Anda di halaman 1dari 17

SUAP MENYUAP

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Disusun oleh :
Ai Ehan 20116078
Bianka Sismorina 20116083
Firsa Fidian Khodijah 20116089
Fizri Rahmawati 20116090
Gita Nafisa 20116091
Ismah Munajat 20116095
Rilo Pambudi 20116105
Nurwina 20116102
Widya Nur Amoraharti 20116114
Yusep Fauzi 20116113

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2017
LEMBAR PENERIMAAN

Makalah dengan judul Suap Menyuap telah diterima pada

hari ...................., tanggal ...................................

oleh

Dosen Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi,

Dede Yuda Wahyu Nurhuda, MH.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt.karena dengan ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul yang penulis buat adalah

Mengenai Suap yang diajukan untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah

Pendidikan Budaya Anti Korupsi.

Selama penulisan makalah ini, penulis banyak menghadapi rintangan dan

hambatan, namun dengan bimbingan serta bantuan baik moril maupun materil

dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dede Yuda Wahyu Nurhuda, MH selaku dosen mata kuliah Pendidikan

Budaya Anti Korupsi yang dengan penuh kesungguhan telah membina,

mengarahkan dan membimbing penulis dalam penulisan makalah ini;

2. semua rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Analis Kesehatan STIKes Bakti

Tunas Husada Tasikmalaya yang telah memberikan dorongan semangat serta

bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan

yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat konstruktif untuk kesempurnaan penulisan yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, 18 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENERIMAAN ....................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1

C. Tujuan Makalah........................................................................................ 2

D. Manfaat Makalah ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian SUAP ..................................................................3

B. Pembahasan................................................................................5

1. Unsur-Unsur Suap.............................................................................. 7

2. Bentuk-Bentuk Suap ..............................................................8

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan...................................................................................12

B. Saran.........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULAUN

1.1 Latar Belakang

Masalah suap adalah salah satu masalah yang sudah sangat lama terjadi

dalam masyakat. Pada umumnya suap diberikan kepada orang yang berpengaruh

atau pejabat agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berhubungan

dengan jabatannya. Orang yang memberi suap biasanya memberikan suap agar

keinginannya tercapai untuk mendapatkan keuntungan dan agar terbebas dari

suatu hukuman atau proses hukum. Orang yang paling banyak di suap adalah

pejabat di lingkungan birokrasi pemerintah yang mempunyai peranan penting

untuk memutuskan sesuatu umpamanya dalam pemberian izin ataupun pemberian

proyek pemerintah.Suap sering diberikan kepada para penegak hukum seperti

polisi, jaksa, dan hakim.

Suap juga ditemukan dalam penerimaan pegawai, promosi maupun

mutasi, bahkan saat ini suap disinyalir telah merambah ke dunia pendidikan baik

dalam tahap peneriman mahasiswa/siswi baru, kenaikan kelas, kelulusan bahkan

untuk mendapatkan nilai tertentu dalam ujian mata pelajaran atau mata kuliah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu hakekat suap dan korupsi ?

2. dasar hukum apa saja yang berkaitan dengan tindak pidana suap ?

3. Sanksi apa saja yang diterima oleh tindak pidana suap ?

1
1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan pengertian suap;

2. Mendeskripsikan tentang penyuap dan penerima suap;

3. Mendeskripsikan dasar hukum tindak pidana suap;

4. Mendeskripsikan sanksi hukum tindak pidana suap.

1.4 Manfaat

Makalah ini membuat masyarakat mengerti bahwa suap menyuap termasuk

bagian dari korupsi yang dapat merugikan negara, serta membuat masyarakat

tidak melakukan suap menyuap apalagi korupsi karena mereka telah mengetahui

hukuman bagi pelakunya dan kerugian yang akan dialami oleh negara akibat

perbuatan tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Suap

Kata suap yang dalam bahasa Arab disebut "risywah" atau" risya". Secara

bahasa berarti "memasang tali, ngomong, mengambil hati". Risywah berasal dari

bahasa Arab "rasya, yarsyu, rasywan" yang berarti memberikan uang sogokan".

Dikutip dari: Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Handika

Agung, 1989), h. 142.

Istilah lain yang searti dan biasa dipakai di kalangan masyarakat adalah

"suap, uang tempel, uang semir, atau pelicin". Risywah atau sogok merupakan

penyakit (patologi) sosial atau tingkah laku yang menyimpang dalam kehidupan

bermasyarakat dan tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Sedangkan risywah

menurut istilah adalah praktik pemberian uang atau barang atau iming-iming

sesuatu kepada masa (voters) secara berkelompok atau individual, untuk

mendapatkan keuntungan politis (political again). Artinya tindakan money politic

itu dilakukan secara sadar oleh pelakunya.

Dikutip dari: Indra Ismawan, Money Politic Pengaruh Uang Dalam Pemilu,

(Yogyakarta: Penerbit Media Presindo, 1999), h. 4.

Menurut pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra, definisi money

politic sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan materi.

Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan, kalau kasus

3
money politic bisa di buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana

biasa, yakni penyuapan. Tapi kalau penyambung adalah figur anonym

(merahasiakan diri) sehingga kasusnya sulit dilacak, tindak lanjut secara hukum

pun jadi kabur.Dikutip dari: Ibid

Menurut Ali bin Muhammad as-Sayyid as-Syarif al-Jurjani, risywah

adalah sesuatu pemberian yang diberikan kepada seseorang untuk membatalkan

sesuatu yang hak (benar) atau membenarkan yang batil. Sedangkan menurut

ulama yang lain, risywah adalah sesuatupemberian yang menjadi alat bujukan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Dikutip dari: Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Intermasa,

1996), h. 1506.

Sedangkan menurut istilah dikenal beberapa pengertian suap (risywah)

seperti berikut ini :

1. Suap adalah pemberian terhadap seorang pejabat dengan tujuan kepentingan

si pemberi bisa terealisir sekalipun melalui usaha-usaha yang tidak sehat

dan tidak sesuai dengan aturan.

2. Suap adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada hakim atau

lainnya agar orang itu mendapatkan kepastian hukum atau memperoleh

keinginannya. Definisi ini menjelaskan bahwa suap adalah sesuatu yang

diberikan oleh seseorang kepada hakim atau pejabat dan lainnya dengan

segala bentuk dan caranya.

4
Dikutip dari: Abdullah bin Abd. Muhsin, Suap dalam Pandangan Islam,

(Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 9-11.

B. Pembahasan

Seseorang yang terlibat dalam perbuatan suap-menyuap sebenarnya harus


malu apabila menghayati makna dari kata suap yang sangat tercela dan bahkan
sangat merendahkan martabat kemanusiaan, terutama bagi si penerima suap.
Suap (bribery) bermula dari asal kata briberie (Perancis) yang artinya adalah
“begging” (mengemis). Suap-menyuap bersama- sama dengan penggelapan dana-
dana publik (embezzlement of public funds) sering disebut sebagai inti atau
bentuk dasar dari tindak pidana korupsi.
Kriminalisasi terhadap tindak pidana korupsi, termasuk suap-menyuap,
mempunyai alasan yang sangat kuat sebab kejahatan tersebut tidak lagi dipandang
sebagai kejahatan konvensional, melainkan sebagai kejahatan luar biasa
(extraordinary crime), karena karakter korupsi yang sangat kriminogin (dapat
menjadi sumber kejahatan lain) dan viktimogin (secara potensial dapat merugikan
pelbagai dimensi kepentingan).
Suap merupakan tindak pidana yang sejak lama diatur dalam UU No.3
tahun 1980 tentang tindak pidana suap. Pasal 3 UU tersebut menyatakan :
Barang siapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau
patut dapat menduga bahwa pemberian janji atau sesuatu itu dimaksudkan
supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang
berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut
kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan penjara selama-
lamanya 3 tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000,-.
Selain itu di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUH Pidana) juga
mengatur tindak pidana suap, yakni dalam pasal 209 dan pasal 210 KUHP
(penyuapan aktif), serta pada pasal 418, 419, dan 420 KUHP (penyuapan pasif).
Aturan yang paling mutakhir mengenai suap menyuap dengan aparat di
Indonesia ada di pasal 12 huruf a UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan
atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

5
Ketentuan tersebut menyatakan bahwa: dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-(satu milyar
rupiah).
Pemberian suap bagi kalangan Pegawai Negeri berdasarkan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk dalam kategori kejahatan jabatan.
Keempat pasal tindak pidana Kejahatan dalam Jabatan dalam KUHP
menunjukkan ada tujuh bentuk tindak pidana suap sebagai berikut :
1. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat dengan maksud

menggerakkannya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya

yang bertentangan dengan kewajibannya

2. memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau berhubung dengan

sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan

dalam jabatannya

3. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang hakim dengan maksud

untuk mempengaruhi utusan tentang perkara yang diserahkan kepadanya

untuk diadili

4. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang yang menurut ketentuan

undang-undang ditentukan menjadi penasihat atau adviseur untuk menghadiri

sidang atau pengadilan, dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau

pendapat yang akan diherikan berhubung dengan perkara yang diserahkan

kepada pengadilan untuk diadili.

5. Seorang pejabat menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau

sepatutnya harus iduganya., hahwa hadiah atau janji itu diberikan karena

kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang

6
menurut pikiran orang yang 3ember hadiah atau janji itu ada hubungan

dengan jabatannya

6. pegawai negeri menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya bahwa

hadiah atau janji itu diberikan untuk menggerakkannya supaya melakukan

atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya;

7. pegawai negeri yang menerima hadiah mengetahui bahwa hadiah itu

diberikan sebagai akibat atau oleh karena si penerima telah melakukan atau

tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya pegawai negeri yang menerima hadiah mengetahui bahwa

hadiah itu diberikan sebagai akibat. atau oleh karena si penerima telah

melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan

dengan kewajibannya.

1. Unsur-unsur suap (Risywah)

Setelah dikemukakan berbagai versi definisi suap, maka dapat digaris

bawahi unsur-unsursuap sebagai berikut :

a. Penerima suap, yaitu orang yang menerima sesuatu dari orang lain baik

berupa harta atau barang maupun jasa supaya mereka melaksanakan

permintaan penyuap, padahal tidak dibenarkan oleh syara’, baik berupa

bantuan atau justru tidak berbuat apa-apa.

b. Pemberi suap, yaitu orang yang menyerahkan harta, uang, atau barang dan

jasa untuk mencapai tujuannya.

7
c. Suapan, yaitu harta, uang atau jasa yang diberikan sebagai sarana

mendapatkan sesuatu yang dambakan, diharapkan atau diminta.6

2. Bentuk suap (Risywah)

Dari beberapa definisi suap menurut istilah di atas jelas bahwa suap itu

banyak ragamnya baik itu yang bersifat mengenai dengan definisi suap yang

dimaksud atau yang bersifat umum.Oleh sebab itu untuk lebih jelasnya bentuk

suap perlu diklarifikasi terlebih dahulu. Di dalam hal suap-menyuap terdapat

berapa di antaranya adalah :

a. Suap untuk membatilkan yang hak dan sebaliknya.

Hal ini jelas-jelas diharamkan oleh syara’, karena hak itu kekal dan batil

itu sirna.Syari'at Allah adalah cahaya yang menerangi kegelapan yang

menyebabkan orangorang mukmin terpedaya dan para pelaku kejahatan tertutupi

dan terlindungi.Maka, setiap sesuatu yang dijadikan sarana untuk menolong

kebatilan dia atas kebenaran itu haram hukumnya.

Dengan demikian, suap yang jelas-jelas membatilkan yang benar atau

membenarkan yang batil diharamkan dalam Islam serta harta yang dijadikan suap

itu haram dimakan dan dosanya ditanggung oleh kedua belah pihak, yaitu

penyuap dan penerima suap. Tidak diragukan lagi bahwa menyerahkan harta

untuk memperoleh sesuatu dari seseorang dengan cara yang menyimpang dari

ajaran Allah adalah perbuatan yang paling buruk dan tercela di mata umum.

Sebab, harta itu diserahkan untuk memperoleh sesuatu yang terlarang

didapatkannya. Seperti misalnya, seorang hakim atau pejabat yang mengambil

8
harta suapan untuk melakukan kebatilan berarti dia telah berbuat fasik karena

alasan-alasan berikut ini :

a. Ia mengambil harta itu untuk sarana melakukan kebatilan.

b. Ia menjatuhkan suatu hukuman secara tidak sah dan tidak benar, dan

itu secara qath'I diharamkan.7

b. Suap untuk mempertahankan kebenaran dan mencegah kebatilan dan

kezaliman.

Secara naluri, manusia memiliki keinginan untuk berinteraksi sosial,

berusaha berbuat baik. Akan tetapi, kadangkala manusia khilaf sehingga

terjerumus dalam kemaksiatan dan perbuatan zalim terhadap sesamanya,

menghalangi jalan hidup orang lain sehingga orang itu tidak memperoleh hak-

haknya. Akhirnya untuk menyingkirkan dan meraih hak-haknya terpaksa harus

menyuap.Suap-menyuap dalam hal ini, diperbolehkan. Namun, ia harus bersabar

terlebih dahulu sehingga Allah membukakan jalan untuknya. Menurut jumhur

ulama, untuk suap jenis kedua ini adalah yang menanggung dosanya hanya orang

yang menerima suap.Termasuk juga seseorang yang diperbolehkan menyerahkan

hartanya karena keselamatan jiwanya terancam dan tidak dimungkinkan untuk

membela diri.Hal ini tidak termasuk suap karena Allah SWT berfirman yang

artinya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah : 286).

Dengan demikian, suap untuk mempertahankan kebenaran dan mencegah

marabahaya serta kezaliman itu diperbolehkan kalau memang tidak ada lagi solusi

lain dan jika tidak menyuap justru akan menimbulkan bahaya yang lebih besar.

9
Dasar dari pendapat ini adalah bahwa dosa suap hanya ditanggung penerima suap,

sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. al-

Maidah : 2).

Konteks dalil tersebut adalah bahwa menyampaikan kebenaran yang berhak

serta menyingkirkan marabahaya darinya merupakan suatu bentuk pertolongan.

Pertolongan yang dimaksud ayat dan hadits di atas adalah pertolongan murni

tanpa suatu pungutan dari pihak yang ditolong. Maksudnya, kalau si penolong

memungut upah secara sepihak, dialah yang menanggung dosanya sebagai dosa

suap-menyuap.

Kutipan: Departemen Agama RI, Op.cit, h. 1219 Ibid, h. 10610 Abi

‘Abdillah asy, Musnad Imam Ahmad bin Muhammnad bin Hambal (Beirut:

Libanon, t.t), h. 349

c. Suap untuk memperoleh jabatan atau pekerjaan.

Serah terima jabatan kepada generasi yang memiliki dedikasi, loyalitas, dan

kemampuan yang mapan merupakan amanat agama yang harus dijadikan

pegangan.Oleh karena itu, kita harus menutup jalan dan jangan sampai memberi

kesempatan kepada orang untuk memperoleh jabatan dengan jalan yang tidak

benar dan menyimpang dari prosedur yang semestinya sebagaimana suap yang

ditempuh kebanyakan orang.Cara ini jelas diharamkan oleh Allah SWT.Semakin

tinggi kedudukan yang diraih, semakin besar pula dosa yang ditanggungnya.

Keharaman cara ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya

10
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. (QS. an-nisa’ : 58).

Dengan demikian, menyuap berarti membuka jalan ke arah adanya

penyerahan jabatan kepada orang lain yang tidak berhak. Ini menyalahi aturan

yang telah ditetapkan oleh Allah dan jelas diharamkan.

Kutipan: Ibid, h. 43712 Departemen Agama RI, Op.cit, h. 57

11
PENUTUP

A. Kesimpulan

pengembangan bentuk-bentuk tindak pidana korupsi yang telah terjadi,

khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana suap menyuap. Hal ini ternyata

dari pengaturan tindak pidana kejahatan dalam jabatan menurut KUHP, terutama

perbuatan suap berupa tujuh bentuk tindak pidana. Berdasarkan Undang Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada 12 bentuk tindak pidana suap

menyuap. Perluasan pengaturan tindak pidana suap menyuap ini menunjukkan

keseriusan Pemerintah dalam upaya memberantas korupsi di negeri Indonesia

yang kita cintai ini.

B. Saran

Suap menyuap yang berkaitan dengan publik adalah inti dari tindakan

korupsi sebaiknya perbuatan itu harus segera di atasi agar tidak terjadi kerugian d

keuangan Negara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Abd. Muhsin, Suap dalam Pandangan Islam, (Jakarta : Gema

Insani Press, 2001), h. 9-11.

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Handika Agung,

1989), h. 142

Indra Ismawan, Money Politic Pengaruh Uang Dalam Pemilu, (Yogyakarta:

Penerbit Media Presindo, 1999), h. 4

Departemen Agama RI, Op.cit, h. 1219 Ibid, h. 10610 Abi ‘Abdillah asy,

Musnad Imam Ahmad bin Muhammnad bin Hambal (Beirut: Libanon, t.t), h. 349

Ibid, h. 43712 Departemen Agama RI, Op.cit, h. 57

13

Anda mungkin juga menyukai