Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PENGANTAR ILMU HUKUM


DAMPAK PEMBERIAN REINTEGRASI DAN ASIMILASI
BAGI NARAPIDANA AKIBAT PANDEMI
COVID-19/CORONA VIRUSES

NAMA : Putri Ayu Antiny


STB. : 4134

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KEMASYARAKATAN B


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
1 MEI 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Dampak Pemberian Reintegrasi Dan Asimilasi Bagi Narapidana Akibat Pandemi
COVID-19/Corona Viruses” ini diharapkan bisa memberikan wawasan dan informasi yang
berguna bagi penulis juga bagi pembaca.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Umar
Anwar.,S.H.,M.Si.,M.H. pada bidang studi Bimbingan Kemasyarakatan B Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Hukum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pemberian Reintegrasi dan Asimilasi Bagi Narapidana bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Umar Anwar.,S.H.,M.Si.,M.H., selaku


dosen bidang studi Bimbingan Kemasyarakatan B Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Begitu juga kepada semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan makalah
ini, saya ucapkan banyak terima kasih jazakumullah khairan katsiran.

Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami membuka diri dari pembaca untuk memberi saran dan kritik an yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusun makalah di masa yang akan
dating. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca
semuanya. Mudah-mudahan segala usaha, bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian makalah
ini diterima oleh Allah SWT sebagai amal shaleh. Aamiin ya Rabbal’alamin.

Depok, 01 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
A. Tinjauan Teori......................................................................................
B. Definisi Operasional.............................................................................

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS.................................................

A. Sesuai Rumusan Masalah 1..................................................................


B. Sesuai Rumusan Masalah 2..................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Narapidana secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
orang yang sedang menjalani hukuman karena telah melakukan suatu tindak pidana,
sedangkan menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa narapidana adalah
orang hukuman atau orang buian. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) tercantum pada Pasal 1 angka 32, terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan menjelaskan bahwa narapidana adalah terpidana yang sedang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan, menurut Pasal 1 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan terpidana adalah
seseorang yang di pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Persyaratan diatas dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah
seseorang atau terpidana yang sebagian kemerdekaannya hilang sementara dan sedang
menjalani suatu hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.
Asimilasi adalah proses pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
yang dilaksanakan dengan membaurkan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
dalam kehidupan masyarakat. Pelaksanaan asimilasi di lembaga pemasyarakatan
dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.M.2.PK 04-10 Tahun
2007 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan cuti bersyarat. Untuk menjamin asimilasi keluar dengan bekerja
pada pihak ketiga harus ada pihak penjamin yang menjamin narapidana selama berada di
luar lembaga pemasyarakatan. Biasanya pihak penjamin itu adalah orang-orang yang
kenal dengan narapidana tersebut.
Integrasi adalah pemulihan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan
Narapidana dan Anak Didik pemasyarakatan dengan masyarakat. Pembebasan bersyarat
merupakan metode yang paling baik dalam membebaskan narapidana. Walaupun pada
kenyataannya banyak orang berpendapat pembebasan bersyarat dipandang sebagai
pemberian maaf atau rasa simpati pemerintah, bertujuan memperpendek hukuman dengan
mempercepat waktu pembebasan, bahkan pembebasan bersyarat dianggap sebagai upaya
untuk menyenangkan atau memberi kenyamanan pelaku kejahatan. Tetapi pendapat
tersebut merupakan hal yang keliru. Tujuan pembebasan bersyarat bukan untuk
memperkecil hukuman, mempermudah atau memberi kenyamanan pelaku kejahatan, juga
bukan merupakan toleransi atau pemaaf. Namun, pembebasan bersyarat
direkomendasikan sebagai metode yang berat dan yang paling aman dalam membebaskan
narapidana. Apabila narapidana yang tidak mendapatkan pembebasan bersyarat atau
bebas murni hingga masa akhir tahanannya, hal ini membuat Negara secara tiba-tiba
kehilangan fungsi pengawasan terhadap narapidana yang bebas tersebut. Akibatnya
masyarakat menajdi tidak aman dalam waktu yang lama. Namun, jika narapidana
mendapatkan pembebasan bersyarat, Negara menambah hukuman mereka (1 tahun) yang
mana narapidana tersebut harus tinggal, bekerja dan bertingkahlaku dalam masyarakat
dibawah pengawasan pihak yang berwenang (Bapas).
Covid-19 atau Corona Viruses adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada
manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat menginfeksi manusia serta menyebabkan
berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit yang
lebih fatal, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Seringkali virus ini menyebar antara manusia ke
manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat orang yang terinfeksi sedang
batuk atau bersin. Tetesan cairan dari mulut dan hidung seseorang yang terjangkit
tersebut bisa jatuh dan tertinggal pada mulut dan hidung orang lain yang berada
didekatnya, bahkan dihisap dan terserap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui
hidungnya. Akan sangat berbahaya jika dengan adanya pandemic covid-19 ini narapidana
tidak diberi hak integrasi dan asimilasi di rumah dengan kondisi lapas di Indonesia yang
over crowded.

Anda mungkin juga menyukai