Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PRO-KONTRA TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DALAM


PENANGANAN KASUS KORUPSI DI INDONESIA

OLEH
KELOMPOK 1. KELOMPOK 2
1. ADELIA TALOIM 1. AMON OEMATAN
2. DEANA TANESIB. 2.ESTI APLOEGI
3. EMSI KAFOTA. 3. DENI ROHI IE
4. MARYATI HAUTEAS. 4. MARYATHI HABA PAU
5. RUNITA HEKNENO. 5. SANCE SALUKH
6. SURNI DALKI MISA 6. WATI BANAMTUAN

KELAS : 2B
MATA KULIAH: PANCASILA

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI KUPANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KRISTEN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa Karena telah
melimpahkan segala rahmatnya sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan
baik. Penyusunan makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa
bantuan dari banyak pihak.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Januar D.M Rohi,
M.H yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang bisa
kami pelajari melalui makalah ini.

Makalah berjudul “Penanganan Kasus korupsi di Indonesia” disusun


untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila. Selain itu, makalah ini juga
diharapkan bisa memberikan sudut pandang baru tentang penanganan kasus
korupsi di Indonesia.

Di akhir dari penyelesaian makalah ini, kami berharap apa yang sudah
kami kerjakan ini bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika ada kritik dan saran
terkait ide tulisan maupun penyusunannya, kami akan menerimanya dengan
senang hati.

Kupang, 13 Juni 2023

Kelompok 1&2
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................
Daftar isi...............................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................

BAB 2
PEMBAHASAN
A.
B.
C. Pro-kontra atas penegakan hukum dalam penanganan kasus korupsi di
Indonesia....................................................................................................

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................,........,............................
B. Saran........................................,...............,.................................,....................
.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Korupsi merupakan salah satu penyakit masyarakat sama
dengan jenis Kejahatan lain seperti pencurian yang sudah ada sejak
manusia bermasyarakat Di atas bumi ini. Masalah utama yang dihadapi
adalah meningkatnya korupsi Itu seiring dengan kemajuan
kemakmuran dan teknologi. Bahkan pengalaman Memperlihatkan
semakin maju pembangunan suatu bangsa semakin Meningkat juga
kebutuhan mendorong orang untuk melakukan korupsi demi
Memenuhi segala kebutuhan hidup yang ada Pada dasarnya korupsi
adalah kejahatan kerah putih yang rata-rata Justru dilakukan oleh para
aparat negara yang seharusnya memberantas tindak Pidana korupsi
tersebut. Sejarah membuktikan bahwa hampir di setiap Negara
dihadapkan Masalah korupsi. Persoalan korupsi tidak hanya terjadi
pada pejabat publik Yang menyalahgunakan jabatannya dan
kedudukannya untuk mendapat Keuntungan dengan mudah bagi
kepentingan pribadi atau kelompoknya Korupsi dapat terjadi bila ada
peluang dan keinginan dalam waktu yang Bersamaan, yaitu dapat
dimulai dari aspek mana saja berupa suap yang Ditawarkan kepada
seorang pejabat, pejabat meminta atau bahkan memeras Uang pelicin,
orang yang menyuap melakukan suap karena menginginkan sesuatu
yang bukan haknya, dan ia menyuap dengan mengabaikan Peraturan.
Pemberantasan korupsi merupakan masalah paling mendesak yang
Harus dilakukan karena telah menghambat kemajuan suatu bangsa.
Kebiasaan Korupsi terlihat begitu besar dan diluar kontrol pemerintah.
Akan tetap Langkah untuk memberantas korupsi ini sering terhalang
berbagai masalah Yang kompleks. Namun semua elemen bangsa harus
bisa menghentikan Perbuatan tercela terebut. Di Indonesia segala
upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk Memberantas korupsi
akan tetapi berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi Dari beberapa
lembaga memperlihatkan kecenderungan yang sangat Memprihatinkan,
umumnya mereka memiliki kesimpulan yang sama bahwa Indonesia
merupakan Negara paling korup di dunia. Korupsi di Indonesia Telah
berkembang dan mengakar pada lembaga perwakilan rakyat bahkan
Dalam sistem peradilan pidana yaitu kepolisian, kejaksaan dan
lembaga Peradilan yang seharusnya menjadi ujung tombak bagi upaya
korupsi justru dipandang oleh banyak kalangan sebagai institusi publik
yang Paling korup dan paling banyak melakukan penyalahgunaan
kewenangan pemberantasan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalah menjadi beberapa, diantaranya:
1. Mengetahui apa itu korupsi?
2. Bagaimana penegak hukum menegakan hukum terhadap kasus korupsi di
Indonesia?
3. Pro-kontra atas penegakan hukum kasus korupsi di Indonesia menurut UU
KUHP

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu korupsi
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penegak hukum dalam
menangani kasus korupsi di Indonesia
3. Untuk menjabarkan pro dan kontra terhadap penegak hukum
dalam menangani kasus korupsi di Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penegakan Hukum Di Indonesia


Salah satu indikator negara hukum adalah keberhasilan dalam penegakan
hukumnya. Dikatakan berhasil karena hukum yang telah diaturnya, sudah
seharusnya dan sudah waktunya, dijalankan dan ditaati oleh seluruh elemen
masyarakat. Ketiadaan dan kurang maksimalnya penegakan hukum dapat
berimplikasi terhadap kredibilitas para pembentuk aturannya, pelaksana aturan
dan masyarakat yang terkena aturan itu sendiri, sehingga seluruh elemen akan
terkena dampaknya. Untuk itulah, maka menjadi penting untuk diketahui
apakah penegakan hukum itu sesungguhnya. Penegakan hukum adalah proses
dilakukannya upaya untuk dapat tegak atau berfungsinya norma-norma
hukum yang berlaku dan telah diatur sebagai pedoman perilakunya dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan manusia
bermasyarakat dan bernegara. Untuk itulah, maka ketentuan yang telah
mengaturnya tidak akan berhenti dalam arti aturan yang tidak bergerak atau
mati, tetapi tetap akan tegak bediri dan berjalan ke depan sebagaimana yang
ditentukan oleh lembaga resmi dan diakui negara untuk mengaturnya. Secara
luas, proses dalam penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum
dalam setiap hubungan hukum. Siapa sajakah yang menjalankan aturan
normatif atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan
diri pada norma aturan hukum yang berlaku, maka hal itu berarti telah
menjalankan atau menegakkan aturan hukum.
Sementara, secara sempit dari aspek subjeknya, maka penegakan hukum dapat
diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk dapat
menjamin dan memastikan bahwa aturan hukum itu berjalan sebagaimana
yang telah diatur seharusnya oleh aturannya. Hal ini untuk memastikan
tegaknya hukum, apabila diperlukan untuk itu, maka aparatur penegak
hukum diperbolehkan akan menggunakan upayadaya paksa. Di dalam sudut
pandang objeknya, yaitu dari aspek hukumnya penegakan hukum itu adalah
pengertiannya juga mencakup makna luas dan sempit. Dalam arti luas, maka
penegakan hukum mencakup pula adanya nilai-nilai keadilan yang
terkandung dalam bunyi aturan formal atau nilai-nilai keadilan yang hidup
di dalam masyarakat. Hal yang berbeda di dalam arti yang sempit, maka
penegakan hukum hanya terbatas kepada menyangkut penegakan peraturan
yang formal dan tertulis saja dan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang
untuk mengeluarkan aturan tersebut. Namun di lapangan penegakan hukum itu
tidak seindah yang digambarkan oleh teori-teori hukum dan peraturan yang
telah mengaturnya. Terdapat lebih dari satu masalah-masalah penegakan
hukum dan untuk dapat membahas penegakan hukum lebih dalam dan dapat
lebih jelas permasalahannya, maka dengan memperhatikan faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi efektifitas dari penegakan hukum.
Pada tahun 1998, investigasi dan pengadilan mulai mengungkap luasnya
korupsi di rezimnya. Di antara kasus-kasus terkenal adalah kasus korupsi
dengan nama “BLBI” (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), yang melibatkan
pengalihan dana yang besar dari Bank Indonesia ke sejumlah bank yang
bermasalah, yang kemudian ditarik oleh pihak yang tidak berhak.
Selain itu, kasus korupsi yang melibatkan Anggota Dewan juga sering terjadi.
Banyak anggota parlemen yang terlibat dalam praktik korupsi, seperti suap
dan penyalahgunaan dana publik. Salah satu kasus terkenal adalah kasus “e-
KTP” yang melibatkan korupsi dalam proyek pembuatan Kartu Tanda
Penduduk elektronik (e-KTP). Proyek ini melibatkan anggota parlemen dan
pejabat tinggi, dan menyebabkan kerugian finansial yang sangat besar bagi
negara.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk memerangi korupsi
dengan mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2003.
KPK bertugas menyelidiki, menuntut, dan memberantas korupsi di Indonesia.
Namun, KPK juga menghadapi tantangan dan hambatan, termasuk intervensi
politik dan upaya untuk melemahkan kekuasaannya.
Selain KPK, pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan berbagai
kebijakan dan regulasi untuk mencegah dan mengurangi korupsi, seperti
menguatkan transparansi keuangan, memperkuat peraturan tentang pengadaan
barang dan jasa, serta memperketat pengawasan terhadap perilaku pejabat
publik.
Meskipun upaya telah dilakukan untuk mengatasi korupsi di Indonesia,
tantangan masih ada. Penting untuk terus meningkatkan kesadaran
masyarakat, meningkatkan pengawasan, serta menghukum dan memberikan
sanksi yang tegas kepada pelaku korupsi. Dalam beberapa tahun terakhir,
pemerintah Indonesia juga telah melakukan upaya untuk memperkuat sistem
hukum dan meningkatkan kerja sama Internasional dalam upaya untuk
melawan korupsi.
Beberapa manfaat dari penanganan kasus korupsi di Indonesia antara lain:

1. Peningkatan kesadaran: Penanganan kasus korupsi di Indonesia


mencerminkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pemberantasan korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang
berusaha untuk memperbaiki tata kelola Pemerintahan dan memastikan
keadilan bagi semua warga negara

2. Pemberantasan korupsi: Upaya penanganan kasus korupsi menunjukkan


komitmen pemerintah untuk memberantas korupsi dan menciptakan tata
kelola yang bersih. Dengan mengungkap dan mengadili kasus korupsi,
langkah-langkah konkret diambil untuk menghukum pelaku dan
memberikan efek jera kepada orang lain yang berpotensi melakukan
tindakan korupsi.
3. Independensi lembaga penegak hukum: Penanganan kasus korupsi di
Indonesia juga menunjukkan kemajuan dalam menjaga independensi
lembaga penegak hukum, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Kejaksaan Agung, dan aparat penegak hukum lainnya. Upaya ini penting
untuk memastikan bahwa penanganan kasus korupsi dilakukan secara adil
dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politik atau kekuasaan.
4. Kerjasama internasional: Pemerintah Indonesia juga aktif menjalin
kerjasama dengan negara-negara lain dalam penanganan kasus korupsi.
Kerjasama ini membantu pertukaran informasi dan pengalaman, serta
memperkuat upaya pemberantasan korupsi di tingkat internasional.
Dengan adanya kerjasama ini, pelaku korupsi sulit melarikan diri ke luar
negeri dan aset yang diperoleh secara korupsi dapat dilacak dan
dikembalikan
5. Perubahan mindset masyarakat: Penanganan kasus korupsi dapat
mengubah mindset masyarakat terhadap tindakan korupsi. Dengan
mengungkap dan mengadili kasus korupsi secara terbuka, masyarakat
menjadi lebih sadar akan konsekuensi hukum yang harus dihadapi oleh
para pelaku korupsi. Hal ini dapat membantu menciptakan budaya yang
tidak mentolerir korupsi dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.
6. Transparansi dan akuntabilitas: Penanganan kasus korupsi memperkuat
transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Proses pengadilan
yang terbuka dan transparan, serta penerapan hukuman yang setimpal,
memberikan sinyal bahwa pelanggaran korupsi tidak akan ditoleransi. Hal
ini penting untuk menciptakan iklim bisnis yang sehat dan menarik
investasi dalam jangka panjang.
7. Meningkatkan kepercayaan publik: Penanganan kasus korupsi yang efektif
dan adil dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem hukum
dan pemerintahan. Ketika masyarakat melihat bahwa pihak berwenang
serius dalam memberantas korupsi, mereka akan lebih percaya dan
mendukung upaya tersebut.

B. Pro Kontra Terhadap Penegakan Hukum Dalam Penenganan Kasus


Korupsi Di Indonesia

1. Bagian Pro
Menurut kami penegakan hukum dalam kasus korupsi
Indonesia sudah ditangani dengan baik dan serius yaitu dengan
adanya penangkapan terhadap pejabat yang melakukan suap
bahkan para penegak hukum sudah mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan dan memenjarakan para
koruptor pada lapas yang dikhususkan bagi napi koruptor.
Bahkan kasus korupsi di Indonesia sedikit membaik dengan
adanya UU KUHP terbaru dimana Hukuman bagi koruptor di
KUHP lebih kecil dibandingkan hukuman di Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor). Pasal 2
UU Tipikor menyebut hukuman penjara bagi koruptor paling
sedikit empat tahun penjara. Maksimal hukuman penjara bagi
koruptor adalah 20 tahun. Selain itu, UU Tipikor mengatur
denda bagi koruptor paling kecil Rp200 juta. Denda paling
besar Rp1 miliar. Selain itu penerapan sistem pengadaan barang
dan jasa yang transparan, serta pemberlakuan laporan harta
kekayaan pejabat publik yang terbuka untuk publik. Dan
dengan adanya pelaku korupsi yang dituntut dan dihukum
dengan tegas, hal ini dapat mengirimkan sinyal yang kuat
bahwa tindakan korupsi tidak akan ditoleransi.
2. Bagian Kontra
Menurut kami, kami kurang setuju dengan pernyataan yang
disampaikan bahwa penegak hukum di Indonesia sudah
menangani kasus korupsi di Indonesia dengan baik. Karena
masih ada banyak hal yang kami lihat diluar sana ada beberapa
koruptor yang masuk penjara tetapi lapas-nya itu dipenuhi oleh
berbagai macam fasilitas mewah, sehingga penjara yang
didefinisikan sebagai tempat paling menakutkan dan menderita
malah dianggap seperti bak hotel berbintang lima bahkan
apartemen karena saking megah nya, Nah, dilihat dari bukti
autentik diatas maka dapat dikatakan bahwa penanganan kasus
korupsi di Indonesia ini masih minim dan belum bisa dikatakan
baik.
Permasalahan mengenai korupsi menjadi permasalahan yang
rumit. Bahkan korupsi sepertinya sudah menjadi hal yang biasa.
Kasus korupsi sudah sering terdengar di telinga kita. Sekalipun
berbagai peraturan perundang-undangan untuk
memberantasnya telah ada, tetapi sampai saat ini pemerintah
belum juga berhasil memberantas kegiatan dan pelaku korupsi.
Korupsi merupakan tindakan yang sangat melanggar pancasila
dimana pelakunya harus dihukum dengan adil dan tanpa
toleransi apapun, masalah korupsi ini adalah masalah yang
serius di Indonesia karena korupsi ini perlahan demi perlahan
akan merusak ketahanan nasional. Yang membuat kita prihatin,
penegakan hukum mengenai korupsi ini terkesan tidak adil.
Seperti contoh, Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak
pencurian kecil, seperti anak dibawah umur saudara Hamdani
yang ‘mencuri’ sandal jepit bolong milik perusahaan di mana ia
bekerja di Tangerang, Nenek Minah yang mengambil tiga butir
kakao di Purbalingga, serta Kholil dan Basari di Kediri yang
mencuri dua biji semangka langsung ditangkap dan dihukum
seberat beratnya. Sedangkan seorang pejabat negara yang
melakukan korupsi uang milyaran rupiah milik negara dapat
bebas berkeliaran dengan bebasnya. Berbeda halnya dengan
kasus-kasus yang hukum dengan tersangka dan terdakwa
orang-orang yang memiliki kekusaan, jabatan dan nama. Proses
hukum yang dijalankan begitu berbelit-belit dan menunda-
nunda.
Apalagi dengan adanya UU KUHP untuk vonis hukuman mati
itu sendiri tertera pada Pasal 100 UU Nomor 1 Tahun 2023
yaitu vonis mati bersyarat. Pada KUHP yang disahkan pada 6
Desember 2022 itu menjelaskan bahwa terpidana akan
diberikan masa percobaan 10 tahun bagi terpidana untuk
berbuat baik di penjara. Bila selama 10 tahun ia berbuat baik,
hukumannya dapat diubah menjadi penjara seumur hidup.
Sekarang logika nya begini siapapun orang itu tidak akan mau
dihukum mati pasti dengan berbagai cara dia akan melakukan
berbagai hal untuk menghindari yang namanya hukuman mati
dan dari adanya undang-undang seperti itu mereka yang sudah
divonis mati pasti akan berpura-pura baik biar lolos dari jeratan
hukuman mati jadi percuma penegakan hukum menegakkan
hukuman seperti itu tidak memberikan efek jerawat apapun
yang ada hanya malah menguntungkan koruptor. Selalu
membela penjajah bangsa sendiri. Partai dan pengusaha
bersama membangun keringanan hukuman dan mengabaikan
rakyat pada umumnya. terbaru dimana terdapat komparasi atau
Perbandingan dan kesimpulan dari pembuatan undang-undang
harus di uji dan di setuju masyarakat agama, masyarakat
akademis, masyarakat adat, dan pakar hukum dan lain-lain di
bidangnya. Kemanusiaan yang adil dan beradab harus
berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia. Menurut kami,
hukum di Indonesia ini harus lebih di tegak kan secara adil,
tidak ada saling pilih, karna kebanyakan saat ini banyak juga
seperti contohnya saja, anggota DPR, korupsi masyarakat yang
milyaran bahkan triliunan namun penegakan hukum nya tidak
sepadan, mereka di penjara dengan fasilitas yang hampir bisa di
bilang seperti hotel bintang lima, namun beda hal nya dengan
masyarakat biasa, yang di penjara hanya karena mencuri ayam,
mencuri buah Miris sekali hukum di Indonesia saat ini, harus
nya kita dapat mencontoh negara-negara yang sudah maju,
mereka bisa maju karena negara menerapkan sistem
pemerintahan yang ketat, tegas dan bijaksana. Maka dari itu.
sistem hukum di Indonesia harus di rubah lagi, agar mereka
para koruptor dapat jera dengan tindakan yang telah di lakukan
nya tersebut.
Kita bisa lihat dari berbagai kasus yang menimpa beberapa
pejabat tinggi beserta dengan hukuman yang didapatkan:
1. Ahok – Penista Agama – 2 tahun penjara
2. MKC- Penista Agama- 10 tahun penjara
3. Muharman – Teroris -3 Tahun
4. Yahya Waloni – Penista Agama 5 bulan penjara
Lalu ketika kita bandingkan kasus diatas dengan beberapa
kasus korupsi berikut ini : Mokhammad Mukhlas, Kamaruddin
Siregar, Dedi Aldrian, Hariyono Adi Wibowo, Koruptor Rp 1,6
T Cuma dihukum 2 tahun penjara. Menurut kami itu tidak adil.
Dan penegakan hukum di Indonesia masih lemah bahkan
kurang maksimal sehingga kami mengambil kesimpulan bahwa
penegak hukum di Indonesia menegakkan hukum menurut
hukum yang ada tetapi tidak sesuai dengan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai