Oleh:
Ika
(217420100527)
FAKULTAS HUKUM
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puja dan puji syukur atas Rahmat dan Ridho Allah
SWT. karena tanpa Rahmat dan Ridho-Nya penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia yang diampu oleh Ibu Nurpahsari, S.Sy., M.H. dan judul
makalah ini adalah “Analisa Kasus Tindak Pidana Perjudian Online di Bali”. Dalam
penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan,
maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik positif yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca yang lainnya. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.
Ika
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, kejahatan cyber crime khususnya perjudian online diperlukan
upaya penegakan hukum untuk mencegah dan memberantas kejahatan tersebut agar
tidak semakin marak dimainkan. Secara konsepsional, penegakan hukum adalah
kegiatan guna menyerasikan hubungan dari suatu nilai-nilai yang terpaparkan dalam
suatu kaidah-kaidah yang baik dan juga merupakan sikap dari tindakan sebagai
rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, guna menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.2
1
Maskun, 2013, Kejahatan Siber (CYBER CRIME): Suatu Pengantar, Kencana, Jakarta, halaman 46.
2
Lanka Amar, 2017, Peranan Orang Tua Dalam Proses Persidangan Tindak Pidana Perjudian Yang Dilakukan
Oleh Anak, CV. Mandar Maju, Bandung, halaman 1.
3
1. Bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana yang didapatkan dalam
kasus perjudian online?
2. Bagaimana upaya dalam memberantas tindak pidana perjudian online?
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
“perbuatan jahat” atau "kejahatan" (crime atau Verbrechen atau misdaad) yang
diartikan secara kriminologis dan psikologis. Mengenai isi dari pengertian tindak
pidana tidak ada kesatuan pendapat di antara para sarjana. Sebagai gambaran umum
pengertian kejahatan atau tindak pidana yang dikemukakan oleh Djoko Prakoso. Secara
yuridis Djoko Prakoso menyatakan pengertian kejahatan atau tindak pidana adalah 3 :
"Perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan pelanggarannya dikenakan sanksi".
Selanjutnya Djoko Prakoso menyatakan bahwa secara kriminologis kejahatan atau
tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat dan mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat, dan secara psikologis
kejahatan atau tindak pidana adalah "perbuatan manusia yang abnormal yang bersifat
melanggar hukum, yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dari si pelaku
perbuatan tersebut."
Perlu disampaikan di sini bahwa, pidana adalah merupakan suatu istilah yuridis
yang mempunyai arti khusus sebagai terjemahan dari bahasa Belanda ”straf” yang
dapat diartikan sebagai "hukuman”. Di dalam buku Tien S. Hulukati memberikan
pendapat bahwa5: “Tindak pidana dalam bahasa Belanda disebut “strafbaarfeit”
merupakan tingkah laku tersebut yang dilarang oleh undang-undang untuk diperbuat
3
Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, 1987, Hak Asasi Tersangka dan Peranan Psikologi dalam Konteks KUHAP,
Bina Aksara, Jakarta, halaman 137.
4
Moeljatno, 1987, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, Halaman 7.
5
Hj. Tien S. Hulukati dan Gialdah Tapiansari B, 2006, Hukum Pidana Jilid 1, Fakultas Hukum Universitas
Pasundan, Bandung, halaman 23.
5
oleh orang yang disertai dengan ancaman pidana (sanksi) yang dapat ditimpakan oleh
negara pada siapa atau pelaku yang membuat tingkah laku yang dilarang tersebut.”
Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang kepada
seseorang lainnya, yang dimana perbuatan tersebut dilarang oleh UndangUndang dan
ada sanksinya6.
Untuk mempelajari rumusan hukum dari setiap tindak pidana, perlu dipahami
asas-asas hukum pidana. Beberapa rumusan hukum dari setiap tindak pidana perlu
dipahami yang merupakan asas-asas penting sebagaimana dikatakan Brig. Jen. Pol. Drs.
H.A.K. Moch. Anwar S.H. (Dading), yaitu sebagai berikut :
6
3) Geprivilegeerd, dimana juga hanya dicantumkan nama kejahatannya
yang disertai unsur peringanan.
Dalam hukum positif, tindak pidana itu digambarkan sebagai suatu peristiwa
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan
dijatuhkan hukuman. Selain itu, ditengah-tengah masyarakat juga dikenal istilah
"kejahatan", yang menunjukan pengertian perbuatan melanggar norma dengan
mendapat reaksi masyarakat melalui putusan hakim agar dijatuhi pidana7. Untuk dapat
dipidananya suatu perbuatan pelaku, yang penting tidak hanya bagian-bagian dari suatu
perbuatan itu seperti yang diuraikan dalam delik, akan tetapi juga harus diperhatikan
syarat-syarat yang muncul dari bagian umum kitab undangundang atau asas-asas
hukum yang umumnya diterima. Syaratsyarat tersebut merupakan unsur-unsur tindak
pidana. Dari dulu hingga sekarang ini ada beberapa sarjana hukum yang
mempergunakan istilah “unsur” untuk bagian-bagian dari tindak pidana.
Agar suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dapat dihukum, maka
perbuatan tersebut haruslah memenuhi semua unsur dari delik sebagaimana yang telah
dirumuskan sebelumnya dalam undangundang dan juga merupakan suatu tindakan
melawan hukum sebagai syarat-syarat pokok dari suatu delik8.
7
Muladi dan Dwidja Priyanto, 1991, Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana, Penerbita Sekolah
Hukum, Bandung, halaman 150.
8
E. Utrecht, 2003, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana 1, Reflika Aditama, Bandung, halaman 252.
7
Hal ini dapat diartikan bahwa sebagai syarat dapat dihukumnya seseorang yaitu
apabila perbuatannya itu melanggar peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pelaku yang melanggar tersebut benar-benar dapat dipidana seperti yang sudah
diancamkan, tergantung kepada keadaan batinnya dan hubungan batinnya dengan
perbuatan itu, yaitu dengan kesalahannya. Perbuatan pidana tidak dapat dipisahkan dari
kesalahan dan dari pertanggungjawaban pidana tidak cukup dengan dilakukannya
perbuatan pidana saja, akan tetapi disamping itu harus ada kesalahan atau sikap batin
yang dapat dicela9.
Tindak pidana (delik) yang mempunyai sejumlah unsur, diantara para ahli
mempunyai sejumlah elemen (unsur), diantara para ahli mempunyai jalan pikiran yang
berlainan. Sebagian berpendapat membagi elemen perumusan delik secara mendasar
saja dan ada pendapat lain membagi elemen perumusan delik secara terperinci. Setiap
tindakan pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana10.
Pidana itu pada umumnya dapat kita jabarkan ke dalam unsurunsur yang pada
dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur-unsur objektif dan
unsur subjektif. Adapun yang dimaksud dengan unsur subjektif adalah unsur-unsur
yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri pelaku dan
termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya11.
Kemudian yang dimaksud unsur objektif itu unsur-unsur yang ada hubungannya
dengan keadaan-keadaan diluar diri sipelaku berupa perbuatan, keadaan dimana
tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan, yang bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan.
9
Wirjono Projodikoro, 2003, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Reflika Aditama Bandung, halaman
45.
10
S.R. Sianturi, 1996, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Ahaem-Petehaem, Jakarta,
halaman 205.
11
Van Bemmelen, 1984, hukum pidana 1, Bina Cipta, Bandung, halaman 99.
8
4. Merencanakan terlebih dahulu atau voobedachte read seperti yang
misalnya terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340
KUHP;
5. Perasaan takut seperti yang antara lain terdapat dalam rumusan tindak
pidana menurut Pasal 306 KUHP.
Unsur subjektif itu semua unsur mengenai keadaan batin atau gambaran batin
seseorang sebelum atau akan melakukan suatu perbuatan tertentu (dalam hal ini
perbuatan pidana).
1. Perbuatan
Perbuatan, dalam arti positif adalah perbuatan manusia yang disengaja,
dalam arti negatif adalah kelalaian. Undang-Undang pidana kadang
kadang menentukan bahwa perbuatan atau kelalaian orang baru dapat
dihukum kalau dilakukan dalam keadaan tertentu.
2. Pelakunya dapat bertanggung jawab
Bahwa untuk adanya pertanggung jawab pidana diperlukan syarat bahwa
pelaku mampu bertanggung jawab. Kemampuan bertanggung jawab dapat
diartikan sebagai suatu keadaan fisik sedemikian yang membenarkan
adanya penerapan sesuatu upaya pemidanaan baik dilihat dari sudut umum
maupun dari orangnya. Bahwa seseorang mampu bertanggung jawab jika
jiwanya sehat yakni ia mampu untuk mengetahui atau menyadari bahwa
perbuatannya bertentangan dengan hukum dan mampu mengerti akibat-
akibat perbuatannya sendiri.
9
3. Adanya Dolus (sengaja) dan Culpa (kelalaian)
Sengaja sebagai maksud menimbulkan sesuatu akibat agar tujuannya
tercapainya maka sebelumnya harus dilakukan perbuatan lain yang
merupakan pelanggaran terhadap suatu ketentuan UndangUndang pidana.
Sedangkan kelalaian yakni tidak adanya kehati-hatian dan kurangnya
perhatian terhadap akibat yang ditimbulkan.
Merujuk pada data yang diperoleh dari tahun 2014-2018 pihak Kepolisian Daerah
Bali telah melakukan beberapa upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana
perjudian online jika dilihat dari data 5 tahun terakhir. Berdasarkan hasil wawancara
tanggal 16 Mei 2018 dengan Kompol I Wayan Wisnawa Adiputra S.I.K M.Si Kanit
Cyber Crime DIT Reskrimsus Polda Bali, terdapat beberapa upaya penegakan hukum
yang telah dilakukan oleh Unit Cyber Crime Polda Bali dalam menanggulangi
kejahatan cyber crime di bidang perjudian online dengan melakukan upaya preventif
dan upaya represif.
1) Upaya Preventif
Upaya preventif ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah timbulnya
suatu kejahatan serta menciptakan suasana yang kondusif dalam masyarakat
untuk meminimalisir berkembangnya suatu kejahatan dan menekan angka
kriminalitas yang terjadi di tengah masyarakat. Unit Cyber Crime Polda Bali
memiliki beberapa upaya-upaya pencegahan dan pengawasan dalam melakukan
penegakan hukum secara preventif.
Pertama, dengan melakukan Cyber patrol. Cyber patrol adalah patroli dunia
maya yang digunakan oleh Polda Bali melalui Unit Cyber Crime untuk
melakukan pengawasan terhadap kejahatan cyber crime. Cyber patrol ini
merupakan suatu bentuk upaya penegakan hukum yang dilakukan unit Cyber
Crime dalam mencegah dan mengawasi suatu tindakan-tindakan yang bermuatan
judi di dunia maya. Cyber patrol dalam menjalankan tugasnya menggunakan
media internet sebagai fasilitas pendukung dalam melakukan patroli di dunia
maya, hal ini guna mengawasi kegiatan-kegiatan seseorang yang terindikasi
10
melakukan kegiatan atau permainan judi secara online serta melacak website-
website yang memiliki muatan perjudian.
Kedua, Kanit Cyber Crime Polda Bali menjelaskan bahwa tim Unit Cyber
Crime dalam upaya mencegah terjadinya kegiatankegiatan yang berhubungan
dengan permainan judi secara online Unit Cyber Crime berkoordinasi dengan
Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir website yang
terindikasi melakukan kegiatan permainan judi secara online, jika benar terbukti
adanya kegiatan permainan judi online dalam suatu website Unit Cyber Crime
akan langsung berkoordinasi dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika
terkait pemblokiran situs website tersebut guna mencegah adanya seseorang yang
bermain judi online karena judi cepat atau lambat akan merugikan orang yang
bermain di dalamnya.
2) Upaya Represif
Upaya represif adalah suatu bentuk tindakan dan upaya yang dilakukan
dengan cara mencari langsung akar permasalahan ke masyarakat guna
memberantas suatu kejahatan dengan memberikan tindakan tegas agar pelaku
kejahatan mendapatkan efek jera. Upaya represif yang dilakukan Unit Cyber
Crime dalam menangani kasus perjudian online ini adalah dengan melakukan
tindakan tegas berupa penangkapan dan penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku
perjudian online baik itu bandar judi online maupun pemain dari judi online
tersebut, jika dalam proses penyelidikan dan penyidikan terbukti bahwa seseorang
telah secara sah melawan hukum melakukan kegiatan permainan judi secara
online maka akan langsung di tindak tegas oleh Unit Cyber Crime dengan
dilakukan penangkapan terhadap seseorang yang terbukti melakukan kegiatan
perjudian online.
Kompol I Wayan Wisnawa adiputra S.I.K M.Si Kanit Cyber Crime DIT
Reskrimsus Polda Bali menjelaskan bahwa dasar hukum yang digunakan sebagai
dasar dalam menjerat tersangka kasus perjudian online yaitu Pasal 27 ayat (2)
juncto Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi
dan Traksaksi Elektronik, selain dari pada Pasal 27 ayat (2) UndangUndang No.
19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Traksaksi Elektronik, Kanit Cyber Crime
Polda Bali, menyatakan Unitnya melapis Pasal 27 ayat (2) ITE tersebut dengan
Pasal 303 KUHP jika tersangka adalah seseorang yang menyediakan sarana,
tempat, dan alat-alat untuk bermain judi atau biasa disebut sebagai bandar dan
11
Pasal 303 bis KUHP jika tersangka merupakan seseorang yang menggunakan
kesempatan untuk bermain judi atau pemain dalam perjudian.
12
2. Faktor Penghambat Eksternal Dalam Memberantas Tindak Pidana
Perjudian Online.
a. Faktor Server yang Diletakan di Negara-Negara Melegalkan Judi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kompol I Wayan
Wisnawa Adiputra S.I.K M.Si Kanit Cyber Crime DIT Reskrimsus
Polda Bali terkait dengan tindak pidana perjudian online server
merupakan tempat untuk bermain judi secara online dalam bentuk
website. Website inilah yang menjadi tempat berkumpulnya para
pemain judi dari seluruh dunia untuk melakukan permainan judi
secara online. Server yang dibuat oleh bandar judi online sering
kali diletakan di Negara-Negara yang melegalkan judi seperti
Kamboja, Thailand, Filipina dan Singapura, hal inilah yang
menjadi penghambat Unit Cyber Crime diseluruh Polda di
Indonesia untuk melacak bandarbandar pemegang server judi
online tersebut.
b. Faktor Penggunaan Virtual Private Network (VPN)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kanit Cyber Crime
Polda Bali pihaknya sudah bekerjasama dengan Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk melakukan pemblokiran
terhadap situs-situs judi online yang dapat dengan mudah diakses
di internet, dalam hal ini Unit Cyber Crime melalui cyber patrol
melacak situs-situs yang berisi konten negatif dan tidak benar
terkait judi online, setelah menemui situs judi online tersebut Unit
Cyber Crime akan langsung melaporkan ke Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk dilakukan pemblokiran situs
tersebut. Upaya pemblokiran terhadap situssitus tersebut seringkali
gagal untuk menekan tidak terjadinya tindak pidana perjudian
online lagi, dikarenakan para pemain judi online ini menggunakan
aplikasi VPN untuk membuka pemblokiran terhadap situs-situs
judi online yang telah diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika. Kemudahan dalam mengunduh aplikasi VPN ini yang
menyebabkan Unit Cyber Crime Polda Bali kesulitan dalam
menangani dan memberantas tindak pidana perjudian online.
c. Faktor Masyarakat
13
Menurut keterangan Kanit Cyber Crime Polda Bali
terkadang masyarakat mengetahui bahwa ada seseorang yang
terindikasi melakukan kegiatan judi online bahkan mengetahui
tempattempat dilakukannya perjudian online namun masyarakat
dalam hal ini pasif dan tidak berani melaporkan bahwa ada orang
yang melakukan permainan judi online dan ada tempat yang
digunakan untuk kegiatan judi online.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penegakan hukum yang digunakan sebagai dasar dalam menjerat tersangka kasus
perjudian online yaitu Pasal 27 ayat (2) juncto Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No.
19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Traksaksi Elektronik, selain dari pada Pasal 27
ayat (2) UndangUndang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Traksaksi
Elektronik, Kanit Cyber Crime Polda Bali, menyatakan Unitnya melapis Pasal 27 ayat
(2) ITE tersebut dengan Pasal 303 KUHP jika tersangka adalah seseorang yang
menyediakan sarana, tempat, dan alat-alat untuk bermain judi atau biasa disebut sebagai
bandar dan Pasal 303 bis KUHP jika tersangka merupakan seseorang yang
menggunakan kesempatan untuk bermain judi atau pemain dalam perjudian.
Kepolisian Daerah Bali telah melakukan beberapa upaya penegakan hukum
terhadap pelaku tindak pidana perjudian online jika dilihat dari data 5 tahun terakhir
terdapat beberapa upaya penegakan hukum yang telah dilakukan oleh Unit Cyber
Crime Polda Bali dalam menanggulangi kejahatan cyber crime di bidang perjudian
online dengan melakukan upaya preventif dan upaya represif.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan pada uraian kesimpulan diatas
adalah:
15
Reskrimsus Polda Bali terkait peningkatan kualitas dan pengetahuan penyidik
dalam menghadapi kasus perjudian online serta merekrut tenaga ahli dibidang
teknologi informasi dan merangkul para hacker untuk membantu melacak
keberadaan bandar yang sulit ditemukan.
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, 1987, Hak Asasi Tersangka dan Peranan Psikologi
dalam Konteks KUHAP, Bina Aksara, Jakarta.
E. Utrecht, 2003, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana 1, Reflika Aditama, Bandung.
Hj. Tien S. Hulukati dan Gialdah Tapiansari B, 2006, Hukum Pidana Jilid 1, Fakultas
Hukum Universitas Pasundan, Bandung.
Lanka Amar, 2017, Peranan Orang Tua Dalam Proses Persidangan Tindak Pidana
Perjudian Yang Dilakukan Oleh Anak, CV. Mandar Maju, Bandung.
Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System; A Social Scince Prespective, Russel
Sage Foundation, New York.
Maskun, 2013, Kejahatan Siber (Cyber Crime): Suatu Pengabtar, Kencana, Jakarta.
Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik: Studi kasus Prita
Mulyasari, Rienaka Cipta, Jakarta.
Van Hammel Dalam Bukunya E. Utrecht, 2003, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana
1, Reflika Aditama, Bandung.
17
Wirjono Projodikoro, 2003, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Reflika
Aditama Bandung.
B. Internet
Santoyo, 2008, Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Hukum, Program Studi Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Volume 8,
Nomor 3.
A. Kitab Perundang-Undangan
18