Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Makalah ini disusun dan diajukan untuk


memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya

Nama Dosen Pengampu Mata Kuliah


Nur Arifuddin, S.IP, M.Sos

Disusun oleh :
Agus Suhananto
Achmad Fariadi
Sudadi Kirmowiyoto

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PERGURUAN TINGGI DA’WAH ISLAM
2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT Yang telah memberikan petunjuk ini kepada kami,
yang mana kami tidak akan pernah mendapatkan petunjuk apabila Allah SWT tidak
menunjukkannya kepada kami. Niscaya sungguh telah datang Utusan Tuhan kami dengan
membawa kebenaran, yang menyerukan kepada kami bahwasannya surga diwariskan
disebabkan amalan yang dikerjakan. Kami bersaksi tidak ada Tuhan kecuali Allah SWT,
dan kami bersaksi bahwa baginda Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya.
Adapun selanjutnya, kami penulis makalah “KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA”
menyampaikan syukur kepada Allah SWT atas segala kenikmatan, kemudahan, dan
pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Metode Penelitian.
Makalah ini disusun dari pengetahuan kami yang terbatas dan lebih
merepresentasikan materi-materi yang sudah banyak disharing oleh para pakar, tentang
“KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA”.
Semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat. Dan kami dari
penulis mohon maaf atas segala keterbatasan ilmu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami penulis meyakini bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari sempurna. Maka
sekiranya sangat pantas kami menerima masukan yang instruktif untuk kemajuan
bersama.

Jakarta, 17 Januari 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Penulisan Makalah...................................................................1
B. Indentifikasi Masalah........................................................................................1
C. Pembatasan Masalah.........................................................................................2
D. Rumusan Masalah.............................................................................................2
E. Tujuan Penulisan Makalah................................................................................2

BAB I PEMBAHASAN............................................................................................2
A. Pengertian Komunikasi Lintas Budaya.............................................................3
B. Fungsi Komunikasi Lintas Budaya...................................................................3
C. Urgensinya Komunikasi Lintas Budaya...........................................................3
D. Definisi Budaya................................................................................................4
E. Karakteristik Budaya Dan Komunikasi............................................................5
F. Dimensi Dan Unsur Budaya.............................................................................6
G. Fungsi Dasar Dari Budaya...............................................................................8
H. Pola Budaya......................................................................................................8
I. Hubungan Komunikasi Dan Budaya................................................................9
J. Problematika Kebudayaan Indonesia.............................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan sebuah lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit)
terhadap pihak yang kekurangan dana (defisit unit). Pihak-pihak surplus dana
tersebut meliputi 3 pihak yaitu dana pihak pertama, yang dimana berasal dari
pemodal dan pemilik saham, dana pihak kedua yang berasal dari pinjaman baik
dari lembaga keuangan maupun non keuangan. Dana pihak ketiga adalah dana
yang berasal dari simpanan, tabungan dan deposito.1
Bank syariah juga berfungsi sebagai badan intermediasi, yaitu menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
pembiayaan. Keberhasilan menjalankan fungsi dari bank syariah dapat dilihat dari
manajemen bank itu sendiri. Manajemen adalah sebuah kata bebas nilai,
bergantung pada fungsi dan kegunaan yangakan diharapkan. Manajemen berarti
seni dan ilmu pengelolaanyang berisi atau berfungsi untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Manajemen
perbankan syariah berarti seni dan ilmu mengelola usaha jasa perbankan syariah.2
Dunia perbankan khususnya bank syariah manajemen yang juga penting
adalah manajemen pembiayaan. Manajemen pembiayaan bank syariah adalah
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan
pengontrolan sumber daya yang dilakukanoleh bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dalam memberikan fasilitas keuangan atau
financial kepadapihak lain prinsip-prinsip syariah untuk mendukung kelancaran
usaha maupun untuk investasi yang telah direncanakan.3

1
Muhammad Sistem Dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h.
5.
2
Gita Danupranata. Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salempa Empat. 2013),
h. 103
3
Fetria Eka Yudiana, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Salatiga : STAIN Salatiga Press,
2014), h. .34.

3
Pembiayaan yang terdapat pada perbankan syariah seperti berdasarkan prinsip
bagi hasil atau biasa disebut mudharabah dan musyarakah, prinsip jual beli atau
murabahah, serta prinsip sewa menyewa atau ijarah. Pembiayaan merupakan suatu
fungsi bank yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk membantu
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang defisit unit. Pembiayaan terbagi menjadi
dua jenis jika dilihat dari sifat penggunanya yaitu produktif dan konsumtif, begitu
juga jika dilihat dari keperluannya terbagi menjadi dua yaitu modal kerja dan juga
sumber investasi. Pembiayaan menjadi salah satu faktor yang sangat penting
dalam menjalankan sebuah usaha baik usaha perorangan, usaha besar maupun
industri rumahan yang sudah berdiri sejak lama. Hal ini tidak terlepas dari biaya
yang dibutukan untuk menjalankan operasionalnya. Biaya sangat dipelukan baik
itu usaha perorangan sampai dengan usaha besar. Dimana, sumber dana bisa
didapatkan baik itu dari dalam maupun luar perusahaan itu sendiri. Setiap usaha
atau kegiatan yang dilakukan tidak akan lepas atau pasti berhubungan dengan
orang lain. Dimana setiap usaha baru pasti membutuhkan yang namanya modal
kerja. Modal kerja dapat diperoleh dari kerja sama dari beberapa orang atau
melakukan pembiayaan pada lembaga keuangan seperti bank. Kebutuhan modal
kerja yang semakin lama semakin meningkat membutuhkan lembaga keuangan
yang mampu mengatasi permasalahan tersebut. Agar masyarakat mampu
membuka 3 3 usaha dengan mendapatkan modal kerja yang mudah dan juga
mampu membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitarnya. Bank syariah
sebagai lembaga perbankan mempunyai kegiatan funding dan financing. Salah
satu kegiatan dari funding adalah pembiayaan modal kerja. Berdasarkan akad
yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis Pembiayaan Modal
Kerja syariah dapat dibagi menjadi 5 macam, yaitu: pembiayaan modal kerja
mudharabah,pembiayaan modal kerja istishna,pembiayaan modal kerja
salam,pembiayaan modal kerja murabahah, danpembiayaan modal kerja ijarah.4
Umumnya 5 akad pembiayaan modal kerja ini sering digunakan pada bank syariah
khususnya pembiayaan modal kerja ijarah. Ijarah biasa juga disebut sewa, jasa,
atau imbalan, adalah akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan
imbalan jasa.5 Sistem akad pembiayaan modal kerja ijarah ini memiliki kemiripan

4
dengan leasing yang ada pada lembaga keuangan konvensional, namun salah satu
yang membedakan antara ijarah dengan leasing pada lembaga keuangan
konvensional adalah objeknya. Dimana, bank syariah menggunakan objek
manfaat barang dan jasa sedangkan pada konvensional hanya menggunakan objek
manfaat barang. Pemberian modal kerja baik bank syariah ijarah maupun
konvensional leasing menggunakan prinsip kehati-hatian dalam melakukan
sebuah pembiayaan. Dilihat bahwa pemberian pembiayaan modal kerja tanpa
menganalisis terlebih dahulu sangat membahayakan lembaga keuangan. Dimana,
nasabah dalam hal ini memberikan dengan mudah data-data fiktif sehingga
pembiayaan yang seharusnya tidak layak diberikan tetapi dilakukan oleh pihak
bank. Akibatnya banyak 4 Fetria Eka Yudiana, Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah, (Salatiga : STAIN Salatiga Press, 2014), h.42. 5Ascarya, Akad Dan
Produk Bank Syari’ah, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2007), h. 101. 4
pembiayaan akan mengalami masalah atau macet. Permasalahan pembiayaan
khususnya dalam permodalan kerja seperti itu tentunya sangat dihindari oleh
pihak bank. Kenyataanya bahwa dalam melakukan pembiayaan khususnya
pembiayaan modal kerja ijarah pada lembaga keuangan baik itu bank syariah
maupun bank konvensional sering mengalami atau mendapatkan pembiayaan
yang bermasalah khususnya masalah pembayaran atas manfaat barang atau jasa
yang dilakukan oleh pihak bank. Padahal setiap lembaga sudah menerapkan
prinsip kehati-hatian dengan melakukan berbagai prosedur atau analisa terhadap
calon yang ingin melakukan pembiayaan. Melihat fakta dan permasalahan
tersebut, maka permasalahan ini difokuskan pada manajemen pembiayaan modal
kerja dengan menggunakan akad ijarah pada bank syariah sehingga mampu
mengatur manajemen pembiayaan dan juga menghindari atau meminimalisir
pembiayaan yang bermasalah atau macet terkhususkan pembiayaan modal kerja
ijarah. 5 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan yang telah
dijelaskan, maka sub bab rumusan masalah dari penelitian ini yaitu : 1.
Bagaimana manajemen pembiayaan modal kerja ijarah? 2. Bagaimana
kontekstualisasi pembiayaan modal kerja ijarahpada bank syariah? 3. Bagaimana
Implementasi pembiayaan modal kerja ijarahdi Indonesia? C. Tujuan Penelitian

5
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dari peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui
manajemen pembiayaan modal kerja ijarah. 2. Untuk mengetahui kontekstualisasi
pembiayaan modal kerja ijarahpada bank syariah. 3. Untuk mengetahui
Implementasi pembiayaan modal kerja ijarahdi Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. RIBA
1) Definisi Riba
Riba berdasarkan pendapat keterangan dari Etimologi Merupakan:
“tambahan, tambahan dalam riba ialah tambahan yang berasal dari usaha
haram yang merugikan diantara pihak dalam sebuah transaksi”.4
Dalam Difinisi yang lain riba memilik arti: “tumbuh dan membesar.
Adapun berdasarkan pendapat keterangan dari istilah Riba berarti
pemungutan, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara batil”.5
Sedangkan berdasarkan pendapat dari Muhammad Nafik H.R Riba
Merupakan “keunggulan atau Penambahan. Tetapi dalam ilmu ekonomi, riba
merujuk pada kelebihan dari jumlah uang pokok yang dipinjamkan oleh
pemberi pinjaman dari peminjam. Dalam Islam, riba secara Eksklusif
menunjuk pada keunggulan yang diminta dengan teknik yang
khusus”.6
Para ahli ekonomi Muslim menyebutkan bahwa Masing-Masing
transaksi kredit atau tawar menawar, dalam format uang atau lainnya,
dirasakan sebagai transaksi riba bilamana berisi tiga unsur berikut ini:
a) Kelebihan atau surplus di atas modal pinjaman.
b) Penetapan keunggulan ini bersangkutan dengan waktu
c) Transaksi yang menjadi kriteria pembayaran keunggulan tersebut.
4
Abu Sura’i, Bunga Bank dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm 21.
5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm 37.
6
Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram? (Surabaya, Amanah Pustaka: 2009),
hlm 94.

6
Dalam fiqh muamalah, riba berarti ekstra yang diharamkan yang bisa
muncul dampak utang atau pertukaran. Berdasarkan keterangan dari Wahid
Abdus Salam Baly, riba merupakan: “ eksta” (yang disyaratkan) terhadap
uang pokok tanpa ada transaksi pengganti yang diisyaratkan”.

Sedangkan Riba berdasarkan pendapat dari ulama fiqh, yang diterangkan


oleh empat (4) Mazhab, bisa digolongkan, sebagai berikut:
a. Syafi’iyah
Riba ialah transaksi dengan imbalan tertentu yang tidak diketahui
keserupaan takarannya maupun ukurannya waktu dilaksanakan
transaksi atau dengan penundaan masa penyerahan kedua barang yang
dipertukarkan salah satunya.
b. Malikiyah
Riba Nyaris sama dengan Definisi Syafi’iyah, hanya bertolak
belakang dengan illat-nya. Berdasarkan keterangan dari mereka
illatnya merupakan transaksi tidak kontan pada bahan makanan yang
tahan lama.
c. Hanafiyah
Riba ialah setiap keunggulan tanpa adanya imbalan pada takaran
dan timbangan yang dilaksanakan antara pembeli dan penjual di
dalam tukar menukar.
d. Hambaliyah
“Riba merupakan setiap Keunggulan tanpa terdapat imbalan pada
barang tertentu. Barang tertentu tersebut ialah yang bisa ditukar atau
ditimbang dengan jumlah yang berbeda. Tindakan semacam inilah
yang dinamakan riba selama dilaksanakan dengan tidak kontan”.

Anda mungkin juga menyukai