Anda di halaman 1dari 11

Kebangkitan Pemikiran Pada Abad Pertengahan

Nasru Ngatiyah
Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

ABSTRAK
Penulisan ini membahas kebangkitan pemikiran pada abad pertengahan. Renaissance
dianggap sebagai latar belakang lahirnya filsafat modern. Melalui gerakan pemikiran ini
seluruh kebudayaan Barat seolah dibangunkan dari tidur nyenyak abad pertengahan. Manusia
mulai mempelajari hakikat diri dan alam semesta sebagai pusat kenyataan. Pada periode yang
berkisar antara abad 14 dan 16 ini, manusia menganggap dirinya tidak lagi sebagai Victor
Mundi (orang yang berziarah didunia ini), melainkan sebagai Faber Mundi (orang yang
menciptakan dunianya). Tiga faktor yang mempercepat perkembangan baru Pada masa
renaissance adalah tiga penemuan : mesiu, seni cetak dan kompas. Mesiu berarti runtuhnya
kekuasaan feudal dimana senjata dapat dimiliki oleh kaum proletar. Seni cetak berarti
pengetahuan tidak lagi milik ekslusif suatu elite, melainkan terbuka untuk semua orang.
Kompas berarti navigasi telah aman dan memungkinkan orang-orang Eropa untuk berlayar
dan memperluas horison Barat kearah dunia yang baru di Timur.
Kata Kunci : Kebangkitan Pemikiran, Abad Pertengahan, Renaissance
Pendahuluan

Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah


renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai
periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang
abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad pertengahan,
zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern
hanyalah perluasan dari zaman renaisans.1

Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau


sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang
penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri
utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan
rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen
semakin ditinggalkan karena semangat humanisme.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-
12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka Yunani di Eropa
pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam
bahasa latin. Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat
kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu
adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M,
rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.2

Pada masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada
manusia, yang kemudian disebut dengan Humanisme. Aliran ini lahir disebabkan kekuasaan
gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan
kekuasaannya, gereja telah meredam para filosof dan ilmuan yang dipandang dengan
penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini telah diacu oleh kaum
kristiani.

1
Abdul Karim . 2014. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN. Fikrah, Vol. 2, No. 1.
Hlm.285
2
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, ( Yogyakarta : Kanisius, 1986 ), Hlm. 32.
Renaissance Eropa

Zaman Renaisans (abad XIV-XVI) adalah satu abad keemasan (Golden Age) dalam
sejarah peradaban barat. Zaman ini merupakan fase transisi yang menjebatani zaman
kegelapan (Dark Ages) dengan zaman pencerahan (Enlightenment Age). Dengan lahirnya
Renaisans, seberkas kemilau cahaya peradaban barat mulai bersinar. Tanpa Renaisans, Eropa
mungkin tidak akan menapaki abad-abad modern dengan begitu cepat.

Secara etimologis (bahasa Prancis) Renaisans, berasal dari kata Re, (kembali) dan
Neitre (lahir) berarti „kelahiran kembali.‟ Dalam konteks sejarat barat, istilah ini mengacu
pada terjadinya kebangkitan kembali minat yang sangat besar dan mendalam terhadap
kekeyaan warisan Yunani dan Romawi kuno dalam berbagai aspeknya. Manusia Renaisans
begitu bersemangat mempelajari karya-karya pemikir agung Yunani Kuno seperti Plato,
Plotinus dan Aristoteles.

Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh


ajaran kristiani, kini orang mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternative bagi
kebudayaan tradisional tersebut, dan perhatian mereka diarahkan pada kebudayaan Yunani-
Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan
klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi peradaban manusia.

Pertama, karena pada masa ini manusia berhasil mencapai prestasi gemilang dalam
berbagai bidang seni, filsafat, literatur, sains, politik, pendidikan, agama, perdagangan dan
lain-lain. Kedua, Renaisans telah membangkitkan kembali cita-cita, alam pemikiran, filsafat
hidup yang kemudian menstrukturisasi standar-standar dunia modern seperti optimisme,
hedonisme, naturalisme dan individualisme.

Ketiga, terjadinya kebangkitan kembali minat mendalam terhadap kekayaan warisan


Yunani dan Romawi Kuno. Keempat, terjadinya kebangkitan humanisme sekuler yang
menggeser orientasi berfikir manusia dari yang bersifat teosentrik menjadi antroposentris.
Kelima, terjadinya pemberontakan terhadap gereja yang kemudian muncul kebebasan
intelektual dan agama. Dalam hal masa ini telah memaklumkan bahwa manusia sendiri
adalah kaidah segala sesuatu yang ada, bukan Gereja atau Alkitab.3

3
Simon Pitrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman
Yunani hingga Zaman Modern (Jakarta: Pustaka Filsafat), Hlm.176
Abad Renaisans ditandai dengan munculnya sejumlah ilmuwan dan filsuf yang
menentang doktrin gereja terutama tentang ilmu bumi. Mereka menganggap bahwa pusat
dunia bukan lagi Tuhan, melainkan manusia. Manusialah yang berhak dan harus menentukan
masa depannya sendiri dan tidak menyerah pada takdir. Sebagai makhluk yang berakal,
seyogyanya manusia harus mampu menaklukkan dunia beserta isinya. Berikut adalah
sejumlah penemu Eropa dan gerakan-gerakan yang terkait dengan proses Renaisans yang di
kemudian hari mengantarkan orang-orang Eropa untuk menjelajahi dunia dan membuka
kolonikoloni dagang di penjuru benua Asia, Afrika, dan Amerika.

Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar Descartes (1596 -
1650) untuk memberikan kepada filasafat suatu bangunan yang baru. Memang di dalam
bidang filsafat zaman Renaisans kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan
dengan bidang seni dan sains. Namun di antara perkembangan itu terjadi pula perkembangan
dalam filsafat. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama filsafat modern.

Sejak itu, dan juga telah dimulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaisans,
sebenarnya Individualisme dan Humanisme telah dicanangkan. Descartes memperkuat idea-
idea ini. Humanisme dan individualisme merupakan ciri Renaisans yang penting. Humanisme
ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya. Oleh karena itu sering
juga disebut zaman Humanisme, maksudnya manusia diangkat dari abad pertengahan.

Pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia.
Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari Gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang
dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia
mempunyai kemampuan berpikir, maka Humanisme menganggap manusia mampu mengatur
dirinya sendiri dan mengatur dunia.4

Kebangkitan Pemikiran dan Kelahiran Ilmu

Di abad pertengahan, manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran


diukur berdasarkan ukuran dari gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh
manusia. Ciri utama Renaissance adalah Humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak
mau diatur oleh agama), empirisme dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu

4
Hasyim Asy’ari, Renaisans Eropa dan Transmisi Keilmuan Islam ke Eropa, Institut
Pesantren KH. Abdul Chalim, Bendunganjati Pacet Mojokerto, Jawa Timur. JUSPI: Jurnal Sejarah
Peradaban Islam Vol. 2 No. 1 Tahun 2018 ISSN 2580-8311. Hlm.2
ialah berkembangnya pengetahuan rasional. Filsafat berkembang bukan pada zaman
Renaissance, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern). Sains berkembang
karena semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, karena
semangat Humanisme. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada zaman modern. Rupanya, setiap
gerakan pemikiran mempunyai kecenderungan menghasilkan yang positif, tetapi sekaligus
yang negatif.5

Renaissance bukanlah priode yang dipenuhi dengan penemuan besar dalam filsafat,
tetapi ada beberapa hal dalam masa ini yang menjadi perintisan penting bagi kejayaan besar
yang dimulai pada abad ke-17 yang pertama, mungkin nuansa Skholastik yang terkesan kaku
berhasil dipecahkan, kedua perhatian terhadap pemikiran para-para filosof seperti Aristoteles
dan Plato lahir kembali, ketiga pemikiran dan argumen yang berbeda disajikan dan
dibandingakan dengan cara yang lebih kreatif dan independen dari beberapa faktor tersebut
dapat dikatakan bahwa aktivitas itelektual sebagai wahana petualangan sosial yang
menyenangkan dan bukan sebagai sarana meditasi tersudut yang ditujukan pada ajaran-ajaran
terdahulu. Renaissance bukanlah gerakan yang dpelopori oleh rakyat biasa melainkan
gerakan yang dimotori oleh para ilmuwan dan seniman, sikap dan cara pandang mereka
terhadap gereja cukup bervariasi mulai dari sikap acuh hingga menentang gereja. 6

Adapun sebab utama lahirnya renaissance adalah karena keterkejutan orang-orang


Eropa menyaksikan ambruknya imperium Romawi Timur oleh kaum Muslimin, terutama
dengan peristiwa jatuhnya Konstantinopel yang menghasilkan penaklukan Kerajaan Turki
atas Romawi Timur (Byzantium) pada tahun 1453 M. Melalui renaissance seluruh
kebudayaan Barat seolah dibangunkan dari tidur nyenyak abad pertengahan. Manusia mulai
mempelajari hakikat diri dan alam semesta sebagai pusat kenyataan. Pada periode yang
berkisar antara abad 14 dan 16 ini, manusia menganggap dirinya tidak lagi sebagai Victor
Mundi(orang yang berziarah didunia ini), melainkan sebagai Faber Mundi (orang yang
menciptakan dunianya).

Tiga faktor yang mempercepat perkembangan baru Pada masa renaissance adalah tiga
penemuan : mesiu, seni cetak dan kompas. Mesiu berarti runtuhnya kekuasaan feudal dimana
senjata dapat dimiliki oleh kaum proletar. Seni cetak berarti pengetahuan tidak lagi milik
berarti pengetahuan tidak lagi milik ekslusif suatu elite, melainkan terbuka untuk semua

5
Anik Musarofah, dkk. 2018. RENAISANCE DAN HUMANISME, AWAL PERKEMBANGAN
FILSAFAT MODERN RELASINYA DENGANILMU PENGETAUAN. UIN Raden Fatah
6
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, edisi revisi, Hlm.50
orang. Kompas berarti navigasi telah aman dan memungkinkan orangorang Eropa untuk
berlayar dan ekslusif suatu elite, melainkan terbuka untuk semua orang. Kompas berarti
navigasi telah aman dan memungkinkan orangorang Eropa untuk berlayar dan memperluas
horison Barat kearah dunia yang baru di Timur.

Pada zaman renaissance manusia barat mulai berpikir secara baru, dan secara
berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah
membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu, ada beberapa
pemikir yang lahir dimasa ini seperti Nicholas Copernicus dan Francis Bacon N. Corpenicus
seorang tokoh dari gereja yang menyatakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya yang
disebut heliosentrisme teori ini bertolak belakang dengan yang diberikan oleh Ptolomeus
yang beranggapan bahwa bumi sebagai pusat jagad raya atau disebut geosentrisme yang
didukung penuh oleh gereja alasan model yang dibuat oleh Corpenicus bukanlah terletak
pada sistemnya melainkan pada prinsipnya, karena dianggap mudah dalam melakukan
perhitungan.7

Tokoh-tokoh Renaissance

Berikut ini adalah sejumlah ilmuan yang menjadi pioner gerakan renaissance di
Eropa:

a. Roger Bacon
Beliau berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal
dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak
untuk mengolah semua pengetahuan.

b. Copernicus
Beliau mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga
matahari menjadi pusat (heliosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat
umum yang berasal dari Hipparchus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi
sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).

7
Saifullah, “Renaissance dan Humanisme Sebagai Jembatan Lahirnya Filsafat Modern”, Jurnal
Ushuluddin, Vol. XXII, No. 2 Juli 2014
c. Johannes Keppler
Beliau menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyelidikan Brahe
sebelumnya, yaitu :
1. Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan
circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk
elips.
2. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu
melintasi bidang yang luasnya sama.
3. Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A
dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit
masingmasing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 = X3 : Y3.

d. Galileo Galilei
Beliau membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati
beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting
dalam bidang Astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan
perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-
planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari
matahari.
Penemuan yang dihasilkan oleh ilmuanilmuan masa renaissance seperti Nikolaus
Kopernikus (1473-1543), Johannes Keppler (1571- 1630), Galileo Galilei (1564-1642), Hugo
De Groot (1583-1645), Niccolas Machiavelli (1467-1525) dan Thomas More (1480-1535),
serta lahirnya filosof kaliber besar Francis Bacon (1561-1626), menegaskan bahwa filsafat
harus dipisahkan dari Theologi. Bacon adalah orang yang meletakkan dasar-dasar bagi
metode induksi modern, sekaligus pelopor dalam usaha mensistematisasikan secara logis
prosedur ilmiah.
Ilmu pengetahuan hanya dapat diusahakan lewat pengamatan, percobaan dan
penyusunan fakta. Lewat ilmuan-ilmuan inilah lahirnya filsafat Barat yang bersifat sintetis,
yang pada giliranya melahirkan pula aliran-aliran modern di dunia filsafat yang secara
metodis mengalami perkembangan baru yang amat berbeda dengan aliran-aliran filsafat
klasik sebelumnya.8

8
Ibid, Hlm. 139
Pergeseran Ide Tentang Agama

Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi
dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia bukan hanya
memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan
hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah,
menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga. Nasib
manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah takdir
Allah melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia
dengan akal budi, otonomi dan bakatbakatnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas
dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat
dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Dari dunia Timur terdapat dua nama kemudian tampil dengan pengaruhnya yang
sangat kuat terhadap pemikiran Kristen abad pertengahan yaitu nama Avicenna (Ibnu Sina)
dan Averroes (Ibnu Rusyd). Ibnu Rusyd salah seorang pemikir muslim yang mempunyai
kontribusi luar biasa terhadap timur maupun Barat. Dia mencurahkan tenaga dan fikirannya
dalam bidang filsafat, matematika, kedokteran, astronomi, logika dan hukum Islam.
Meskipun Ibnu Rusyd bukan orang muslim pertama yang memberikan syarah untuk buku
Aristoteles, dialah pensyarah terbaik dan paling berpengaruh pada peradaban Eropa yang
begitu cepat meninggalkan pensyarah terdahulu dari bangsanya sendiri.9
Dengan semakin kuatnya Renaissance, sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini
menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk kepentingan
sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest expression of human
values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance, Leon
Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do all things if they
will”.
Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan
pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan
secara aktif memikirkan kepentingan umum bukan hidup bersenangsenang dalam belenggu

9
Georges C. Anawati, Peninggalan Islam (Filsafat, Teologi dan Tasawuf) dalam Herman L Beek,
Pandangan Barat terhadap Leteratur, Hukum, Filosof, Teologi dan Mistik Tradisi Islam (Jakarta, INIS, 1988),
hlm. 70.
moral dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam
kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala
hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.
Manusia renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan
kemampuannya dalam berfikir dan bertindak secara bertanggung jawab, menghasilkan karya
seni dan mengarahkan nasibnya kepada sesama. Keinginan manusia untuk menonjolkan diri
baik dari keindahan jasmani maupun kemampuan intelektual intelektualnya. Keinginannya
itu dituangkan dalam berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-
lain. Ekspresi daya kemampuan manusia terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman
modern ini pun tidak ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.10

10
Muhammad Amin . 2014. Humanisme dan Renaissance sebagai awal lahirnya filsafat abad Modern
.
Kesimpulan

Renaissance dianggap sebagai latar belakang lahirnya filsafat modern. Melalui


gerakan pemikiran ini seluruh kebudayaan Barat seolah dibangunkan dari tidur nyenyak abad
pertengahan. Manusia mulai mempelajari hakikat diri dan alam semesta sebagai pusat
kenyataan. Pada periode yang berkisar antara abad 14 dan 16 ini, manusia menganggap
dirinya tidak lagi sebagai Victor Mundi (orang yang berziarah didunia ini), melainkan
sebagai Faber Mundi (orang yang menciptakan dunianya). Tiga faktor yang mempercepat
perkembangan baru Pada masa renaissance adalah tiga penemuan : mesiu, seni cetak dan
kompas. Mesiu berarti runtuhnya kekuasaan feudal dimana senjata dapat dimiliki oleh kaum
proletar. Seni cetak berarti pengetahuan tidak lagi milik ekslusif suatu elite, melainkan
terbuka untuk semua orang. Kompas berarti navigasi telah aman dan memungkinkan orang-
orang Eropa untuk berlayar dan memperluas horison Barat kearah dunia yang baru di Timur.
Daftar Pustaka

Abdul Karim . 2014. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN. Fikrah. Vol. 2.


No. 1.
Amsal Bakhtiar. 2013. Filsafat Ilmu Jakarta: Raja Grafindo Persada. Edisi Revisi.
Anik Musarofah, dkk. 2018. RENAISANCE DAN HUMANISME, AWAL PERKEMBANGAN
FILSAFAT MODERN RELASINYA DENGANILMU PENGETAUAN. UIN Raden
Fatah.
Georges C. Anawati. 1988. Peninggalan Islam (Filsafat, Teologi dan Tasawuf) dalam
Herman L Beek, Pandangan Barat terhadap Leteratur, Hukum, Filosof, Teologi
dan Mistik Tradisi Islam. Jakarta, INIS.
Hasyim Asy’ari. 2018. Renaisans Eropa dan Transmisi Keilmuan Islam ke Eropa, Institut
Pesantren KH. Abdul Chalim, Bendunganjati Pacet Mojokerto, Jawa Timur.
JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam Vol. 2 No. 1. ISSN 2580-8311
K. Bertens. 1986. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.
Muhammad Amin . 2014. Humanisme dan Renaissance sebagai awal lahirnya filsafat abad
Modern
Saifullah, “Renaissance dan Humanisme Sebagai Jembatan Lahirnya Filsafat Modern”,
Jurnal Ushuluddin, Vol. XXII, No. 2.
Simon Pitrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan Para Filsuf dari
Zaman Yunani hingga Zaman Modern . Jakarta: Pustaka Filsafat.

Anda mungkin juga menyukai