Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS KASUS BRIGADIR J DAN KASUS KANJURUHAN MALANG


Disusun untuk memenuhi Nilai Tugas Semester III
Mata Kuliah: Hukum Islam
Dosen Pengampu: Zulkifli, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
RIZKA WULANDARI
(2021330050047)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
TAHUN 2022
Jl. Pulomas Selatan Kav. No.23, RT.4/RW.9, Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta
Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13210
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari panjatkan Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa dan maha
penyayang, Tuhan yang telah melipahkan rahmat dan karunianya sehingga memudahkan penulis
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun makalah ini berjudul
“Analisis Kasus Brigadir J dan Kasus Kajuruhan Malang.”
Adapun dengan ini penulis menyusun makalah dalam rangka sebagai bentuk penilaian
tugas Semester III Mata Kuliah Hukum Islam. Adapun tujuan lain dari pembuatan makalah ini
adalah untuk menambah wawasan tentang kasus Kajuruhan Malang dan kasus Ferdy Sambo,
serta menganalisis kedua kasus tersebut.
Tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulkifli, S.H., M.H. Selaku
dosen Hukum Islam yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami sebagai penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang penulis
miliki. Maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari teman-teman ataupun dosen agar di lain
waktu Penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.

Jakarta, 17 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................................................................2
BAB II KRONOLOGI KASUS BRIGADIR J............................................................................3
A. Kronologi Berdasarkan Timeline....................................................................................................3
BAB III KRONOLOGI KASUS KANJURUHAN MALANG..................................................6
A. Kronologi Berdasarkan Lini Masa..................................................................................................6
BAB IV ANALISIS KEDUA KASUS BERDASARKAN HUKUM ISLAM...........................8
A. Analisis Kasus Brigadir J Berdasarkan Hukum Islam..................................................................8
B. Analisis Kasus Kanjuruhan Berdasarkan Hukum Islam..............................................................9
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindak pidana pembunuhan berencana merupakan tindak pidana pembunuhan yang
didahului oleh rencana pembunuhan terlebih dahulu. Namun, pengertian dan syarat unsur
berencana dalam tindak pidana pembunuhan berencana tidak dirumuskan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Keadaan demikian menjadikan pengertian dan syarat unsur
berencana mengalami dinamika. Pada konteks ini, dibutuhkan kepekaan hakim dalam
menganalisis, mempertimbangkan, dan memutus perkara tindak pidana pembunuhan berencana,
sebagaimana dalam Putusan Nomor 201/Pid.B/2011/PN.Mrs.
Memasuki pertengahan tahun 2022, publik Indonesia dihebohkan dengan rentetan kasus
pelanggaran kemanusiaan yang melibatkan aparat keamanan negara. Setidaknya ada dua
kasus besar yang secara tajam menyoroti kinerja institusi kepolisian Republik Indonesia
beberapa bulan terakhir. Diawali dengan kasus pembunuhan polisi yang didalangi eks Kadiv
Propam Polri Ferdy Sambo pada 8 Juli lalu dan seakan membuka kotak Pandora dari
ketidakdisipilinan institusi kepolisian negara. Kemudian yang terbaru adalah Tragedi
Kanjuruhan Malang yang menewaskan setidaknya 134 orang dan melukai lebih dari 700
supporter Aremania karena penggunaan gas air mata berlebih saat mengamankan
pertandingan sepakbola.
Rangkaian peristiwa kelam yang melibatkan nama-nama besar dari lembaga penting itu
sangat mencederai dimensi hukum negara utamanya karena adanya muatan pelanggaran hak
asasi manusia (HAM) berat. Dorongan berbagai pihak atas mendesaknya dilakukan
investigasi yang holistik sesegara mungkin sesuai dengan aturan yang berlaku menghantam
Polri. Bagaimana tidak, citra baik Polri yang selama ini seakan berada di atas angin, justru
berbalik menjatuhkan harkat martabatnya sendiri sekaligus berimplikasi pada merosotnya di
mata publik apabila dibandingkan dengan awal tahun sebelum terjadinya kasus-kasus besar
tersebut.
Apabila dilihat dari sudut pandang hukum islam, terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan hadist
yang menjelaskan sanksi pelaku pembunuhan, mulai dari dosa besar hingga ancaman
dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. Begitu pun dengan peristiwa yang terjadi di Stadion
Kanjuruhan Malang. Terdapat ayat-ayat Al-Qur’an serta hadist yang menjelaskan efek atau
dampak dari sifat yang memicu terjadinya kerusuhan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi kasus Brigadir J?
2. Bagaimana Kronologi kasus Kanjuruhan Malang?
3. Bagaimana analisis kedua kasus tersebut berdasarkan Hukum Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui alur kronologi kasus Brigadir J.
2. Untuk memahami alur kronologi kasus Kanjuruhan Malang.
3. Untuk mengetahui analisis kedua kasus tersebut berdasarkan Hukum Islam.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yakni diharapkan menjadi wawasan mengenai
kasus Brigadir J dan Kasus Kanjuruhan Malang. Penulis berharap makalah dapat memberikan
pemahamaan baik untuk penulis sendiri ataupun pihak lain yang membaca makalah ini, serta
mejadi referensi bagi pembaca agar lebih memahami tentang kedua kasus tersebut agar
menghindari kejadian serupa di masa mendatang.
BAB II KRONOLOGI KASUS BRIGADIR J

A. Kronologi Berdasarkan Timeline


Pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, seorang perwira Polisi Nasional
Indonesia berusia 27 tahun, terjadi pada 8 Juli 2022 sekitar Pukul 17.00 waktu setempat.
Investigasi berikutnya termasuk tuduhan perselingkuhan, rekaman CCTV yang hilang, dan upaya
menutup-nutupi. Pada Agustus 2022, mantan bos Hutabarat, Irjen Ferdy Sambo, kepala urusan
internal Polisi Republik Indonesia (Polri), bersama tiga orang lainnya dan istrinya, Putri
Candrawati, didakwa atas pembunuhan Hutabarat. Insiden tersebut digambarkan oleh Ketua
Indonesia Police Watch, Sugeng Teguh Santoso, sebagai “skandal terburuk dalam sejarah
kepolisian”1
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan
mengatakan Brigadir Yosua masuk ke kamar istri Sambo dan diduga melakukan pelecehan.
Menurut Ramadhan, istri Ferdy sempat berteriak, sehingga Bharada E yang berada di lantai 2
pun mendengarnya. Lantas Bharada E berjalan menuju kamar, tetapi Brigadir J keluar lebih
dahulu. Brigadir J disebut mengeluarkan tembakan sebanyak tujuh kali dan dibalas oleh Bharada
E sebanyak lima kali. Tidak ada tembakan Brigadir J yang mengenai Bharada E, tetapi tembakan
Bharada E menewaskan Brigadir J. Setelah kejadian itu, Putri menelepon Sambo yang disebut
sedang melakukan tes per di luar rumah. Kematian Brigadir J dilaporkan sebagai dugaan
pembunuhan berencana oleh keluarga ke Bareskrim Polri. Sementara itu, pengacara keluarga
Sambo melaporkan Brigadir J atas dugaan pelecehan dan ancaman pembunuhan terhadap istri
Sambo ke Polres Metro Jakarta Selatan. Namun, kedua kasus yang dilaporkan ke Polres Metro
Jaksel itu diambil alih Polda Metro Jaya dan kemudian diambil alih Bareskrim Polri.
Pada 9 Juli 2022, jenazah Hutabarat tiba di rumah keluarganya di Jambi, tetapi polisi hanya
memberi izin keluarga terdekat yang melihat jenazah dengan waktu yang singkat. Kerabat
dilaporkan menemukan beberapa memar, sayatan wajah, bekas luka bakar dan luka jari di
tubuhnya.2 Pada 11 Juli 2022, kerabat menuduh bahwa ratusan petugas polisi, di dalam bus dan
1
Nur Janti & Yerica Lai, "Police Image in Tatters as Murder Scandal Widens," dalam
https://www.thejakartapost.com/indonesia/2022/08/21/police-image-in-tatters-as-murder-scandal-widens.html
[Diakses 16 Desember 2022].
2
Chris Barrett & Karuni Rompies, “The general, his wife and their dead bodyguard: A suspicious shooting grips a
nation,” dalam https://www.smh.com.au/world/asia/the-general-his-wife-and-their-dead-bodyguard-a-suspicious-
shooting-grips-a-nation-20220725-p5b4gj.html [Diakses 16 Desember 2022].
10 mobil, mengintimidasi mereka dengan “mengepung” rumah mereka, dan menuntut mereka
untuk tidak merekam foto dan video apa pun.3
Pada 18 Juli 2022, kuasa hukum keluarga Hutabarat melapor ke polisi untuk melaporkan
pembunuhan berencana terhadap Hutabarat. Keluarga Hutabarat menentang laporan polisi
tentang peristiwa tersebut, mengklaim bahwa Hutabarat terbunuh dalam “pembunuhan
berencana”.4 Pada 27 Juli 2022, Timsus melakukan autopsi ulang jenazah Brigadir J sesuai
dengan permintaan keluarga. Autopsi dilakukan di RSUD Sungai Bahar, Jambi. Autopsi
dilakukan oleh tim dokter forensic. Timsus menetapkan Bharada E tersangka kasus penembakan
Brigadir J di rumah dinas Ferdy Sambo pada Rabu 3 Agustus 2022. Polisi mengatakan tembakan
Bharada E bukan bentuk membela diri. Bharada E dijerat Pasal 338 KUHP Jo Pasal 55 dan Pasal
56 KUHP. Sehari setelah menetapkan Bharada E jadi tersangka. Polri memeriksa 25 personilnya
yang terdiri dari 3 perwira tinggi bintang satu, 5 komisaris besar, 3 ajun komisaris besar, 2
komisaris, 7 perwira pertama, serta 5 bintara dan tamtama. Mereka diduga menghalangi
penyidikan perkara penembakan Brigadir J. Kemudian, pada 4 Agustus, Kapolri mencopot Ferdy
Sambo serta 14 perwira tinggi dan perwira menengah Polri lain. Ferdy Sambo juga diduga
melanggar kode etik karena masalah ketidakprofesionalan dalam olah tempat kejadian perkara
(TKP) penembakan Brigadir Yosua. Sambo diduga mengambil dekoder kamera pemantau atau
CCTV yang ada di sekitar rumah dinasnya, tempat Yosua tewas ditembak. Pada 7 Agustus Polri
menetapkan Brigadir Ricky Rizal sebagai tersangka dalam kasus kematian Brigadir Yosua pada.
Ia langsung ditahan di Rutan Bareskrim Polri. Brigadir Ricky yang merupakan ajudan istri
Sambo dijerat Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Lewat
pengenaan pasal tersebut, timsus menemukan indikasi adanya tindakan berencana pembunuhan
yang dilakukan Brigadir Ricky terhadap Brigadir J. Hal itu sesuai dengan laporan pihak keluarga
ke Bareskrim yang merasa curiga Brigadir J dibunuh secara berencana oleh pihak-pihak tertentu.
Kuasa Hukum Bharada E Muhammad Boerhanuddin mengungkap sejumlah pernyataan
penting kliennya. Pernyataan Bharada E berbeda dengan narasi awal seputar penembakan atau
kematian Brigadir J. Menurut Bharada E ia menerima perintah dari atasannya langsung untuk
menembak Brigadir J. Selain itu ia mengatakan ada Irjen Ferdy Sambo saat penembakan. Soal
3
Kompas, “Polisi Disebut Sempat Larang Keluarga Brigadir J Buka Peti Jenazah,” dalam
https://regional.kompas.com/read/2022/07/12/162659378/polisi-disebut-sempat-larang-keluarga-brigadir-j-buka-
peti-jenazah [Diakses 16 Desember 2022].
4
Asia Sentinel, “Indonesia Police Revenge Shooting Shakes Force to the Core,” dalam
https://www.asiasentinel.com/p/indonesia-police-revenge-shooting-shakes-force [Diakses 16 Desember 2022].
penembakan, Bharada E memang menembak Brigadir Yosua, namun ada pelaku lain yang juga
menembak. Dalam peristiwa maut tersebut tidak ada tembakan balasan yang dilayangkan oleh
Brigadir J. Ada lima orang tersangka dalam kasus Brigadir J, yakni Ferdy Sambo, Putri
Candrawathi, Bharada E, Brigadir Ricky, dan Kuat Ma'ruf. Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo mengumumkan langsung penetapan tersangka Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka
kasus pembunuhan Brigadir Yosua. Mereka dijerat dengan pasal pasalnya pasal 340 sub 338 jo
pasal 55 dan 56 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati. Hingga saat ini
polisi masih terus mendalami penyebab kematian Brigadir J.
Kontroversi tersebut mendorong polisi nasional untuk turun tangan, dengan Kapolri Jenderal
Listyo Sigit Prabowo mengambil alih penyelidikan, membentuk tim khusus yang terdiri dari
anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Komisi Kepolisian. Jenderal Listyo
mengatakan pada konferensi pers bahwa Sambo telah menembakkan beberapa tembakan pistol
ke dinding dalam upaya untuk menunjukkan bahwa baku tembak telah menyebabkan kematian
Hutabarat alias tidak ada baku tembak dan Sambo telah mengatur pembunuhan Hutabarat. 5 Pada
26 Agustus 2022, Sambo diberhentikan dengan tidak hormat dari kepolisian. Pada 2 September
2022, enam perwira tinggi polisi telah didakwa dengan menghalangi keadilan. Keenam petugas
polisi itu yakni: Brigjen Hendra Kurniawan, Ajun Komisaris Irfan Widyanto, Komisaris Besar
Agus Nurpatria, Ajun Komisaris Arif Rahman Hakim, Komisaris Polisi Baiquni Wibowo, dan
Komisaris Polisi Chuk Putranto, diduga mengarang peristiwa dan memanipulasi barang bukti. 6
Presiden Jokowi juga berkali-kalo menegaskan bahwa skandal pembunuhan dalam tubuh
kepolisian tersebut harus diselesaikan secara transparan dan secepatnya.7

5
John Mcbeth, “Cop-on-cop killing rocks and roils Indonesia," dalam https://asiatimes.com/2022/08/cop-on-cop-
killing-rocks-and-roils-indonesia/ [Diakses 16 Desember 2022].
6
Daryono, “Sosok 7 Perwira Polisi Tersangka Obstruction of Justice di Kasus Brigadir J, Jenderal hingga AKP,” dalam
https://www.tribunnews.com/nasional/2022/09/02/sosok-7-perwira-polisi-tersangka-obstruction-of-justice-di-
kasus-brigadir-j-jenderal-hingga-akp [Diakses 16 Desember 2022].
7
Supriatin & Muhammad Genantan Saputra, “Jokowi Sampai 4 Kali Bicara Kasus Brigadir J Harus Tuntas,” dalam
https://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-sampai-4-kali-bicara-kasus-brigadir-j-harus-tuntas.html [Diakses 16
Desember 2022].
BAB III KRONOLOGI KASUS KANJURUHAN MALANG

A. Kronologi Berdasarkan Lini Masa


Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memaparkan kronologi kejadian tragedi Kanjuruhan
Malang pascalaga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1-2 Oktober 2022 yang menewaskan
131 orang. Pada 12 September 2022, Panitia Pelaksana Arema FC mengirim surat kepada Polres
Malang terkait permohonan rekomendasi pertandingan Arema FC vs Persebaya dilaksanakan 1
Oktober 2022 pukul 20.00 WIB. Namun Polres meminta panitia mengubah jadwal menjadi pukul
15.30 WIB karena pertimbangan faktor keamanan. Namun ini ditolak PT Liga Indonesia Baru
(LIB) karena alasan masalah penayangan siaran langsung hingga kerugian ekonomi.
Oleh karena itu, Polres menyiapkan 2.034 personel dari yang awal rencana hanya 1.073
personel dan hanya suporter Aremania yang diperbolehkan hadir. Laga Arema FC vs Persebaya
berjalan pada pukul 20.00 WIB dengan skors 3-2 untuk kemenangan Persebaya. Suporter
kemudian masuk lapangan usai laga sehingga aparat melakukan pengamanan dan mengerahkan
empat unit barakuda untuk official dan pemain Persebaya. Evakuasi berjalan lancar hampir satu
jam karena sempat ada penghadangan dari massa. Namun evakuasi yang dipimpin Kapolres
Malang berjalan lancar.
Sementara di dalam stadion semakin banyak penonton yang masuk ke lapangan sehingga
anggota pengamanan mengerahkan kekuatan dengan perlengkapan penuh, termasuk untuk
mengamankan penjaga gawang Arema FC Adilson Maringa. Untuk mencegah semakin banyak
penonton yang turun ke lapangan, beberapa personel menembakan gas air mata, Terdapat sebelas
personel menembakan gas air mata ke tribun selatan dengan tujuh tembakan, tribun utara satu
tembakan, dan tiga tembakan ke lapangan. Inilah yang membuat para penonton terutama
penonton yang di tribun panik kemudian berusaha meninggalkan arena.
Sebelas penonton kemudian berupaya keluar melalui pintu 3, 11, 12, 13, dan 14. Namun 14
pintu yang seharusnya dibuka lima menit sebelum pertandingan berakhir belum terbuka
sempurna. Saat itu pintu belum sepenuhnya dibuka atau hanya terbuka 1,5meter dan steward
yang seharusnya menjaga pintu tidak di tempat. Berdasarkan Pasal 21 regulasi keamanan dan
keselamatan PSSI, steward seharusnya berada di tempat, namun saat itu tidak berada
di pintu. Kemudian, ada besi melintang sehingga menghambat penonton dalam jumlah banyak
melewati pintu.
Pada akhirnya, penonton berdesak-desakan di pintu selama hampir 20 menit. Dari situlah
muncul banyak korban yang mengalami patah tulang, trauma, kepala retak, dan sebagian
meninggal karena asfiksia, Berdasarkan hasil olah TKP dan pendalaman, PT LIB ternyata tidak
melakukan verifikasi terhadap stadion yang dipakai. Namun PT LIB menggunakan hasil
verifikasi pada tahun 2020.
Kemudian, Panitia Pelaksana Arema FC juga tidak menyiapkan rencana darurat hingga
menjual tiket yang seharusnya hanya 38 ribu, tetapi dijual 42 ribu. Sementara itu, adapun tiga
personel Polri memerintahkan penembakan gas air mata, yakni Komandan Kompi Brimob Polda
Jatim AKP Hasdarman, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi,
Komandan Pleton Brimob Jatim Aiptu Budi Purnanto dan sebelas personel yang menembak gas
air mata di dalam stadion. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menetapkan enam
tersangka tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan 131 orang setelah laga
Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1-2 Oktober lalu. Dalam perkara ini, keenam tersangka
dijerat dengan Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP tentang Kelalaian. Selain itu mereka juga dijerat
Pasal 103 Juncto Pasal 52 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan. Enam
tersangka yakni Direktur PT Liga Indonesia Baru 12 (LIB) Akhmad Hadian Lukita, Ketua
Panitia Pelaksana Pertandingan Arema FC Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno,
Komandan Kompi III Brimob Polda Jatim AKP Hasdarman, Kabag Ops Polres Malang Wahyu
SS, dan Kasat Samapta Polres Malang Ajun Komisari Polisi Bambang.
BAB IV ANALISIS KEDUA KASUS BERDASARKAN HUKUM ISLAM

A. Analisis Kasus Brigadir J Berdasarkan Hukum Islam


Terlepas dari kasus yang kini tengah menjerat Ferdy Sambo dan tersangka lain dalam kasus
pembunuhan berencana terhadap Brigadir J, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Abdul Mu’ti mengatakan hukuman untuk kasus pembunuhan di dalam Islam adalah dengan cara
qishash atau hukuman setimpal sesuai dengan mafsadat yang telah dia timbulkan.
“Pembunuh dan otak pembunuhan sesuai ayat Alquran dan pendapat mayoritas ulama
dihukum qishash. Akan tetapi, hukuman itu mungkin saja tidak diterapkan apabila keluarga
korban memaafkan atau diganti dengan diyat (denda) sesuai dalam Quran surah Al-Baqarah ayat
178,” kata Mu’ti, dikutip dari muhammadiyah.or.id, Senin (20/8/2022).
Dia juga menjelaskan bahwa mereka yang terlibat dalam pembunuhan, baik eksekutor, si
perencana, atau mereka yang membunuh dengan menggunakan jasa orang lain tetap dihukumi
dengan qishash. Dan mereka yang berhak melaksanakan qishash pun bukan sembarang orang,
tetapi negara.
Ketegasan ini disyariatkan karena Islam menghargai setiap nyawa manusia sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 32 yang artinya membunuh satu nyawa manusia seperti
halnya membunuh seluruh umat manusia. “Di negara-negara Arab dipancung kepala di depan
umum, tempat terbuka. Di Indonesia, eksekusi hukuman mati dapat dilakukan dengan cara
ditembak atau cara lain yang memungkinkan seseorang mati dengan cepat,” ujarnya.
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Zuhri
menjelaskan walaupun Al-Qur'an menetapkan hukuman qishash bagi pelaku pembunuhan, tidak
lantas bermakna bahwa hal itu mutlak dilakukan pada setiap kasus pembunuhan.
Dalam Al-Qur'an, Allah juga memberi pilihan pihak keluarga korban sebagai waliyuddam
untuk memilih alternatif antara memaafkan, menerima Diyat/ganti rugi atau menuntut balas
dengan qishash. Diyat diberlakukan pada pembunuhan yang tidak disengaja, tapi terjadi karena
kecerobohan seseorang. Namun pilihan diyat ini bukan berarti mengganti hukuman qishash
karena sejatinya Allah menegaskan di dalam qishash itu ada keutamaan untuk dijadikan
pembelajaran hidup bagi manusia lain yang menyaksikannya.
Di sinilah letak hikmah dari ajaran Islam yang menghargai nyawa setiap manusia dengan
menekankan pemberian maaf lebih dulu, meskipun kepada si pembunuh. Namun jika hal ini
tidak bisa dilakukan, maka mau tak mau si pembunuh harus menerima akibatnya yaitu
mendapatkan qishash. Zuhri menegaskan meskipun mayoritas ulama berpendapat pelaksanaan
qishash dilakukan oleh penguasa atau pemerintah yang sah, namun Allah juga mengingatkan
agar pelaksanaannya itu tidak melampaui batas. Karena itu perlu kehati-hatian dan sikap
profesionalitas dalam melihat setiap unsur aspek hukum.8

B. Analisis Kasus Kanjuruhan Berdasarkan Hukum Islam


Di dalam Islam harga sebuah nyawa itu sangat tinggi. Bahkan nyawa umat Islam itu harganya
lebih besar dari bumi dan seisinya. Di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih besar
perkaranya dari pada hilangnya dunia. “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya
terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-
Albani). Oleh sebab itu, tragedi ini bukan tragedi biasa, karena memakan banyak korban maka
harus diusut hingga tuntas dan diterapkan hukuman bagi pelaku yang diduga membuat tewasnya
banyak suporter dalam peristiwa tersebut.
Bentrok antara suporter bola seolah-olah menjadi hal yang biasa. Sehingga antisipasi
dilakukan oleh banyak pihak agar kericuhan tidak terjadi antar suporter. Yang terjadi dalam
tragedi Kanjuruhan Malang, suporter dari Persebaya sebenarnya sudah dilarang hadir untuk
mencegah terjadinya kerusuhan. Sayangnya, kerusuhan itu pecah lantaran pihak aparat tersulut
menembakkan gas air mata. Hal itu dilakukan untuk meredam kekecewaan beberapa suporter
karena kekalahan Singoedan.
Tindakan aparat yang menyemprotkan gas air mata diduga kuat telah menjadi penyebab
kerusuhan dan ratusan suporter meninggal. Islam melarang fanatisme buta. Hukum bermain
sepak bola adalah mubah. Dilarang karena sebuah hal mubah ini memicu permusuhan dan
pertikaian hanya karena berbeda tim yang didukung. Maka, fanatisme buta terhadap tim yang
didukung ataupun daerah asal ini dilarang di dalam Islam. Bahkan, Nabi Muhammad shalallahu
alaihi wasallam mengatakan, "Siapa saja yang keluar dari ketaatan dan memecah belah jamaah
lalu mati, dia mati dengan kematian jahiliyah. Dan siapa yang terbunuh di bawah panji buta,

8
Liputan6.com https://www.liputan6.com/islami/read/5047448/ferdy-sambo-dan-putri-candrawathi-dijerat-pasal-
340-ini-perspektif-islam-tentang-hukuman-mati diakses 16 Desember 2022
dia marah untuk kelompok dan berperang untuk kelompok maka dia bukan bagian dari umatku.
Dan siapa saja yang keluar dari umatku memerangi umatku, memerangi orang baik dan
jahatnya dan tidak takut akibat perbuatannya terhadap orang mukminnya dan tidak memenuhi
perjanjiannya maka dia bukanlah bagian dari golonganku.” (HR Muslim, Ahmad, Ibnu Majah,
an-Nasai).
Kemudian aparat seharusnya mengutamakan keselamatan, bukan sikap arogan. Tindakan
menembakkan gas air mata, diakui atau tidak, ini adalah tindakan ceroboh yang berujung maut.
Oleh sebab itu, yang diutamakan ketika terjadinya kerusuhan adalah mengutamakan
keselamatan. Keselamatan yang didahulukan adalah anak-anak, perempuan, orang yang sudah
tua. Sebagaimana ketika akan menembakkan gas air mata, seharusnya memperhitungkan, apakah
gas ini akan mengenai anak-anak, ibu, dan sebagainya. Selanjutnya suporter laki-laki dan
perempuan seharusnya dipisah. Panitia harus mengutamakan keselamatan bersama.
Dalam membuat acara bukan soal untung dan rugi, tetapi yang terpenting adalah keselamatan
penonton. Seharusnya penonton laki-laki dan perempuan dipisah. Dikarenakan tribun perempuan
dan laki-laki dipisah, tidak campur baur membuat banyak wanita dan anak-anak menjadi korban
tragedi Kanjuruhan. Tribun perempuan dan anak-anak juga dapat difasilitasi hal-hal yang mereka
butuhkan. Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak terduga, tindakan penyelamatan bisa
diutamakan. Ini bukan masalah sepele, ini adalah kasus hilangnya ratusan nyawa manusia. Harus
diusut tuntas masalah ini dan ditegakkan hukum yang adil. Dalam Islam nyawa sangat dihargai,
bahkan nyawa manusia yang hilang tanpa alasan syari harus dibayar dengan nyawa. Tidak cukup
dengan pemecatan dan sanksi.
Manusia adalah ciptaan Allah SWT, jika umat manusia tidak diatur menggunakan aturan yang
telah Allah Subhanahuwa wataala tetapkan, yang terjadi adalah keributan, pertikaian, dan
permusuhan. Oleh karena itu, untuk mengatur manusia, baik panitia, suporter, ataupun aparat
harus menjadikan Islam sebagai standar hukum. Tidak ada aturan yang pantas dijadikan rujukan
selain aturan Islam. Karena manusia jika dibiarkan mengatur dengan standar hawa nafsunya,
maka hal seperti ini akan terjadi.9

BAB V PENUTUP

9
TintaSinyal.com https://www.tintasiyasi.com/2022/10/tragedi-kanjuruhan-bagaimana-islam.html diakses pada 16
Desember 2022
A. Kesimpulan
Kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabar (Brigadir J)
yang terjadi pada 8 Juli 2022 lalu sangat menyita perhatian masyarakat Indonesia. Peristiwa
berdarah yang kemudian menjadi perhatian publik ini terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo di
Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan. Terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang
menjelaskan sanksi pelaku pembunuhan mulai dari dosa besar hingga ancaman dimasukkan ke
dalam neraka Jahannam. Seperti dalam QS. Al-Maidah ayat 32 yang mengatakan bahwa
barangsiapa membunuh seseorang maka seakan-akan orang tersebut telah membunuh semua
manusia di bumi. Dalam beberapa hadist juga banyak disinggung dampak buruk dan dosa bagi
pelaku pembunuhan.
Di dalam Islam harga sebuah nyawa itu sangat tinggi. Bahkan nyawa umat Islam itu harganya
lebih besar dari bumi dan seisinya. Di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih besar
perkaranya dari pada hilangnya dunia. “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya
terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan
alAlbani). Oleh sebab itu, tragedi ini bukan tragedi biasa, karena memakan banyak korban maka
harus diusut hingga tuntas dan diterapkan hukuman bagi pelaku yang diduga membuat tewasnya
banyak suporter dalam peristiwa tersebut.

B. Saran
Saran mengenai isi materi, penulis berharap kepolisan Repbulik Indonesia bekerja sama untuk
membuat citra baik polri kembali dan marwah polri selaku penegak hukum di indonesia serta
tingkat kepercayaan masyarakat kembali naik terhadap polri.
Saran untuk penulisan makalah, Penulis berharap semoga melalui makalah ini kita dapat
memahami dan mengetahui tentang “Analisis Kasus Brigadir J dan Kasus Kanjuruhan Malang”
Makalah yang Penulis susun ini masih banyak mengalami kekurangan, baik dari segi
pengambilan materi atau terbatasnya referensi materi, menyusun materi maupun dari segi
penulisannya. Jadi, Sekiranya pembaca dapat memberikan kritik ataupun saran bagi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Nur Janti & Yerica Lai, "Police Image in Tatters as Murder Scandal Widens," dalam
https://www.thejakartapost.com/indonesia/2022/08/21/police-image-in-tatters-as-murder-
scandal-widens.html [Diakses 16 Desember 2022].
Chris Barrett & Karuni Rompies, “The general, his wife and their dead bodyguard: A suspicious
shooting grips a nation,” dalam https://www.smh.com.au/world/asia/the-general-his-wife-and-
their-dead-bodyguard-a-suspicious-shooting-grips-a-nation-20220725-p5b4gj.html [Diakses 16
Desember 2022].
Kompas, “Polisi Disebut Sempat Larang Keluarga Brigadir J Buka Peti Jenazah,” dalam
https://regional.kompas.com/read/2022/07/12/162659378/polisi-disebut-sempat-larang-keluarga-
brigadir-j-buka-peti-jenazah [Diakses 16 Desember 2022].
Asia Sentinel, “Indonesia Police Revenge Shooting Shakes Force to the Core,” dalam
https://www.asiasentinel.com/p/indonesia-police-revenge-shooting-shakes-force [Diakses 16
Desember 2022].
John Mcbeth, “Cop-on-cop killing rocks and roils Indonesia," dalam
https://asiatimes.com/2022/08/cop-on-cop-killing-rocks-and-roils-indonesia/ [Diakses 16
Desember 2022].
Daryono, “Sosok 7 Perwira Polisi Tersangka Obstruction of Justice di Kasus Brigadir J, Jenderal
hingga AKP,” dalam https://www.tribunnews.com/nasional/2022/09/02/sosok-7-perwira-polisi-
tersangka-obstruction-of-justice-di-kasus-brigadir-j-jenderal-hingga-akp [Diakses 16 Desember
2022].
Supriatin & Muhammad Genantan Saputra, “Jokowi Sampai 4 Kali Bicara Kasus Brigadir J
Harus Tuntas,” dalam https://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-sampai-4-kali-bicara-kasus-
brigadir-j-harus-tuntas.html [Diakses 16 Desember 2022].
Liputan6.com “Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Dijerat Pasal 340, Ini Perspektif Islam
tentang Hukuman Mati” dalam https://www.liputan6.com/islami/read/5047448/ferdy-sambo-
dan-putri-candrawathi-dijerat-pasal-340-ini-perspektif-islam-tentang-hukuman-mati [diakses 16
Desember 2022].

Anda mungkin juga menyukai