PEMBEGALAN DI MEDAN
DISUSUN OLEH
ALFON J. MARBUN ELZA C. SIHALOHO
ANGLE F. MANIK KRISTINA R. GIRSANG
CELLO F. Y. RAJAGUKGUK MELISA LAUDYA
KELOMPOK I
X-3
A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan makalah ini
dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian hasil riset mengenai "Pembegalan di
Medan".
Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan guru pembimbing
Lamsahat Tua Siahaan. Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga
dan pikirannya yang telah diberikan, sehingga laporan makalah ini dapat selesai dengan
lancar.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata emoga laporan
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan
masyarakat Indonesia umumnya.
Kelompok I
B
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………... 4
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………....... 4
D. Manfaat Rumusan Masalah…………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………... 6
A. Pengertian Begal……………………………………………………………... .6
B. Motif Pelaku Pembegalan……………………………………………………...6
C. Solusi…………………………………………………………….... …………..9
D. Hukuman/Sanksi……………………………………………………………... 9
E. Peran Lembaga Pengadilan……………………………………………………10
A. Kesimpulan……………………………………………………………...........11
B. Saran……………………………………………………………......................12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….........14
C
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang berlandasakan hukum. Hal ini sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945. Hal itu berarti Indonesia adalah negara yang
menjunjung tinggi hakasasi manusia dan menjamin segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukumdan pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
D
karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan,
atau harus dilakukan, serta bagaimana cara melaksanakan kepatuhan kepada kaidah-
kaidah.
Adapun salah satu kejahatan yang saat ini sedang marak terjadi di Indonesia adalah
kasus tindak pidana begal, salah satunya di wilayah kota Medan. Kasus tindak pidana
begal termasuk ke dalam tindak pidana pencuriaan dengan kekerasan yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 365 dan pasal 367. Contoh kasus
ataupun masalah dari kejahatan ini ialah ketika pihak berwajib, kepolisian resort Medan
baru menangkap salah satu pemimpin dari kelompok Begal yang ada di daerah Medan.
Pelaku melakukan aksinya pada tanggal 20 Agustus di jalan Sei Putih. Korban dari
kejahatan ini saat itu hendak menuju kawasan Petisah dari jalan Jamin Ginting. Ketika
memasuki daerah jalan Sei Putih, korban ditembak dengan air softgun yang mengenai
bagian leher korban. Ketika itu korban jatuh dan langsung dipukul dengan bambu oleh
pelaku, pelaku pun berhasil membawa motor korban.
Faktor yang mempengaruhi pelaku melakukan tindak pidana ini seperti faktor
ekonomi, fakor lingkungan hidup, faktor pendidikan yang rendah, dan pergaulan.
Sedangkan faktor lainnya yaitu kelalaian para pemilik kendaraan bermotor yang kurang
waspada saat memarkirkan kendaraan mereka di tempat-tempat tertentu. Pelaku tindak
kejahatan ini lebih sulit untuk tertangkap dibandingkan pelaku pencurian lainnya karena
sangat sulit pengenalan kembali kendaraan bermotor yang dicuri, penjualan kendaraan
hasil pembegalan mudah dilaksanakan, alat untuk melakukan begal mudah didapatkan,
dan tempat parkir tidak bertanggungjawab atas kehilangan kendaraan bermotor. Negara
Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, aman, dan
E
tentram berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sehingga penegakan hukum tetap
berjalan dengan tegas dan konsisten. Sehingga diperlukan kekuatan eksternal untuk
menegakkannya yaitu penegak hukum. Penegakkan hukum di Indonesia untuk
menyelesaikan perkara tindak pidana begal dilaksanakan oleh aparat kepolisian dan
pengadilan negeri Indonesia. Dalam pasal 17 UU No. 2 Tahun 2002, kepolisian
Republik Indonesia berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua
tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangan lainnya,
khususnya di daerah dimana hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan.
F
masih dibawah usia terkena hukuman (dibawah umur/ < 17 tahun ), sehingga lembaga
penegak hukum tersebut terkadang tidak menjatuhkan sanksi berupa hukuman kepada
mereka. Sehingga para pelaku yang di bawah umur tersebut diberikan rehabilitasi di
lembaga-lembaga sosial. Namun sayang, ketika mereka keluar dari masa rehabilitasi,
sering kali mereka kembali melakukan tindak pidana begal. Laporan proposal ini kami
buat dengan maksud ingin mencari tahu informasi mengenai bagaiamana penegakkan
hukum terutama para lembaga penegak hukum seperti pihak kepolisian, pengadilan
tinggi terhadap tindak pidana kejahatan Begal yang sering terjadi, khususnya di wilayah
kota Medan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
G
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya peradikam
dalam menanggulangi kejahatan begal.
4. Untuk mengetahui kasus-kasus kejahatan begal yang pernah terjadi pada
tahun 2018.
5. Untuk mengetahui usia berapa saja yang rawan menjadi pelaku tindak pidana
begal.
H
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BEGAL
I
1. Narkoba
Beragam motif yang dapat mendorong mereka dalam melakukan tindak kejahatan
tersebut dan faktor pemicu yang paling utamanya adalah dikarenakan
penyalahgunaan narkoba. Narkoba merupakan pemicu yang paling utama
mendorong mereka dalam melakukan aksinya. Seseorang yang sudah kecanduan
narkoba maka ia berani melakukan apa saja demi mengkonsumsi barang haram
tersebut. Membegal bagi mereka adalah jalan pintas dan cepat jika ingin
mendapatkan uang dan membeli narkoba.
2. Kondisi Ekonomi
Pada beberapa kasus, motif seseorang melakukan tindakan begal juga disebabkan
oleh faktor ekonomi. Kondisi ekonomi sering kali menjadi persoalan yang sangat
akut bagi Sebagian orang apalagi bagi mereka yang tinggal di kota. Biaya hidup
yang tinggi serta kebutuhan akan berbagai macam barang yang kadang kala tidak di
imbangi oleh kemampuan untuk membeli, sering kali mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan kejahatan seperti pembegalan. Selain itu, tindakan pelaku begal
di dalam Masyarakat juga di sebabkan oleh berbagai faktor di antaranya adalah
rendahnya tingkat Pendidikan, lingkungan, dan faktor lengahnya aparat penegak
hukum dalam mengawasi dan mengamankan kondisi jalan raya terutama di malam
hari.
3. Faktor Pertemanan
Beberapa waktu lalu tertangkap begal yang ternyata adalah anak-anak umuran
SMP atau SMA, sungguh miris, anak-anak yang seharusnya menjadi akan menjadi
ujung tombak pembangunan bangsa bukannya serius belajar mencari ilmu sebagai
bekal mereka di masa depan justru punya aktifitas yang lebih mereka sukai dan
bukan sembarang aktifitas, aktifitas menjadi seorang begal. KPAI (Komisi
Perlindungan Anak Indonesia) sempat melakukan semacam investigasi terhadap
J
pelaku begal dari para siswa ini, ternyata ditemukan bahwa penyebab mereka
menjadi begal di antaranya karena pengaruh teman dan fanatisme terhadap geng
mereka, walaupun juga terkuak penyebab dan alasan lain mereka menjadi begal
seperti karena ketidaktahuan mereka terkait hukuman pidana tehadap aksi
pembegalan ini, mereka mengira karena mereka masik anak-anak, maka hukuman
pidana tidak akan diberlakukan kepada mereka.
KPAI menemukan juga alasan para siswa melakukan aksi begal adalah karena
pola asuh keluarga yang tidak maksimal dan tidak efektif, perhatian yang minim
dari orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku seorang anak, apa lagi dengan
kondisi lingkungan yang tidak karuan yang semakin memperparah perkembangan
perilaku dan moral anak, begitu pula dengan mudahnya akses informasi melalui
internet sekarang ini, jika tidak ada pengawasan maksimal dan memadai dari orang
tua, akan menjadi bom waktu yang suatu saat siap meledak.
5. Pola Pikir
Pergeseran pola pikir masyarakat dewasa ini juga disinyalir ikut memberi andil
dan penyebab banyaknya masyarakat yang berubah haluan dan berubah menjadi
begal, berusaha mendapatkan apa yang diinginkan secara cepat dan instan, melihat
motor yang bagus dan “keren” ia lantas tergoda untuk memilikinya secara cepat dan
instan yang akhirnya iapun tergoda untuk menjadi begal dan mengambil hak milik
orang lain secara tidak legal alias dengan aksi pembegalan.
K
C. SOLUSI
Untuk meminimalisir kejahatan begal di kota Medan, kepolisian biasanya
mengadakan razia dan sosialisasi tentang kewaspadaan masyarakat terhadap kejahatan
begal. Perlu adanya kesadaran dan kewaspadaan yang tinggi dari masyarakat agar tidak
ada kesempatan bagi pelaku begal untuk melakukan aksinya. Polisi hanya dapat terbatas
pada proses penangkapan dan pemeriksaan terhadap pelaku, dan melakukan razia serta
sosialisasi kepada masyarakat di kota Medan. Tidak bepergian sendirian, hindari
bepergian malam hari, hindari mengendarai motor mewah/mahal, dan selalu parker
motor dengan kunci ganda. Bagi korban dari kejahatan begal, polisi melakukan
pemberian konseling sehingga korban tidak takut untuk menjalankan aktivitasnya di
luar rumah.
D. HUKUMAN/SANKSI
Pastinya ada proses hukum dan sanksi yang diterima oleh pelaku kejahatan begal.
Pelaku akan menjalani proses persidangan di pengadilan negeri setelah dilakukan
penangkapan dan pemeriksaan oleh kepolisian. Kejahatan begal dengan mengakibatkan
korban meninggal tidak termasuk jenis kejahatan pembunuhan tetapi kejahatan
kekerasan. Apabila kejahatan begal menyebabkan korban meninggal, maka pasal yang
berlaku berbeda dengan kejahatan begal yang hanya merampas harta benda milik
korban.
Untuk kejahatan begal yang tidak mengakibatkan korban meninggal dikenakan pasal
365 ayat 1 dan 2, sedangkan kejahatan begal yang menyebabkan matinya orang
dikenakan pasal 365 ayat 3 dan 4-b. Seorang korban dari kejahatan begal yang dikenai
hukuman karena membela atau melawan dirinya, tidak menjadi sesuatu yang
dipermasalahkan. Karena setiap orang ingin membela dirinya atau melawan apabila di
begal. Aksi bela diri atau perlawanan ini juga memiliki batasan yang tidak melanggar
hak hidup seseorang. Jika seorang korban malah mendapatkan hukuman karena pelaku
begal yang awalnya hanya berniat untuk mengambil barang si korban, namun korban
L
menjadi gelap mata dan malah membunuh pelaku begal, seseorang itu tidak dapat
dihukum karena melakukan perbuatan pembelaan darurat untuk membela diri atau
orang lain atau hartanya dari serangan atau ancaman yang melawan hukum. Hal ini
diatur dalam Pasal 49 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri
maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada
saat itu yang melawan hukum.
(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana.
Adapun peran lembaga pengadilan dalam menanggulangi tindak pidana begal ini
sebenarnya sudah sangat jarang. Pengadilan pernah memberikan selembaran brosur-
brosur dan sosialisasi langsung tentang hukuman dan dampak negatif yang diterima
apabila melakukan kejahatan begal yang diberikan di sekolah, universitas, maupun
kepada masyarakat langsung. Sekarang pihak pengadilan sudah tidak melakukan hal
tersebut dikarenakan tidak ada lagi dana sosialisasi yang diberikan kepada pengadilan
untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Untuk saat ini, sosialisasi
M
penanggulangan kejahatan begal harusnya dilakukan oleh setiap pemerintah kota
daerah dan kepala wilayah kota Medan.
N
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun para pelaku kejahatan begal pada umumnya melakukan aksinya dikarenakan
beberapa faktor, diantaranya ialah faktor sosial, ekonomi, dan latar belakang
pendidikan. Dari ketiga faktor tererbut, saling terkait dari ketiganya, mengingat
dikarenakan latar belakang pendidikan mereka, maka mereka susah dalam mencari
pekerjaan dan tidak ada sumber pendapatan. Namun, jika dilihat dari kasus-kasus begal
terbaru, kebanyakan para pelaku melakukan aksinya diakibatkan oleh adanya pengaruh
obat-obatan terlarang, hal ini terbukti dari mereka yang tertangkap dilakukan tes urine,
dan mereka positive menggunakan narkoba.
Para pelaku kejahataan begal berdasarkan data dan fakta kebanyakan merupakan
orang yang digolong masih sangat muda. Jikalau direntangkan melalui angka, maka
para pelaku ini berasal dari rentang umur 18 tahun ke atas. Sehingga sering kita jumpai
para pelaku ini rata-rata masih berusia muda, masih duduk di bangku SMA.
O
azas normatif justice (undang-undang), azas social justice (sosial kemasyarakatan), dan
azaz educative justice (pemberian sifat mendidik). Ketiga unsur tersebut dapat menjadi
pengaruh kepada majelis hakim dalam menetapkan hukuman, apakah pelaku dipenjara
ataupun dibebaskan begitu saja. Dalam pandangan hukum yang telah diatur di dalam
Undang-Undang, dijelaskan bahwa kejahatan begal ini dibagi dua, yakni untuk
kejahatan begal yang tidak mengakibatkan korban meninggal dikenakan pasal 365 ayat
1 dan 2, sedangkan kejahatan begal yang menyebabkan matinya orang dikenakan pasal
365 ayat 3 dan 4-b.
Dalam usaha menanggulangi kejahatan begal yang terjadi di kota Medan, ternyata
terdapat perbedaan nan besar di antara usaha dari pihak kepolisian dan pengadilan.
Dalam usaha menanggulangi kejahatan begal, pihak kepolisian melakukan razia atau
operasi malam, melakukan sosialisasi, dan melakukan pelatihan untuk adanya kesadaran
masyarakat agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Sedangkan
pengadilan pada saat ini tidak dibebankan untuk melakukan langkah-langkah
penanggulangan kejahatan begal, dikarenakan tidak adanya anggaran yang mengatur.
Dulu, hakim selain sebagai pemberi jatah hukuman, mereka juga berkewajiban
melakukan sosialisasi tentang hukum kepada masyarakat.
B. SARAN
Dalam melakukan kejahatan begal, dapat diketahui bahwa dari berbagai faktor yang
mempengaruhi seorang itu untuk melakukan begal, dapat ditarik setidaknya ada tiga
faktor, namun yang terbaru pelaku melakukan aksinya dikarenakan adanya pengaruh
alkohol. Seharusnya masyarakat ataupun pihak berwajib lainnya bisa berkerja sama
dalam pemberantasan minuman-minuman keras yang semakin hari semakin banyak
dijumpai dan sangat mudah untuk diakses oleh masyarakat awam.
P
Para pelaku begal yang pernah ditangkap atau diamankan oleh kepolisian
menandakan bahwa para pelaku tersebut masih berusia muda, atau disebut remaja, yang
mana rata-rata masih duduk di bangku SMA ataupun kuliah. Seharusnya hal ini menjadi
perhatian yang amat penting bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya agar dapat
melakukan sosialisasi kepada warga, baik di lingkungan sekolah ataupun lingkungan
lainnya.
Q
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/409959050/MINI-RISET-docx
https://www.sutopo.com/apa-itu-begal-berikut-penjelasan-lengkapnya
https://medan.kompas.com/read/2023/07/14/051500878/4-kasus-kejahatan-jalanan-di-
medan-yang-jadi-sorotan-ada-begal-dan-pencurian
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/06/19/kota-medan-darurat-begal-
merampas-harta-benda-hingga-merenggut-jiwa
https://belati.blogspot.com/2015/03/4-faktor-dan-penyebab-maraknya-begal.html
https://www.hukumonline.com/berita/a/status-hukum-korban-yang-coba-bertahan-dan-
melawan-pelaku-begal-hingga-tewas-lt5b0bf4cc00eb3
https://kumparan.com/lampunggeh/tanya-jawab-dengan-ahli-hukum-pidana-unila-soal-
hukum-membunuh-begal-1xtwLXBWJ01
https://ruangmahasiswa.com/tips/tips-mencegah-dan-menghindari-kejahatan-begal/