Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT

LATAR BELAKANG FILSAFAT MODERN

Disusun Oleh : Suci Agustiani (1738101079)

Dosen Pengampu : Achmad Faisol,S.Pd.I,M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam sejarah filsafat, kajiannya dibagi menjadi masa kuno, masa klasik, masa abad
pertengahan dan masa modern, dan masa kini namaun di makalah ini kita hanya akan
menjelaskan filsafat pada masa modern yang difokuskan pada bagaimana latar belakang nya
dan dan seperti apa filsafat di periode reinaissance dan periode aufklarung, siapa pelopor nya
dan dari ini diharapkan kita nanti akan dapat membedakan karateristik filsfat di periode
reinaissance dan periode aufklarung

B. Rumusan Masalah
1. Renaissance
2. Aufklarung

C. Tujuan Penulisan
1. Mengerti dan memahami latar bekang filsafat modern
2. Memahami filsafat pada masa renaissance
3. Memahami filsafat pada masa Aufklarung
4. dapat membedakan karateristik filsfat di periode reinaissance dan periode aufklarung
BAB II
B. PEMBAHASAN

A. Renaissance

Renaissance berasal dari bahasa perancis yang berarti lahir kembali (rebirth). Istilah
ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan
intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia.
Dimana pada masa ini perkembangan kebudayaan barat memasuki periode baru dalam
semua aspek kehidupan manusia seperti ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Berkembangnya sistem kepercayaan, perkembangan sistem politik, institusional, dan lain
lain.
Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran maupun
kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa
Renaissance bukan hanya sekedar merupakan suatu perkembangan secara alami dari abad
pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran
serta tradisi Abad pertengahan.
Dilihat dari definisinya, kata "renaissance" yang berarti lahir kembali menyiratkan
sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai renaissance
dipandang sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (yang
dianggap sebagai "klasik") ketika keduanya mengalami masa keemasan. Faktanya, sekalipun
semasa Renaissance banyak orang membaca kesusasteraan klasik dan mempertimbangkan
kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari renaissance adalah lahirnya banyak
pembaharuan maupun penciptaan. Universitas tumbuh menjamur di seantro Eropa, dan
penyebaran gagasan tiba-tiba muncul serempak. 1
Abad Renaisansance adalah sebuah gerakan kebudayaan antara abad ke-14 hingga
abad ke-17, bermula di Italia pada akhir Abad Pertengahan dan kemudian menyebar ke
seluruh Eropa. Gerakan Masa Pencerahan ini memberikan efek yang luar biasa pada semua
usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tapi mungkin yang paling terkenal adalah
kemajuan dari segi kesenian dan kontribusi dari para polymath (orang yang memiliki ilmu
yang tinggi dalam berbagai macam hal) seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang

1
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel: Pengantar Filsafat(Surabaya :IAIN Sunan Ampel
Press,2011),hlm.125.
menyebabkan munculnya sebutan “Renaissance Men”.
Renaisans pertama kali diperkenalkan di Eropa Barat, di kawasan Italia. Hal ini dipicu
kekalahan tentara salib dalam perang suci. Kekalahan tersebut membuat para pemikir dan
seniman menyingkir dari Romawi Timur menuju Eropa Barat. Mereka menyadari telah
dimulainya masa mesiu peledak dan untuk menguasai teknologi tersebut mereka harus
melepaskan diri dari pengaruh mistisme zaman pertengahan dengan kembali kepada sains
zaman klasik yang sebelumnya dilarang karena dianggap pelanggaran terhadap misi
ketuhanan.
Perkembangan pertama renaisans terjadi di kota Firenze. Keluarga Medici yang
memiliki masalah dengan sistem pemerintahan kepausan menjadi penyokong keuangan
dengan usaha perdagangan di wilayah Mediterania. Hal ini membuat para intelektual dan
seniman memiliki kebebasan besar karena tidak lagi perlu memikirkan masalah keuangan dan
mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja. Keleluasaan ini didukung oleh tidak
adanya kekuasaan dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi secara bersama oleh bangsawan
dan pedagang.
Dengan kebebasan besar itu, seniman bisa berkumpul dan mendirikan gilda-gilda seni
yang mengangkat nama banyak seniman terkenal. Melalui gilda ini seniman mendelegasikan
pekerjaan, bekerja sama, hingga mendidik bakat-bakat baru.
Menurut jules Michelet, sejarahwan prancis terkenal, Renaissance ialah periode
penemuan manusia dan dunia. Dialah yang mula-mula menyatakan bahwa Renaissance lebih
dari sekedar kebangkitan peradaban yang merupakan permulaan kebangkitan dunia modern.
Sejarahwan ini diikuti oleh Jakob Burckhard yang menginterprestasikan Renaissance sebagai
periode sejak Dante sampai Michelangelo di Italia, yang merupakan kelahiran spirit modern
dalam transformasi idea dan lembaga-lembaga.2
Dalam bidang filsafat. Renaissance telah menyebabkan manusia mengenali kembali
dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah muncul penelitian-penelitian empiris
yang lebih giat.
Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri Renaisance. Oleh karena itu,
ciri selanjuttnya adalah munculnya sains. Di dalam bidang-bidang filsafat, zaman
Rennaisance tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan

2
Hasan, Erliana: Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan(Jakarta
:GI,2010),hlm.247
sains. Perkembangan sains ini di pacu lebih cepat setelah Descartes berhasil mengumumkan
rasionalismenya. Sejak itu, dan juga telah di mulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan
Renaisance, sebenarnya individualisme dan humanism telah di canangkan. Descartes
memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan individualisme merupakan ciri Renaisance yang
penting. Humenisme adalah pandangan yang tidak menenangkan orang-orang yang
beragama.
Zaman ini sering juga di sebut Zaman Humanisme. Maksud ungkapan ini ialah manusia
di anggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan dari gereja
(kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran
haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir, maka humanism
menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia.
Jadi, ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari agama (tidak mau
diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme.hasil yang diperoleh dari watak itu ialah
pengetahuan rasional berkembang.3
Filsafat berkembang bukan pada Zaman Renaissance itu , melainkan kelak pada zaman
sesudahnya (Zaman Modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme itu.
Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanism itu. Ini kelihatan
dengan jelas kelak pada Zaman Modern. Rupanya setiap gerakan pemikiran mempunyai
kecenderungan menghasilkan yang positif, tetapi sekaligus yang negatif. Apa tidak mungkin
gerakan pemikiran itu hanya menimbulkan yang positif saja? Mungkin. Contohnya gerakan
Muhammad yang mengajarkan Islam.4
Jadi, Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaissance . Sebenarnya secara
esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari Zaman Modern. Ciri-ciri
filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah
Descartes. Pada filsafatnya kita menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut. Ciri itu antara lain
ialah menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (Renaissance), individualisme,
humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih
senang menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang tidak salah, tetapi
bukanlah hanya Descartes yang dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme. Rasionalis
pertama dan serius pada Zaman Modern memang Descartes.

3
Winarni,Retno.2013.Sejarah Pemikiran Modern. Yogyakarta.Laksbang Pressindo
4
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel: Pengantar Filsafat(Surabaya :IAIN Sunan Ampel
Press,2011),hlm.125.
B. AUFKLARUNG
Zaman Aufklarung ini dikenal dengan “zaman pencerahan” atau “zaman fajar budi”,
(dalam bahasa inggris “Enlightenment” dan dalam bahasa jerman “Aufklarung”). Aufklarung
merupakan kelanjutan dari renaissance, kalau renaissance dipandang sebagai peremajaan
pikiran, maka aufklarung menjadi masa pendewasaannya. Dalam zaman ini juga banyak
muncul tokoh-tokoh filsuf, seperti di Inggris: J. Locke (1632-1704), G.Berkeley (1684-1753)
dan D. Hume (1711-1776), di Prancis: JJ. Russeau (1712-1778).5
Umumnya tokoh-tokoh ini mendasarkan pengetahuannya pada pengalaman nyata, sehingga
mengarah kepada realisme yang naïf, yang mengakui kebenaran objektif atas dasar
pengalaman yang tanpa penelitian lebih lanjut. Tetapi kenyataan ini berubah ketika filsuf
Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), muncul yang mencoba menciptakan suatu sintesis dari
rasionalisme dan empirisme, sehingga ia dianggap sebagai filsuf terpenting zaman modern.
Keberagaman pemikiran yang berkembang melahirkan berbagai pemahaman dan
kepercayaan, masing-masing mulai membentuknya menjadi semacam paradigma yang diakui
dan diterima oleh sebuah kelompok. Paradigma yang diakui inilah kemudian muncul dan
menjadi semacam sekte atau aliran-aliran dalam perkembangan filsafat Barat, seperti yang
akan diuraikan berikut ini.
a. Rasionalisme
Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio)
sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas dan bebas dari pengamatan
indrawi. Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui akal yang memenuhi syarat yang di
tuntut oleh sifat umum, juga oleh semua pengetahuan ilmiah.
Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli matematika, seperti
Descrates, Spinoza dan Leibniz. Mereka mencoba menyusun suatu sistem filsafat dengan
manusia yang sedang berfikir.
b. Empirisme
Doktrin empirisme adalah lawan dari rasonalisme yang menganggap bahwa sumber
seluruh pengetahuan harus di cari dalam pengalaman.Tokoh empirisme pada umumnya
memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman di bandingkan dengan filsuf-filsuf lain.

5
Dhavier Fiver, ”Zaman Renaissance dan Aufklarung”di akses dari
http://www.academia.edu/25344033/Zaman_renaissance_dan_aufklarung, pada tanggal 12
Desember 2017 pukul 09.34
Pengalaman indrawi menurut mereka adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan
akal(rasio). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang
realitas tanpa acuan pengalaman indrawi dan panca indra kita
c. Kantianisme
Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi dan
mengendalikan jalan hidup manusia. Kadang-kadang akal yang menang, tetapi di waktu lain
iman yang menang mutlak dan keduanya membahayakan hidup manusia. Sebenarnya yang
menguntungkan hidup manusia adalah apabila akal dan iman mendominasi hidup manusia
secara seimbang. Terdapat sekurang-kurangnya tiga filosof besar dalam masalah ini yaitu:
Sokrates yang berhasil menghentikan pemikiran sufisme dan menundukkan akal dan iman
pada posisinya. Descrates yang berhasil menghentikan dominasi iman (kristen) dan
menghargai kembali akal. Kant yang berhasil menghentikan sufisme modern untuk untuk
menundukkan kembali akal dan iman pada kedudukan masing- masing. Dalam kerangka
inilah agaknya Kant mendapat tempat yang lebih lumayan dalam sejarah filsafat. Nama
lengkapnya Immanuel Kant (1724-1804) adalah salah seorang kritikus dan pemikir besar di
Barat. Dia dengan gigih berupaya mendamaikan pertentangan yang terjadi antara
rasionalisme daengan empirisme. Kalau di timur al-Ghazali dikenal sebagai tokoh yang
sebanding dengannya, yang mampu menghapus kekacauan dalam agama disebabkan
kerancuan pemahaman mengenai filsafat.
Kant mencoba merumuskan kebenaran ilmu pengetahuan melalui dua paham yang
bertentangan, yakni rasionalisme dan empirisme. Ia berpendapat bahwa pengetahuan adalah
hasil kerjasama dua unsur, yakni pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman indrawi
adalah adalah unsur a posteriori (yang datang kemudian), sedangkan akal budi merupakan
unsur a priori (yang datang lebih dulu)
Kedua aliran bersebrangan ini hanya mengakui salah satu unsur saja sebagai sumber
pengetahuan, sehingga menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini diselesaikan Kant
dengan membedakan kebenaran menjadi 3 macam, kebenaran akal budi, kebenaran rasio dan
kebenaran inderawi .6
d. Idealisme
Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri. Oleh karena itu tokoh-tokoh
teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit (roh). Argumen yang diajukan
bahwa objek-objek fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan. Argumen orang-orang idealis

6
Winarni,Retno.2013.Sejarah Pemikiran Modern. Yogyakarta.Laksbang Pressindo
mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit .
Idealis secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Lawan rasionalisme dalam
epistimologi ialah empirisme yang mengatakan bahwa pengetahuan bukan dari akal,
melainkan melalui pengalaman empiris.
Aliran idealisme ini diwakili oleh beberapa tokoh, diantaranya J.G.Fitche (1762-1914),
F.W.S.Schelling (1775-1854), dan F.Hegel (1770-1031).
J.G.Fitche lahir di Rilsaammenau, Jerman pada tahun 1762, Filsafat Fitiche adalah filsafat
pengetahuan yang sekarang dikenal dengan sebutan epistimologi. Ia membedakan
pengetahuan membedakan pengetahuan menjadi dua, pengetahuan teoritis dan pengetahuan
praktis.
Schelling lahir di Leonberg pada tahun 1775. Dia belajar teologi protestan di Tubingen,
ketika usia masih remaja ia sudah menerbitkan berbagai tulisan-tulisan yang sangat penting.
Schelling juga menjadi guru besar untuk ilmu alam dan filsafat di Leipzing Jena . Corak
berfikir Schelling di masa akhir hidup sangat berbeda dengan masa mudanya. Biasanya
dibedakan 4 periode dalam pikiran Schelling, yaitu: Periode filsafat alam, Periode sistem
idealism, Periode sinkretisme dan Periode teosofi.7
e. Positivisme
Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang berdiri sendiri. Ia hanya
menempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. positivisme itu sama
dengan empirisme dan rasionalisme. Hanya bedanya empirisme menerima pengalaman
batiniah sedangkan positivisme membatasi pada pengalaman objektif saja .
Pelopor utama positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf perancis yang
besar pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan teknologi modern.
f . Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran yang inti filsafatnya adalah pragmatik dan menentukan
nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya. Pragmatisme kritis terhadap spekulasi
metafisik dalam meraih kebenaran. Dalam pragmatisme, realitas objektif diidentikkan dengan
pengalaman dan pembagian pengetahuan ke dalam subjek dan objek hanya dilakukan di

7
DR Harun Hadiwijono “Sari Sejarah Filsafat Barat 2” diakses dari
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BDyX2Z4IwFUC&oi=fnd&pg=PA7&dq=filsaf
at+renaissance+dan+aufklarung&ots=yzIxbZQleT&sig=8q8K9aGij4N53_IO9ZIZahOP5-
c&redir_esc=y#v=onepage&q=filsafat%20renaissance%20dan%20aufklarung&f=false
tanggal 12 Desember 2017 pukul 08.12
dalam pengalaman. Tentang logika, aliran ini jatuh kepada irrasionalisme. Pragmatisme juga
menganggap hukum-hukum dan bentuk-bentuk logika seperti fiksi-fiksi yang berguna.
William James (1842-1910), salah satu yang populer dalam aliran ini, mengatakan di dalam
bukunya The Meaning of Truth, bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, ik
yaitu ilmu yang mempelajari fenomena ini sendiri
g. Fenomenologi
fenomenologi mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. biasa dihubungkan dengan
hermeneu yaitu ilmu yang mempelajari fenomena ini sendiri . Ahli fenomenologi yang
pertama adalah Edmund Husserl (1859-1938)
h. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran pemikiran yang menekankan bahwa sesuatu itu ada. Berbeda
dengan esensi, yang menekankan keapaan sesuatu. Lebih jauh eksistensi adalah
kesempurnaan. Dengan kesempurnaan, sesuatu menjadi suatu eksisten. Eksisitensialisme
merupakan sebuah gerakan filosofis yang menentang esensialisme. Pusat pertahiannya adalah
situasi manusia. Segala gejala berpangkal pada eksisitensi dan pandangan mereka relatif
modern dalam filsafat meskipun benih-benihnya sudah ada dalam filsafat Yunani dan Zaman
Pertengahan.8

8
Sundoro, M hadi. 2007. Dari Renaissance sampai Imperialisme. Jember University Press
C. SIMPULAN
Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak penting dalam sejarah
peradaban. Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan
sastra. Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaissance . Sebenarnya secara
esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari Zaman Modern. Ciri-ciri
filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. ciri utama Renaissance ialah humanism,
individualism,lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan
rasionalisme.hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang.
Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes.
Zaman Aufklarung ini dikenal dengan “zaman pencerahan” atau “zaman fajar budi”.
Aufklarung merupakan kelanjutan dari renaissance, kalau renaissance dipandang sebagai
peremajaan pikiran, maka aufklarung menjadi masa pendewasaannya.
Aliran-aliran dalam perkembangan filsafat Barat, yaitu:
1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Kantianisme
4. Idealisme
5. Positivisme
6. Pragmatisme
7. Fenomenologi
8. Eksistensialisme
Daftar Pustaka

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel: Pengantar Filsafat(Surabaya :IAIN Sunan Ampel
Press,2011)

Hasan, Erliana: Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan(Jakarta :GI,2010)

Winarni,Retno.2013.Sejarah Pemikiran Modern. Yogyakarta.Laksbang Pressindo

Sundoro, M hadi. 2007. Dari Renaissance sampai Imperialisme. Jember University Press

http://www.academia.edu/25344033/Zaman_renaissance_dan_aufklarung

http://kependidikanislam2010.blogspot.co.id/2011/06/filsafat-modern-renaissance-
dan.html

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BDyX2Z4IwFUC&oi=fnd&pg=PA7&dq=filsaf
at+renaissance+dan+aufklarung&ots=yzIxbZQleT&sig=8q8K9aGij4N53_IO9ZIZahOP5-
c&redir_esc=y#v=onepage&q=filsafat%20renaissance%20dan%20aufklarung&f=false

Louis O. Kattsoff.1996:Pengantar Filsafat.Yogyakarta.Tiara Wacana

Anda mungkin juga menyukai