Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT BARAT MASA RENAISSANCE DAN


MODERN

Makalah ini disusun dan diajukan untuk


memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Umum dan Islam

Nama Dosen Pengampu Mata Kuliah


Zuhri Fahruddin, M.Pd.

Disusun oleh :
Nur Arifin
Amik Suwandi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERGURUAN TINGGI DA’WAH ISLAM
2023 M / 1445 H

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami.
Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu mata kuliah
fiqh jinayat diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta
bagi penulis sendiri. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
berbagi pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.

Jakarta, 19 Maret 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................1
C. Pembatasan Masalah.................................................................................1
D. Rumusan Masalah......................................................................................2
E. Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Renaissance.............................................................................3
B. Kelahiran Kembali Ilmu di Zaman Renaissance....................................5
C. Dampak Renaissance.................................................................................8
D. Perkembangan Filsafat Barat Modern.....................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................15


A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban moderen di eropa.
Hal penting dari Renaissance adalah pandangan manusia bukan hanya
memikirkan akhirat, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya didunia ini.
Renaissance menjadikan manusia lahir di dunia untuk mengolah,
menyempurnakan, menikmati dunia itu baru setelah itu menengadah ke surga.
Pada saat itu gejala masyarakat untuk melepaskan diri dari kungkungan
dogmatisme Gereja sudah mulai tampak di Eropa. Abad pertengahan manusia
tidak bisa berekspresi secara bebas, manusia dininakbobokkan lebih kurang 1000
tahun lamanya.
Zaman modern merupakan zaman tegaknya corak pemikiran filsafat yang
berorientasi antroposentrisme, sebab manusia menjadi pusat perhatian. Pada
masa Yunani dan abad pertengahan filsafat selalu mencari substansi prinsip
induk seluruh kenyataan. Para filsuf Yunani menemukan unsur-unsur
kosmologi sebagai prinsip induk segala sesuatu yang ada. Sementara para tokoh
abad pertengahan, Tuhan menjadi prinsip bagi segala yang ada, namun pada
zaman modern, peranan substansi diambil alih oleh manusia sebagai ‘subjek’
yang terletak di bawah seluruh kenyataan, dan memikul seluruh kenyataan yang
melingkupinya.

B. Identifikasi Masalah
Keterbatasan wawasan tentang perkembangan filsafat barat.

C. Pembatasan Masalah
Kami membatasi pembahasan dalam makalah ini yaitu hanya membahas
tentang Filsafat Barat Masa Renaissance dan Modern, karena menyesuaikan
dengan kisi-kisi dari Dosen.

1
D. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Renaissance?
2. Bagaimana ilmu di zaman Renaissance?
3. Apa dampak dari Renaissance?
4. Bagaimana perkembangan filsafat barat modern?
E. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Renaissance.
2. Mengetahui dan memahami tentang ilmu pada zaman Renaissance.
3. Mengetahui dan memahami dampak dari Renaissance.
4. Mengetahui dan memahami perkembangan filsafat barat modern.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Renaissance
Renaissance merupakan istilah bahasa Prancis. Dalam bahasa latin, re+nasci
berarti lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarahwan
untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi
di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah
ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarahwan terkenal, Michelet, dan
dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk
kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik,
penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode
Abad Pertengahan (Runes: 270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut
filsafat renaissance (Runes: 271).
Batas yang jelas mengenai kapan dimulainya pengahabisan Abad Pertengahan
sulit ditentukan. Yang dapat ditentukan ialah bahwa Abad Pertengahan itu telah
selesai tatkala datangnya Zaman Renaissance yang meliputi kurun waktu abad
ke-15 dan ke-16 (Bertens: 44). Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran
dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pikiran amat
terbatas, perkembangan sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan
dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu,
orang mulai mencari alternaitif. Di dalam perenungan mencari alternatif itu orang
teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak
dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban Yunani Kuno. Usaha ini
sebenarnya telah dimulai di dalam karya orang-orang Italia di dalam kesusastraan,
misalnya pada Petrarca dan Boccaccio.
Selama abad ke-14 dan ke-15 di Italia muncul keinginan yang kuat akan
penemuan-penemuan baru dalam seni dan sastra. Mereka telah melihat pada
periode pertama bahwa kemajuan itu telah terjadi. Ketika itu dunia barat telah
biasa membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode, yaitu ancient,
medieval, dan modern. Pada zaman Ancient atau Zaman Kuno itu mereka melihat

3
kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak
dihidupkan. Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak
penting dalam sejarah peradaban.
Voltaire, orang yang membagi babak sejarah peradaban menjadi empat,
menganggap Renaissance merupakan babak ketiga dari keempat babak itu. Pada
abad ke-19, Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam
seni dan sastra. Menurut Jules Michelet, sejarahwan Prancis terkenal yang telah
disebut diatas, Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia.
Dialah yang mula-mula menyatakan bahwa Renaissance lebih dari sekadar
kebangkitan peradaban yang merupakan permulaan kebangkitan dunia modern.
Sejarahwan ini diikuti oleh Jakob Burckhardt yang menginterpretasikan
Renaissance sebagai periode sejak Dante sampai Michelangelo di Italia, yamg
merupakan kelahiran spirit modern dalam transformasi idea dan lembaga-
lembaga. Pendirian Burckhardt kelak ditentang oleh orang-orang yang
mempelajari Abad Pertengahan. Mereka meragukan peletakan tahun yang
dikemukakan oleh Burckhardt.
Dari berbagai perdebatan tentang Renaissance, yang dapat diambil ialah
bahwa Renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung
atau sesudah Abad Kegelapan sampai muncul Abad Modern. Perkembangan itu
terutama dalam bidang seni lukis dan sastra, dan bidang filsafat. Di dalam bidang
filsafat, Zaman Renaissance tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan
dengan bidang seni dan sains. Pada masa ini, yang utama adalah humanisme,
individualisme, lepas dari agama, empirisme dan rasionalisme. Berdasarkan hal
tersebut, filsafat akan berkembang pesat pada zaman sesudahnya yaitu zanam
modern. Sebenarnya secara esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak
berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat
modern, yaitu menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (renaissance),
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain1.

1
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Remaja Rosdikarya, Bandung, 2012, hlm.124.

4
B. Kelahiran Kembali Ilmu di Zaman Renaissance
Pada periode masa itu yang dimaksud dengan kata ilmu terbatas pada bidang-
bidang yang memberikan pengetahuan mengenai teologi dan filsafat. Istilah
lainnya adalah seni atau teknik. Beberapa seni disebut liberal dan diajarkan pada
sekolah-sekolah Latin dan di universitas. Seni itu adalah bahasa, logika,
matematika, dan kaum terpelajar atau para pejabat mempelajari kedokteran dan
hukum. Seni lainnya yang bersifat mekanis umumnya tergolong pekerjaan yang
tidak disenangi karena bayarannya rendah. Konsepsi pengetahuan yang berlaku
pada masa itu berbeda secara radikal dengan konsepsi masa kini. Pada masa itu,
umumnya diterima bahwa pernah ada suatu zaman keemasan ketika semua hal
diketahui. Penemuan kembali kebenaran dipandang bukan sekedar soal
memahami fakta-fakta, sebab tersedianya kebenaran pertama kali dan lenyap pada
masa berikutnya merupakan peristiwa yang bermakna religius. Karena dunia
indrawi sangat dipengaruhi oleh agen-agen ilahi, demonis dan magis, maka untuk
menyingkap rahasianya bukan tugas sekuler semata. Karena konsep modern
mengenai ilmu sebagian berakar dalam pertentangannya dengan pandangan dunia
ini maka sulit membayangkan kemungkinan adanya sudut pandang ilmiah di
dalamnya. Akan tetapi para sejarawan masih sepakat dengan anggapan ini maka ia
masih terpenjara dalam kategori-kategori zamannya sehingga tak mampu
memahami dunia luar yang lebih luas.
Tahun 1413 merupakan saat permulaan bagi ekspansi Eropa, saat pertama kali
bangsa Eropa menyerbu pantai Afrika, tepat lima ratus tahun sebelum Perang
Dunia I, awal pemisahan kekaisaran Eropa. Di awal abad ke-15 iklim kultural
Eropa umumnya suram : universitas-universitas runtuh, gereja-gereja terpecah-
pecah, dan perekonomian masih menderita akibat Maut Hitam. Topik-topik yang
disebut ilmu hampir tidak ada kecuali yang dipelajari dalam kaitannya dengan
seni praktis. Pada masa itu bahan-bahannya pun tidak mencukupi kebutuhan,
kompetensinya rendah, dan organisasi sosialnya tidak berkembang.
Asal-usul kelahiran kembali ilmu dapat dilokasikan pada 3 pusat. Asal-usul
pertama dan yang terkenal adalah penemuan manusia dan alam, sebuah produk
Renesans yang artistik pada abad ke-15 di Italia. Hal ini ditemukan di zaman

5
klasik kuno serta fakta bahwa para sarjana humanis mengedit dan menerbitkan
teks-teks berbahasa latin dan Yunani dan menerjemahkan semua bidang termasuk
bidang ilmu. Seni-seni visual yang secara longgar dikelompokkan sebagai
arsitektur bangkit dan mendapatkan penghormatan sosial serta memberikan suatu
silsilah klasik dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang pengarang Roma,
Vitruvius. Seniman-seniman besar menjadi orang yang mempunyai minat dan
kebudayaan yang luas, yang dicoba dilindungi oleh kaum bangsawan. Karir
Leonardo da Vinci di penghujung abad ke-15 merupakan contoh bagi posisi yang
tinggi dan aktivitas yang meliputi banyak bidang.
Pada saat yang sama, daerah pegunungan di Jerman Selatan dengan ujungnya
yang terletak di Nuremberg dan Cracow, mengalami pertumbuhan pesat dalam
pertambangan, metalurgi dan perdagangan. Matematika praktis, teori serta praktek
pengolahan besi juga berkembang di sana. Sungai Rhine yang menghubungkan
daerah ini dengan pusat-pusat pertenunan orang Flander yang makmur. Dan
sungai ini merupakan jalur perdagangan tempat Gutenberg menemukan mesin
cetak. Salah satu spekulasi yang sangat rumit dan mahal saat itu adalah
diadakannya suatu penelitian dan pengembangan yang bertujuan menemukan
sifat-sifat campuran logam yang tepat untuk membuat cetakan logam yang dapat
dipakai berulang-ulang. Namun, begitu ditemukan, proses penyebarannya cepat
sekali. Di penghujung abad ke-15 setiap kota besar mempunyai penerbitan sendiri
dan tersedianya buku-buku dengan harga murah menyebabkan terjadinya
trnsformasi di bidang pembelajaran dan kebudayaan.
Bangsa Spanyol dan Portugis memulai penjelajahannya. Orang-orang Portugis
terdampar di sekitar Pantai Afrika, mereka hendak mendarat di Brazil untuk
mencari emas dan Prester Jhon yang melegenda di Ethiopia. Mereka malah
menemukan jalur menuju India, sehingga mereka memintas jalur Timur Tengah
untuk mendapatkan rempah-rempah. Didorong oleh kepentingan itu, bangsa
Spanyol membiayai perjalanan Colombus beserta para penakluk untuk
menyingkapkan dunia baru. Pelayaran melintasi lautan menimbulkan tuntutan
baru pada astronomi dan teknik-teknik serta peralatan matematis, orang-orang
Spanyol dan Portugis lah yang pertama kali melaksanakan penelitian tentang hal

6
itu, khusunya teknik hidrografis. Dunia baru memperkenalkan tanaman-tanaman
baru, hewan-hewan baru, dan peradaban-peradaban baru kepada bangsa Eropa;
kegembiraan dan efek yang tidak menyenangkan dari penemuan itu berlangsung
terus, generasi demi generasi. Buku yang dicetak di abad ke-16 memberikan suatu
sumber bukti yang layak untuk suatu bangunan ilmu. Pada permulaan abad ini
pengetahuan masih belum berkembang dan masih sangat tergantung kepada
ringkasan kacau dari zaman kuno dan sumber-sumber berbahasa Arab. Menjelang
pertengahan abad ini muncul berbagai karya yang mengungguli orang-orang
terbaik dari pendahulunya. Di bidang astronomi ada De revolutionibus karya
Polish Nicholaus Copernicus, sebuah maha karya teknis dan juga suatu telaah
revolusioner di bidang kosmologi. Di bidang anatomi, Andreas Vesalius seorang
bangsa Belgia menciptakan pendekatan baru kepada penelitian anatomis dan
mengajarkannya dalam buku De fabrica. Di bidang matematika, Gerolamo
Cardano, seorang bangsa Italia, mengembangkan aljabar dalam karyanya, Ars
magna2.
Selama abad ini pula, reformasi Protestan meletuskan serangkaian peperangan
yang membuat para perwira perang memerlukan keahlian matematis tertentu yang
baru, yang berkaitan dengan pembuatan benteng dan keahlian membuat atau
menembakkan meriam, yang juga memunculkan kelas-kelas baru para praktisi
seperti ahli bedah militer dan para teknisi. Meskipun beberapa bidang teoritis
cenderung spekulatif namun ada kemajuan besar-besaran di semua seni ini.
Menjelang berakhirnya abad ini seni matematis terapan menjadi bagian
pendidikan standar bagi seorang pria terhormat di Eropa. Filsuf-matematisi
ReneDescrates mengajarkannya di sekolah Jesuitnya dan Galileo, seorang Italia,
mengajarkannya di Universitas Padua. Dengan cara ini untuk sementara waktu
muncullah rintangan yang menyulitkan dari kelas-kelas yang gila hormat
menentang seni-seni itu. Hal ini sangat menentukan pembentukan filsafat baru dan
penerimanya oleh para pendukungnya yang terdidik secara liberal. Walaupun
begitu, filsafat baru tersebut bukanlah syarat mutlak bagi keberhasilan ilmu. Di
sekitar abad itu dan sesudahnya, muncul karya-karya ilmu yang memuat

2
Jerome R. Ravert, Filsafat Ilmu, PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta, 2014, hlm.28.

7
penemuan tertentu yang masih diterima kebenarannya hingga masa kini,
walaupun para ilmuwan yang menemukannya masih bekerja dalam kerangka
pandangan dunia yang secara langsung ditolak oleh filsafat yang baru.
Di Paraguay, Johannes Kepler menemukan orbit-orbit yang sesungguhnya
dari planet, yang berbentuk elips di sekitar matahari, dan ia tidak menghentikan
penelitiannya terhadap harmoni kosmos. Kemudian pada tahun 1628, William
Harvey di Inggris merumuskan sirkulasi peredaran darah, namun baginya hal itu
lebih berupa gambaran mikro kosmik sirkulasi dunia daripada suatu sistem yang
bersifat mekanistik belaka.

C. Dampak Renaissance
a. Kemunculan aliran yang mementingkan kebebasan akal abad ke-18 seperti
humanisme, rasionalisme, nasionalisme, dan absolutisme berani
mempersoalkan kepercayaan lama yang diamalkan, hal ini secara langsung
melemahkan kekuasaan golongan feodal.
b. Italia telah menjadi pusat ilmu yang terkenal di Eropa pada abad ke-15.
Hal ini terjadi apabila kota Konstantinopel dikuasai oleh Islam telah jatuh
ke tangan oarang Barat pada tahun 1453. Hal ini menyebabkan Italia
menjadi pusat intelektual terkenal di Eropa.
c. Renaissance telah membentuk masyarakat perdagangan yang berdaya
maju. Keadaan ini telah melemahkan kedudukan dan kekuasaan golongan
feodal yang senantiasa berusaha menyekat perkembangan ilmu dan
masyarakat.
d. Melahirkan tokoh-tokoh pemikiran seperti Leonardo da Vinci yang
terkenal sebagai pelukis, pemusik, dan ahli filsafat. Michelangelo
merupakan tokoh seni arsitek jurutera, penyair, dan ahli anatomi.
e. Melahirkan ahli-ahli sains terkenal seperti Copernicus dan Galileo.
f. Melahirkan ahli matematik seperti Tartaglia dan Cardan yang berusaha
menguraikan persamaan ganda tiga. Tartaglia orang pertama yang
menggunakan konsep matematik dalam militer dan mengukur tembakan
peluru meriam.

8
g. Selain itu, Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh pengobatan di
Eropa. Antara lain tokoh pengobatan terkenal yaitu William Harvey yang
telah memberi sumbangan dalam kajian peredaran darah.
h. Renaissance telah melahirkan masyarakat yang lebih progresif sehingga
membawa kepada aktivis penjelajahan.
Dampak lain yang disebabkan dari pengaruh Renaissance terhadap umat
manusia memunculkan ajaran yang bercirikan :
1) Individualisme, yakni paham yang mengutamakan kepentingan pribadi
di atas kepentingan umum.
2) Sekularisme, yakni paham di mana sikap mengutamakan keduniawian
dan menolak ajaran agama.
3) Skeptitisme, yakni tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain
tanpa mengetahui pembuktian yang konkret dan masuk akal.
4) Materialisme, yakni paham yang mengutamakan masalah kebendaan
sebagai alat pemuas kehidupan.
5) Rasionalisme, yakni segala sesuatu itu harus ditimbang menurut akal
sehat.
6) Klasisisme, yakni sikap meniru atau memuji sesuatu yang berasal dari
kebudayaan klasik3.

D. Perkembagan Filsafat Barat Modern


Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad sangat menentukan dalam dunia
perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza dan Leibniz mencoba untuk
menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang berpikir dalam pusatnya, yaitu
suatu sistem berpikir rasional.
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Rasionalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang
agama dan filsafat, dalam agama rasionalisme adalah lawan autoritas.4 Sementara

3
Tim Masmedia Buana Pustaka, Sejarah, MASMEDIA BUANA PUSTAKA, Sidoarjo, 2013,
hlm. 62.
4
A. Hanafi. (1981). Ihktisar sejarah filsafat barat. Jakarta: Pustaka Alhusna. Hlm. 55

9
dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam
bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme
dalam filsafat berguna sebagai teori pengetahuan.
Sejarah rasionalisme pada esensialnya sudah ada sejak Thales ketika
merumuskan filsafatnya, kemudian pada kaum sofis dalam melawan filsafat
Socrates, Plato dan Aristoteles, dan beberapa filsuf sesudahnya. Dalam abad
modern tokoh utama rasionalisme adalah Rene Descartes5, sebab Descarteslah
orang yang membangun fondasi filsafat jauh berbeda bahkan berlawanan
dengan fondasi filsafat abad pertengahan.6
Dasar filosofis utama Descartes adalah bahwa perkembangan filsafat sangat
lambat bila dibandingkan dengan laju perkembangan filsafat pada zaman
sebelumnya. Ia melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatasnamakan agama telah
menyebabkan lambatnya perkembangan filsafat. Descartes ingin melepaskan dari
dominasi gereja dan mengembalikan pada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat
yang berbasis pada akal. Dengan demikian corak utama filsafat modern yang
dimaksud di sini adalah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa Yunani
kuno. Rasionalisme yang dikembangkan oleh Descartes, kemudian
dikembangkan lagi oleh Spinoza, Leibniz dan Pascal. Paham yang berlawanan
dengan rasionalisme adalah empirisme. aliran ini lebih menekankan peranan
pengalaman dan mengecilkan peran akal dalam memperoleh pengetahuan.
Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan dari rasionalisme.
Dalam menguatkan doktrinya, empisme mengembangkan dua teori, yaitu teori
tentang makna yang begitu tampak pada pemikiran J. Locke dalam buku An Essay
concerning human understanding ketika ia menentang innate idea (ide bawaan)
rasionalisme Descartes. Teori tentang makna kemudian dipertegas oleh D. Hume
dalam bukunya Treatise of human nature dengan cara membedakan antara idea
dan kesan (impression). Pada abad 20 kaum empirisis cendrung menggunakan
teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan
benar atau tidak. Filsafat empirisme tentang teori makna berdekatan dengan

5
Anton Bakker. (1986). Metode-metode filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 68
6
Lihat, Ahmad Tafsir. Hlm. 129

10
positivisme logis. Oleh karena itu, bagi penganut empirisis jiwa dapat dipahami
sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang
dapat diindera, dan hubungan kausalitas seba gai urutan peristiwa yang sama. Teori
kedua yaitu teori pengetahuan, menurut pengikut rasionalisme ada bbeberapa
kebenaran umum seperti setiap kejadian mempunyai sebab, seperti dasar-dasar
matematika, dan beberapa prinsip dasar etika yang dikenal dengan istilah
kebenaran apriori yang diperoleh lewat institusi rasional. Empirisme menolak
pendapat seperti itu, mereka menganggap bahwa kebenaran hanya aposteriori
yaitu pengetahuan melalui observasi. Tokoh empirisme yang eksis
mengembangkan teori ini J. Locke, D. Hume dan H. Spencer.
Rasionalisme dan empirisme dalam pandangan kritisisme sudah terjebak
pada paham eklusivisme, ke dua aliran ini sama-sama mempertahankan
kebenaran, seperti rasionalisme mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio, sementara empirisme mengatakan sumber pengetahuan adalah
pengalaman, padahal masing-masing aliran ini memiliki kelemahan-kelemahan.
Dalam kondisi seperti itu Immanual Kant tampil untuk mendamaikan kedua
aliran tersebut, menurut Kant bahwa pengetahuan merupakan hasil kerja sama
dua unsur yaitu ‘pengalaman inderawi’ dan ‘keaktifan akal budi’. Pengalaman
inderawi merupakan unsur aposteriori (yang datang kemudian), akal budi
merupakan unsur apriori (yang datang lebih dulu). Empirisme dan rasionalisme
hanya mementingkan satu daridua unsur ini.
Kant telah memperlihatkan bahwa pengetahuan selalu merupakan sebuah
sintesis.7 Revolusi kopernikan yang telah diadakan Kant dalam bidang filsafat
dengan kritisismenya, diteruskan dengan lebih radikal lagi oleh pengikutnya.8
Para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasannya karena
akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman.
Untuk itu dicari suatu sistem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan.
Para idealis dalam hal ini tidak sepakat dengan Kant dan mereka menyangkal
adanya ‘das ding an sich’ (realitas pada dirinya). Menurut mereka, Kant jatuh

7
Lihat. Harry Hamersme. hlm. 27
8
Asmoro Achmadi. (2008). Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hlm. 119-120

11
dalam kontradiksi dengan mempertahankan ‘das ding an sich’. Menurut Kant
sendiri penyebab merupakan salah satu katagori akal budi dan akibatnya tidak
boleh disifatkan pada das ding an sich. Karena alasan-alasan serupa itu para
idealis mengesampingkan ‘das ding an sich’. Menurut pendapat mereka tidak
ada suatu realitas pada dirinya atau suatu realitas yang objektif. Realitas
seluruhnya merupakan hasil aktivitas suatu subjek, yang dimaksud subjek di sini
bukan subjek perorangan melainkan subjek absolut. Pemikiran idealisme
dikembangkan oleh Fichte dengan idealisme subjektif, Schelling dengan
idealisme objektif dan Hegel dengan idealisme mutlak.
Perkembangan filsafat idealisme yang menyetarafkan realitas seluruhnya
dengan roh atau rasio menuai pesimisme dengan lahirnya positivisme. Aliran ini
mulanya dikembangkan oleh A. Comte, menurut positivisme pengetahuan tidak
pernah boleh melebihi fakta-fakta, untuk itu pengetahuan empiris menjadi
contoh istimewa bagi aliran ini, sehingga mereka menolak metafisika dan
mengutamakan pengalaman, meskipun positivisme mengandalkan pengalaman
dalam mendapatkan pengetahuan, namun mereka membatasi diri pada
pengalaman objektif saja.9
Pada pertengahan abad ke 20 ilmu pengetahuan positif berkembang pesat di
Eropa dan Amerika. Salah satu metode kritis yang berkembang pada waktu itu
yaitu munculnya filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir kritis.
Fenomenologi adalah metode yang diperkembangkan oleh Edmund Husserl
berdasarkan ide-ide gurunya Franz Brentano. Menurut Husserl bahwa objek
harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskripsi
fenomenologi yang didukung oleh metode deduktif, tujuannya adalah untuk
melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode deduktif
mengkhayalkan fenomena berbeda, sehingga akan terlihat batas invariable dalam
situasi yang berbeda. Sementara di Amerika salah satu aliran filsafat berkembang
adalah aliran pragmatisme. Aliran ini mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dan bermanfaat secara

9
Lihat K. Bertens. Hlm. 72

12
praktis. Ide aliran pragmatisme berasal dari William James, pemikiran James
pada awalnya sederhana karena James melihat bahwa telah terjadi pertentangan
antara ilmu pengetahuan dengan agama sehingga tujuan kebenaran orang
Amerikan terlalu teoritis, ia menginginkan hasil yang kongkret, untuk
menemukan esensi tersebut maka harus diselidiki konsekwensi praktisnya.10
Pragmatisme kemudian dikembangkan oleh John Dewey, menurut Dewey
filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada
manfaatnya. Dengan demikian filsafat harus berdasarkan pada pengalaman,
kemudian mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secara kritis sehingga
filsafat dapat memberikan sistem norma dan nilai-nilai.
Filsafat kadang kala lahir tidak selamanya dalam keadaan normal, salah
satunya adalah eksistensialisme. Lahirnya eksistensialisme berangkat dari suatu
krisis kemanusiaan akibat perang dunia I terutama di Eropa barat, dalam bidang
filsafat eksistensialisme mengkritik paham materialisme yang menganggap
manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa menjadi subjek. Manusia berpikir,
berkesadaran inilah yang tidak disadari oleh materialisme. Dengan demikian
manusia dalam pandangan materialisme melulu menjadi objek.
Sementara idealisme sebaliknya, berpikir dan berkesadaran dilebih-lebihkan
sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi
tidak ada barang lain selain pikiran. Idealisme dalam hal ini hanya memandang
manusia sebagai subjek. Aliran ini dikembangkan oleh Soren Kierkegaard
kemudian diteruskan oleh Jean Paul Sartre.11 Filsafat untuk abad sekarang bukan
lagi barang baru dan momok yang harus ditakutkan oleh banyak orang, tetapi
yang menjadi kendala dalam menyampaikan maksud- maksud filsafat kepada
masyarakat secara luas yaitu bahasa. Filsuf dalam kondisi seperti itu harus
menaruh perhatian besar guna menjelaskan kaidah-kaidah bahasa dalam filsafat
agar mudah dipahami oleh masyarakat. Perhatian terhadap bahasa tersebut
awalnya dilakukan oleh G.E. More, kemudian diteruskan oleh B. Russel dan
Wittgenstein. Melalui Wittgenstein inilah muncul metode analisis bahasa.

10
Lihat. Asmoro Achmadi, hlm. 124-125
11
Lihat. Ahmad Tafsir, hlm. 217-223

13
Metode analisis bahasa yang ditampilkan oleh Wittgenstein berhasil membentuk
pola pemikiran baru dalam dunia filsafat. Tugas filsafat bukan saja membentuk
pernyataan tentang sesuatu yang khusus, melainkan memecahkan persoalan yang
timbul akibat ketidakpahaman terhadap logika bahasa. 12
Filsafat dengan demikian sejak kemunculanya sampai sekarang telah
memberikan warna menarik, terutama dalam merumuskan pertanyaan-
pertanyaan sambil memberikan jawaban-jawaban kepada kita sebagai manusia
yang hidup pada abad modern ini.

BAB III
12
izal Mustansyir. (2001). Filsafat Analitik, sejarah, perkembangan, dan peranan para tokohnya,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm. 7-8.

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Renaissance Merupakan istilah bahasa Prancis. Dalam bahasa latin, re+nasci
berarti lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarahwan
untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi
di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah
ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarahwan terkenal, Michelet, dan
dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk
kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik,
penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode
Abad Pertengahan (Runes: 270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut
filsafat renaissance (Runes: 271).
Selama abad ke-14 dan ke-15 di Italia muncul keinginan yang kuat akan
penemuan-penemuan baru dalam seni dan sastra. Mereka telah melihat pada
periode pertama bahwa kemajuan itu telah terjadi. Ketika itu dunia barat telah
biasa membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode, yaitu ancient,
medieval, dan modern. Pada zaman Ancient atau Zaman Kuno itu mereka melihat
kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Zaman Renaissance rupanya dianggap juga
sebagai suatu babak penting dalam sejarah peradaban. Voltaire, orang yang
membagi babak sejarah peradaban menjadi empat, menganggap Renaissance
merupakan babak ketiga dari keempat babak itu.
Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad sangat menentukan dalam dunia
perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza dan Leibniz mencoba untuk
menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang berpikir dalam pusatnya, yaitu
suatu sistem berpikir rasional.
B. Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami susun, kami berharap makalah ini
menjadi lebih berkembang dengan diskusi di kelas.
DAFTAR PUSTAKA

15
Ahmad Tafsir. 2000. Filsafat umum akal dan hati sejak Thales sampai
Capra. Bandung: Rosdakarya
A. Hanafi. 1981. Ihktisar sejarah filsafat barat. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Anton Bakker. 1986. Metode-metode filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Asmoro
Achmadi. 2008. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Harry Hamersma. 1992. Tokoh-tokoh filsafat barat modern. Jakarta: Gramedia.
K. Bertens. 1998. Ringkasan sejarah filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Rizal Mustansyir. 2001. Filsafat Analitik, sejarah, perkembangan, dan
peranan para tokohnya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sutarjo A. Wiramihardja. 2006. Pengantar filsafat; sistematika filsafat, sejarah
filsafat, logika dan filsafat ilmu, metafisika dan filsafat manusia, aksiologi.
Bandung: Refika Aditama.
https://www.academia.edu/

16

Anda mungkin juga menyukai