Anda di halaman 1dari 17

HUKUM PIDANA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah pengantar hukum indonesia

Disusun oleh kelompok 5:

1. Khansa Niswa Thahira 105220023

2. Muhammad Amrul Padli 105220239

3. Nadya Karmiati 105220037

4. Priansyah Uria 105220087

Dosen Pengampu:

Diana Rani S.H. M.Kn

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN 3A

FAKULTAS SYARIAH

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas makalah
dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “HUKUM
PIDANA”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia
dari ibu Diana Rani M.Kn dan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jajuh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah kedepannya. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum pidana


B. Tujuan hukum pidana dan pembagian hukum pidana
C. Peristiwa pidana dan perbuatan pidana (delik)
D. Macam- macam perbuatan pidana
E. Jenis hukuman pidana

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada suatu kebutuhan yang
mendesak, kebutuhan yang mendesak. Bahkan, kadang-kadang kebutuhan itu timbul
karena keinginan atau desakan untuk mempertahankan status diri. Untuk memenuhi
kebutuhan yang mendesak, biasanya sering dilaksanakan tanpa pemikiran matang
dapat merugikan lingkungan atau manusia lain. Hal seperti itu akan menimbulkan
suatu akibat negatif yang yang tidak seimbang dengan suasana dan kehidupan yang
bernilai baik. Untuk mengembalikan keadaan suasana dan kehidupan yang bernilai
baik, diperlukan suatu pertanggung jawaban dari pelaku yang menciptakan
ketidakseimbangan. Pertanggungjawaban yang wajib dilaksanakan oleh pelakunya
berupa pelimpahan rasa ketidakenakan masyarakat. Hal itu supaya dapat dirasakan
juga penderitaan atau kerugian yang dialami. Dalam mempertanggungjawabkan
perbuatannya itu berupa hukuman yang disebut “dipidanakan “. Jadi seseorang yang
dipidanakan berarti dirinya menjalankan suatu hukuman untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dinilai kurang baik dan membahayakan
kepentingan umum. Berat ringannya hukuman yang wajib dijalankan oleh seseorang
untuk mempertanggungjawabakan perbuatannya tergantung dari penilaian masyarakat
atas perbauatan orang itu. Dalam proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana,
seorang tersangka harus berkali-kali diajukan penetapan untuk perpanjangan masa
tahanan (bahkan melebihi atas yang ditentukan dalam KUHAP) hanya karena alasan
pemeriksaan belum tuntas. Jalur untuk mengetahui adanya suatu tindak pidana adalah
pengaduan, laporan, dan tertangkap tangan.

Menurut ketentuan didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KHUP)


hanya mengenal dua jenis hukuman pidana, yaitu pidana pokok dan pidana
tambahan yang dijelaskan dalam pasal 10 KHUP. Pidana pokok terdiri dari
pidana mati, penjara, kurungan, denda dan tutupan. Sedangkan pidana tambahan
terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, dan
pengumuman putusan hakim.
B. Rumusan Masalah
Sebagai konsekuensi lebih lanjut, muncul beberapa masalah hukum
sebagaimana yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian hukum pidana?
2. Apa tujuan hukum pidana dan pembagian hukum pidana?
3. Apa saja peristiwa pidana dan perbuatan pidana?
4. Apa saja macam-macam perbuatan pidana?
5. Apa saja tujuan hukuman pidana?

C. Tujuan
Agar kita semua bisa mengetahui hukum pidana yang ada di indonesia ini,
supaya lebih memahami hukum pidana, apa saja yang termasuk perbuatan
dan peristiwa pidana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum pidana

Berikut beberapa pengertian hukum pidana menurut para ahli

Menurut W.F.C van Hanttum, hukum pidana adalah suatu keseluruhan dari
asas - asas dan peraturan - peraturan yang diikuti oleh negara atau suatu
masyarakat hukum umum lainnya, dimana mereka itu sebagai pemelihara dari
ketertiban hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan - tindakan yang
bersifat melanggar hukum dan telah mengaitkan pelanggaran terhadap
peraturan - peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa
hukuman.

Menurut Sudarto, hukum pidana adalah aturan hukum yang mengikatkan


kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat - syarat tertentu akibat yang
berupa pidana.

Menurut W.L.G. Lemaire, hukum pidana itu terdiri dari norma – norma
yang berisi keharusan – keharusan dan larangan - larangan yang (oleh
pembentuk undang - undang) telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa
hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.

Dari pengertian beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum


pidana adalah peraturan yang berisi tentang pelanggaran dan kejahatan atau
yang tidak boleh dilakukan terhadap kepentingan umum, menentukan suatu
perbuatan yang diancam dengan sanksi berupa pidana bagi pelanggarnya

B. Tujuan hukum pidana dan pembagian hukum pidana

Adanya dibuat hukum pidana pasti terdapat tujuan dibuatnya hukum pidana
tersebut supaya manusia sadar akan apa yang dilakukannya pasti terdapat
konsekuensinya.
1. Pencegahan, untuk menakut-nakuti orang-orang jangan sampai melakukan
perbuatan yang buruk. Mungkin dibuatnya hukum pidana ini supaya orang
bisa berpikir panjang untuk melakukan tindak kejahatan.
Karena jika sudah melakukan tindak kejahatan kehidupan seseorang itu akan
berakhir dipenjara atau sanksi yang lainnya. seseorang yang melakukan tindak
kejahatan terkadang dengan keadaan.
2. terpaksa atau mendesak. Walau bagaimanapun permasalahan yang dialami
sebaiknya mencari jalan keluar yang baik dan tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain.
3. Mendidik, untuk mendidik seseorang yang pernah melakukan perbuatan tidak
baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan masyarakat.
Dan seseorang bisa menjadi dampak yang baik dilingkungan masyarakat. Jadi,
hukum pidana sebenarnya mengatur dan membatasi tingkah laku manusia
dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum. Akan tetapi, kalau di
dalam kehidupan atau lingkungan ini masih ada manusia yang melakukan
perbuatan tidak baik yang kadang - kadang merusak lingkungan hidup
manusia lain, hal itu sebenarnya akibat dari moralitas individu.

Pembagian hukum pidana

1. Hukum pidana obyektif dan hukum pidana subyektif


a. Hukum pidana obyektif, yaitu peraturan tentang perintah atau
larangan terhadap pelanggaran apabila melanggar mendapatkan
hukuman berupa siksaan. Sederhana nya siapapun yang melanggar
aturan, akan mendapatkan sanksi atas pelanggaran yang telah
dilakukan.
b. Hukum pidana subjektif adalah peraturan yang mengatur hak
negara untuk melaksanakan kewenangan terhadap orang yang telah
melakukan suatu tindak pidana. Sederhananya hak negara untuk
menghukum seseorang yang melakukan perbuatan dilarang oleh hukum.
2. Hukum pidana materiil dan hukum pidana formil
a. Hukum pidana materiil, menurut Van Hattum yaitu hukum yang
mengatur tentang tindakan - tindakan yang mana merupakan tindakan -
tindakan yang dapat dihukum, siapakah orangnya yang
mempertanggungjawabkan terhadap tindakan – tindakan tersebut dan
hukuman yang bagaimana yang dijatuhkan terhadap orang tersebut.
Adapun pengertian hukum pidana materiil yang lain yaitu perbuatan-
perbuatan yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman pidana.
Singkatnya, hukum pidana materiil berisi mengenai perbuatan -
perbuatan pidana.
b. Hukum pidana formil adalah untuk menegakkan hukum pidana
materiil. Hukum pidana formil berisi mengenai cara bagaimana
menegakkan hukum pidana materiil melalui suatu proses peradilan
pidana. Singkatnya hukum pidana formil mengatur bagaimana para
penegak hukum mempersiapkan atau menggunakan alat perlengkapan
untuk melakukan kewajiban untuk menyidik, menjatuhkan, menuntut
dan melaksanakan pidana didalam suatu proses peradilan pidana.

3. Hukum pidana umum dan hukum pidana khusus


a. Hukum pidana umum, seperti namanya hukum pidana umum tentu
hukum pidana yang dengan sengaja dibentuk untuk berlaku untuk semua
warga negara tanpa membeda - bedakan kualitas pribadi warga negara
tertentu.
b. Hukum pidana khusus, yaitu hukum pidana yang dibentuk untuk
diberlakukan bagi orang - orang tertentu, karena peraturannya yang secara
khusus, jadi hukum pidana khusus ini bertitik berat kepada kekhususan
suatu golongan tertentu seperti anggota militer atau suatu tindakan
tertentu seperti pemberantasan tindak pidana ekonomi, korupsi dan
sebagainya.
C. Peristiwa Pidana dan perbuatan Pidana (Delik)
Peristiwa pidana / perbuatan pidana / delik adalah tindakan manusia
yang melawan hukum dan dilakukan oleh orang yang dapat
dipertanggungjawab atau perbuatan yang dapat dibebankan oleh hukum
pidana.
Pada hakikatnya, setiap perbuatan pidana harus terdiri dari unsur - unsur
lahiriah (fakta) oleh perbuatan, mengandung kelakuan dan akibat yang
ditimbulkan dalam melakukan perbuatan tersebut. Unsur-unsur tersebut dapat
sebagai berikut:
a. Unsur objektif adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang
meliputi perbuatan, akibat, keadaan, dan sifat dapat dibedakan:
1. Perbuatan manusia, berupa:
- Dalam arti positif, perbuatan manusia yang disengaja
- Dalam arti negatif, kelalaian
2. Akibat perbuataan manusia.
Yaitu perbuatan manusia yang menimbulkan akibat membahayakan
atau merusak, bahkan menghilangkan kepentingan- kepentingan yang
dilindungi oleh hukum, misalnya nyawa, badan, kehormatan, dan
sebagainya.
3. Keadaan-keadaan
Pada umumnya, keadaan tersebut dibedakan antara lain:
- Keadaan pada saat perbuataan dilakukan
- Keadaaan setelah perbuataan dilakukan
4. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum
Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan yang membebaskan
sipelaku dari hukuman. Adapun sifat melawan hukum adalah
perbuatan itu bertentangan dengan hukum, yakni berkenaan dengan
larangan atau perintah melakukan sesuatu
b. Unsur subjektif adalah yang menyangkut mengenai keadaan pelaku
yang dipertanggungjawabkan atas kelakuan yang bertentangan dengan
hukum .
Kepada perbuatan yang tidak memenuhi salah satu unsur dapat tidak dipidana
karena adanya alasan penghapus pidana yang terdiri dari:

a. Alasan pemaaf
Mendapatkan alasan pemaaf, apabila pelakunya tidak dapat
dipertanggungjawabkan, misalnya orang gila yang melakukan pembunuhan.
b. Alasan pembenar
Alasan pembenar, apabila perbuatannya tidak bersifat melawan hukum,
misalnya ahmad yang melakukan tugasnya mengeksekusikan pidana mati.
Ahmad ini mendapatkan alasan penghapus pidana yang berupa alasan
pembenar karena perbuatannya membunuh orang adalah menjalankan
tugasnya

D. Macam-Macam Perbuatan Pidana


Dalam hukum pidana dikenal delik formil dan materiel. Delik formal
adalah delik menitikberatkan pada perbuatan yang dilarang atau dengan
kata lain melawan undang - undang dan diancam dengan pidana oleh
undang-undang disini rumusan dari perbuatan jelas. Adapun delik materiel
adalah delik yang perumusannya menitikberatkan pada akibat yang dilarang
dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, yaitu.
a. Doleuse delicten dan culpose delicten
 Doleuse delicten (delik dolus) adalah perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana yang dilakukan oleh seseorang dengan
sengaja. Rumusan undang-undang menggunakan kalimat opzettelijk,
akan tetapi juga dikenal sebagai perbuatan yang dilakukan karena dolus
atau opset, seperti misalnya 338 KUHP.
 Culpose delicten (delik culpa), adalah perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana yang dilakukan dengan tidak sengaja, hanya
karena kealpaan saja. Kealpaan adalah suatu macam kesalahan si
pelaku tindak pidana yang tidak sengaja seperti dapat dikatakan
perbuatan yang kurang berhati-hati sehingga mengakibatkan
terjadinya sesuatu yang tidak sengaja, atau nalatigheid atau
nachtzammheid. Rumusan undang-undang mempergunakan kalimat
schuld, seperti misalnya pasal 359.
b. Formeele delicten dan materiele delicten
 Formeele delicten (delik formil), adalah peraturan undang-undang yang
menitikberatkan kelakuan yang dilarang dan diancam oleh undang-
undang, seperti misalnya pasal 362 KUHP tentang pecurian, meski
barang yang hendak dicuri belum sempat diambil (pencurian belum
selesai).
 Materiele delicten (delik materil), adalah peraturan undang-undang
yang menitikberatkan akibat yang dilarang dan diancam dengan
pidana oleh undang-undang, sedeharnanya undang - undang melarang
akibat dari suatu perbuatan tersebut seperti misalnya pasal 338
KUHP meski pelaku berniat membunuh korban, tetapi korban belum
sampai tewas.
c. Commisie dilicten dan omnisie delicten
 Commisie delicten (delik komisi), adalah delik yang terjadi karena
perbuatan seseorang yang melanggar larangan untuk melakukan
sesuatu. Sederhana nya terjadiya delik karena melanggar
larangan.
 Ommisie delicten (delik omisi), adalah seseorang yang tidak
berbuat sesuatu atau melanggar sebuah perintah. Sederhana nya
tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan / yang diharuskan.
Misalnya pasal 552 KUHP, tidak menghadap sebagai saksi
dimuka pengadilan.
d. Zelfstandige delicten dan voorgezette delicten
 Zelfstandige delicten (delik berdiri sendiri), adalah delik yang
berdiri sendiri yang terdiri atas satu perbuatan tertentu.
Sederhana nya terjadinya delik hanya pada satu perbuatan tindak
pidana saja tanpa disertai atau dilanjutkan dengan perbuatan
tindak pidana yang lainnya. misalnya orang yang melakukan
tindak pidana pembunuhan terhadap seorang anak remaja
perempuan, yang dimana pelaku itu dalam melakukan perbuatan
tindak pidana pembunuhan tidak disertai dengan pidana
pencurian atau tindak pidana pelecehan.
 Voorgezette delicten (delik berlanjut), delik yang terdiri atas
beberapa perbuatan yang berlanjut, misalnya seperti tindak
pidana pencurian yang disertai dengan pembunuhan.
e. Aflopende delicten dan voordurende delicten
 Aflopende delicten (delik selesai ) adalah delik-delik yang terdiri
atas kelakuan untuk berbuat atau tidak berbuat dan delik telah
selesai ketika dilakukan. Sederhananya dimana suatu kejadian atau
perbuatan terlarang tidak berlangsung secara terus-menerus dan
selesai saat dilakukannya perbuatan tersebut atau setelah adanya
akibat dari perbuatan tersebut. Contohnya pembunuhan karena
timbulnya akibat dari tindak tersebut misalnya kematian pada
korban.
 voordurende delicten (delik berlanjut) adalah delik yang terdiri
atas melangsungkan atau membiarkan suatu keadaan yang
terlarang, walaupun keadaan itu pada mulanya ditimbulkan untuk
sekali perbuatan.
Contohnya B merupakan seorang manager keuangan di
perusahaan X, B ingin mengambil uang perusahaan untuk
kepuasan pribadi dengan cara mengambilnya secara beberapa
kali dalam kurun interval waktu tidak lama.
f. Enkelvoudige delicten dan semengestelde delicten
 Enkelvoudige delicten (delik tunggal) mempunyai arti yang
hampir mirip dengan aflopende delicten, yaitu delik yang selesai
dengan suatu kelakuan dapat dipidananya pelaku cukup
dilakukan satu kali perbuatan
 semengestelde delicten (delik berangkai) adalah delik yang terdiri
atas lebih dari satu perbuataan.
g. Eenvoudige delicten dan gequalificeerde delicten
 Eenvoudige delicten (delik biasa) adalah delik yang mempunyai
bentuk pokok yang disertai unsur yang meringankan atau
sederhana tanpa pemberatan ancaman pidananya.
 gequalificeerde delicten (delik kualifikasi) adalah delik – delik
dengan pemberatan karena kondisi – kondisi tertentu. Tetapi satu
atau lebih keadaan yang memperberat pidana / tidak menjadi
soal apakah itu merupakan unsur tindak pidana / tidak.
h. Politieke delicten dan commune delicten.
 Politieke delicten (delik politik), delik yang dilakukan karena
adanya unsur politik, atau sederhananya perbuatan yang melanggar
keamanan negara atau politik, yang dapat dibedakan menjadi:
1. Zuivere politieke delicten adalah kejahatan pengkhianatan intern
dan pengkhianatan ekstern.
2. Gemengde politieke delicten adalah pencurian terhadap
dokumen negara.
3. Connexe polietieke delicten adalah kejahatan
menyembunyikan senjata.
 Commune delicten (delik kumun atau delik umum), adalah delik
yang ditujukan pada kejahatan yang tidak termasuk keamanan
negara, atau delik yang dilakukan oleh masyarakat pada
umumnya.
i. Delicta propia dan commune delicten
 Delicta propia (delik propria), adalah delik yang dilakukan hanya
orang tertentu karena kualitas.
 Commune delicten (delik komun) adalah delik yang dapat
dilakukan oleh setiap orang pada umumnya.

E. Jenis – Jenis hukuman pidana


Jenis-jenis hukuman pidana disebutkan dalam pasal 10 KUHP membagi
hukuman menjadi dua bentuk, yakni hukuman pokok dan hukuman
tambahan. Adapun hukuman pokok itu terbagi lagi dalam beberapa jenis,
yakni:
a. Pidana mati
jenis pidana ini merupakan pidana yang hukuman yang dijalankan
dengan membunuh, menembak, atau menggantung orang yang bersalah.
Banyak negara yang sudah menghapus pidana mati dari KUHPnya
antara lain negeri Belanda yang telah menghapuskan pidana mati itu
pada tahun 1870. Di Indonesia ketentuan pidana mati masih tercantum
dalm KUHP.
Tetapi pelaku yang mendapatkan hukuman mati tidak langsung
dieksekusi karena terdakwa mendapatkan masa percobaan yaitu
menunjukkan sikap dan perbuataan yang terpuji selama 10 tahun dengan
memerhatikan rasa penyesalan terdakwa dengan harapan untuk
memperbaiki diri apabila masa percobaannya tersebut berhasil maka
hukuman mati bisa berubah menjadi hukuman pidana seumur hidup.
Jika terdakwa selama masa percobaan tidak memperbaiki diri atau tidak
menunjukkan sikap terpuji, maka pidana mati dapat dilaksanakan.
b. Pidana Penjara
Pidana penjara merupakan pidana terberat kedua setelah pidana
mati. Pidana penjara merupakan pidana utama diantara pidana
kemerdekaan. Lama pidana penjara, bisa seumur hidup dan dapat
selama waktu tertentu. Pidana selama waktu tertentu, minimum (paling
pendek) adalah satu hari dan maksimum (paling lama) lima belas
tahun. Maksimum lima belas tahun dapat dinaikkan menjadi dua puluh
tahun apabila: kejahatan diancam dengan pidana mati dan kejahatan
diancam dengan pidana seumur hidup.
c. Pidana Kurungan
Pidana kurungan adalah pidana yang lebih ringan dari pidana
penjara dalam hal bagi pelaku perbuataan pidana terhadap pelanggaran-
pelanggaran yang sebagaimana telah diatur dalam buku III KUHP serta
bagi mereka yang melakukan kejahatan-kejahatan yang tidak disengaja
sebagaimana yang telah diatur dalam buku III KUHP. Khusus pidana
kurungan ini, berdasarkan pasal 18 KUHP, dapat dilakukan minimal
satu hari dan maksimal satu tahun dan dapat diperpanjang menjdi satu
tahun empat bulan jika terdapat atau terjadi gabungan perbuatan pidana,
berulang kali melakukan perbuatan pidana dan terkena rumusan
ketentuan pasal 52 KUHP.
d. Pidana Denda
Pidana denda adalah bentuk hukuman yang melibatkan dengan
sejumlah uang yang wajib dibayarkan terpidana dalam jumlah tertentu
berdasarkan putusan pengadilan. Jika tidak mampu membayar maka
bisa digantikan pidana kurungan.
e. Pidana Tutupan
Pidana tutupan adalah salah satu pidana pokok yang dapat
dijatuhkan kepada terpidana. Pidana tutupan umumnya diberikan
kepada orang yang melakukan kejahatan politik atau pelaku pidana
militer. Tempat pidana tutupan dijalankan adalah di rumah tutupan.
Didalam rumah tersebut, para terpidana diharuskan untuk bekerja
sesuai dengan yang ditentukan oleh menteri pertahanan dengan
persetujuan menteri kehakiman. Seperti tenaga kerja lembur, terpidana
tutupan yang bekerja melebihi waktu yang ditentukan dapat diberikan
hadiah.

Pidana Tambahan
Pidana tambahan adalah pidana yang bersifat menambah pidana
pokok yang dijatuhkan. Pada umumnya pidana tambahan hanya dapat
dijatuhkan disamping pidana pokok. Artinya, pidana tambahan tidak
boleh dijatuhkan sebagai pidana satu-satunya karena sifat dari pidana
tambahan tersebut hanyalah merupakan tambahan dari sesuatu hal yang
pokok. Hukuman tambahan gunanya untuk menambah hukuman pokok,
dapat dijatuhkan tetapi tidaklah menjadi suatu kewajiban.

Berdasarkan kitab undang-undang hukm pidana pasal 10 dikatakan


bahwa pidana tambahan meliputi:
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Hukum pidana membicarakan tentang tindakan-tindakan dan peraturan
pidana yang ada, apapun perbuatan yang kita lakukan yang bersifat
melanggar aturan dan melakukan larangannya pasti akan terkena pidana
sesuai tindakan yang dilakukan. Untuk itu kita harus mematuhi
peraturan- peraturan yang ada atau dibuat agar hidup kita aman dan damai.
Tindakan-tindakan yang salah akan dikenakan pidana berdasarkan
rumusan undang-undang yang ada. Tujuan dibuatnya hukum pidana
untuk menakut-nakuti manusia supaya tidak melakukan tindak kejahatan
jadi jika manusia mengetahui tentang hukum pidana dia tidak akan
terjerumus ke dalam tindak kejahatan. Selain itu juga, tujuan hukum
pidana untuk mendidik manusia agar memperbaiki diri supaya menjadi
individu yang lebih baik lagi. Hukum pidana terdapat pembagiannya
yaitu hukum pidana obyektif dan subyektif , hukum pidana formil dan
materil, hukum pidana umum dan khusus. Peristiwa-peristiwa tindak
pidana akhir-akhir sering menjadi sorotan dikalangan masyarakat umum
yaitu kasus korupsi, kasus pembunuhan dan yang sering terjadi adalah
kasus pencurian. Karena peristiwa pidana inilah mengakibatkan
permasalahan yang merugikan masyarakat umum. Perbuatan atau
peristiwa-peristiwa para terpidana ini ada banyak sekali macam-
macamnya. Ada perbuatan pidana yang disengaja/ tidak sengaja, ada
perbuatan pidana yang melanggar larangan / tidak mematuhi peraturan.
Karena perbuatan terdapat berbagai macam pasti terdapat hukuman
pidana yang sesusai dengan tindak pidana yang dilakukan. Hukuman
pidana yang sangat mengerikan yaitu hukuman mati yang dimana
terpidana mendapat hukuman tembak, digantung dll sebelum ia dipenjara.
tetapi dilakukannya hukuman mati tersebut butuh waktu yang sangat
panjang karena terpidana masih bisa berkesempatan untuk memperbaiki
diri menjadi lebih baik selama 10 tahun. Jika terpidana melakukan
sesuatu yang baik hukuman yang didapatkannya bisa menjadi lebih
ringan.
Dari hukuman pidana mati menjadi hukuman pidana seumur hidup.
Selanjutnya hukuman yang sering terjadi dikalangan tindak kejahatan
yaitu hukuman penjara hukuman penjara ini terpidana dipenjara sesuai
dengan waktu yang ditentukan oleh pihak yang berwajib. Lama pidana
penjara, bisa seumur hidup dan dapat selama waktu tertentu. Pidana
selama waktu tertentu, minimum (paling pendek) adalah satu hari dan
maksimum (paling lama) lima belas tahun. Selain itu hukuman pidana
ada juga hukuman denda yang dimana terpidana membayar uang
dengan jumlah tertentu yang telah ditentukan oleh pihak pengadilan.

DAFTAR PUSTKA

Anda mungkin juga menyukai