suatu peristiwa hukum memenuhi syarat isi ketentuan hukum yang berlaku
pada saat itu. Pelakunya memang benar-benar telah berbuat seperti yang terjadi. Pelaku wajib
mempertanggungjawabkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan itu Harus terbukti adanya
kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan, maksudnya bahwa perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa orang itu dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang
disalahkan oleh ketentuan hukum.
1|Page
c) Harus berlawanan dengan hukum, artinya suatu perbuatan yang berlawanan dengan
hukum dimaksudkan kalau tindakan nyata nyata bertentangan dengan hukum.
d) Harus tersedia ancaman hukum maksudnya kalau ada ketentuan yang mengatur tentang
larangan atau keharusan dalam suatu perbuatan tertentu kandungan itu memuat sanksi ancaman
hukumannya.
d. Hukum Pidana Indonesia
Hukum Pidana Indonesia bentuknya tertulis dikodifikasikan dalam sebuah kitab undang-
undang. Dalam perkembangannya banyak yang tertulis tidak dikodifikasikan an-nur. Hukum
pidana yang tertulis dikodifikasi kan itu tertera ketentuan ketentuannya di dalam Kitab undang-
undang hukum pidana atau KUHP yang berasal dari zaman pemerintah penjajahan Belanda
Sejarah singkat berlakunya kitab undang-undang pidana Pada zaman penjajahan Belanda
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia bercorak “dualistis”. Corak dualistis itu
maksudnya bahwa bagi orang Eropa berlaku 1 sistem hukum Belanda. Sementara itu bagi
orang-orang lainnya sebagai penghuni Indonesia berlaku 1 sistem hukum masing-masing
Sistematika kitab undang-undang hukum pidana atau KUHP Kitab undang-undang hukum
pidana yang terdiri atas 569 pasal secara sistematika dibagi dalam:
Buku 1: memuat tentang ketentuan-ketentuan hukum (algemene Leerstrukken) Pasal 1- 103.
Buku 2: mengatur tentang tindak pidana kejahatan (Misdrijven) – Pasal 104-488
Buku 3: mengatur tentang tindak pidana pelanggaran (Overstrendingen) - Pasal489-569.
Asas berlakunya Hukum Pidana tercantum pada pasal 1 ayat 1 KUHP yang memiliki asas
legalitas itu mengandung beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:
a) Hukum Pidana hanya berlaku terhadap perbuatan setelah adanya peraturan. Maksudnya,
Hukum Pidana itu tidak dapat berlaku surut.
b) Dengan adanya sanksi pidana, hukum pidana bermanfaat bagi masyarakat yang bertujuan
tidak akan ada tindakan pidana.
c) Menganut adanya kesamaan kepentingan, yaitu selain memuat ketentuan tentang
perbuatan pidana juga mengatur acaman hukumannya.
d) Kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.
Ruang lingkup berlakunya hukum pidana. Aturan hukum pidana berlaku bagi setiap orang
yang melakukan tindakan pidana sesuai asas ruang lingkup berlakunya kitab undang-undang
hukum pidana asas ruang lingkup berlakunya hukum pidana itu ada empat yaitu
a) Asas teritorial
b) Asas personal (nasional aktif)
c) Asas perlindungan (nasional pasif)
d) Asas universal
Sistem Hukum Sistem hukum yang dicantumkan pasal 10 menyatakan bahwa hukum yang
dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana sebagai berikut:
a) Hukuman pokok atau (Hoofd Straffen)
1. Hukuman Mati.
2. Hukuman Penjara.
3. Hukuman Kurungan.
4. Hukuman Denda.
b) Hukuman Tambahan
1. Pencabutan beberapa hak tertentu.
2. perampasan barang-barang tertentu.
3. pengumuman putusan Hakim.
Perkembangan hukum pidana Indonesia Beberapa aturan hukum pidana Indonesia yang
perlu diketahui sebagai perkembangan aturan hukum selain undang-undang lalu lintas yang
2|Page
telah lama berlaku adalah sebagai berikut:
a) Pemberantasan kegiatan subversi diatur berdasarkan Penetapan Presiden nomor 11 tahun
1963.
b) Pemberantasan tindak pidana korupsi diatur dalam undang-undang nomor 3 tahun 1971.
c) Penerbitan perjudian diatur dalam undang-undang nomor 7 Tahun 1974.
d) Pemberantasan narkotika, diatur dalam undang-undang nomor 9 tahun 1976.
e) Pemberantasan tindak pidana korupsi, undang-undang Nomor 31 tahun 1999.
f) Perbankan dengan sanksi pidana, undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo.
g) Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
h) Perlindungan Konsumen, undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.
B. Hukum Dagang
Hukum dagang adalah ilmu yang mengatur hubungan antara suatu pihak dengan pihak lain
yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang. Definisi lain menyatakan bahwa hukum dagang
merupakan serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan
Hukum dagang adalah keseluruhan aturan hukum (internasional) yang mengatur perdagangan
antara perusahaan yang membeli atau menjual, mengangkut atau memproduksi sesuatu secara
nasional atau internasional.
Sumber-sumber Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada
a. Hukum Tertulis yang dikodifikasikan, yaitu:
a) KUHD (WK)
b) KUH Perdata (BW)
b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal berhubungan dengan perdagangan. Misalnya UU Koperasi, UU Hak
Cipta, Surat Keputusan menteri di Bidang Ekonomi dan Keuangan.
Ruang Lingkup Hukum Dagang
Peraturan hukum dagang meliputi berbagai unsur yang melibatkan perantaraan produsen dan
konsumen. Berikut ruang lingkup hukum dagang:
a) Kontrak Bisnis
b) Jual beli
c) Hak atas kekayaan intelektual Merger dan akuisisi
d) Bentuk-bentuk perusahaan
e) Penanaman modal asing
f) Perusahaan go public dan pasar modal
g) Perkreditan dan pembiayaan
h) Jaminan hutang
i) Surat berharga
j) Perlindungan konsumen
k) Asuransi
l) Keagenan dan distribusi
m) Perpajakan
n) Bisnis internasional
o) Hukum pengangkutan (darat, laut, udara, dan multimoda)
p) Penyelesaian sengketa bisnis
q) Anti monopoli
r) Perburuan
s) Pekerjaan orang perantara (makelar, komisioner, pedagang, dan sebagainya)
Contoh Kasus Hukum Dagang
3|Page
Sengketa ayam geprek bensu antara benny sujono dan ruben onsu, Gudam garam dan gudang
garam baru, merek pasta gigi Unilever dan hardwood private limited.

4|Page
C. Hukum Acara Perdata
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana menjamin
ditaatinya hukum perdata material dengan perantaraan hakim. Atau dengan kata lain Hukum
acara perdata adalah hukum yang mengatur bagaimana caranya mengajukan serta
melaksanakan keputusan tersebut. Mengajukan tuntutan hak berarti meminta perlindungan
hukum terhadap haknya yang dilanggar oleh orang lain. Tuntutan hak dibedakan menjadi dua:
a. Tuntutan hak yang didasarkan atas sengketa yang terjadi dinamakan gugatan. Dalam
tuntutan semacam ini minimal ada dua belah pihak yang terlibat, yaitu pihak penggugat (yang
mengajukan tuntutan hak) dan pihak yang tergugat (orang atau lembaga yang dituntut).
b. Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa lazimnya disebut permohonan. Dalam
tuntutan hak yang kedua ini hanya ada satu pihak saja yang terlibat.
Hukum Acara Perdata meliputi tiga tahap tindakan yaitu Tindakan Tahap Pendahuluan
(merupakan persiapan menuju ke Penentuan atau Pelaksanaan), Tahap Penentuan (diadakan
pemeriksaan peristiwa dan sekaligus pembuktian serta keputusannya, dan Tahap Pelaksanaan
(diadakannya pelaksanaan dari putusan).
Tujuan dari Hukum Acara Perdata adalah untuk melindungi hak seseorang yang diberikan
oleh hukum acara perdata melalui peradilan perdata. Fungsi dari Hukum Acara Perdata adalah
untuk mengatur bagaimana caranya seseorang mengajukan tuntutan haknya, bagaimana negara
melalui aparatnya memeriksa dan memutuskan perkara perdata yang diajukan kepadanya.
Dengan kata lain Hukum acara perdata berfungsi adalah sebagai sarana untuk menuntut dan
mempertahankan hak seseorang.
Asas-asas hukum acara perdata itu diuraikan sebagai berikut:
a) Hakim bersikap Menunggu
b) Hakim berifat Pasif
c) Persidangan bersifat Terbuka
d) Mendengarkan kedua belah pihak
e) Putusan harus disertai alasan-alasan
f) Beracara dikenakan biaya
g) Tidak ada keharusan mewakilkan
Pihak-pihak yang terlibat dalam hukum acara perdata yakni penggugat dan tergugat. Seorang
kuasa untuk penggugat maupun untuk tergugat harus memenuhi salah satu syarat berikut:
a) Harus mempunyai surat kuasa khusus (Pasal 123 (1) HIR atau Pasal 147 (1) Rbg).
b) Ditunjuk sebagai kuasa atau wakil badan persidangan (Pasal 123 (1) HIR (1) Rbg).
c) Memenuhi Syarat dalam peraturan menteri kehakiman 1/1965 tanggal 28 Mei 1965 jo
keputusan menteri kehakiman No. J.P.14/2/11 tanggal 7 Oktober 1965 tentang pokrol.
d) Telah terdaftar sebagai advokat.
Adapun yang bertindak sebagai kuasa atau wakil negara berdasarkan S.1922 No.522 dan
Pasal 123 (2) HIR dan pasal 123 (2) atau pasal 147 (2) Rbg adalah:
a) Pengacara negara yang diangkat oleh pemerintah.
b) Jaksa.
c) Orang-orang tertentu atau pejabat-pejabat tertentu yang diangkat atau ditunjuk.
Alat-alat bukti dalam perdataan menurut undang-undang (Pasal 164 HIR,284 Rbg dan 1866
BW) adalah Bukti tertulis (surat atau akta Autentik), Bukti saksi, Persangkaan, Pengakuan, dan
Sumpah.

5|Page
D. Hukum Acara Pidana.
Hukum acara pidana disebut juga hukum pidana formal mengatur Cara Pemerintah menjaga
kelangsungan pelaksanaan hukum pidana material. Dikodifikasikan dalam kitab undang-
undang hukum acara pidana atau KUHAP.KUHAP itu diundangkan berlakunya sejak tanggal
31 Desember 1981 melalui lembaga negara Republik Indonesia Nomor 7 enam, tambahan
lembaga negara nomor 3209 titik tujuan mengkodifikasikan hukum acara pidana itu terutama
sebagai pengganti reglement Indonesia baru atau RIB.RIB aalah tentang acara pidana yang
sangat tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakat dengan sasaran memberikan
perlindungan kepada hak-hak asasi manusia. Fungsi menyelesaikan masalah dalam
mempertahankan kepentingan umum ketentuan-ketentuan KUHAP yang terdiri dari 286 Pasal
itu menurut pasal dua bahwa KUHAP berlaku untuk melaksanakan tata cara peradilan dalam
lingkungan peradilan umum maksudnya ruang lingkup berlakunya KUHP ini mengikuti asas-
asas hukum pidana dan yang berwenang mengadili tindak pidana berdasarkan KUHAP hanya
peradilan umum kecuali ketentuan lain oleh undang-undang itu untuk menyelesaikan KUHAP
dpt diketahui beberapa hal penting seperti diuraikan di bawah ini:
Asas praduga tidak bersalah
Dalam pasal 8 undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 dinyatakan bahwa” setiap orang yang
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib
dianggap tidak bersalah sebelum adanya keputusan pengadilan, ia mengatakan kesalahannya
dan
memperoleh kekuatan hukum yang tetap”. Berapa lamakah seseorang dapat ditahan? Ada tiga
kategori lamanya penahanan seseorang berdasarkan pasal 24 sampai 30 KUHAP. Penahanan
dapat dilakukan oleh Polisi selama 1 hari dan selama-lamanya 20 hari yang diperpanjang oleh
penuntut umum atau jaksa
Kalau penahanan dilakukan oleh penuntut umum selama-lamanya 20 hari dan dapat
diperpanjang oleh ketua pengadilan selama 30 hari. Setelah waktu 50 hari, tersangka harus
sudah tahanan.
Hakim pengadilan negeri dalam kepentingan nya untuk pemeriksaan (proses persidangan) dapat
melakukan penahanan paling lama 30 hari dan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan
selama 60 hari titik Setelah ah 90 hari lamanya penahanan walaupun perkara itu belum diputus,
terdakwa harus sudah keluar dari tahanan.
Koneksitas
Perkara koneksitas yaitu tindak pidana yang dilakukan bersama-sama antara seorang atau lebih
yang hanya dimiliki oleh peradilan umum dan seorang atau lebih hanya dapat diadili oleh
Peradilan Militer. Menurut pasal 89 ayat 1 dinyatakan bahwa “Tindak pidana yang dilakukan
bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan
Peradilan Militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum,
kecuali Jika menurut keputusan menteri pertahanan dan keamanan dengan persetujuan Menteri
Kehakiman perkara itu harus
diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer”
Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan.
Pelaksanaan putusan perkara pidana dalam tingkat pertama yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap dilakukan oleh Jaksa dalam melaksanakan putusan eksekusi itu ketua pengadilan
melakukan tugas pengawasan dan pengamatan titik dalam pasal 277 ayat 1 KUHP dinyatakan
bahwa “Pada setiap pengadilan harus ada Hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu
ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan yang
menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan”.
Lembaga peradilan khusus ini antara lain sebagai berikut:
6|Page
Peradilan agama Peradilan tata usaha

7|Page
E. Hukum Tata Usaha Negara
Hukum tata usaha negara adalah serangkaian kaidah, norma, dan prinsip hukum yang
mengatur penyelenggaraan hukum administrasi negara
Sumber hukum Tata Usaha Negara dapat dibedakan menjadi dua katagori, yaitu:
HUKUM TERTULIS.
Berupa peraturan perundang-undangan dalam arti material yang berisi pengaturan
tentangwewenang badan atau pejabat TUN untuk melakukan tindakan-tindakan hukum TUN
dan yang mengatur tentang kemungkinan untuk mengganggu gugat tindakan-tindakan hukum
TUN yang bersangkutan. Hukum tertulis dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :-
peraturan perundang- undangan hukum TUN yang bersifat umum yang berisi ketentuan yang
mengatur tentang bentuk dan isi tindakan hukum TUN serta hubungan-hubungan hukum yang
dilahirkannya pada umumnya;- peraturan perundang-undangan hukum TUN yang bersifat
khusus yang memberikan wewenang- wewenang kepada para badan atau pejabat TUN untuk
melakukan tindakan-tindakan hukum TUN dalam mengurus atau mengatur suatu bidang
kehidupan dalam masyarakat.Sumber hukum tertulis tersebut meliputi : UUD 1945 pasal; 24
dan 25, UU No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman berikut
perubahannya, UU No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung berikut perubahannya, UU
No. 5 tahun tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo UU No. 9 tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun
2009 tentang Amandemen UU No. 5 tahun 1986.
HUKUM TIDAK TERTULIS
Sumber hukum ini berkembang dalam teori hukum dan jurisprudensi pemerintahan
maupun peradilan yang berkembang dalam praktek pemerintahan yang disebut AAUPB, yaitu
Asas kepastian hukum; Asas tertib penyelenggaraan negara; Asas keterbukaan; Asas
proporsionalitas; Asas profesionalitas; dan Asas akuntabilitas.
Karakteristik hukum tata usaha negara
Karakteristik utama yang membedakan hukum acara peradilan tata usaha negara dengan
hukum acara perdata adalah bahwa hukum acaranya bersama-sama diatur dalam hukum
materialnya, yaitu dalam UU no. 5 tahun 1986 jo UU no. 9 tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun
2009.
Karakteristik hukum acara peradilan tata usaha negara adalah :
Peranan hakim yang aktif karena ia dibebani tugas untuk mencari kebenaran
materil.Kompensasi ketidakseimbangan antara kedudukan Penggugat dan Tergugat (jabatan
tata usah negara).
Ciri Sengketa Tata Usaha Negara :
Para pihak yang bersengketa: orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat
tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah;
Diselesaikan di pengadilan tata usaha negara; Keputusan tata usaha negara sebagai objek
sengketa; Dengan mengajukan gugatan tertulis;
Terdapat tenggang waktu mengajukan gugatan: 90 hari terhitung sejak saat diterimanya
atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;
Asas praduga tak bersalah;
Peradilan In Absentia;
Pemeriksaan perkara dengan acara biasa, acara cepat, dan acara singkat.
Hukum Internasional
Peristilahan Istilah hukum internasional yang paling sering digunakan hanya dalam arti
“Hukum
Internasional Publik”. Sementara itu, publikasi internasional itu menyimpan buku-buku yang
terjadi dan organisasi antarnegara dalam hubungan antarnegara dengan ketenteraman hidup.

8|Page
Akan tetapi, hubungan hukum yang terjadi antara seseorang dan orang lain yang berlainan
warga negaranya dalam sebuah negara yang berkenaan dengan keperdataan, seolah-olah tidak
menjadi tanggung jawab dari suatu peristiwa hukum peristiwa hukum keperdataan itu.
Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam percaturan internasional dewasa ini terdapat hukum
yang mengatur kepentingan negara dan warga negaranya yaitu :
Hukum internasional publik yang lazim disebut hukum internasional (HI): Hukum
internasional privat yang dinamakan hukum perdata nasional (HPI).
Kedua Hukum tersebut selalu mengandung unsur unsur asing, yaitu hubungan hukum yang
terjadi berkenaan dengan sebuah negara dan negara lain.
Hukum Internasional Publik
Istilah dan Sifat Hukum Internasional
Kumpulan peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antar negara merdeka dan
berdaulat dalam bahasa Indonesia diistilahkan sebagai hukum antarnegara dan juga disebut
hukum bangsa- bangsa. Istilah hukum bangsa-bangsa itu merupakan terjemahan dari bahasa
Belanda volkrnecht, bahasa Perancis droit De GENS, bahasa Inggris Law on notions dan
bahasa Jerman Volkerrecht 4 Istilah dari -Ius genetium (Hukum Romawi)
Sumber-sumber hukum internasional
Secara formal, sumber-sumber hukum internasional itu Dapat dibaca dalam pasal 38 ayat 1
piagam Mahkamah Internasional. Menurut ketentuan pasal ini dinyatakan bahwa mahkamah
Internasional itu “whose function is to decide in accordance with international lawas such
disputes as are submitted to itu, shall apply ;
International conventions, whether general or particular, Establishing rules expressly
recognized by contesting Stated;
International custom , as evidence of a general practice accepted as law; The general
principles of law recognized by civilized nations;
Subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the teachings of the most
highly qualified publicists of the various nations as subsidiary means for the determinations of
rules of law”.
Perjanjian internasional
Perjanjian internasional ialah suatu ikatan hukum yang terjadi berdasarkan kata sepakat
antara negara-negara sebagai anggota organisasi bangsa-bangsa. Hal itu dilakukan dengan
tujuan melaksanakan hukum tertentu yang mempunyai akibat hukum tertentu.
Dalam perjanjian itu diperlukan adanya:
Negara-negara yang tergabung dalam organisasi; Bersedia mengadakan ikatan hukum
tertentu; Kata sepakat untuk melakukan sesuatu, dan
Bersedia menanggung akibat-akibat hukum yang terjadi.
Subjek-subjek hukum nya yang terdiri dari negara-negara sebagai anggota organisasi
bangsa-bangsa akan terikat kepada kita sepakat yang diperjanjikan titik suatu perjanjian
internasional yang terjadi akan membuat hukum yaitu sebagai sumber hukum antar negara yang
mengakibatkan diri.Pedoman dalan pergaulan hukum.
Contoh : Declaration of Paris 1856, Charter of the United Nationals, dan sebagainya.
Kebiasaan Internasional. Hukum kebiasaan yang berlaku antar negara-negara dalam
mengadakan hubungan hukum dapat diketahui dari praktik pelaksanaan pergaulan negara-
negara itu titik peraturannya sampai sekarang sebagian besar masih merupakan bagian dari
kumpulan peraturan hukum internasional. Walaupun demikian keadaannya suatu hal yang
penting ialah diterimanya suatu kebiasaan sebagai hukum yang bersifat umum dan kemudian
menjadi hukum kebiasaan internasional. Misalnya saja peraturan yang mengatur tentang cara-
cara mengadakan perjanjian internasional.
Prinsip-prinsip hukum umum
9|Page
Prinsip-prinsip hukum umum yang dimaksudkan yaitu dasar-dasar sistem hukum pada
umumnya yang berasal dari asas hukum Romawi.
Menurut Sri Setianingsih Suwardi, S.H., fungsi dari prinsip-prinsip hukum umum ini ada 3.
Sebagai pelengkap dari hukum kebiasaan dan perjanjian internasional.
Misalnya : Mahkamah Internasional tidak dapat menyatakan “non Liquet” yaitu tidak dapat
mengadili karena tidak ada hukum yang mengaturnya. Akan tetapi dengan adanya sumber ini di
mahkamah bebas bergerak.
Sebagai alat penafsiran bagi perjanjian internasional dan hukum kebiasaan titik maksudnya
kedua sumber hukum itu harus sesuai dengan asas asas hukum umum.
Sebagai pembatasan bagi perjanjian internasional dan hukum kebiasaan. Misalnya
perjanjian internasional tidak dapat memuat ketentuan yang bertentangan dengan asas hukum
umum.
Yurisprudensi dan anggapan anggapan para ahli hukum internasional
Yurisprudensi internasional (judical decisions) dan anggapan anggapan para ahli hukum
internasional (the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations) hanya
merupakan
“subsidiary means for the determination of rules lawas”. Maksudnya, putusan hakim dan
anggapan- anggapan para ahli hukum internasional itu hanya digunakan untuk membuktikan
dipakai tidaknya kaidah hukum internasional berdasarkan sumber hukum primer. Contohnya
seperti perjanjian internasional, kebiasaan internasional dan prinsip-prinsip hukum umum
dalam menyelesaikan perselisihan internasional.
Subjek hukum internasional
Yang dimaksud dengan subjek hukum internasional ialah setiap negara, badan hukum
internasional atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam hubungan hukum
internasional.
Subjek hukum internasional itu antara lain ialah sebagai berikut. Negara
Negara
Negara sebagai subjek hukum internasional yaitu negara yang merdeka berdaulat dan tidak
merupakan bagian dari suatu negara titik negara yang berdaulat artinya negara yang
mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh terhadap warga negara dalam lingkungan
kewenangan negara itu.
Tahta suci
Yang dimaksud Tahta suci (Heilige Stoel) ialah Gereja Katolik Roma yang diwakili oleh
Paus di Vatikan. Walaupun Vatikan bukan sebuah negara sebagai Andi syaratkan negara pada
umumnya. Tata suci itu mempunyai kedudukan sama dengan sebuah negara sebagai subjek
hukum internasional.
Manusia
Manusia sebagai individu dianggap merupakan subjek hukum internasional. Hal itu kalau
dalam tindakan atau kegiatan yang dilakukan memperoleh Penilaian positif atau negatif sesuai
kehendak damai kehidupan masyarakat dunia.
Misalnya : pertanggungjawaban individu terhadap timbulnya Perang Dunia II. Organisasi
Internasional
Organisasi internasional
Organisasi Internasional dapat didefinisikan, sesuai dengan Komisi Hukum Internasional
sebagai organisasi yang didirikan oleh perjanjian atau instrumen lain yang diatur oleh hukum
internasional dan memiliki kepribadian hukum internasionalnya sendiri. Menurut Quincy
Wright, organisasi internasional adalah seni menciptakan dan mengatur organisasi umum dan
regional yang terdiri dari negara-negara merdeka untuk memfasilitasi kerjasama dalam maksud
dan tujuan yang sama.
10 | P a g e
Organisasi internasional lahir dari kebutuhan akan kerja sama. Seiring dengan
perkembangan sosial, ketergantungan dengan yang lain semakin meningkat, hal ini berlaku
dalam masyarakat domestik dan juga masyarakat iinternasional organisasi internasional yang
bertujuan untuk kepentingan sosial, ada juga seperti organisasi untuk memperbaiki dan
mempertinggi pengajaran, pemberantasan kelaparan, pemberantasan penyakit tomat dan
sebagainya.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
Perserikatan bangsa-bangsa ( PBB ) sebagai organisasi internasional yang bersifat
universal didirikan pada tanggal 26 Juni 1945 di San Francisco sebagai pengganti Liga bangsa-
bangsa. Tujuan organisasi internasional ini dicantumkan dalam Mukadimah piagam nya yang
menegaskan bahwa:
Kami rakyat dari Perserikatan bangsa-bangsa bermaksud untuk menyelamatkan keturunan
kami dari siksaan perang yang telah dua kali dalam seumur manusia menimbulkan
kesengsaraan yang tidak ada akhirnya bagi manusia, serta:
Memperkuat lagi keyakinan hak-hak dasar manusia, kemuliaan dan derajat tinggi manusia.
Menciptakan suasana akan keadilan dan penghargaan terhadap kewajiban-kewajiban yang
timbul dari Perjanjian perjanjian internasional dan lain-lain sumber hukum internasional dapat
dipelihara, serta
Memajukan masyarakat dan mempertinggi tingkat hidup yang baik dalam suasana
kemerdekaan yang lebih luas dan untuk melaksanakan cita-cita itu,
Menciptakan kesabaran dan hidup bersama sebagai tetangga yang baik dalam keadaan
damai dan terjamin serta
Mempersatukan kekuatan kami supaya perdamaian dan keamanan internasional tetap
terpelihara serta
Menjamin, dengan mengaku asas-asas yang tertentu Dengan melakukan cara-cara tertentu
agar ketentuan senjata tidak akan digunakan, kecuali untuk keperluan bersama serta
Memperkuat aparat internasional untuk menyelenggarakan kemajuan ekonomi dan sosial
Semua bangsa. Tujuan yang dicantumkan dalam Mukadimah ini kemudian diulang lagi dalam
pasal 1 piagam PBB. Sementara itu asas-asasnya dicantumkan dalam pasal 2 yang
menyebutkan:
Perserikatan bangsa-bangsa berasaskan kepada persamaan kedaulatan
Semua anggota akan menjamin hak-hak yang timbul sebagai anggota dan akan memenuhi
kewajibannya dengan penuh kesetiaan.
Dalam hubungan internasional setiap anggota akan menghindarkan diri dari ancaman dan
penggunaan kekerasan bagi keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik suatu negara.
Setiap anggota wajib membantu PBB dalam kegiatan yang diambil berdasarkan ketentuan
piagam
PBB akan menjamin agar bagi negara yang bukan anggota bertindak sesuai dengan asas-
asas PBB dalam kepentingan yang dianggap perlu untuk perdamaian dan keamanan
internasional.
PBB tidak akan ikut campur urusan dalam negeri suatu negara.
Berdasarkan tujuan dan asas-asas ini, maka dalam pergaulan internasional PBB
menyelenggarakan kegiatan melalui 6 aparat perlengkapan utamanya, adalah sebagai berikut.
Majelis Umum ( General Assembly ) Dewan Keamanan ( Security Council )
Dewan Ekonomi Dan Sosial ( Economic and Social Council ) Dewan Perwakilan
( Trycteeship Council )
Mahkamah Internasional ( International Court Of Justice ) Sekretariat ( Secreatary )
Persatuan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara

11 | P a g e
Organisasi kerja sama Asia Tenggara yang di beri nama ASEAN (Associotion of South
East Asia Nations Atau Persatuan bangsa-bangsa Asia Tenggara didirikan melalui deklarasi
ASEAN tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok Thailand negara-negara pendirinya ialah
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Organisasi ini didirikan tanpa keanggotaan terbatas titik maksudnya, terbuka bagi setiap
negara yang terletak di lingkup geografis Asia Tenggara. Maksud dan tujuan organisasi ini inti
utamanya ialah kerja sama dalam mencapai kesejahteraan hidup bertetangga baik dalam
bernegara. Hal ini antara lain meliputi:
Pertumbuhan yang cepat dalam bidang ekonomi, kemajuan sosial dan kebudayaan;
Memelihara perdamaian dan stabilitas regional;
Kerjasama dan saling membantu dalam kepentingan bersama Memajukan studi tentang
Asia Tenggara
Untuk mencapai maksud dan tujuan ini kau ada barat perlengkapan nasihat di TK barat
kelengkapan ASEAN yaitu diuraikan di bawah ini:
Pertemuan dari kepala pemerintahan negara anggota
Pertemuan Menteri luar Negeri
Komite Kerja

12 | P a g e
F. Hukum Perdata Internasional
a. Istilah, Sifat dan Tujuan
Hukum perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan keperdataan yang melintasi batas negara, atau hukum yang mengatur hubungan
keperdataan antarsubjek hukum masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang
berlainan.
Hukum perdata internasional adalah keseluruhan peraturan dan putusan hukum yang
menentukan hukum mana yang berlaku dalam hal terjadinya sengketa antara dua atau lebih
orang dengan kewarganegaraan yang berbeda-beda.
Hukum perdata internasional mempertanyakan di yurisdiksi mana sengketa harus
diselesaikan, hukum mana yang dipakai dalam menyelesaikan sengketa tersebut, dan
bagaimana penegakan terhadap hukum asing.
b. Asas-asas Hukum Perdata Internasional di Indonesia
Terdapat tiga asas hukum perdata internasional yang lahir pada masa ini yakni:
(i) asas lex rei sitae atau lex situs, mengatur tentang benda-benda tidak bergerak di tempat
benda tersebut berada;
(ii) asas lex domicili, mengatur tentang hak dan kewajiban subjek hukum berdasarkan
tempat tinggalnya; dan
(iii) asas lex loci
Hukum Acara Perdata
Hukum acara perdata adalah serangkaian kaidah, prosedur, dan peraturan hukum yang
mengatur tentang pelaksanaan formil hukum perdata dalam tata hukum positif sebuah negara.
Hukum acara perdata yang mengatur tentang penyelesaian konflik dan menyangkut unsur unsur
asing yang di dalamnya belum ada. Akan tetapi, kalau memang terjadi sama peristiwa yang
menghendaki punya sayanya di pengadilan, sudah merupakan kewajiban Hakim untuk
memeriksa.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai