Anda di halaman 1dari 22

Makalah

PIDANA MATERIIL DAN KUHP


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana
Dosen Pengampu: Miftahul Huda, M,Sy

Oleh:
Fina Evalita Nur Afifah
(2131394160048)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI
KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrohiim puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas


kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta Salam
semoga tetap terlimpahkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW. Semoga
kita setia menjadi pengikutnya dan mendapatkan syafa’at di hari kiamat kelak.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca terutama memberikan pemahaman lebih mengenai pembahasan pidana
materiil dan KUHP.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan waktu dan pengetahun kami yang terbatas. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Kediri, 23 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. Hukum Pidana Materiil................................................................................3


B. Perbedaan Hukum Pidana Materiil Dengan Hukum Pidana Formil............7
C. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)..........................................9

BAB III KESIMPULAN .....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam negara hukum tentunya punya kebijakan atau aturan khusus yang
dipergunakan untuk melindungi warganya, terutama terkait tindak pidana.
Pidana itu sendiri dapa didefinisikan sebagai suatau penderitaan yang sengaja
diberikan oleh suatu negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai
akibat atas perbuatan-perbuatan yang menurut aturan hukum pidana adalah
perbuatan yang melanggar hukum. Untuk definisi hukum pidana tidak cukup
hanya menggabungkan dua kata yaitu hukum dan pidana. menurut
Hazewinkel-Suringa, hukum pidana adalah sejumlah peraturan hukum yang
mengandung larangan dan perintah atau keharusan yang terhadap
pelanggarannya diancam dengan pidana (sanksi hukum) bagi barang siapa
yang membuatnya Hukum pidana merupakan bagian dari aturan hukum dari
suatau negara yang berdaulat, beisi perbuatan yang dilarang, disertai dengan
sanksi pidana yang melanggar, kapan, dan dalam hal apa sanksi pidana
dijatuhkan hukuman, dan bagaimana memberlakukan pelaksanaan pidana
tersebut dipaksakan oleh negara.
Definisi hukum pidana dalam arti sempit meliputi hukum pidana materiil,
atau dalam kehidupan sehari-hari kita sebut sebagai “hukum pidana”.
Sedangkan definisi hukum pidana dalam arti yang luas meliputi hukum pidana
materiil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materiil merujuk kepada
Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau KUHP. Sedangkan hukum pidana
formil merujuk kepada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana atau
KUHAP yang didalamnya memuat bagaimana pelaksanaan atau penegarakan
suatu hukum oleh aparat penegak hukum.
Untuk itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan terkait hukum
materiil dan KUHP. Mengenai perbedaan anatar hukum materiil dan hukum
formil, sejarah KUHP, beserta bab-bab yang temuat dalam KUHP buku 1,
buku 2 dan buku 3.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Hukum Pidana Materiil?
2. Apa Perbedaan Antara Hukum Pidana Materiil Dan Hukum Pidana
Formil?
3. Apa yang Dimaksud Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Hukum Pidana Materiil.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Hukum Pidana Materiil Dan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP)
3. Untuk mengetahui Apa Yang Dimaksud Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP)
4.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hukum Pidana Materiil


a. Pengertian Hukum Pidana Materiil
Sebelum menjelaskan terkait pengertian hukum pidana materiil
terlebih dahulu definsi dari hukum pidana. hukum pidana terdiri dari dua
kata yaitu hukum dan pidana. hukum itu sendiri merupakan kumpulan
peraturan yang dibuat untuk menciptakan ketertiban dan keamanan serta
keadilan yang harus ditaati oleh semua orang dalam suatu masyarakat
dengan ancaman hukuman bagi yang melanggarnya. Sedangkan kata
pidana dartikan sebagai sanksi atau hukumana. 1
Menurut Van Bemmelem hukum pidana terdiri atas tindak pidana
yang disebut berturut-turut yang dapat diterapkan terhadap perbuatan-
perbuatan itu, dan pidana yang diancamkan terhadap perbutan-perbuatan
itu. 2
Sedangkan Menurut Moeljatno hukum pidana merupakan bagian
dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan
dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh
dilakukan, dilarang dengan disertai ancaman pidana bagi barang siapa
yang melakukan. Kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan itu dapat dikenakan sanksi pidana dan dengan cara
bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan. Jadi, singkatnya
hukum pidana merupakan bagian dari aturan hukum dalam suatu negara
yang berdaulat, berisi perbuatan-perbuatan yang dilarang, disertai dengan
sanksi pidana bagi yang melanggar, kapan, dan dalam hal apa sanksi

1
Toto Santoso, Hukum Pidana Suatu Pengantar, (Depok: PT Raja Grafindo Persada,
2021), h. 8.
2
Masruchin Ruba’i, Buku Ajar Hukum Pidana, (Malang: MNC Publishing, 2015), h. 2

3
pidana itu dijatuhkan dan bagaimana pemberlakuan pelaksanaan pidana
tersebut dipaksakan oleh negara. 3
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa hukum pidana adalah
suatu aturan yang menentukan terkait perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan dengan ancaman hukuman bagi yang melanggar, menentukan
kapan dan dalam hal apa pelaku dapa dijatuhi hukuman, hingga menetukan
bagaiman cara atau proses penjatuhan hukuman. 4
Dalam percakapan sehari-hari penyebutan istilah “hukum pidana”
sebenarnya merujuk kepada hukum pidana materiil. Menurut Moeljatno
hukum pidana dapat diamaknai dalam arti luas maupun dalam arti sempit.
Dalam arti luas definisi hukum pidana mencangkup hukum pidana materiil
dan hukum pidana formil. Sedangkan dalam arti sempit hukum pidana
meliputi hukum pidana materiil. 5
Menurut Prof. Satochid kartanegara6, hukum pidana materiil
merupakan peraturan hukum mengenai:
1) Perbuatan yang dapat diancam dengan hukuman misalnya mengambil
harta milik orang lain dan dengan sengaja merampas nyawa orang lain.
2) Siapa-siapa yang dapat dihukum atau dengan pekataan lain pengatur
pertanggungan jawab terhada hukum pidana
3) Hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang yang melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang atau juga hukum
panetentiar.

Jadi singkatnya hukum materiil merupakan aturan yang berisi


perbuatan-perbuatan apa yang dapat dijatui hukum, siapa yang dapat
dihukum, dan dengan apa menghukum pelaku tersebut. Hukum materiil
sendiri merujuk kepada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).7

3
Eddy Hiariej, Pidana & Definisi, Objek Dan Ujuan Ilmu Hukum Pidana, (Depok: PT
Raja Grafindo Persada), h. 12
4
Masruchin Ruba’i, Buku Ajar Hukum Pidana, h. 2
5
Fitri Wahyuni, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, (Tanggerang : PT Nusantara
Persada Utama, 2017 ), h. 3
6
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 5
7
Fitri Wahyuni, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, h. 3

4
b. Sumber Hukum Pidana Materiil
1) Sumber Hukum Pidana Umum
Sumber hukum pidana umum sekaligus sumber hukum pidana
yang utama dalam hukum pidana materill adalah Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam KUHP memuat KUHP terdiri
dari tiga buku dengan total 569 Pasal. 8
2) Sumber Hukum Pidana Khusus diluar KUHP
Yang termasuk dalam hukum pidana khusus adalah hukum pidana
militer, hukum pidana khusus dalam peundang-undangan pidana, dan
hukum pidana khusus dalam perudang-undangan pidana. disini penulis
akan memaparkan sumber hukum pidana khusus dalam perundang-
undangan yang ada diluar KUHP, yang meliputi9:
a) UU Darurat No. 12 Tahun 1951 dan UU No. 8 Tahun 1948 Senjata
Api.
Dalam UU No. 8 Tahun 1948 Senjata Api tentang
Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api tampak
bahwa UU ini sebenarnya adalah UU administrasi bukan UU
pidana. akan tetapi terdapat pasal yang memuat ketentun pidana
yakni pada pasal 14 Ayat 1 hingga 4 saja. 10
Sedangkan untuk UU Darurat No. 12 Tahun 1951secara
keseluruhannya mengatur tentang tindak pidana yakni tindak
pidana Senjata Api.11

b) UU Darurat No. 7 Tahun 195512

8
Eddy Hiariej, Pidana & Definisi, Objek Dan Ujuan Ilmu Hukum Pidana, h. 20
9
Toto Santoso, Hukum pidana suatu pengantar, h. 213
10
Ibid, h. 214.
11
Ibid, h. 14
12
Toto Santoso, Hukum pidana suatu pengantar, h. 215

5
Tentang pengusutan, penuntutan, dan peradilan tindak
pidana ekonomi sebagaimana diubah dengan UU No. 8 Tahun
1958 tentang perubahan UU Darurat No. 7 Tahun 1955.
c) UU No. 11 Tahun 1980 13
Undang-undang ini berisi tentang Tindak Pidana Suap (UU
tindak pidana suap).
d) UU No. 31 Tahun 199914
Undang-undang ini tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaiman diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 (UU
Pemberantasan Tipikor).
e) UU No. 15 Tahun 2003
Undang-undang ini tentang penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi UU sebagaimana
diubah dengan UU No. 5 Tahun 2018 (UU Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme)
f) UU No. 21 Tahun 200715
Undang-undang ini tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (UU tindak pidana perdagangan orang).
g) UU No. 8 Tahun 201016
Undang-undang ini tentang Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU Pencucian
Uang).
h) UU No. 9 Tahun 201317
Undang-undang ini tentang Pencegahan Dan
Pemberantasan Pendanaan Terisme.
2. Perbedaan Hukum Pidana Materiil Dan Hukum Pidana Formil

13
Ibid, h. 218
14
Ibid, h. 219
15
Ibid, h. 226
16
Ibid, h. 228
17
Ibid, h. 231

6
Penyebutan hukum pidana materiil dan hukum pidana formil sendiri
merupakan klasikasi hukum pidana menurut isinya. Untuk memahami
penjelasan menganai hukum pidana formil dan materii berikut penjabaranya:18
a. Hukum Pidan Materiil
Menurut Menurut van Hattum19 Hukum pidana materiil yaitu
semua ketentuan dan peraturan yang menunjukkan tentang tindakan-
tindakan yang mana adalah merupakan tindakan-tindakan yang dapat
dihukum, siapakah orangnya yang dapat dipertanggungjawabkan
terhadap tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang bagaimana yang
dapat dijatuhkan terhadap orang tersebut, disebut juga dengan hukum
pidana yang abstrak.
Kalau kita sedang membahas terkait perbuatan seseorang yang
melukai orang lain, kemudian pelaku tersebut dapat dipidana dengan
pasal berapa,, dalam undang-undang apa, apa saja unsur dari tindak
pidana dalam pasal tersebut, serta sanksi pidana apa yang dapat
dijatuhkan, maka saat itu kita berbicara tentang hukum pidana materiil 20.

Karena hukum materiil merupakan aturan yang berisi perbuatan-


perbuatan apa yang dapat dijatui hukum, siapa yang dapat dihukum,
dan dengan apa menghukum pelaku tersebut. Hukum materiil sendiri
merujuk kepada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).21

b. Hukum Pidana Formil


Menurut van Hattum22 hukum pidana formil merupakan peraturan-
peraturan yang mengatur tentang bagaimana caranya hukum pidana
yang bersifat abstrak itu harus diberlakukan secara konkrit. Biasanya
orang menyebut jenis hukum pidana ini sebagai hukum acara pidana.

18
Eddy Hiariej, Pidana & Definisi, Objek Dan Ujuan Ilmu Hukum Pidana, h. 12
19
Fitri Wahyuni, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, h. 13
20
Toto Santoso, Hukum pidana suatu pengantar, h. 5
21
Fitri Wahyuni, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, h. 4
22
Ibid, h. 4

7
Adapun peraturan yang temuat dalam hukum pidana formil
meliputi23
1) Ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
dilarang dengan disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang
melakukan.
2) Perbuatan yang dilarang, disertai dengan sanksi pidana bagi yang
melanggar, kapan dan dalam hal apa sanksi pidana itu dijatuhkan
dan bagaimana pemberlakuan pelaksanaan pidana tersebut
dipaksakan oleh negara.
3) Aturan yang berisi perbuatan yang boleh dilakukan dan
perbuatan yang tidak boleh dilakukan disertai dengan sanksi
pidana.
4) Cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan oleh
aparat yang berwenang.
5) Dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan
dalam hukum pidana dapat dikenakan sanksi pidana dan dengan
cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan.

Jika kita gambarkan seperti halnya ketika kita membicarakan terkait


pelaku atau tersangka yang tangannya ditangkap kemudian tangannya
diborgol oleh petugas sehingga ia tidak dapat melarikan diri, maka saat
itu kita bebicara terkait hukum formil. Karena isi dari hukum formil
terkait penangkapan, penahanan, dan proses mengadili lainnya24.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum pidana formil


merupakan cara bagaimana mengakkan hukum pidana materiil atau
bagaimana cara menghukum seseorang yang melakukan tindak pidana
melalui proses pengadilan pidana. Hukum pidana formil sering disebut
sebagai hukum acara pidana yang merujuk kepada Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). 25

23
Eddy Hiariej, Pidana & Definisi, Objek Dan Ujuan Ilmu Hukum Pidana, h. 18
24
Toto Santoso, Hukum pidana suatu pengantar, h. 4
25
Eddy Hiariej, Pidana & Definisi, Objek Dan Ujuan Ilmu Hukum Pidana, h. 13

8
3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
a. Pengertian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang kita kenal saat ini
dengan sebutan KUH Pidana atau KUHP dalam bahasa belanda dikenal
dengan sebutan wetboek van strafrecht. KUHP merupakan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang menjadi sumber hukum utama dan rujukan
26
untuk hukum pidana materiil.
b. Sejarah berlakunya KUHP 27
1) Tahap pertama
Sebelum Belanda datang ke wilayah Nusantara (Indonesia), pada
waktu itu Hukum Pidana hanyalah berupa Hukum Pidana Adat yang
sebagian besar merupakan hukum tidak tertulis dan berlaku dalam isi,
tempat/golongan yang berbeda-beda (pluralitas). Hanya sebagaian
kecil saja Hukum Pidana Adat yang sudah tertulis pada waktu itu,
tetapi hanya berlaku secara lokal di dalam wilayah kerajaan-kerajaan
yang membuatnya masing-masing saja.
2) Tahap kedua
Setelah Belanda bercokol di Nusantara, maka di negeri ini terjadi
dualisme hukum pidana yakni adanya deferensiasi atau pembedaan
perlakuan 2 (dua) Hukum Pidana yaitu :
a) Hukum pidana yang berlaku bagi orang-orang Belanda dan
orang-orang Eropa lainnya serta yang dipersamakan dengan
mereka dalam hal mereka berada di wilayah Nusantara. Aturan
ini termuat dalam Wetboek van Strafrecht voor de Eropeanen.
b) Hukum pidana yang berlaku bagi orang-orang Bumi Putera
(Pribumi Indonesia) dan golongan Timur Asing (Arab, India,
Cina dan sebagainya) yang aturannya termuat dalam Wetboek
van Strafrecht.

26
Anonim, Hukum Pidana, https://id.m.wikipedia.org/wiki/hukum_pidana, Diakses pada
24 Februari 2023.
27
Masruchin Ruba’i, Buku Ajar Hukum Pidana, h. 20-23

9
Kedua Hukum Pidana di atas diadakan oleh pemerintah Belanda
dengan bersumber pada Hukum Pidana Prancis yakni Code Penal
Prancis yang lahir pada masa Napoleon Bonaparte.

3) Tahap ketiga
Pada tahun 1915 diumumkan adanya KUHP (WVS voor
Nederlandsche Indie) yang baru, dan KUHP tersebut baru berlaku pada
tanggal 1 Januari 1918 bagi semua penduduk di wilayah Hindia-
Belanda dengan menghapus kedua KUHP (Wetboek van Strafrecht
voor de Eropeanen dan Wetboek van Strafrecht) di atas.. Dengan
demikian pada saat itu unifikasi dalam hukum pidana telah tercapai
dan mengakhiri dualisme yang ada sebelumnya.
KUHP yang baru ini bukan lagi merupakan turunan dari Code
Penal Prancis sebagaimana sebelumnya, tetapi sudah bersumber
langsung (copy) dari KUHP nasional Belanda yang telah ada sejak
tahun 1866, melalui beberapa perubahan, tambahan/penyelarasannya
untuk disesuaikan dengan keadaan di Hindia-Belanda pada waktu itu
(asas Concordansi).
4) Tahap kekempat
Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia setelah
berhasil mengalahkan Belanda, dan sejak saat itu Jepang
memberlakukan Undang-undang (Osamu Seirei) No. 1 Th. 2602
tentang menjalankan pemerintahan balatentara, mulai tanggal 7 bulan 3
tahun Syoowa (2602), bertepatan dengan tanggal 7 Maret 1942, di
dalam pasal 3- nya ditentukan :
"Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaannya, hukum dan
Undang-undang dari Pemerintah yang dahulu, tetap diakui sah buat
sementara waktu, asal saja tidak bertentangan dengan aturan
Pemerintahan Militer".
Dari Aturan Peralihan Pemerintah Balatentara Jepang tersebut jelas
bahwa yang berlaku ialah peraturan-peraturan dari "Pemerintah yang
dahulu", yaitu dari zaman pemerintahan Hindia-Belanda, ini berarti

10
peraturan-peraturan pidana yang berlaku adalah yang terdapat dalam
"Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie" (W.v.S.v.N.I) yang
diberlakukan sejak tanggal 1 januari 1918 itu, serta peraturan-
peraturan pidana lainnya di luar "W.v.S.v.N.I".
5) Tahap kelima
Pada tanggal 17 Agustus 1945 negara Republik Indonesia
merdeka. Dengan pasal II Aturan Peralihan UUD (Undang-Undang
Dasar) 1945 yang mulai berlaku sejak 18 Agustus 1945, menyatakan
bahwa:

"Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung


berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang- Undang
Dasar ini"

Kemudian Aturan Peralihan Pasal IV UUD 1945 menentukan:

"Sebelum majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan


Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung di bentuk menurut Undang-
Unadang Dasar ini, segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan sebuah Komite Nasional".

Dengan adanya Pasal IV Aturan Peralihan ini maka Presiden pada


tanggal 10 Oktober 1945 mengeluarkan "Peraturan No. 2" yang isinya
antara lain menentukan sebagai berikut:

"Untuk ketertiban masyarakat, bersandar atas Aturan Peralihan


Undang-Undang Dasar Negara R.I. Pasal II berhubung dengan Pasal
IV, kami, Presiden, menetapkan peraturan sebagai berikut:

Pasal 1.

11
"Segala badan-badan negara dan peraturan-peraturan yang ada
sampai berdirinya negara R.I. pada tanggal 17 Agustus, selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang dasar masih berlaku,
asal saja tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tersebut".
6) Tahap keenam
Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah R.I. mengeluarkan
UU NO. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana tertanggal 26
Pebruari 1946 yang dalam Pasal 1-nya ditegaskan :

"Dengan menyimpang seperlunya dari peraturan Presiden R.I.


tertanggal 10 Oktober 1945 No.2 menetapkan bahwa peraturan-
peraturan hukum pidana yang sekarang berlaku, ialah peraturan-
peraturan hukum pidana yang ada pada tanggal 8 Maret 1942".

Tanggal 8 maret 1942 yang disebut dalam pasal di atas adalah saat
mulai berkuasanya pemerintah Balatentara Jepang di Indonesia. Jadi,
ini berarti, segala perubahan terhadap W.v.S.v.N.I. dan yang lainnya
itu, yang dilakukan oleh Jepang atau pemerintah apapun juga setelah
tanggal 8 Maret 1942, dianggap tidak berlaku, atau dengan kata lain
setelah dikeluarkan UU No.1 Tahun 1946 tersebut peraturan pidana
yang berlaku adalah W.v.S.v.N.I. (1918).
7) Tahap ketujuh
Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah R.I. mengeluarkan
UU NO. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana tertanggal 26
Pebruari 1946 yang dalam Pasal 1-nya ditegaskan :

"Dengan menyimpang seperlunya dari peraturan Presiden R.I.


tertanggal 10 Oktober 1945 No.2 menetapkan bahwa peraturan-
peraturan hukum pidana yang sekarang berlaku, ialah peraturan-
peraturan hukum pidana yang ada pada tanggal 8 Maret 1942".

12
Tanggal 8 maret 1942 yang disebut dalam pasal di atas adalah saat
mulai berkuasanya pemerintah Balatentara Jepang di Indonesia. Jadi,
ini berarti, segala perubahan terhadap W.v.S.v.N.I. dan yang lainnya
itu, yang dilakukan oleh Jepang atau pemerintah apapun juga setelah
tanggal 8 Maret 1942, dianggap tidak berlaku, atau dengan kata lain
setelah dikeluarkan UU No.1 Tahun 1946 tersebut peraturan pidana
yang berlaku adalah W.v.S.v.N.I. (1918)
c. Pembagian KUHP
1) Buku kesatu
Buku kesatu KUHP yang berjudul Algemeene Bepalingen atau
aturan umum memuat Sembilan bab. Buku kesatu dimulai dengan bab
1 tentang berlakunya aturan pidana dalam undang-undang. Dan
diakhiri dengan bab 9 yang berisi tentang arti beberapa perkataan
dalam kitab undang-undang ini28. Pasal terakhir buku kesatu ini adalah
pasal 103 tentang aturan penghabisan atau penutup. Berikut perincin
kesembilan bab yang temuat dalam KUHP buku kesatu29:
a) Bab I tentang batas-batas berlakunya aturan pidana dalam
perundang-undangan
b) Bab II tentang pidana
c) Bab III tentang hal-hal yang menghapuskan, mengurangkan
atau memberatkan pengenaan pidana
d) Bab IV tentang percobaan
e) Bab V tentang penyertaan dalam melakukan perbuatan
pidana
f) Bab VI tentang perbarengan
g) Bab VII tentang mengajukan dan menarik kembali
pengaduan
dalam hal kejahatan-kejahatan yang hanya dituntut
atas pengaduan
28
Toto Santoso, Hukum pidana suatu pengantar, h. 208
29
Meljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (Jakarta: PT Bumi Aksara),
h. 3-36

13
h) Bab VIII tentang hapusnya kewenangan menuntut pidana dan
menjalankan pidana
i) Bab IX tentang arti beberapa istilah yang dipakai dalam
kitab
undang-undang
2) Buku Kedua
Buku kedua berjudul misdrijven atau kejahatan-kejahatan. Buku
kedua ini seluruhnya membahas tentang tindak pidana dalam KUHP
yang jenisnya adalah kejahatan. memuat tentang Kejahatan-Kejahatan.
Buku kedua terdiri atas 31 bab 30. Mulai dari bab 1 yaitu kejahatan
terhadap keamanan negara samai bab 31 tentang ketentuan
pengulangan kejahatan. Adapun perincian ke 31 bab dalam KUHP
buku kedua ini meliputi:31
a) Bab I tentang kejahatan terhadap keamanan negara
b) Bab II tentang kejahatan terhadap martabat Presiden dan
Wakil Presiden
c) Bab III tentang kejahatan terhadap negara sahabat dan
terhadap kepala negara sahabat serta wakilnya
d) Bab IV tentang kejahatan terhadap melakukan kewajiban
dan hak kenegaraan
e) Bab V tentang kejahatan terhadap ketertiban umum
f) Bab VI tentang perkelahian tanding (bab ini berdasarkan
g) Bab V Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 telah
dihapus)
h) Bab VII tentang kejahatan yang membahayakan keamanan
umum bagi orang atau barang
i) Bab VIII tentang kejahatan terhadap penguasa umum
j) Bab IX tentang sumpah palsu dan keterangan palsu
k) Bab X tentang pemalsuan mata uang dan uang kertas
30
Toto Santoso, Hukum pidana suatu pengantar, h. 209
31
Meljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),h. 43-174

14
l) Bab XI tentang pemalsuan meterai dan merek
m) Bab XII tentang pemalsuan surat
n) Bab XIII tentang kejahatan terhadap asal-usul pernikahan
o) Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan
p) Bab XV tentang meninggalkan orang yang perlu ditolong
q) Bab XVI tentang penghinaan
r) Bab XVII tentang membuka rahasia
s) Bab XVIII tentang kejahatan terhadap kemerdekaan orang
t) Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa
u) Bab XX tentang penganiayaan
v) Bab XXI tentang menyebabkan mati atau luka-luka karena
kealpaan
w) Bab XXII tentang pencurian
x) Bab XXIII tentang pemerasan dan pengancaman
y) Bab XXIV tentang penggelapan
z) Bab XXV tentang perbuatan curang
aa) Bab XXVI tentang perbuatan merugikan pemiutang atau orang
yang mempunyai hak
bb) Bab XXVII tentang penghancuran atau pengrusakan barang
cc) Bab XXVIII tentang kejahatan jabatan
dd) Bab XXIX tentang kejahatan pelayaran
ee) Bab XXIX tentang kejahatan penerbangan dan kejahatan
sarana/prasarana penerbangan
ff) Bab XXX tentang pemudahan, penerbitan dan percetakan
gg) Bab XXXI tentang aturan pengulangan kejahatan-kejahatan
yang bersangkutan dengan berbagai-bagai bab
3) Buku Ketiga
Buku ketiga KUHP berjudul overtredingen atau pelanggaran-
pelanggaran. Buku ketiga ini seluruhnya membahas tentang tindak
pidana dalam KUHP yang jenisnya adalah pelanggaran. Buku ketiga
ini terdiri atas 10 bab. Mulai dari bab 1 yaitu pelanggaran terhadap

15
keselamatan umum bagi orang dan barang dan bagi kesehatan umum
bagi orang dan barang dan bagi kesehatan umum32. Kemudian pada
bab terakhir memuat tentang pelanggaran terhadap keamanan negara.
Adapun perincian dari ke 10 bab KUHP buku ketiga ini meliputi33:
a) Bab I tentang pelanggaran kemanan umum bagi orang
atau
barang dan kesehatan umum
b) Bab II tentang pelanggaran ketertiban umum
c) Bab III tentang pelanggaran terhadap penguasa umum
d) Bab IV tentang pelanggaran mengenai asal-usul dan
pernikahan
e) Bab V tentang pelanggaran terhadap orang yang
memerlukan pertolongan
f) Bab VI tentang pealnggaran kesusilaan
g) Bab VII tentang pelanggaran mengenai tanah, tanaman dan
pekarangan
h) Bab XVIII tentang pelanggaran jabatan
i) Bab IX tentang pelanggaran pelayaran

32
Toto Santoso, Hukum pidana suatu pengantar, h. 2011
33
Meljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),h. 179-201

16
BAB III

KESIMPULAN

Menurut Moeljatno hukum pidana dapat diamaknai dalam arti luas


maupun dalam arti sempit. Dalam arti luas definisi hukum pidana mencangkup
hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Sedangkan dalam arti sempit
hukum pidana meliputi hukum pidana materiil. Hukum materiil merupakan aturan
yang berisi perbuatan-perbuatan apa yang dapat dijatui hukum, siapa yang dapat
dihukum, dan dengan apa menghukum pelaku tersebut. Hukum materiil sendiri
merujuk kepada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Berbeda dengan hukum materiil yang berupa aturan yang berisi perbuatan-
perbuatan apa yang dapat dijatui hukum, siapa yang dapat dihukum, dan dengan
apa menghukum pelaku tersebut. Hukum pidana formil merupakan cara
bagaimana mengakkan hukum pidana materiil atau bagaimana cara menghukum
seseorang yang melakukan tindak pidana melalui proses pengadilan pidana. jika
hukum materiil merujuk kepada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Maka hukum pidana formil yang sering disebut sebagai hukum acara pidana
merujuk kepada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang kita kenal saat ini dengan
sebutan KUH Pidana atau KUHP dalam bahasa belanda dikenal dengan sebutan
wetboek van strafrecht. KUHP yang dipakai di Indonesia saat ini merupakan
produk hukum hindia belanda yang dulunya bernama WvSNI yang baru pertama
kali diberlakukan pada tanggal 1 januari 1918 namun masih terdapat ajaran
tentang kerja rodi dan kebiajkan-kebijakan lain dari saat itu. Namun setelah
Indonesia merdeka WvSNI diubah menjadi KUHP sebagai sumber hukum pidana
di Indonesia sekaligus menghapus beberapa kebjakan yang sekiranya tidak sesuai
dengan prinsip hukum di indoneia.

17
KUHP merupakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menjadi
sumber hukum utama dan rujukan untuk hukum pidana materiil. Dalam KUHP
terdapat Dalam KUHP memuat KUHP terdiri dari tiga buku dengan total 569
Pasal. Buku kesatu KUHP yang berjudul Algemeene Bepalingen atau aturan
umum memuat Sembilan bab. Buku kedua berjudul misdrijven atau kejahatan-
kejahatan. Buku kedua ini seluruhnya membahas tentang tindak pidana dalam
KUHP yang jenisnya adalah kejahatan. Buku ketiga KUHP berjudul
overtredingen atau pelanggaran-pelanggaran yang memuat 10 bab.

18
DAFTAR PUSTAKA

Meljatno. 2014. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Santoso, Toto. 2021. Hukum Pidana Suatu Pengantar. Depok: PT Raja Grafindo
Persada2021).
Ruba’i, Masruchin. 2015. Buku Ajar Hukum Pidana. Malang: MNC Publishing.
Hiariej, Eddy. Pidana & Definisi, Objek Dan Ujuan Ilmu Hukum Pidana, Depok:
PT Raja Grafindo Persada.
Wahyuni, Fitri. 2017. Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia. Tanggerang: PT
Nusantara Persada Utama.
Waluyo, Bambang. 2008. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika.

Anonim, Hukum Pidana. https://id.m.wikipedia.org/wiki/hukum_pidana. Diakses


Pada 24 Februari 2023.

19

Anda mungkin juga menyukai