MAKALAH
Disusun oleh :
Ai Ehan 20116078
Bianka Sismorina 20116083
Firsa Fidian Khodijah 20116089
Fizri Rahmawati 20116090
Gita Nafisa 20116091
Ismah Munajat 20116095
Rilo Pambudi 20116105
Nurwina 20116102
Widya Nur Amoraharti 20116114
Yusep Fauzi 20116113
oleh
i
KATA PENGANTAR
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul yang penulis buat adalah
Mengenai Suap yang diajukan untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah
hambatan, namun dengan bimbingan serta bantuan baik moril maupun materil
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada
bantuannya.
yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis
B. Pembahasan................................................................................5
1. Unsur-Unsur Suap.............................................................................. 7
A. Simpulan...................................................................................12
B. Saran.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULAUN
Masalah suap adalah salah satu masalah yang sudah sangat lama terjadi
dalam masyakat. Pada umumnya suap diberikan kepada orang yang berpengaruh
atau pejabat agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berhubungan
dengan jabatannya. Orang yang memberi suap biasanya memberikan suap agar
suatu hukuman atau proses hukum. Orang yang paling banyak di suap adalah
mutasi, bahkan saat ini suap disinyalir telah merambah ke dunia pendidikan baik
untuk mendapatkan nilai tertentu dalam ujian mata pelajaran atau mata kuliah.
2. dasar hukum apa saja yang berkaitan dengan tindak pidana suap ?
1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
bagian dari korupsi yang dapat merugikan negara, serta membuat masyarakat
tidak melakukan suap menyuap apalagi korupsi karena mereka telah mengetahui
hukuman bagi pelakunya dan kerugian yang akan dialami oleh negara akibat
perbuatan tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Suap
Kata suap yang dalam bahasa Arab disebut "risywah" atau" risya". Secara
bahasa berarti "memasang tali, ngomong, mengambil hati". Risywah berasal dari
bahasa Arab "rasya, yarsyu, rasywan" yang berarti memberikan uang sogokan".
Istilah lain yang searti dan biasa dipakai di kalangan masyarakat adalah
"suap, uang tempel, uang semir, atau pelicin". Risywah atau sogok merupakan
penyakit (patologi) sosial atau tingkah laku yang menyimpang dalam kehidupan
menurut istilah adalah praktik pemberian uang atau barang atau iming-iming
Dikutip dari: Indra Ismawan, Money Politic Pengaruh Uang Dalam Pemilu,
Menurut pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra, definisi money
politic sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan materi.
Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan, kalau kasus
3
money politic bisa di buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana
(merahasiakan diri) sehingga kasusnya sulit dilacak, tindak lanjut secara hukum
sesuatu yang hak (benar) atau membenarkan yang batil. Sedangkan menurut
ulama yang lain, risywah adalah sesuatupemberian yang menjadi alat bujukan
Dikutip dari: Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Intermasa,
1996), h. 1506.
2. Suap adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada hakim atau
diberikan oleh seseorang kepada hakim atau pejabat dan lainnya dengan
4
Dikutip dari: Abdullah bin Abd. Muhsin, Suap dalam Pandangan Islam,
B. Pembahasan
5
Ketentuan tersebut menyatakan bahwa: dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-(satu milyar
rupiah).
Pemberian suap bagi kalangan Pegawai Negeri berdasarkan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk dalam kategori kejahatan jabatan.
Keempat pasal tindak pidana Kejahatan dalam Jabatan dalam KUHP
menunjukkan ada tujuh bentuk tindak pidana suap sebagai berikut :
1. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat dengan maksud
dalam jabatannya
untuk diadili
sepatutnya harus iduganya., hahwa hadiah atau janji itu diberikan karena
6
menurut pikiran orang yang 3ember hadiah atau janji itu ada hubungan
dengan jabatannya
kewajibannya;
diberikan sebagai akibat atau oleh karena si penerima telah melakukan atau
hadiah itu diberikan sebagai akibat. atau oleh karena si penerima telah
dengan kewajibannya.
a. Penerima suap, yaitu orang yang menerima sesuatu dari orang lain baik
b. Pemberi suap, yaitu orang yang menyerahkan harta, uang, atau barang dan
7
c. Suapan, yaitu harta, uang atau jasa yang diberikan sebagai sarana
Dari beberapa definisi suap menurut istilah di atas jelas bahwa suap itu
banyak ragamnya baik itu yang bersifat mengenai dengan definisi suap yang
dimaksud atau yang bersifat umum.Oleh sebab itu untuk lebih jelasnya bentuk
Hal ini jelas-jelas diharamkan oleh syara’, karena hak itu kekal dan batil
membenarkan yang batil diharamkan dalam Islam serta harta yang dijadikan suap
itu haram dimakan dan dosanya ditanggung oleh kedua belah pihak, yaitu
penyuap dan penerima suap. Tidak diragukan lagi bahwa menyerahkan harta
untuk memperoleh sesuatu dari seseorang dengan cara yang menyimpang dari
ajaran Allah adalah perbuatan yang paling buruk dan tercela di mata umum.
8
harta suapan untuk melakukan kebatilan berarti dia telah berbuat fasik karena
b. Ia menjatuhkan suatu hukuman secara tidak sah dan tidak benar, dan
kezaliman.
menghalangi jalan hidup orang lain sehingga orang itu tidak memperoleh hak-
ulama, untuk suap jenis kedua ini adalah yang menanggung dosanya hanya orang
membela diri.Hal ini tidak termasuk suap karena Allah SWT berfirman yang
marabahaya serta kezaliman itu diperbolehkan kalau memang tidak ada lagi solusi
lain dan jika tidak menyuap justru akan menimbulkan bahaya yang lebih besar.
9
Dasar dari pendapat ini adalah bahwa dosa suap hanya ditanggung penerima suap,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. al-
Maidah : 2).
Pertolongan yang dimaksud ayat dan hadits di atas adalah pertolongan murni
tanpa suatu pungutan dari pihak yang ditolong. Maksudnya, kalau si penolong
memungut upah secara sepihak, dialah yang menanggung dosanya sebagai dosa
suap-menyuap.
‘Abdillah asy, Musnad Imam Ahmad bin Muhammnad bin Hambal (Beirut:
Serah terima jabatan kepada generasi yang memiliki dedikasi, loyalitas, dan
pegangan.Oleh karena itu, kita harus menutup jalan dan jangan sampai memberi
kesempatan kepada orang untuk memperoleh jabatan dengan jalan yang tidak
benar dan menyimpang dari prosedur yang semestinya sebagaimana suap yang
tinggi kedudukan yang diraih, semakin besar pula dosa yang ditanggungnya.
Keharaman cara ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya
10
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
penyerahan jabatan kepada orang lain yang tidak berhak. Ini menyalahi aturan
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana suap menyuap. Hal ini ternyata
dari pengaturan tindak pidana kejahatan dalam jabatan menurut KUHP, terutama
perbuatan suap berupa tujuh bentuk tindak pidana. Berdasarkan Undang Undang
B. Saran
Suap menyuap yang berkaitan dengan publik adalah inti dari tindakan
korupsi sebaiknya perbuatan itu harus segera di atasi agar tidak terjadi kerugian d
keuangan Negara.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Abd. Muhsin, Suap dalam Pandangan Islam, (Jakarta : Gema
1989), h. 142
Departemen Agama RI, Op.cit, h. 1219 Ibid, h. 10610 Abi ‘Abdillah asy,
Musnad Imam Ahmad bin Muhammnad bin Hambal (Beirut: Libanon, t.t), h. 349
13