Disusun Oleh:
1. Andvendi Galeh Lenan (220810201110)
2. Devia Amanda (220210301014)
3. Helmina An Najwa. Q. (220210205024)
4. Ayu Anjani Nur. R. (220810201054)
5. Ahsan Akhmad Widyatama (220810301081)
KELOMPOK 07
KELAS 23
Dosen Pengampu:
Dr. Niken Widya Palupi, S.TP., M.Sc
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan 1945makalah yang berjudul “Penegakan Hukum yang
Tidak Adil” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak, Dr. Niken Widya Palupi, S.TP., M.Sc
selaku dosen mata kuliah umum Pendidikan kewarganegaraan yang telah membimbing
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sepenuhnya kami
menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penilitian............................................................................................................1
1.4 Manfaat Penilitian..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
2.1 Kasus yang Diangkat.....................................................................................................2
2.2 Sumber Informasi..........................................................................................................2
2.3 Pasal yang Dikenakan....................................................................................................2
2.4 Mengapa Kasus Itu Tidak Adil......................................................................................2
2.5 Jenis Hukuman..............................................................................................................3
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................4
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................5
3.2 Saran..............................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Akan tetapi, pada Pasal 20 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak menjelaskan bahwa jika tindak pidana dilakukan oleh anak yang
belum genap 18 tahun maka akan diajukan terlebih dahulu ke sidang anak, baru jika
umurnya sudah lebih dari 18 dan belum sampai berumur 21 tahun, maka bisa diajukan ke
sidang pengadilan.
iv
2.5 JENIS HUKUMAN
Kejahatan adalah suatu perbuatan yang terjadi atau sangat tidak diinginkan terjadi
dalam masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa tindak pidana masih terjadi dan dilakukan
secara terorganisasi dalam diri individu, kelompok atau masyarakat. P. A. F. Lamintang juga
menyatakan dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Pidana Indonesia bahwa kejahatan yang
terdapat dalam hukum pidana secara umum dapat diubah menjadi unsur-unsur yang pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis: unsur subjektif dan unsur objektif.
Unsur subjektif berarti yang melekat, berkaitan, atau terkandung dalam diri pelaku, yaitu
terkandung dalam pikirannya (hal. 193). Dengan unsur obyektif kejahatan seseorang
memahami keadaan di mana unsur kejahatan itu, perbuatan pelaku harus dilakukan.
Unsur subjektif dari kejahatan adalah disengaja atau tidak disengaja dalam arti pasal
53 ayat (1) KUHP, eksperimen atau pose yang disengaja, pencurian, penipuan, pemerasan
dengan berbagai maksud atau penipuan yang didefinisikan dalam Undang-undang kejahatan,
pemalsuan, dll., perencanaan awal atau voorbedachte raad termasuk dalam delik pembunuhan
berencana menurut pasal 340 KUHP, ketakutan atau delusi termasuk dalam rumusan
kejahatan menurut pasal 308 KUHP.
Unsur-unsur obyektif dari suatu tindak pidana adalah sifat pelanggaran, atau karakter
pelaku, yang bukan keduanya, misalnya, "negara sebagai pejabat publik" dalam layanan
publik atau "negara sebagai manajer atau agen perseroan terbatas" dalam pelanggaran
menurut pasal 398 KUHP.; Hukum Pidana, kausalitas, yaitu hubungan antara tindakan
sebagai sebab dan kenyataan sebagai akibat. Hal ini memudahkan untuk mengidentifikasi
pelaku kejahatan, yang dapat dihukum dan dimintai pertanggung jawaban atas tindakan
mereka. Tapi bagaimana jika korban kejahatan menjadi penjahat, seperti siswa SMA
berinisial ZA yang membunuh begal yang mencoba merampok sepeda motornya dan
mengancam akan memperkosa pacarnya? Bepergian dengan ZA. Berdasarkan informasi ZA
sendiri, dia membunuh Misnan, penyerang perampokan, dengan pisau yang dia simpan di jok
sepeda motornya, karena saya membutuhkannya untuk mata pelajaran kerajinan di sekolah.
Kasus ini ditindak lanjuti oleh Pengadilan Negeri Kepangjen Provinsi Jawa Timur, dan
kontroversi publik dihindari oleh keputusan jaksa dari proses pengadilan terbuka ZA. ZA
dinyatakan bersalah berdasarkan KUHP berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Darurat No. 12 tahun 1951 dan pasal351 ayat (3) KUHP karena memiliki senjata tajam yang
tidak dimaksudkan untuk digunakan tanpa izin. Berdasarkan pertimbangan di atas, Hakim
Pengadilan Negeri Kepanjen dengan Putusan No. 1/Pid.Sus-Anak/2020/PN Kpn.
v
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tindak pidana yang dilakukan seseorang yang sedang dalam bahaya dengan cara
melakukan Pembelaan diri atau pembelaan wajib menurut ketentuan Pasal 49 KUHP.
Korban perampokan terlibat dalam hukum pidana, pembelaan diri Pelaku perampokan tidak
dihukum, penentang dihukum Seseorang yang melakukan kejahatan dengan alasan
penghapusan kejahatan yang dapat mengurangi hukuman Pembelaan wajib harus memenuhi
unsur-unsur pertahanan wajib, yaitu (1). memiliki Tindakan (2). adanya ilegalitas, (3).
Kemampuan untuk bertanggung jawab (4). diancam dengan tuntutan pidana atau hukuman
pidana. Perlindungan hukum bagi pelaku pembelaan paksa Dikandung dalam Pasal 49 KUHP
dan melalui penyidikan di sidang pengadilan dengan alat bukti dan keterangan sesuai dengan
Pasal 184 KUHAP. seseorang yang dapat mengurangi hukuman atau membela penyebab
penghapusan kejahatan bersalah dengan paksa. Untuk anak-anak yang bersalah atas
perampokan, mereka akan diadili Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Anak. Hukuman berada di tangan hakim, hakim dengan kekuatan
untuk memberikan putusan Identifikasi pelaku menurut pertimbangan dalam proses
penyelidikan, evaluasi, dan pengambilan keputusan.
3.2 SARAN
Pertama, hakim sebagai penegak hukum perlu lebih memperhatikan pihak-pihak
yang menawarkan pembelaan wajib. Selain itu, ketika menyaksikan tindak pidana
perampokan, masyarakat harus berani membela diri dengan membela diri untuk
mempertahankan hak-hak yang harus mereka bela. Terakhir, dalam kasus tindak pidana,
pengacara pembela wajib menyampaikan kasus sebenarnya dari kejahatan yang dilakukan
kepada aparat penegak hukum.
vi
DAFTAR PUSTAKA
https://hukum.ubaya.ac.id/membunuh-begal-dan-pembelaan-darurat/ (Di akses pada tanggal
27 September 2022, 11.31)
https://www.pn-palopo.go.id/index.php/berita/artikel/363-sekilas-tentang-sistem-peradilan-
pidana-ana ( Di akses pada tanggal 30 September 2022, 22.11)
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/view/349/342# (Di akses pada
tanggal 20 Oktober 2022, 08.34)
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/74/226 ( Di akses pada
tanggal 20 Oktober 2022, 08.38)
vii