Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM PIDANA

PELARIAN NARAPIDANA HUKUMAN MATI


KASUS TINDAK PIDANA NARKOBA
DI LAPAS KELAS I TANGERANG

NAMA : Putri Ayu Antiny


STB. : 4134

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KEMASYARAKATAN B


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pelarian Narapidana Hukuman
Mati Kasus Tindak Pidana Narkoba Di Lapas Kelas I Tangerang” ini
diharapkan bisa memberikan wawasan dan informasi yang berguna bagi
penulis juga bagi pembaca.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas bapak Umar Anwar.,S.H.,M.Si.,M.H. pada bidang studi Bimbingan
Kemasyarakatan B Mata Kuliah Hukum Acara Pidana.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Umar


Anwar.,S.H.,M.Si.,M.H., selaku Mata Kuliah Hukum Acara Pidana yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Begitu juga kepada semua pihak yang membantu saya dalam


menyelesaikan makalah ini, saya ucapkan banyak terima kasih jazakumullah
khairan katsiran.

Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih jauh dari


sempurna. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan pembaca semuanya. Mudah-mudahan segala usaha,
bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini diterima oleh Allah
SWT sebagai amal shaleh. Aamiin ya Rabbal’alamin.

Depok, Oktober 2020


Putri Ayu Antiny

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Permasalahan ............................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 2
D. Sistematika Penulisan.................................................................. 3
BAB II PROFIL RUTAN KELAS II A PEKALONGAN....................... 4
A. Sejarah Singkat Rutan Kelas II A Pekalongan........................... 4
B. Struktur Organisasi dan Tata Kerja ........................................... 6
C. Data Subtantif dan Data Fasilitatif.............................................. 8
BAB III GAMBARAN UMUM (setiap bidang/seksi di UPT) ............ 11
A. Uraian Tugas ............................................................................... 11
B. Peraturan terkait Bidang Tugas ................................................. 17
C. Bentuk Layanan ........................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ............................................................................ 31
A. Kesimpulan ................................................................................... 31
B. Saran ............................................................................................ 32
LAMPIRAN.......................................................................................... 33

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemasyarakatan merupakan sebuah bagian akhir dari suatu proses


peradilan pidana. Sebagai tahapan akhir dari sebuah proses peradilan pidana
diharapkan mampu memenuhi tujuan dari system peradilan pidana yang
ditunjang oleh sebuah komponen yaitu kepolisian, kejaksaan serta
pengadilan. Harapan serta tujuan merupakan aspek pembinaan terhadap
para penghuni lembaga pemasyarakatan. 1 Sistem pemasyarakatan saat ini
sangat berbeda dengan system kepenjaraan zaman dulu dimana saat ini
lebih dititik beratkan pada pembinaan serta bimbingan kepada narapidana.
Baik pembinaan mental, kepribadian, agama, dan sebagainya. Berbeda
dengan system kepenjaraan yang lebih memberikan hukuman fisik dengan
tujuan menimbulkan efek jera terhadap para pelaku kejahatan. Sedangkan
Pembinaan dan bimbingan yang dilakukan kepada narapidana bertujuan
supaya ketika narapidana bebas dari pidana mereka dapat kembali ke
tengah-tengah lingkungan masyarakat serta tidak melakukan kejahatannya
kembali.
Kini penjara dikenal dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
Namun berbagai masalah yang terjadi di lembaga pemasyarakatan
menimbulkan stigma negative dimata masyarakat. Misalnya seperti pungutan
liar, perbedaan perlakuan terhadap narapidana, hingga overcrowding atau
kelebihan kapasitas.
Overcrowding yang terjadi dilapas dapat menimbulkan masalah lain.
Karena dengan terjadinya kelebihan kapasitas ini terjadi tidak sebandingnya
jumlah narapidana dengan jumlah petugas yang ada. Dan terjadi minimnya
tingkat pengawasan petugas terhadap narapidana sehingga masalah yang
1
Ruslan Renggong, 2016, Hukum Acara Pidana Memahami Perlindungan HAM dalam Proses Penahanan di
Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta, hlm. 228

1
muncul akibat dampak dari kelebihan kapasitas ini yaitu seperti kaburnya
napi dari lapas, terjadinya keributan antar sesama narapidana serta tidak
maksimalnya proses pembinaan dan bimbingan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 7 dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lapas 2. Narapidana yang melarikan diri berarti
seorang terpidana yang telah hilang kemerdekaannya kemudian
menyelamatkan diri dari penjara tanpa bertanggung jawab atas tindakan
yang telah ia perbuat sehingga diberikan hukuman penjara. Perbuatan
tersebut melanggar tata tertib yang ada dilapas serta menimbulkan efek
buruk bagi pemasyarakatan itu sendiri. Dalam lapas di Indonesia kasus
narapidana melarikan diri sudah seringkali terjadi. Sepertinya kasus
terjadinya narapidana hukuman mati di Lapas Kelas I Tangerang yang
melarikan diri pada tanggal 14 September 2020 lalu dengan membuat lubang
setiap malam selama kurang lebih 8bulan didalam kamarnya menuju gorong-
gorong.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi narapidana hukuman mati kasus tindak pidana


narkoba dalam upaya pelarian di Lapas Kelas I Tangerang ?
2. Kenapa terjadi tindakan pelarian yang dilakukan oleh narapidana
hukuman mati tersebut ?

BAB II

2
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 Angka 7

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Narapidana
Secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari
narapidana adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena telah
melakukan suatu tindak pidana,3 sedangkan menurut kamus induk istilah
ilmiah menyatakan bahwa narapidana adalah orang hukuman atau orang
buian. Selanjutnya berdasarkan kamus hukum narapidana diartikan sebagai
berikut : narapidana adalah orang yang sedang menjalani pidana dalam
Lembaga Pemasyarakatan. Warga Binaan atau Narapidana disebutkan
dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, dimana Narapidana merupakan terpidana yang telah
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan 4. Seluruh
penghuni Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas disebut dengan Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) terdiri dari :
1. Narapidana
2. Anak Didik Pemasyarakatan
1.) Pasal 1 angka 8 huruf a Undang-Undang Pemasyarakatan menyebutkan
bahwa Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan
diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas. Anak paling
lama sampai dengan berumur 18 tahun.
2.) Pasal 1 angka 8 huruf b Undang-Undang Pemasyarakatan yang disebut
Anak Negara, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan
pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas. Anak paling lama
sampai dengan berumur 18 tahun.

3
Arti kata narapidana-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online , diakses dari
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/narapidana.html , pada tanggal 10 Oktober 2020 Pukul
13.10 WIB.
4
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 Angka 7.

3
Hak Narapidana :
Di dalam Lembaga Pemasyarakatan seorang narapidana selain
mempunyai kewajiban juga mempunyai hak. Dalam kamus Bahasa
Indonesia, hak mempunyai pengertian tentangg sesuatu hal yang benar,
milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu.
Pedoman PBB mengenai Standard Minimun Rules untuk perlakuan
narapidana yang sedang menjalani hukuman (Standard minimum Rules For
The Treatment Of Prisoner, 31 Juli 1957), yang meliputi :
1. Buku Register
2. Pemisahan kategori narapidana
3. Fasilitas akomodasi yang memiliki ventilasi
4. Mendapatkan air serta perlengkapan toilet
5. Pakaian dan tempat tidur yang layak
6. Fasilitas sanitasi yang memadai
7. Makanan yang sehat
8. Hak untuk berolahraga diudara terbuka
9. Hak utuk mendapatkan pelayanan dokter umum dan dokter gigi
10. Hak untuk diperlukan adil menurut peraturan dan membela diri apabila
dianggap indisipliner.
11. Tidak diperkenankan pengurungan pada sel gelap dan hukuman
badan
12. Borgol dan jaket penjara tidak diperbolehkan narapidana
13. Berhak mengetahui peraturan yang berlaku serta saluran resmi untuk
mendapatkan informasi dan menyamoaikan keluhan
14. Hak untuk berkomunikasi dengan dunia luar
15. Hak untuk mendapatkan bahan bacaan berupa buku-buku yang
bersifat mendidik
16. Hak untuk mendapatkan pelayanan agama;
17. Hak untuk mendapatkan jaminan penyimpanan barang-barang
berharga;

4
18. Pemberitahuan kematian, sakit, dari anggota keluarga

2. Lembaga Pemasyarakatan
Definisi pemasyarakatan secara filosofis yaitu sebuah system
pemidanaan yang telah meninggalkan teori pembalasan, penjeraan serta
resosialisasi. Sehingga tujuan pemidanaan tersebut yaitu agar para pelaku
tindak pidana dapat kembali kedalam lingkungan masyarakat setelah selesai
menjalani masa pidana. Lembaga pemasyarakatan merupakan suatu tempat
yang digunakan untuk melakukan pembinaan bagi para pelaku tindak
kejahatan baik secara jasmani maupun rohani sehingga dapat diterima
kembali oleh masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan pasal 1
ayat 3 Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah
tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik
pemasyarakatan di Indonesia5.

3. Narapidana Melarikan Diri


Narapidana merupakan seseorang yang menjalani pidana yang telah
hilang kemerdekaannya didalam lembaga pemasyarakatan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia melarikan diri adalah menyelamatkan diri dan kabur
merupakan suatu tindakan melarikan diri dari tugas atau tanggung jawabnya.
Jadi narapidana melarikan diri merupakan seorang terpidana yang yang telah
hilang kemerdekaannya lalu menyelamatkan diri dan kabur dari lapas tanpa
tanggung jawab.

B. Dasar Hukum

5
Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1 Ayat 3.

5
1. Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

6
A. Strategi Narapidana Dalam Upaya Pelarian

Sistem pemasyarakatan salah satunya bertujuan agar narapidana dapat


memperbaiki diri sehingga tidak akan megulangi kejahatannya kembali
setelah dilakukan pembinaan didalam lapas. Hal ini sejalan dengan teori
rehabilitasi dimana teori ini beranggapan bahwa dijatuhkannya hukuman
kepada pelaku pelanggar hukum bertujuan untuk memperbaiki si terpidana
tersebut. Tetapi pada kenyataannya Lapas yang menjadi sebuah tempat
untuk menjalankan suatu system pemasyarakatan masih terdapat berbagai
permasalahan. Salah satunya yaitu kasus pelarian narapidana yang terjadi di
Lapas Kelas I Tangerang. Cai Chang Pan alias Antoni seorang narapidana
hukuman mati kasus narkoba di Lapas Kelas I Tangerang berhasil melarikan
diri pada tanggal 14 September 2020 dengan membuat galian dikamarnya
namun kasusnya baru dilaporkan setelah 5hari pelariannya sehingga
menghambat jalannya penyelidikan. Cai Chang Pan merupakan seorang
warga Negara Tiongkok ia ditangkap karena menyelundupkan 110KG sabu di
Banten pada tahun 2016. Peristiwa ini bukan pertama kalinya dilakukan oleh
Cai Chang Pan karena sebelumnya pada 24 Januari 2017 ia juga melarikan
diri dari Rutan Mabes Polri dengan cara melubangi dinding kamar mandi
namun tidak lama ia melarikan diri pada 27 Januari 2017 ia berhasil
ditangkap di hutan sukabumi. Hingga pada akhirnya ia divonis mati di Lapas
Kelas I Tangerang dan pada 14 september 2020 ia kembali berhasil
melarikan diri melalui gorong-gorong atau saluran air sejauh 30meter yang
tembus ke pemukiman warga dengan cara menggali tanah dikamarnya
dengan bukti rekaman cctv pada dini hari terlihat seseorang keluar dari
gorong-gorong. Ia melubangi lantai dibawah tempat tidurnya kemudian lari
menyusuri gorong-gorong sepanjang 30meter hingga keluar tembok penjara.
Ia menggali lubang tersebut selama 8bulan tiada henti dari jam 10 malam
sampai jam 5 pagi setiap malam dibawah tempat tidurnya dan ketika selesai

7
melakukan pekerjaan penggalian tanah tersebut kemudian ia menutup galian
dengan menggunakan tempat tidurnya agar tidak diketahui petugas. Selain
itu menurut pengakuan dari teman sekamarnya cai chang pan setiap selesai
melakukan aksinya ia kemudian membuang 2 plastik tanah galiannya itu
kedalam tong sampah. Bahkan teman sekamarnya yang merupakan WNA
asal Singapura ini pun sempat diajak untuk melarikan diri namun menolak
ajakannya tersebut. Dari hasil penyidikan polisi terdapat tanda-tanda bahwa
adanya campur tangan petugas terkait kaburnya cai chang pan dari dalam
penjara dengan membelikan mesin pompa air untuk mengeringkan lubang
galian. Salah satu petugas mengakui bahwa ia telah menerima sejumlah
uang dari cai chang pan untuk membeli pompa air dan dikirim ke alamat
petugas tersebut. Setelah pompa air didapat kemudian langsung diantarkan
ke kamar cai chang pan6. Dengan pengakuan salah satu petugas tersebut,
Polda Metro Jaya akan menggelar olah TKP. Dan jika petugas tersebut
terbukti bersalah maka mereka akan dikenakan Pasal 426 KUHP tentang
Petugas yang membantu tahanan melarikan diri. Petugas tersebut pun diberi
imbalan sebesar 100 ribu atas pembelian pompa air tersebut. Selain itu
petugas pun membantu menyimpan alat tersebut setelah digunakan untuk
menggali lubang selama 8bulan. Selain pompa air cai chang pan juga
menggali lubang menggunakan sekop, besi hingga obeng yang diduga alat-
alat tersebut didapatkan dari tempat pembangunan dapur didalam lapas.
Cai Chang Pan masuk kedalam Daftar Pencarian Orang (DPO) yang
dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya serta terdapat peringatan hukuman
2tahun penjara barangsiapa yang sengaja melepaskan/menolong/melindungi
narapidana7. Selain itu Ditjen Pemasyarakatan juga telah mengirimkan surat
6
Mahardika, Yeha Regina Citra. 2020. “Kelanjutan Kasus Cai Chang Pan, Polisi Temukan Tanda
Adanya Bantuan Petugas Lapas” diakses dari https://lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com/kriminal/pr-
66794379/kelanjutan-kasus-cai-chang-pan-polisi-temukan-tanda-adanya-bantuan-petugas-lapas
pada tanggal 15 Oktober 2020 Pukul 16.30 WIB
7
Effendy, Muslikhin.2020. “Cai Chang Pan Tewas Gantung Diri, Ini Kilas Balik Pelarian Napi
Berpendidikan Militer Dari China Itu” . Diakses dari https://www.goriau.com/berita/baca/cai-chang-
pan-tewas-gantung-diri-ini-kilas-balik-pelarian-napi-berpendidikan-militer-dari-china-
itu.html#:~:text=Foto%20dan%20ciri%2Dciri%20Cai,melepaskan%2Fmenolong%2Fmelindungi

8
kepada Ditjen Imigrasi terkait pencegahan ke luar negeri bagi Cai Chang
Pan. Saat ini telah dibentuk 5 Tim gabungan kepolisian dan pemasyarakatan
dengan dibantu brimob dan anjing pelacak untuk mencari keberadaan Cai
Chang Pan. Kini keberadaan Cai Chag Pan pun mulai terendus oleh pihak
kepolisian. Diduga ia kabur ke daerah hutan Tenjo mengingat polisi
menembukan barang-barang tertinggal yang diduga milik Cai Chang Pan.
Selain itu tidak mungkin juga ia dapat bertahan didalam hutan tanpa mencari
makan, berdasarkan laporan warga melihat cai chang pan keluar ke salah
satu desa untuk membeli makanan. Tim gabungan terus mencari keberadaan
cai chang pan di hutan daerah Tenjo, Bogor. Cai Chang Pan yang
merupakan lulusan tentara di China membuat kemampuan survivalnya tak
dapat diragukan lagi sehingga ia mampu bertahan hidup didalam hutan
berhari-hari sekalipun8. Mengingat pada saat ia kabur dari rutan polda metro
jaya 2016 lalu pun ia juga kabur ke dalam hutan di daerah Sukabumi.
Selain memiliki kemampuan survival ia juga memahami kondisi hutan tenjo
mengingat kediamannya juga berada didaerah Tenjo dan menurut
keterangan dari istrinya bahwa Cai Chang Pan sebelum tertangkap menjadi
terpidana hukuman mati kasus narkoba itu gemar berburu didaerah hutan
Tenjo. Pada tanggal 17 Oktober 2020 Cai Chang Pan ditemukan gantung diri
di pabrik ban bekas di Hutan daerah Jasinga. Cai Chang Pan melakukan
gantung diri diduga karena tempat persembunyiannya telah dikepung apart
kepolisian. Sebelumnya beberapa saksi mengatakan bahwa pabrik ban
bekas tersebut memang sering digunakan oleh Cai Chang Pan untuk
bermalam tanpa sepengetahuan pemilik pabrik. Bahkan ia juga sempat
mengancam satpam pabrik ban bekas itu karena mengetahui tempat
persembunyiannya. Namun tidak gencar dengan ancaman yang diberikan
Cai Chang Pan, satpam pabrik pun melaporkan keberadaan Cai Chang Pan

%20narapidana. Pada tanggal 17 Oktober 2020 Pukul 19.30 WIB


8
Basriyah. 2020. “Napi Cai Chang Pan yang Kabur dari Lapas Ternyata Lulusan Tentara China”.
Diakses dari https://www.metrobatam.com/2020/10/napi-cai-chang-pan-yang-kabur-dari-lapas-
ternyata-lulusan-tentara-china/. Pada Tanggal 17 Oktober Pukul 20.05 WIB.

9
kepada kepolisian. Lalu langsung melakukan penggrebekan di pabrik ban
bekas dan saat itulah petugas menemukan Cai Chang Pan sudah tidak
bernyawa dan Jasadnya dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Djati untuk
dilakukan autopsy.

B. Faktor Terjadinya Pelarian Narapidana Hukuman Mati

10

Anda mungkin juga menyukai