Anda di halaman 1dari 51

Istilah Renaissance berasal dari bahasa perancis yang

berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan


untuk menunjukan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya
yang terjadi di eropa. Orang yang pertama menggunakan istilah tersebut
adalah Jules Michelet, sejarawan prancis terkenal.
Menurutnya Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia dan
bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan
kebangkitan modern.bila dikaitkan dengan keadaan, Renaissance adalah
masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat
diandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh terjadinya sejumlah
kekacauan dalam bidang pemikiran.[1]

Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran


berpusat pada manusia, yang kemudian disebut dengan Humanisme.
Aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan
berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaanya,
gereja telah meredam para filosof dan ilmuan yang dipandang dengan
penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini telah
diacu oleh kaum kristiani.

Menurut Ali Syariati (1992:39), berkaitan dengan eksstensi manusia,


bagian dari aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari sgala
sesuatu adalah kesempurnaan manusia.[2]

Sebuah pertanyaan??

1. Apa pengertian Renaissance?


2. Bagaimana Perkembangan Renaissance di Italia?
3. Apa pengertian Humanisme?
4. Bagaimana sejarah perkembangan humanisme?
PEMBAHASAN

Pengertian Renaissance

Istilah renaissance barasal dari bahasa perancis yang berarti kebangkitan


kembli.orang yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules
Michelet, sejarawan prancis terkenal. Menurutnya, Renaissance adalah
periode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai
kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern.
Bila dikaitkan dengan keadaan Renaissance adalah masa antara zaman
pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa
peralihan,yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang
pemikiran.

Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari
Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada filsafat suatu
bangunan yang baru. Dalam bidang filsafat, zamanRenaissance kurang
menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan
sains. Namun, diantara perkembangan itu, terjadi pula perkembangan
dalam bidang filsafat. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama
filsafat modern.[3]

Sejak itu juga telah dimulai sebelumnya, yaitu Renaissance,


sebenarnya indivdualisme danhumanisme telah dicanangkan. Descartes
menguatkan ide-ide ini. Humanisme dan individualismmerupakan
ciri Renaissance yang penting. Humanisme ialah pandangan bahwa
manusia dapat mengatur dunia dan dirinya.

Ciri utama renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas dari


agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme. Hasil
yang diperolehdari watak itu ialah berkembangnya pengetahuan rasional.
Filsafat berkembang pbukan pada zaman renaissance melainkan,
melainkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern).

Ciri utama filsafat pada masa renaissance adalah rasionalisme, yang


menetapkan bahwa kebenaran berpusat dari akal, tetapi setiap akal
bergantung pasa setiap objek yang menggunakanya. Oleh karena itu,
seorang filosof rasionalis menekankan bahwa berpikir sebagai wujud
keberadaan diri, jika seseorang berfikir berarti ia ada.[4]

1. Perkembangan Renaissance di Italia


Kebudayaan Renaissance di Italia berkembang, karena pedagangan dan
pelayaran setelah perang salib mengalami kemajuan pesat. Kota-kota
Bandar Italia seperti Genua, Venesia mendapat monopoli dalam
perdagangan antara Timur dan Barat. Hubungan antara Timur dan Barat
menambah luasnya pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan dan filsafat Arab di
Eropa Barat. Kekuasaan kota-kota jatuh ketangan para pengusaha bank
dan pemilik uang yang kekuasaanya kerapkali bermanfaat bagi kesenian.
Sudah pasti, bahwa pertumbuhan kapitalisme turut mengambil bagian
dalam perkembangan Renaissance. Oleh karena itulah maka terdapat
perkembangan yang tikad ad taranya dibidang seni patung dan bangunan,
seni lukis dan kesusasteraan. Di samping itu berkembang pula kesadaran
nasional dan arti kewarganegaraan dengan kuatnya. Dengan italia
sebagai tempat kelahiran dan pusat, kemudian Renaissance melebarkan
sayapnya ke perancis, negeri belanda, inggris dan akhirnya jerman.[5]

1. Pengertian Humanisme
Humanisme berasal dari kata latin humanus dari kata homo yang berarti
manusia. Humanus berarti sifat manusia.

Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran


berpusat pada manusia, yang kemudian disebut humanisme. Humanisme
menurut ali syariati berkaitan dengan eksistensi manusia, bagian dari
aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu
adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia
adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukan untuk
memperbaiki spesiesnya.

Humanisme sebagaisuatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu


bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan
kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. [6]

Pada abad pertengahan, manusia dianggap kurang dihargai sebagai


manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran Gereja bukan ukurang
yang dibuat manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah dibuar
oleh manusia. Karena manusia mempunyai kamampuan berfikir,
Humanismemenganggap manusia dapat mengatur dirinya sendiri dan
dunia.[7]

1. Sejarah Perkembangan Filsafat Humanisme


Sejarah perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri
pada masa klasik barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat
aliran filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina
konfusius dan pemikiran filsafat klasik yunani. Aliran psikologi humanis itu
muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-
an. Dimana perkembangan peradapan baru itu dikenal dengan nama
renaisance yang terjadi pada abad 16. zaman renaisance dikenal dengan
sebutan jaman kebangkitan kembali. Selain itu juga dikenal dengan nama
jaman pemikiran (age of reason), perkembangan filsafat, ilmu, dan
kemanusiaan mengalami kebangkitan setelah lama di kungkung oleh
kekerasan dogma-dogma agama.

Humanisme sebagai suatu gerakan filsafat dan gerakan kebudayaan


berkembang sebagai suatu reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi
berabad-abad. Terjadi dalam dunia Eropa sebagai akibat langsung dari
kekuasaan para pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya
otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agam yang
kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa.
Dalam kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia
dengan segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam
menjalankan kehidupan ini secara mandiri untuk mencapai keberhasilan
hidup didunia.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad 18, periode perkembangan


ini dimasukan kedalam masa pencerahan. Tokoh yang muncul yaitu J.J
Rousseu, ia mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah
manusia. Pada abad ke 20 terjadi perkembangan humanistc yang
dinamakan humanisme kontenporer. Humanism kontenporer merupakan
gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam
eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada didalam diri manusia diera
modern.

Pemikiran fisafat eksistensialisme menyebutkan bahwa:

Manusia memiliki keberadaan unik dalam dirinya, yaitu berbeda antara


manusia satu dengan manusia lain. Dalam hal ini manusiaa ditelaah pada
individualisme,

Aliran filsafat eksistensialis ini kemudian dikembangkan dalam dunia


pendidikan karena fungsi pendidikan adalah memberikan proses
perkembangan manusia secara otentik. Manusia otentik adalah manusia
yang dalam kepribadian diri memilki tanggung jawab dan kesadaran diri
untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup dalam alam hidup modern
Kedua aliran tersebut memberikan perkembangan pada aliran filsafat
pendidikan humanisme.[8]

KESIMPULAN

Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti


kelahiran kembali (rebirth). Ciri utama Renaissance adalah humanisme,
Individualisme, lepas dari agama (tidak mau di atur oleh agama). Filsafat
renaissance juga menetapkan bahwa kebenaran berpusat dari akal, tetapi
setiapakal bergantung pada subjek yang menggunakanya. Oleh karena itu
filsafat rasionalis menekankan bahwa berfikir adalah wujud keberadaan
diri, jika seseorang berfikir berarti dia ada.[9]

Humanisme pada mulanya di pakai sebagai suatu pendirian di kalangan


ahli pikir Renaissance yang mencurahkan perhatiannya terhadap
pengajaran kesusastraan Yunani dan Romawi, serta prikemanusiaan, dan
pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia dengan segenap
kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan
kehidupan secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.
Sejalan dengan pemikiran tentang manusia yang berkembang dewasa
ini,yang menganggap manusia sebagai jati diri.[10]

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Atang Abdul Hakim, 2008, Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia

Muzairi, M.Ag, 2009, Filsafat Umum, Sleman, Yogyakarta, Teras

www. Tuan-guru/2012/06/ Pengertian-Humanisme.html

http//: adipustakawan01.blogspot.com/2013/06/ filsafat Humanisme, html

[1] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.SI, Filsafat
Umum, Bandung, Pustaka Setia, 2008, Hal 339.

[2] Ibid Hal 341.


[3] Drs. Atang Abdul Hakim,M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat
Umum, Bandung, Pustaka Setia, 2008, Hal 339.

[4] Ibid..Hal 340

[5] Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta, Hal

[6] Ibid..Hal 341

[7] www. Tuan-guru/2012/06/ Pengertian-Humanisme.html

[8] http//: adipustakawan01.blogspot.com/2013/06/ filsafat Humanisme,


html

[9] Drs. Atang Abdul Hakim,M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat
Umum, Bandung, Pustaka Setia, 2008, Hal 339

[10] Ibid Hal 346

http://www.perkuliahan.com/kesimpulan-makalah-
renaissance-dan-humanisme/,29 des 216
Latar belakang
Periodesasi filsafat barat dibagi menjadi lima periode : [1]pertama; Zaman
filsafat yunani kuno(600 sm-400 sm). Zaman ini meliputi filsafat pra Socrates di
yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Kedua; Zaman keemasan filsafat yunani, pada masa ini obyek pembahasanya
bukan lagi alam tetapi manusia sebagaimana yang dikatakan oleh prothagoras
manusia adalah ukuran segala-galanya. Namun hal ini ditentang oleh sokrates
dengan mengatakan yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-
nilai objektif yang di junjung tinggi oleh semua orang. Kemudian pemikiran
Socrates dilanjutkan muridnya plato yang mempunyai filsafat realitas seluruhnya
terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya
terbuka bagi rasio kita. Yaitu jasmani dan ide. Pendapat Plato dikritik oleh
aristoteles dengan mengatakan yang ada itu adalah manusia manusia yang
konkret. Ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan, teori aristoteles yang
terkenal adalah tentang materi dan bentuk, keduanya merupakan prinsip-prinsip
metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah
prinsip yang menentukan. Teori ini disebut dengan teori hylemorfis.
Ketiga; masa helinistis dan romawi, pada masa ini muncul stoisime yang
mengatakan jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh
karena itu segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat
dihindari,epikurisme yang mengatakan segala sesuatu terdiri atas atom-atom yang
senantiasa bergerak, skeptisisme adalah bidang teoritis manusia tidak sanggup
mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesanksian. Neo
Platoisme suatu paham yang menghidupkan kembali filsafat Plato.
Keempat; zaman abad pertengahan. Pada zaman ini mengalami 2 periode
yaitu periode petristik ( tahap permulaan Kristen, kemudian tahap agustinus), dan
periode skolastik( periode skolastik awal abad 9-12, periode puncak
perkembangan skolastik abad 13, periode skolastik ahir abad 14-15. Pada abad
pertengahan, hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada
abad ini akal kalah total dan iman menang mutlak.
Kelima; zaman modern, keenam; zaman masa kini
Pada kesempatan ini kami akan membahas sedikit tentang periodesasi filsafat
yunani pada abad zaman modern yang meliputi:
1. Humanisme islam dan barat
2. Renaissance eropa; gerakan ilmu dan kematian filsafat
3. Kelahiran awal filsafat modern
Tujuan dari pembahasan ini adalah :
1. Untuk mengetahui humanisme islam dan barat
2. Untuk mengetahui renaissance eropa; gerakan ilmu dan kematian filsafat
3. Kelahiran awal filsafat modern
B. Pembahasan
1. Humanisme didunia islam dan barat
Humanisme berasal dari kata humanitas yang berarti pendidikan manusia.
Dalam bahasa yunani disebut paidei. Kata popular pada masa Cicero dan varro.
Adapun humanism pada abad pertengahan abad 14M adalah gerakan filsafat yang
timbul di italia dan kemudian berkembang keseluruh
eropa.Humanism menegaskan bahwa menusia adalah ukuran segala sesuatu.
Kebesaran manusia harus dihidupkan kembali, yang selama ini terkubur pada
abad pertengahan ditinggalkan. Kebebasan manusia adalah salah satu tema
pokok hummanism. Pico salah seorang tokoh humanism berkata, manusia
dianugerahi kebebasan memilih oleh tuhan dan menjadikanya pusat perhatian
dunia. Dengan posisi itu dia bebas memandang dan memilih yang terbaik.[2]
Humanism pada awalnya tidaklah anti agama. Humanism ingin mengurangi
peranan institusi gereja dan kerajaan yang begitu besar sehingga manusia sebagai
mahluk tuhan kehilangan kebebasanya.[3]
Humanism pada awal renaissance berbeda dengan humanism abad ke-19
dan 20, kendati dalam beberapa hal ada kesamaanya. Humanism waktu itu
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan
kecakapan alamiah manusia. Pada waktu itu [ara humanis tidak menyangkal
adanya zat yang maha tinggi. Hanya saja mereka berpendapat bahwa ha;-hal yang
alamiah dalam diri manusia telah memiliki nilai cukup untuk dijadikan sasaran
pengenalan manusia. Tanpa wahyupun, seseorang mampu berkarya dengan baik
dan sempurna. Setelah abad kemudian, baru muncul gerakan humanism yang
melepaskan segala hal yang berkaitan dengan tuhan dan akhirat dan hanya
menerima hidup di dunia apa adanya.[4]
Puncak perkembangan humanism adalah eksistensialisme di jerman pada
abad ke- 19. Eksistensialisme mengakui bahwa eksistensi mendahului esensi
(hakikat). Sebagaimana marxisme, eksistensialisme mengutamakan
manusia sebagai individu yang bebas dan menghilangkan peranan manusia dari
tuhan dalam kehidupanya, kendati kedua paham tersebut mengutamkan
manusia, marxisme mmengutamakan perbaikan manusia dari segi social, [5]
Sementara, humanism (Kebebasan) dalam Islam digambarkan Islam dalam
terminologi Ikhtiyar. Sebagimana digambarkan oleh sebuah Organisasi keIslaman
Mahasiswa (HMI) di Indonesia yang bergerak dalam core pemikiran Islam
modern .
Pusat Kemanusian terletak pada diri pribadi manusia dan kebebasan
pribadi adalah hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga
daripada kemerdekaannya itu. Kebebasan dalam arti kerja sukarela (pilihan) yang
tanpa paksaan yang didorong kemauan yang murni, kebebasan dalam pengertian
merdeka memilih sehingga pekerjaan itu dengan benar-benar dilakukakan sejalan
hati nurani. Hal ini bersumber daari keikhlasan. Keikhlasan
merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari
perkembangan tak terkekang dari kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran
terpenting dari gambaran manusia sejati. Individualitas adalah pernyataan asasi
yang pertama dan terakhir dari kemanusiaan, serta letak kebenarannya dari nilai
kemanusia itu sendiri.[6]
2. Renaissance eropa; gerakan ilmu dan kematian filsafat
Renaissance berasal dari bahas latin re+ nasci yang artinya lahir kembali
(rebirth). Seringkali istilah ini digunakan para sejarahwan untuk menunjuk
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di eropa, dan
lebih khusus lagi di italia, sepanjang abad ke 15 dan abad 16.[7] Pada awalnya
istilah ini digunakan oleh Michelet yang merupakan sejarahwan yang terkenal
kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardi (1860) untuk konsep sejarah yang
menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan
periode abad pertengahan. Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat
renaissance.
Abad pertengahan merupakan abad dimana alam pikiran dikungkung oleh
gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat terbatas,
perkembangan sains dan filsafat sulit terjadi, bahkan bisa dikatakan manusia
tidak mampu menemukan dirinya sendiri.[8]
Akal pada abad pertengahan ini benar-benar kalah. Hal ini kelihatan sangat
jelas pada filsafat Plotinus, Augustinus, Anselmus. Pemasungan akal oleh
Plotinus tampak jelas dalam pernyataanya tuhan (mewakili metafisika) bukan
untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat dan
tujuan hidup secara umum adalah bersatu dengan tuhan. Jadi, dalam hidup ini
rasa itulah satu-satunya yang dituntun oleh kitab suci, pedoman manusia. Filsafat,
rasional dan sains tidak penting untuk dipelajari. Simplicius, salah seorang
pengikut Plotinus, telah menutup ruang gerak filsafat rasional dan memusuhinya.
Pada tahun415 hypatia, seorang terpelajar, ahli dalam filsafat aristoteles dibunuh.
Tahun 529 kaisar justinianus mengeluarkan undang-undang yang melarang ajaran
filsafat apapun di Athena.[9]
Agustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada
zaman yunani diganti dengan kuasa allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu
dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relative. Kebenaran itu mutlak yaitu
ajaran agama.[10]
Secara historis renaissance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu
zaman dimana orang merasa dirinya sebagai telah dilahirkan kembali ke
keadaban. Di dalam kelahiran kembali itu orang kembali pada sumber-sumber
yang murni bagi pengetahuan dan keindahan. Dengan demikian orang memiliki
norma-norma yang senantiasa berlaku begitu hikmat dan kesenian manusia. Bila
mana perpindahan dari keadaban abad pertengahan menuju ke keadaban
renaissance itu terjadi, tidak dapat dipastikan.[11]pada zaman ini berbagai gerakan
bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis,
sehingga melahirkan sesuatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia
dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam berfilsafat.[12]
Beberapa seni disebut liberal dan diajarkan disekolah-sekolah latin dan
universitas-universitas. Seni itu ialah bahasa, logika, matematika, dan kaum
terpelajar atau para pejabat mempelajari kedokteran dan hokum.[13]konsep
pengetahuan yang berlaku dimasa itu masih berbeda secara radikal dengan konsep
masa kini. Pada masa itu umumnya diterima bahwa pernah ada suatu
zaman keemasan ketika semua hal diketahui (ketika semua manusia masih
berdiam ditaman eden dan barangkali di zaman kuno atau zamanya para
bijaksana). Penemuan kembali kebenaran dipandang bukan sekedar soal
memahami fakta-fakta; sebab terjadinya kebenaran pertama kali dan leyap pada
masa berikutnya merupakan peristiwa-peristiwa yang bermakna religious. Karena
dunia inderawi sangat dipengaruhi oleh agen-agen ilahi, demonis dan magis, maka
untuk menyingkap rahasianya bukan tugas sekuler semata-mata. Karena bagian
berakar dalam pertentanganya dengan pandangan dunia(word view) ini maka sulit
membayangkan kemungkinan adanya sudut pandang(point of view) ilmiah di
dalamnya. Akan tetapi jika para sejarahwan masih sepakat dengan anggapan ini
maka ia masih terpenjara dalam kategori-kategori zamanya masing-masing.[14]
Ciri-ciri filsafat renaissance ada pada filsafat modern yaitu menghidupkan
kembali rasionalisme yunani (renaissance, individualism, humanism, lepas dari
pengaruh agama dan lain-lainya.[15]
Dalam menjelaskan zaman renaissaince drs. Surajiyo dalam buku lainya
yang berjudul filsafat ilmu dan perkembangaya di Indonesia
menuliskanrenaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad
pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada
zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usahanya sendiri, tidak didasarkan atas campur
tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada
zaman renaissance. Ilmu yang berkembang pada zaman ini adalah bidang
astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Roger bacon, Copernicus, Johannes
keppler, Galileo galilei.[16]
Berikut sekilas tentang pemikiran para tokoh renaissance:
a. Roger Bacon,
berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan
ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak
untuk mengolah semua pengetahuan.
b. Copernicus
mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari
sehingga matahari menjadi pusat (helioentrisime). Pendapat ini berlawanan
dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparchus dan ptolomeus yang
menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme)
c. Johannes keppler
menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penylidikan Brahe
sebelumnya, yaitu:
1) Gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle,
namun gerak itu menikuti lintasan ellips. Orbit semua planet berbentuk ellips.
2) Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu
melintasi bidang yang luasnya sama.
3) Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A
dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit
masing-masing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 = X3 : Y3
d. Galileo galilei
Membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan
mengamati beberapa peristiwa penting angkasa secara langsung. Ia menemukan
beberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa planet
venus dan markurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan,
sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya
sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.
3. Kelahiran awal filsafat modern
Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran
kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (yunani-
romawi). Pembaharuan terpenting yang kelihatan dalam
filsafat renaissance ituantroposentrismenya. Pusat perhatian pemikiranya tidak
lagi lagi kosmos, seperti zaman kuno, atau tuhan seperti abad pertengahan,
melainkan manusia. Mulai dari zaman modern inilah manusia yang dianggap
sebagai titik focus dari kenyataan.[17]
Latar belakang dan implikasi dari renaissance itu adalah sebagai berikut:
a. Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan
lahirnya cita-cita semangat pembaharuan dan pembebasan.
b. Berkembangnya jiwa dan semangat individualism.
c. Pertentangan antara universalia dan individualia berakhir dengan
kemenanganindividualia. Hal ini menimbulkan akibat-akibat sebagai berikut:[18]
1) Warga masyarakat tidak lagi menerima dogma/agama yang digambarkan ada
tangan pada masing-masing diri manusia.
2) Pandangan bercorak subtansialistis dan metode pendekatan ilmiah secara
deduktif, dikalahkan oleh metode-metode induktif dan empiris untuk menemukan
kebenaran-kebenaran individual.
d. Timbulnya rasa kebanggaan tehadap harta dan derajat manusia. Gejala ini
menunjukkan manifestasinya kepada kepercayaan diri bahwa manusia dengan
kebebasan, nillai individualis yang optimal, kemampuan ilmiahnya merasa
mampu untuk menguasai alam semesta ini.
Zaman modern juga ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah
dirintis sejak zaman renaissance. Seperti re
ne Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes
juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuanya dalam ilmu pasti adalah system
koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac
newton dengan temuanya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle
for lifer(perjuangan untuk hidup). JJ Thomson dengan temuanya electron. Berikut
penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut:[19]

a. Rene Descartes
Menemukan dalam ilmu pasti ialah system koordinat yang terdiri atas dua
garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horizontal dan disebut
axis atau sumbu X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus pada sumbu X. karena
system tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak lurus,
maka system koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan
tiap titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada
sumbu X dan sumbu Y. dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua
sumbu menyusuri sumbu-sumbu tadi. Pentingnya system yang dikemukakan oleh
descartes ini terletak pada hubungan yang diciptakanya antara ilmu ukur bidang
datar dengan al-jabar. Tiap titik dapat dinyatakan serupa dengan dua koordinat Xi
dan Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum phytagoras
mengenai hypothenusa. Penemuan Descartes ini dinamakan analytic geometry.
b. Isaac newton
Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuanya dalam
tiga bidang, yatu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika:
1) Teori gravitasi adalah perbincangan lanjutan mengenai soal pergerakan yang telah
dirintis oleh Galileo dan keppler. Galileo mempelajari pergerakan dengan lintasan
lurus. Kepler mempelajari pergerakan dengan lintasan tertutup atau elips.
Berdasarkan perhitungan yang diajukan oleh keppler menunjukkan bahwa tentu
ada factor penyebab mengapa planet tidak mengikuti pergerakan dengan lintasan
lurus. Dugaan sementara penyebab ditimbulkan oleh matahari yang menarik bumi
atau antara matahari dengan bumi ada gaya saling tarik-menarik. Persoalan itu
menjadi obsesi newton, namun ia menghadapi berbagai kesukaran. Perhitungan
besarnya bumi dan matahari belum diketahui, dan newton belum mengetahui
bahwa pengaruh benda pada benda yang lain dapat dipandang dan hitung dari
pusat titik berat benda-benda tadi setelah kedua hal ini diketahui oleh newton,
barulah ia dapat menyusun teori gravitasi. Teori gravitasi ini dapat menerangkan
dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang surutnya air
samudera, dan peristiwa astronomi lainya. Teori gravitasi newton ini
dipergunakan oleh para ahli berikutnya untuk membuktikan laboratorium dan
penemuan planet baru dialam semesta.
2) Perhitungan calculus, yaitu hubungan antara X dan Y. kalau X bertambah, maka Y
akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan yang tetap atau teratutr. Misalnya
ada benda bergerak, panjangnya jarak yang ditempuh tergantung dari kecepatan
tiap detik dan panjangnya waktu pergerakan. Cara perhitungan calculus ini banyak
manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang
berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur.
3) Optika atau mengenai cahaya; jika matahari dilewatkan sebuah prisma, maka
cahaya asli yang kelihatanya homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu,
menjadi pelangi. Kemudian kalau pelangi itu dilewatkan sebuah prisma lainya,
maka pelangi terkumpul kembali menjadi cahaya homogen. Dengan demikian
dapat dibuktikan bahwa cahaya itu sesungguhnya terdiri atas komponen yang
terbentang antara merah dan ungu.
c. Charles Darwin
dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatic. Darwin menyatakan
bahwa perkembangan yang terjadi pada mahluk di bumi terjadi karena seleksi
alam. Teorinya yang terkenal adalah struggle for life(perjuangan untuk hidup).
Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap
kumpulan mahluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenis namun tetap
menampilkan kelainan-kelainan kecil. Mahluk hidup yang berkelainan kecil itu
berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Mahluk hidup
yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk
bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan
tersisihkan karena kalah bersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah
paliaanag unggul (survival of the fittest)..[20]
Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme rene descartes(1596-
1650), B. Spinoza(1632-1677), dan G.libniz(1646-1716). Mereka menekankan
pentingnya rasio atau akal budi manusia.[21]

Pada abad ke-18 terkenal dengan zaman pencerahan, (einlighment,


aufklarung) dengan munculnya tokoh-tokoh empirisme. Istilah empirisme
memilih pengalaman sebagai sumber utama pengalaman, baik pengalaman
lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut
pribadi manusia saja.[22]
Tokoh-tokoh empirisme antara lain, di inggris john locke(1632-1704),
George Berkeley(1684-1753), dan david hume(1711-1776), di perancis jean
Jacques rousseau(1712-1778), dan dijerman Immanuel kant(1724-1804), selain
itu, ditandai pula munculnya aliran idealism seperti J.fichti(1762-1814), f.
schelling (1775-1854), dan G.W. Hegel(1770-1831).[23]
Dalam filsfat empirisme David hume filsafat barat yng mengembangkan
filsafat empirisme locked an barkley mengatakan manusia tidak membawa
pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan .
pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan(impression) dan pengertian-
pengertian atau ide-ide(idea). Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan
langsung yang diterima dari pengalaman, baik pengamatan lahiriah maupun
batiniah, yang menampakkan diri dengan jelas, hidup dan kuat seperti, merasakan
tangan terbakar . yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan
yang redup, samar-samar, yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau
merefleksikan dalam kesadaran kesan-kesan yang diterima dari pengalaman. [24]
David hume menegaskan bahwa pengalaman lebih member keyakinan disbanding
kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat yang hanya memberikan hubungan
yang saling berhubungan.[25]
C. Penutup
Kesimpulan
1. Humanism barat adalah suatu gerakan filsafat yang mengusung tema sebuah
kebebasan Yang bertujuan untuk mengurangi peranan institusi gereja dan kerajaan
serta meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan
alamiah manusia. Dalam islam humanism lebih dikenal dengan istilah ikhtiar
2. Renaissance merupakan istilah yang digunakan untuk konsep sejarah yang
menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan
periode abad pertengahan dimana alam pikiran dikungkung oleh gereja. Dalam
keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat terbatas, perkembangan sains dan
filsafat sulit terjadi, bahkan bisa dikatakan manusia tidak mampu menemukan
dirinya sendiri. Ciri-ciri filsafat renaissance ada pada filsafat modern yaitu
menghidupkan kembali rasionalisme yunani(renaissance, individualism,
humanism, lepas dari pengaruh agama dan lain-lainya.
3. Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali,
yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik(yunani-romawi).
Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan lahirnya
cita-cita semangat pembaharuan dan pembebasan. Sedangkan implikasi dari
renaissance adalah:
a. Berkembangnya jiwa dan semangat individualism.
b. Pertentangan antara universalia dan individualia berakhir dengan kemenangan
individualia. Hal ini menimbulkan akibat-akibat sebagai berikut
1) Warga masyarakat tidak lagi menerima dogma/agama yang digambarkan ada
tangan pada masing-masing diri manusia.
2) Pandangan bercorak subtansialistis dan metode pendekatan ilmiah secara
deduktif, dikalahkan oleh metode-metode induktif dan empiris untuk menemukan
kebenaran-kebenaran individual.
3) Timbulnya rasa kebanggaan tehadap harta dan derajat manusia. Gejala ini
menunjukkan manifestasinya kepada kepercayaan diri bahwa manusia dengan
kebebasan, nillai individualis yang optimal, kemampuan ilmiahnya merasa
mampu untuk menguasai alam semesta ini.
Demikian penjelasan makalah yang dapat saya sampaikan. Semoga bisa
menambahkan wawasan ilmu pengetahuan bagi kita semua amin

[1] Surajiyo, ilmu filsafat suatu pengantar, (Jakarta, pt bumi aksara: 2005), hal.154
[2] Amsal bachtiar, filsafat agama,(Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009), hal146
[3] ibid
[4] Ibid, hal 146
[5] Ibid, hal 147
[6] www.
[7] Ahmad tafsir, filsafat umum, akal dan hati sejak thales sampai capra,( bandung: PT
. remaja rosdakarya, 2009), Cet. 17, hal.124
[8]Ahmad tafsir Ibid.
[9]Ahmad tafsir Ibid, hal.113
[10]Ahmad tafsir Ibid.
[11] Harun hadiwijayano, sari sejarah filsafat barat, ( Yogyakarta: kanisius, 1980), hal. 11
[12] Rizal mustansyir dan misnal munir, filsafat ilmu( Yogyakarta: pustaka pelajar, 2009), cet.IX,
hal.69
[13] Jerome R. Ravertz, filsafat ilmu,( Yogyakarta, pustaka pelajar, 2009), cet. Iv, hal. 28
[14] Ibid
[15] Ahmad tafsir, op.cit, hal 127
[16] Surajiyo, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suat pengantar, (Jakarta, pt bumi
aksara, 2010), cet. 5, hal.86-87
[17] Surajiyo, lock.cit, hal157
[18] Ibid, hal. 158
[19] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar, hal.87
[20] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar, 87-89
[21] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar,
[22] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar,
[23] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar,
[24] Amsal bakhtiar, ibid, hal108
[25] ibid
http://krmubtadiin.blogspot.co.id/2015/12/humanisme-dan-
renaissance.html, 29 dse 216

Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik

Desember 26, 2010 oleh Retno

Beberapa tokoh aliran belajar humanistik antara lain adalah Arthur Combs, Abraham

H. Maslow, dan Carl R. Rogers. berikut akan saya uraikan sedikit mengenai ketiga

tokoh tersebut.

1. Arthur Combs

Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia

ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan

humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner

(dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. untuk mengerti orang
lain, yang terpentng adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk

menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau dunianya.

(Djiwandono, 2002: 182)

2. Abraham H. Maslow

Teori Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:

1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang.


2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan dari tingkat

yang lebih rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan

rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika secara fisik

manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan

distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk

memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri.

Jika kebutuhan ini telah terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih

tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis, dan akhirnya self-actualization.

3. Carl. Rogers

Rogers menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar

dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal dan berarti.

Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang

prinsip-prinsip belajar yang humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dari

filsafat pendidikannya, yakni:

Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
https://mbokcupret.wordpress.com/2010/12/26/tokoh-
tokoh-teori-belajar-humanistik/,29 dse 216
aman Renaissance (kebangkitan kembali budaya Gracco-
Roman di Italia dan Eropa) terjadi sekitar tahun 1500, meskipun
gejalanya telah muncul satu atau dua ahad sebelumnya. Tetapi,
sebagai gerakan budaya, budaya ini baru berkembang meluas
pada tahun 1500. Pokok zaman ini adalah pandangan kembali
ke bumi sebagai reaksi terhadap pandangan Abad Pertengahan
yang menekankan surgawi akibat besarnya pengaruh agama.
Pada masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan
kebenaran berpusat pada manusia, yang kemudian disebut
dengan Humanisme. Aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja
yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan
dengan doktrin dan kekuasaannya, gereja telah meredam para
filosof dan ilmuan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya
telah mengingkari kitab suci yang selama ini telah diacu oleh
kaum kristiani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka yang menjadi focus permasalahan dalam penulisan paper
ini adalah:
1. Apa pengertian Renaissance?
2. Bagaimana perkembangan Renaissance di Italia?
3. Apa pengertian Humanisme?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Humanisme?

C. Manfaat Penulisan Paper


Secara teoretis, manfaat penulisan paper ini diharapkan
dapat mengungkapkan informasi yang signifikan
bagi Humanisme danRenaissance. Oleh karena itu hasil
penulisan paper ini diharapkan dapat menemukan konsep-
konsep yang bermakna bagi pengembangan
FilsafatHumanisme dan Renaissance dalam lingkungan sehari-
hari. Secara praktis temuan dalam penulisan paper ini
diharapkan dapat meningkatkan mutu pengembangan
sejarah Humanisme dan Renaissance dalam mempelajarinya.
Manfaat penulisan paper ini antara lain untuk mengetahui
gambaran berikut:
1. Kita dapat mengetahui definisi Renaissance.
2. Kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana
perkembanganRenaissance di Italia.
3. Kita dapat mengetahui definisi Humanisme.
4. Kita dapat mengetahui dan memahami sejarah
perkembanganHumanisme.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Renaissance
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis yang
berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, istilah tersebut
digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan
intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Orang yang
pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet,
sejarawan Perancis terkenal. Menurutnya, Renaissanceadalah
periode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar
sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan
kebangkitan modern. Bila dikaitkan dengan
keadaan, Renaissance adalah masa antara zaman pertengahan
dan zaman modern yang dapat di pandang sebagai masa
peralihan, yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan
dalam bidang pemikiran. Di satu pihak terdapat astrologi,
kepercayaan yang bersangkutan dengan dunia hitam, perang-
perang agama dan sebagainya dan di lain pihak muncullah ilmu
pengetahuan alam modern serta mulai berpengaruhnya suatu
perasaan hidup baru. Pada saat itu muncullah usaha-usaha
penelitian empiris yang lebih giat yang pada akhirnya
memunculkan sains bentuk baru.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha
besar dari Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada
filsafat suatu bangunan yang baru. Dalam bidang filsafat,
zaman Renaissance kurang menghasilkan karya penting bila
dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun, diantara
perkembangan itu, terjadi pula perkembangan dalam bidang
filsafat. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama filsafat
modern.
Pada abad pertengahan, manusia dianggap kurang dihargai
sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari
gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh
manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah dibuat oleh
manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan
berpikir, Humanisme menganggap manusia mampu mengatur
dirinya dan mengatur dunia.
Ciri utama Renaissance adalah Humanisme, individualisme,
lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme dan
rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah
berkembangnya pengetahuan rasional. Filsafat berkembang
bukan pada zaman Renaissance, melainkan kelak pada zaman
sesudahnya (zaman modern). Sains berkembang karena
semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen) semakin
ditinggalkan, karena semangat Humanisme itu. Ini kelihatan
dengan jelas kelak pada zaman modern. Rupanya, setiap
gerakan pemikiran mempunyai kecenderungan
menghasilkanyang positif, tetapi sekaligus yang negatif.[1]
Pemikiran mengenai alam pada
jaman Renaissance menghasilkan tokoh-tokohnya yang
terpenting di Italia dan Jerman. Leonardo Da Vinci telah
sepenuhnya mengerti, bahwa alam hanya dapat diketahui
melalui pengalaman dan bahwa bagi perusahaan ilmu alam,
pengalaman harus ditimbulkan melalui eksperimen dan
dikembangkan dengan menggunakan matematika. Da Vinci yang
dengan tenang menerapkan metodenya yang menjauhi segenap
filsafat alam spekulatif, mendahului Galilei dan baru dapat
diimbangi oleh Galilei. Karena hasil karya Da Vinci tetap tidak
dikenal, maka gagasan-gagasan yang terkandung di dalamnya
tidak membawa pengaruh terhadap rekan-rekan sesamanya dan
terhadap para pemikir di kemudia hari. Nicolaus Coper Nicus
(Thorn, Polandia, 1473- Frauenburg, Prusia Timur, 1543), yang
selama beberapa waktu menuntut pelajaran di Italia,
mengemukakan pendapat bahwa bukannya matahari yang
mengelilingi bumi, melainkan bumilah yang mengitari matahari.
Secara demikian bukan hanya fisika Aristoteles yang digulingkan,
melainkan sekaligus dipersiapkan suatu perubahan pemikiran
mengenai hubungan antara manusia dengan alam semesta.[2]
Tokoh pertama filsafat adalah Descartes. Dalam filsafat,
kita menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut, yaitu
menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (Renaissance),
individualisme, Humanisme, lepas dari pengaruh agama.
Sekalipun demikian, para ahli lebih senang meyebut Descartes
sebagai tokoh rasionalisme.
Ciri utama filsafat pada masa Renaissance adalah
rasionalisme, yang menetapkan bahwa kebenaran berpusat dari
akal, tetapi setiap akal bergantung pada subjek yang
menggunakannya. Oleh karena itu, seorang filosof rasionalis
menekankan bahwa berpikir sebagai wujud keberadaan diri, jika
seseorang berpikir berarti ia ada. Ajaran ini diperkenalkan oleh
Rene Dercartes dengan paradiga cagito ergo sum atau cagito
descartes.
B. Humanisme
Humanisme, menurut Ali Syariati (1992 : 39), berkaitan
dengan eksistensi manusia, bagian dari segala sesuatu adalah
kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia
adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok
diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.
Ada empat aliran yang mengklaim sebagai bagian
dari humanisme, yaitu liberalisme
barat, marxisme, eksistensialisme dan agama.Liberalisme
barat menyatakan diri sebagai pewaris asli filsafat dan
peradaban humanisme dalam sejarah, yang dipandang sebagi
aliran pemikiran peradaban yang dimulai dari Yunani Kuno dan
mencapai puncak kematangan kesempurnaan relatif pada Eropa
modern. Teori humanismeBarat dibangun atas asas yang sama
yang dimiliki oleh mitologi Yunani Kuno bahwa antara langit dan
bumi, alam dewa-dewa dan alam manusia, terdapat
pertentangan dan pertarungan, sampai-sampai muncul
kebencian dan kedengkian antara keduanya. Para dewa adalah
kekuatan yang memusuhi manusia. Seluruh perbuatan dan
kesadarannya ditegakkan atas kekuasaannya yang lazim
terhadap manusia yang dibelenggu oleh kelemahan dan
kebodohannya. Hal itu dilakukan karena dewa-dewa takut
menghadapi ancaman kesadaran, kebebasan, kemerdekaan dan
kepemimpinan manusia atas alam. Setiap manusia yang
menempuh jalan ini dipandang telah melakukan dosa besar dan
memberontak kepda dewa-dewa. Karena pemberontakannya itu,
manusia dihukum dengan berbagai siksaan yang amat kejam.
Pada satu sisi, manusia selalu berusaha membebaskan diri
dari belenggu dan tawanan para dewa. Untuk bisa bebas dan
merdeka, manusia harus bisa merebut kekuasaan para dewa dan
selanjutnya menggeser tahta mereka atas alam semesta, yang
dengan begitu, manusia bisa melepaskan nasibnya dari
cengkraman para dewa zalim dan menentukan kehendaknya
sendiri.
Kesalahan Barat yang paling serius yang diatasnya
ditegakkan bangunan humanisme modern- dimulai dari
pandangan Politzer, dan berlanjut pada Feurbach dan Marx- ialah
mereka menganggap dunia mitologi Yunani Kuno yang bergerak
di seputar jiwa yang terbatas, alami dan fisikal dan dunia
spiritual yang sakral dalam pandangan agama-agama besar
Timur- sekalipun ada perbedaan esensial antar keduanya-
sebagai dunia yang sama dan manganalogikan fenomena yang
ada dalam hubungan manusia dengan Ahuramazda, Rhama, Tao,
Yesus sang Juru Selamat, dengan hubungan manusia dengan
Zeus, bahkan mereka menyatakan adanya kesamaan antara
keduanya. Padahal, mereka tau bahwa kedua bentuk hubungan
tersebut sepenuhnya berbanding terbalik.
Pada mitologi Yunani Kuno terdapat Bramateus yang
menghadiahkan api ketuhanan kepada manusia, yang
dicurinya dari para dewa ketika mereka sedang tidur lelap, lalu
dibawanya ke bumi. Bramateus memproleh siksaan keras akibat
dosanya itu. Adapun dalam agama-agama terdapat malaikat
besar, iblis, yang kemudian diusir dan dilaknak oleh Tuhan karena
ia mengingkari perintah Allah swt dengan tidak mau bersujud
kepada Adam sebagaimana malaikat lainnya.
Kedua aliran yang bertentangan dan berasal dari satu
sumber itu, mengambil bentuk dalam borjuisme dan maxisme,
yang sama-sama bermuara pada materialisme-humanisme,
baik dalam bidang kehidupan maupun akidah. Baik Pulitzer
maupun Marx sama-sama menutup mata terhadap dampak
psikologis pandangannya pada diri manusia. Masyarakat borjuis
dan komunis, memperoleh hasil yang sama dalam usahanya
membentuk manusia, kehidupan dan masyarakat manusia.
Borjuisme masyarakat komunis yang lebih terkemudian- yang
sekarang ini tidak memiliki pendukung- bukan terjadi secara
kebetulan, asal-asalan dan tidak terkena revisi. Sebab, semuanya
berakhir pada manusia. Oleh karena itu, adalah wajar bila
filsafat-filsafat yang menjadikan manusia sebagai objeknya, bila
berangkat dari titik yang sama, pasti memperoleh hasil yang
sama pula.
Eksistensialisme, mengajukan klaim lebih dari dua aliran
sebelumnya, seperti yang terlihat dalam ucapan Sartre,
Eksistensialismeadalah humanisme itu sendiri. Dengan klaim
itu, otomatis eksistensialismemempunyai hak yang lebih besar
daripada dua yang disebut terdahulu.
Adapun mazhab pemikiran yang keempat, yang jauh lebih tua
dan memiliki akar lebih dalam daripada tiga aliran yang tersebut
terdahulu adalah pandangan agama tentang alam. Mengingat
semua agama menyatakan bahwa asaa dakwahnya adalah
memberi petunjuk kepada manusia menuju kebahagiaan abadi,
tidak bisa tidak, ia pasti memiliki filsafat tersendiri tentang
manusia. Sebab, mustahil berbicara tentang kebahagiaan
manusia, sepanjang belum dijelaskan terlebih dahulu makna
yang definitif tentang manusia. Dengan demikian, semua agama
dimulai dengan filsafat pembentukan dan perekayasaan
manusia.
C. Tokoh-Tokoh Renaissance dan Humanisme
Diantara tokoh-tokoh Renaissance yang mempunyai peran
yang penting dalam Renaissance, adalah tokoh-tokoh antara lain,
seperti:
1. Dante Alighiere (1265-1321)
Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Ferenze, ia berasal
dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze,
yang menginginkan negaranya dapat merdeka dari pengaruh
tiga kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan
Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang otoritas
moral Kepausan yang dinilainya tidak adil dan tidak bermoral.
Puncaknya ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul De
Monarchia (On Monarchy) yang menggambarkan kedudukan dan
keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja
Khatolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan
Kepausan) yang otoriter. Hasil karya Dante antara lain adalah La
Vita Nuova (The New Life) juga berisi tentang gambaran
pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika dia
berada dalam pengasingan panjang dan Revenna. Buku ini berisi
tentang perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan yang
penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib.
Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman
Romawi Kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga
fase yaitu Inferno (neraka), Purgatoria(pembersih jiwa)
dan Paradiso (surga).
2. Lorenzo Valla (1405-1457)
Lorenzo lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli
hukum. Salah satu ungkapannya yang sangat terkenal adalah
Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan, adalah jalan
menuju kebajikan tertinggi, kehormatan tertinggi dan pada hal
tertinggi. Hasil karyanya antara lain adalah De
Volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi
kekagumannya pada etika Stoisisme yang mengajarkan
pentingnya manusia itu mati raga (Askese) dalam rangka
mendapatkan keselamatan jiwa. Buku yang berjudul De Libero
Erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas
manusia berakar pada kebesaran dan keuinikan manusia,
khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta
tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak
meniadakan peran kreatif manusia dalam sejarahnya dan buku
berjudul De Valso Credita Et Ementita Constantini Donation
Declamation, yang mengisahkan tentang donasi hadiah kepada
Sri Paus oleh Kaisar Constantinus sebenarnya adalah palsu,
sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan gaya bahasa
abad ke-4 melainkan abad ke-8.
3. Niccolo Machiavelli (1469-1527)
Niccolo Machiavelli adalah filosof politik Italia, Niccolo
Machiavelli lahir pada tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya,
seorang ahli hukum. Pada usia 29 tahun Machiavelli memperoleh
kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama 14
tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan
terlibat dalam berbagai misi diplomatik atas namanya,
melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman dan di dalam negeri
Italia.
Hasil karyanya yang paling masyur adalah The
Prince (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513 dan The Discourses
Upon The First Ten Books Of Titus Lifius (pembicaran terhadap 10
buku pertama Titus Lifius). Diantara karya-karya termasyur
lainnya adalah The Art Of War (seni berperang), A History of
Forence (sejarah Forence) dan La Mandragola(suatu drama yang
bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi
karya pokoknya yang terenal adalah The Prince (Sang Pangeran),
mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang
paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli
kawin dan punya enam anak. Dia meninggal dunia tahun 1527
pada umur 58 tahun.
4. Boccacio (1313-1375)
Giovani Boccacio lahir di Certaldo, Italia tahun 1313 dari
seorang pedagang yang berasal dari Firenze. Hasil karyanya
antara lain cerita epos seperti Thebaid atau Aenid, prosa
seperti Ameto, puisi seperti Amoroso Fisione dan Ninfale
Fiesolan. Puncak karyanya Decamerome, adalah karya sastra
berjudul De Genealogis Dorum Gentilium (On The Genealogi Of
God) yang tersusun dalam 15 jilid.
5. Francesco Petrarca (1304-1374)
Francesco adalah seorang yang lahir pada 20 juli 1304 di
Tuscan. Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke
Universitas Bologna. Namun, ia lebih tertarik pada seni sastra
dan seni lukis. Dia seorang humanis yang mengagumi hal-hal
yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu
ungkapan terkenalnya pada alam dituangkan dalam karya lukis
yang di beri nama Ikaros.
6. Desiderius Erasmus (1466-1536)
Erasmus lahir pada 27 Oktober 1466 di Gouda. Ibundanya
bernama Margaret. Setelah lulus dari sekolah atas ia melanjutkan
ke Biara Agustin di Styn hingga menjadi Pastor kemudian
melanjutkan ke Universitas Paris.

Hasil karya Eramus dapat dikelompokkan menjadi tiga


kelompok, yaitu:
a) Kelompok karya-karya Satiris dengan tujuan ingin mengungkap
segala kelemahan penyakit korup dan munafik yang melanda
warga masyarakat, seperti Praise Of Folly (1509).
b) Kelompok karya bernada satiris berupa pesan moral yang
diharapkan dapat memperbaiki atau mempengaruhi mentalitas
kaum Khatolik, seperti buku yang berjudul Hand Book Of The
Christian Knight(1501), The Complaint Of Peace (1517).
c) Kelompok dalam bentuk terjemahan kitab suci Perjanjian Baru
berdasarkan naskah asli Yunani, seperti Annotations On The New
Testament (1505), The Prince Of The Christian Humanists.

D. Konsep Eksistensialis tentang Manusia


Kaum radikalis yang merupakan pemikir-pemikir
humanisme modern dan penganjur-penganjurnya di Eropa abad
ke 18 dan awal abad ke 19 dalam keterangan yang mereka
publikasikan pada tahun 1800 menyatakan, Singkirkan Tuhan
dari kaidah moral dan gantikan dengan kata hati, sebab manusia
adalah makhluk yang mempunyai hati yang bersifat moral
bawaan. Kata hati yang bersifat moral (conscience morale) ini,
menurut persepsi dan pandangan mereka, tumbuh dari jati diri
manusia, dan itulah yang dibutuhkan oleh watak dasar manusia.
Dengan semua ini, humanisme modern yang dipandang
liberalisme Barat- borjuis sendiri sebagai sistem yang menjadi
landasan bangunannya, memandang manusia sebagai makhluk
yang memiliki keutamaan moral yang abadi dan nilai mulia yang
lebih luhur daripada materi- suatu keutamaan dan nilai-nilai yang
menjadi inti penting satu-satunya bagi manusia. Bertolak dari
sisi, liberalisme Barat- borjuis bersandar pada humanisme ang
menjadi lawan naturalisme dan metafisika.
Disini, humanisme sesungguhnya telah mengambil moral
kemanusiaan seluruhnya dari agama, tetapi karena semata-mata
persoalanjustifikasi keagamaan itu saja, cukup suda untuk
menolak agama.Humanisme menyatakan bahwa pendidikan
spiritual dan menepati janji, dalam nisbatnya dengan
keutamaan-keutamaan moral, dapat dicapai tanpa keyakinan
terhadap Tuhan.
Pada agama-agama besar Timur, manusia mempunyai
hubungan kekerabatan khusus dengan Tuhan- alam. Pada
zama Zoroaster, manusia merupakan kawan dekat dengan
dukungan Ahuramazda, bahkan disebut-sebut bahwa manusia
membantunya dalam peperangan besar untuk memenangkan
kebaikan melawan Manyu, si Dewa Angkara Murka dan
pasukannya.
Dalam agama-agama yang mengajarkan pantheisme
logos, denganHinduisme pada barisan paling depan, tuhan,
manusia dan cinta, bersama-sama membangun alam semesta
guna mewujudkan alam dalam bentuknya yang baru. Dengan
demikian, Tuhan dan manusia dalam agama ini menyatu tanpa
bisa dipisahkan, sebagaimana yang juga kita terlihat dalam
karya-karya para sufi besar kita.
Sekarang, kita bisa mendeskripsikan asas-asas penting
mengenai generasi manusia dalam humanisme yang telah
disepakati bersama itu, sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk asli. Artinya, ia
mempunyai substansi yang mandiri di antara makhluk-makhluk
yang mempunyai wujud fisik dan yang gaib, dan esensi genera
yang mulia (essence generique).
2. Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas, dan ini
merupakan kekuatan paling besar yang luar biasa dan tidak bisa
ditafsirkan-suatu iradah dengan pengertian bahwa manusia,
sebagai sebab awal yang mandiri, terlibat dan bekerja dalam
rangkaian keterpaksaan alam (sunnatullah), yang menjadikan
masyarakat dan sejarah merupakan kelanjutan-mutlak baginya
dalam mata rantai atas. Kemerdekaan dan kebebasan memilih,
adalah dua sifat ilmiah yang merupakan ciri menonjol yang ada
dalam diri manusia.
3. Manusia adalah makhluk yang sadar (berpikir), dan ini
merupakan karakteristik-menonjolnya, yakni sadar dalam
pengertian bahwa manusia memahami realitas alam luar dengan
kegiatan berpikirnya yang menakjubkan dan merupakan suatu
mukjizat, menemukan berbagai hal yang tersembunyi dari indra,
dan mampu menganalisis dan mencari sebab-sebab yang
terdapat dalam setiap fakta atau realita, tanpa terpaku pada hal-
hal yang bersifat indrawi dan kausalitas, dan menarik kesimpulan
tentang akibat melalui sebab, dan seterusnya. Manusia bisa
menembus batas-batas indranya dan merentangkan zamannya
pada masa lalu dan masa yang akan datang-dua masa yang dia
sendiri belum dan tidak pernah berada di dalamnya-serta dapat
menggambarkan secara tepat, luas dan teliti tentang
lingkungannya.
4. Meminjam istilah Pascal, Manusia sebenarnya tidak pernah
menjadi sesuatu yang lain, kecuali seonggok daging yang tidak
berarti, dan sekadar virus kecil saja tidak cukup untuk
mematikannya. Akan tetapi, kalau semua makhluk yang ada di
muka bumi ini berusaha untuk mematikannya, ternyata dia lebih
perkasa dari mereka. Kalau benda-benda yang ada di alam ini
diancam oleh manusia, mereka tidak menyadari ancaman
tersebut, tetapi bila hal itu dilakukan terhadap manusia, dia
menyadarinya. Artinya, kesadaran adalah esensi yang lebih
tinggi ketimbang eksistensi.
5. Manusia adalah mahluk yang sadar akan dirinya sendiri.
Artinya, dia adalah makhluk hidup satu-satunya yang memiliki
pengetahuan budaya dalam nisbatnya dengan dirinya. Ini
memungkinkan manusia untuk mempelajari dirinya sendiri
sebagai objek yang terpisah dari dirinya:menarik hubungan
sebab-akibat, menganalisis, mendefinisikan, memberi penilaian,
dan akhirnya mengubah dirinya sendiri. Tweiny, seorang filosof
sejarah yang besar pada masa ini, mengatakan Peradaban
manusia dewasa ini, telah sampai pada tingkat puncak
kesempurnaan sejarahnya. Sebab, peradaban masa modern
sekarang inilah satu-satunya, peradaban manusia yang tau
bahwa manusia menuju pada kehancurannya.
6. Manusia adalah makhluk kreatif. Kreativitas yang menyatu
dengan perbuatannya ini, menyebabkan manusia mampu
menjadikan dirinya sebagai makhluk sempurna di depan alam
dan di hadapan Tuhan. Kreativitas inilah yang menjadikan
manusia memiliki kekuatan luar biasa yang memungkinkan
dirinya menembus batas-batas fisik dan kemampuannya yang
sangat terbatas, dan memberinya capaian-capaian besar dan
tidak terbatas yang tidak bisa dinikmati oleh benda-benda alam
lainnya.
Manusia dianugerahi jiwa yang kuat yang terdapat di dalam
alam, agar dengan itu, dia bisa membuat segala sesuatu yang
diinginkannya yang tidak terdapat dalam alam. Dengan
kekuataan kreativitasnya itu, manusia menciptakan peralatan
pada tahap awal dan teknologi pada tahap berikutnya.
7. Manusia adalah makhluk yang mempunyai cita-cita dan
merindukan sesuatu yang ideal, dalam arti dia tidak akan
menyerah dan menerima apa yang ada, tetapi selalu berusaha
mengubahnya menjadi apa yang semestinya. Itulah sebabnya,
manusia selamanya berteknologi, dan karena itu pula, dia
memandang bahwa dirinya makhluk satu-satunya yang bisa
membentuk lingkungan , dan bukan lingkungan yang
membentuk dirinya. Dengan kata lain, manusia selamanya
memberlakukan keyakinannya atas hal-hal yang nyata. Dengan
kualitas ini, manusia tidak saja terus menuju kesempurnaan dan
pergerakan, tetapi, berbeda dengan makhluk-makhluk hidup
lainnya, dia menegaskan bahwa dirinyalah yang menggerakkan
jalan menuju kesempurnaannya. Dia mempunyai preseden untuk
itu.
8. Manusia adalah makhluk moral, dan pada bagian ini, tibalah kita
pada pengkajian penting tentang nilai-nilai (values). Nilai-nilai
adalah ungkapan tentang hubungan manusia dengan salah satu
fenomena, cara, kerja, atau kondisi, yang di dalamnya terdapat
motif yang lebih luhur dari pada keuntungan (utilite). Itulah
sebabnya, kita bisa menyebutnya sebagai jenis hubungan
sakral yang memukau.
Kemuliaan dan ibadah, pada batas ketika manusia, dalam
hubungan ini, menyadari bahwa harta yang namanya
pengorbanan diri dan kehidupannya pun mempunyai justifikasi.
Akan tetapi, manusia dituntut untuk semakin berpihak
ketika menghadapi kenyataan bahwa justifikasi disini tidak
mungkin selamanya berupa justifikasi natural, rasional dan
ilmiah dan pada saat yang sama, kesadaran ini mungkin jadi
sumber diterimanya seluruh agama dan kebudayaan di
sepanjang sejarah, karena dianggap sebagai fenomena tertinggi
bagi eksistensi genera manusia. Ia menciptakan modal paling
berharga, kebanggan paling tinggi, kecintaan dan kehormatan
paling mulia dalam peradaban manusia yang besar.
Marx, dengan bangga, menyebut ulang analisis ilmiah yang
digunakannya di sini demi memelihara kehormatan manusia,
yaitu bahwa dia menganggap manusia sebagaimana anggapan
kaum materialis natural lainnya sebagai sesuatu yang fisikal
dan tetap yang berubah mengikuti dialektika historis.
Melalui pemikiran itu, Marx memindahkan manusia dari
alam fisik ke sejarah. Akan tetapi, manusia dalam
peningkatan posisi ini, tetap tidak menemukan
kemuliaan esensial apapun. Sebab, sejarah mengikuti pendapat
Marx juga merupakan lanjutan dari gerakan fisik dan materi.
Dengan begitu, dalam posisi kesejahteraannnya pun, manusia
akan kembali dalam analisis akhir pada naturalisme
aplikatifnya kaum naturalis, yang dikembalikan ke sini dengan
meminjam tangan dialektika materialisme.
Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai-nilai asli
(bawaan) dalam alam fisik. Ia memiliki esensi yang khas, yaitu
merupakan makhluk atau fenomena kekecualian dan mulia.
Sebab, dia mempunyai kehendak, dan berada dalam alam
sebagai penyebab yang mandiri. Manusia mempunyai
kemampuan menentukan pilihan dan menciptakan masa
depannya sebagai usaha menentang nasib yang ditentukan oleh
alam. Semua kemampuan ini membebankan kewajiban dan
tanggung jawab kepadanya dan hal-hal seperti ini tidak akan
berarti bila diimbangi dengan nilai-nilai.[3]
Manusia menyadari bahwa ia hidup di dunia dan harus
menguasai dunia setelah memahaminya. Begitu pula, manusia
harus memahami siapa dirinya. Semua itu dapat dicapai apabila
manusia mengadakan observasidan penelitian dengan analisis
logis terhadap berbagai kenyataan duniawi.[4]
Bentuk ekonomi kapitalis sudah dikenal jauh sebelum abad
ke 17 dan juga diluar Eropa. Kota-kota pelabuhan dilaut tengah
dan kota-kota besar lainnya di Asia dan Eropa mengenal bentuk-
bentuk perdagangan yang mirip
kapitalisme. Pascarenaissance adalah abad industrialisasi dan
kekuatan modernitas yang tinggi.
Kapitalisme dalam arti khas, sebagai suatu sistem ekonomi
yang merevolusikan perekonomian dunia, lahir di Eropa Barat
dan Utara (Inggris, Belanda, Belgia, Perancis) dalam abad ke 17.
Hakikat kapitalisme ialah bahwa tujuan produksi bukanlah
konsumsi pihak yang berproduksi, melainkan penambahan
modal. Selama produksi ekonomis pada hakikatnya dijalankan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri, baik secara langsung,
melalui perdagangan, kuantitas dan kualitas produksi masih
mengenal batas alamiah, tidak masuk akal untuk berproduksi
melebihi kebutuhan maksimal. Batas alamiah bagi rasionalitas
produksi itu hilang dalam kapitalisme baru karena tujuannya
adalah modal, sedangkan modal dapat diakumulasikan tanpa
batas dan makin kuat landasan moral sebuah perusahaan, makin
kuat kedudukannya dalam proses ekonomis. Dengan demikian,
berbeda dengan sistem produksi prakapitalis, kapitalisme secara
hakiki bersifat dinamis, berusaha untuk memperluas prodeksi,
untuk semakin menguasai pasaran.
Penemuan-penemuan teknologi modern, mulai dengan
penemuan mesin uap oleh James Watt, menyediakan sarana-
sarana teknis untuk memperluas jangkauan produksi secara
dramatis karena tidak lagi terbatas oleh kekuatan fisik manusia,
kuda, sapi, gajah dan anjing. Teknik sendiri tidak lepas dari
kemajuan ilmu-ilmu alam, terutama ilmu kimia, fisika dan
kemudian ilmu hayat. Dalam abad ini, dinamika produksi
kapitalis menciptakan suatu ilmu baru, yaitu teknologi yang tidak
lagi meneliti alam demi pengetahuan yang diperoleh, melainkan
demi penerapan pengetahuan itu bagi produksi industrial. Oleh
karena itu, perusahaan-perusahaan besar zaman sekarang
semua melibatkan diri dalam penelitian menurut ilmu-ilmu alam.
Dengan subjektivitas modern dimaksud bahwa manusia,
dalam memandang alam, sesama dan Tuhan, mengacu pada
dirinya sendiri. Manusia adalah subjek yang tidak sekedar hadir
dalam dunia, melainkan hadir dengan sadar, dengan berpikir,
dengan berefleksi, dengan mengambil jarak, secar kritis, dengan
bebas.
Subjektivitas modern itu mempunyai beberapa segi:
1. Subjektivitas modern bertolak dari suatu
perubahan perspektifmanusia yang fundamental. Cara
memandang para filosof Yunani bersifat kosmosentris. Artinya
mereka mencari dasar realitas dalam unsur-unsur kosmos atau
alam raya. Misalnya ada yang berpendapat bahwa dasar realitas
terdiri dari empat unsur: tanah, air, udara dan api (pandangan
yang masih dapat kita temukan dalam Wirid Hidayat Jati). Ada
pula yang memahami realitas sebagai ungkapan angka-angka
(Phytagoras). Dalam abad pertengahan, pandangan
kosmosentris disingkirkan oleh pandangan Theosentris,
semuanya dilihat dari segi Allah swt. Manusia memahami diri
sebagai salah satu unsur, meskipun yang tertinggi, dalam ordo
atau tatanan hierarkis alam semesta yang diciptakan Allah swt.
Pandangan Theosentris itu mulai didesak ke samping oleh
pandangan antroposentris dalam masa Renaissance yang lahir di
Italia dalam abad ke 14. Renaissance merupakan bantinga
terhadap perspektif kebudayaan di Barat yang sama kerasnya
dengan bantingan gambaran sistem planit tradisional
olehCopernicus. Renaissance menemukan serta menghargai
kembali kebudayaan pakristiani Yunani dan Romawi, tetapi tidak
dengan masuk kembali ke alam kosmosentris mereka.
Bagi Renaissance, alam Yunani dan Romawi membuka
pandangan mereka tentang manusia.
2. Langkah berikut dalam drama perkembangan manusia modern
dapat dipahami sebagai jawaban dialektis terhadap Humanisme
Renaissance, yaitu subjektivitas religius yang mendapat
ungkapannya dalam reformasi Kristen Protestan, terutama aliran
Martin Luther. Renaissance bersifat ekstrovert, terbuka bagi yang
duniawi, memang sangat duniawi, bahkan bagi orang-orang
introvert di Eropa Utara Humanisme di Italia itu bersifat kekafir-
kafiran. Lebih mengherankan lagi bahwa dukungan kuat
bagiHumanisme itu datang bukan hanya dari para pangeran
duniawi di kota-kota kaya, seperti Firense, Genova dan Venesia,
melainkan juga dari para pemimpin rohani gereja Khatolik, para
uskup dan terutama para Paus di Roma. Selama abad ke 15
sampai ke 17, para Paus menjadi dukungan kebudayaan, seni
dan ilmu pengetahuan yang kuat sebagaimana dengan mudah
dapat dilihat kalau kita berjalan-jalan di Roma. Martin Luther
adalah seorang bekas biarawan dan teolog dari Jerman Tengah.
Melawan pemimpin gereja dan para pengusaha dunia Luther
mempermaklumkan kekabasan orang Kristen, artinya hak untuk
tidak memercayai sesuatu yang bertentangan dengan suara
hatnya. Pada tahun 1521, di hadapan kaisar dan para pangeran
Jerman, ia disuruh untuk menarik kembali ajarannya dan ia
menjawab dengan kata-kata termasyhur:Di sinilah aku berdiri
dan tidak dapat lain!.
Kata Aku dalam ucapan ini adalah kunci bagi
pengertiansubjektivitas manusia modern. Walaupun Luther
tampaknya menentang keduniaan dan antroposentrisme
Renaissance yang bersifat Eropa Selatan dan Katholik,
sebenarnya ia justru memantapkan antroposentrisme itu,
kesadaran hati religius menjadi ukuran dan dasar kepercayaan
seseorang. Manusia tidak dapat dipaksa untuk memercayai
sesuatu. Bagi Luther, keyakinan itu terungkap dalam tuntutan
bahwa setiap orang Kristiani berhak untuk membaca kitab suci
serta untuk memahaminya sendiri. Tafsiran arti kitab suci bukan
lagi hak para pimpinan gereja, melainkan hak bagi setiap orang
Kristiani untuk membaca, merenungkan dan mengartikan kitab
suci sendiri.
3. Keyakinan akan hak manusia untuk mengikuti kepercayaan
yang diyakininya, ditampung dan diuniversalisasikan secara etis
oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant membedakan antara
moralitas dan legalitas. Sikap moral yang sebenarnya tidak lagi
dapat diukur apakah seseorang melakukan tindakan yang
menurut norma-norma moral harus dilakukannya, melainkan
bergantung pada motivasi.
Seseorang dapat bertindak sesuai dengan kewajibannya semata-
mata karena hal ini menguntungkan, misalnya karena ia akan
dipuji dan dipercayai dan dianggap orang baik. Sikap itu tidak
lebih darilegalitas semata-mata, suatu kesesuaian lahirilah
antara tindakan dan hukum. Moralitas, atau sikap moral terpuji,
harus terletak di dalam hati. Orang hanya bersikap baik dalam
arti moral apabila ia bertindak sesuai dengan kewajibannya.
Karena mau menghormati kewajibannya, ia lepas dari segala
pertimbangan untung-rugi.
4. Dalam bidang filsafat politik, perhatian
pada subjektivitas manusia menghasilkan individualisme dan
penghargaan tinggi terhadap kebebasan individu. Paham hak-hak
asasi manusia, terutama yang bersifat kebebasan liberal dan hak
demokratis, mengungkapkan kesadaran itu. Dalam filsafat politik,
kesadaran itu terwujud dalam teori tentang perjanjian negara.
Itulah anggapan bahwa negara berasal dari suatu perjanjian
antara individu-individu yang sebelumnya belum bernegara.
Mereka bersama-sama menciptakan negara untuk memecahkan
masalah-masalah di antara mereka dengan lebih baik. Jelas
bahwa ajaran perjanjian negara melawan semua paham yang
hendak menempatkan nilai manusia konkret di bawah
kepentingan negara. Negara adalah demi manusia dan bukan
manusia demi negara.
5. Dalam filsafat pada umumnya subjektivitas modern
menempatkan akan manusia pada pusat perhatiannya.[5]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara etimologi, renaissance berarti kelahiran kembali atau
kebangkitan kembali. Dari bahasa Perancis re (lagi,
kembali)naissance (kelahiran), sedangkan dalam bahasa
latin nascentia, nascor, natus (kelahiran, lahir, dilahirkan),
kelahiran kembali ini disebut juga dengan zama pencerahan
(Auflarung). Begitu juga pencerahan kembali mengandung arti
munculnya kesadaran baru manusia terhadap dirinya (yang
selama ini dikunkung di gereja). Manusia menyadari bahwa
dialah yang menjadi pusat dunianya (vaber mundi) bukan lagi
sebagai objek dunianya (fitiator) sedangkan itilah ini
menunjukkan suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana
orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban.
2. Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa
manusia dapat memahami dunia serta keseluruhan realita
dengan menggunakan pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan
bersama. Kita bisa hidup baik tanpa agama sekalipun.
Para humanisberusaha menciptakan yang terbaik bagi kehidupan
dengan menciptakan makna dan tujuan bagi diri sendiri, tokoh
besar darihumanisme adalah Erasmus dari Rotterdam, yang
pernah bersahabat dengan Marthin Luther.
3. Jadi, humanisme dan renaissance adalah kesatuan yang saling
pengaruh mempengaruhi secara bersama-
sama. Humanismemerupakan sebuah ideologi yang
menentang dogma-dogma pada Abad Pertengahan yang
melatarbelakangi dan memengaruhi Renaissance.
Karena Renaissance merupakan era waktu, maka dapatlah
dikatakan bahwa Humanisme berada dalamRenaissance.

B. Saran
1. Sebagai Mahasiswa hendaknya kita memahami tentang
FilsafatRenaissance dan Humanisme dan perkembangannya.
2. Sebaliknya kita bisa memilah faham atau dogmatis yang
bermanfaat dan yang berbahaya bagi kita sebagai insan yang
beragama.

[1] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum,
(Bandung: Pustaka Setia. 2008). Hal. 339-340

[2] Bernard Delfgaaw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, (Banten: Tiara


Wacana Yogya. 1992). Hal. 104
[3] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, . . .
Hal. 341-354

[4] Jalako S. Summadjo, Filsafat Seni, (Bandung: ITB. 1994). Hal. 291
[5] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, . . .
Hal. 355-360
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Categories: Filsafat umum, Renaissance
RELATED POSTS:

Makalah Filsafat umum zaman Renaissance & pengertian


HumanismeBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman Renaissance
(kebangkitan kembali budaya Gracco-Roman di Italia dan Eropa) terjadi sekitar
tah Read More
Newer PostOlder Post Home

Link ke posting ini

Create a Link

Search

Popular

Tags

Blog Archives

LANGGANAN ARTIKEL
GET UPDATE VIA EMAIL
Berlangganan artikel via email!

Ketik email and SUBCRIBE



Makalah Lembaga Keuangan Syariah

DOWNLOAD MAKALAH INI DISINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Masalah Saat ini perkembangan pasar keuangan syariah (finanvial ...

Makalah Teori Konsumsi dan Fungsi Konsumsi

BAB I PENDAHULUAN TON TON VIDEO BE L AJAR HUKUM ONLINE A.


Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah ...

Sejarah Perkembangan Hadist dari Zaman Rasulullah hingga Sahabat, Makalah


Ulumul Hadist

Makalah Ulumul Hadist Tonton Video Ini Sejarah Perkembangan Hadis...

LABELS

Aceh
AL-QURAN
anak
APS
Biologi
bisnis manajmen
ekonomi
ekonomi islam
Filsafat
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat umum
Fiqh islam
Hukum Adat
Ilmu budaya dasar
Indonesia
MAKALAH

GOOGLE+ FOLLOWERS

BLOG ARCHIVE

2016 (69)
2015 (284)
o December (44)
o November (91)
o October (113)
o September (36)
Makalah Ekonomi Islam
Makalah Jaringan ikat pada hewan
Pengertian Tasawuf Akhlaki
Pengertian pasar modal syariah belajar online grat...
Makalah Penerjemahaan alquran
Makalah Imam Bukhari Sang Perawi berjuta hadist
Makalah Pengertian Saham - Saham Syariah di Indone...
Makalah Sistem Rangka Manusia
Makalah Filsafat umum zaman Renaissance & pengerti...
Makalah Sistem Pencernaan dan sistem transfortasi ...
Makalah Sistem Pernafasan Pada Manusia dan Hewan
Makalah Pancasila (pengertian, sejarah dan makna y...
Pengertian Hak Asasi Manusia
Pengertian Permintaan dalam ilmu ekonomi
Makalah Teori Konsumsi dan Fungsi Konsumsi
MAKALAH REVITALISASI PANCASILA DALAM KONTEKS
PERUB...
Ijtihad Ulama dalam menentukan Hukum Wadh'i sebuah...
Ragam Pendekatan Kajian Islam - metodologi studi I...
Makalah Lembaga Keuangan Syariah
Makalah Pengertian Alquran
Pengertian Sunnah
Makalah Sejarah Ilmu Akhlak di Dunia
Landasan Ajaran Agama Islam
Makalah Pengertian Kafa'ah (kesetaraan) dalam Fiqh...
Manusia, Doa dan Harapan, Kematian atau maut - Ilm...
MAKALAH INSTRUMEN-INSTRUMEN DALAM EKONOMI
ISLAM
Makalah Pengertian Amanah
Peran Ekonomi Islam dalam menghadapi ekonomi globa...
MAKALAH PENGERTIAN ILMU NEGARA MENURUT PARA
AHLI
Makalah Pilar-pilar pelaksanaan syariat islam diac...
PENGERTIAN MUKALLAF (MAHKUM ALAIH) DALAM ILMU
USHU...
pengertian poligami dalam Islam
Bahaya Pornografi ternyata lebih berbahaya dari pa...
MAKALAH PENGANTAR BISNIS MANAJEMEN DAN
ORGANISASI
Makalah Landasan Historis, filosofis, sosiologis, ...
Pengertian Ragam Bahasa - Belajar Bahasa Indonseia...

POPULAR POST

Makalah Asesmen kognitif Anak Usia Dini

DOWNLOAD MAKALAH INI DISINI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Perkembangan kognitif terkait erat dengan perkembangan intelektu...
http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/09/makalah-
filsafat-umum-zaman-renaissance.html
Dewasa ini banyak sekali yang menganggap suatu ajaran sesat atau salah, tanpa
berkecimpung di dalamnya. Contoh kecilnya adalah filsafat. Filsafat sering atau
bahkan selalu mendapatkan cap sesat dari aliran tertentu. Aliran tertentu itu
mencap ranah filsafat sebagai ranah yang sesat karena menurut mereka, filsafat
hanya bisa bertanya dan mengkritik sesuatu yang sudah dipegang sebagai
kepercayaan dan kebenaran. Teringat akan sebuah film yang dalam alur ceritanya
ada sebuah dialog yang mengesankan dan (mungkin) menegur mereka yang
berpandangan seperti yang di atas. Dalam film ini, ada dialog antara si perempuan
kepada si laki-laki demikian,Kenapa suka filsafat, nanti kamu jadi sesat loh,
dan si laki-laki menjawab,Yang sesat itu kan orang yang belajar filsafatnya
setengah-setengah, tidak secara utuh. Ini adalah gambaran bagaimana banyak
orang yang terjerembab kepada kemiskinan pengetahuan, dimana mereka hanya
berbicara tanpa pernah mempelajarinya, mereka hanya melihat dari fenomena-
fenomena yang terjadi.
Begitu halnya dengan humanisme. Humanisme acap kali dicap sebagai
ranah yang menyesatkan, alasannya karena humanisme mengajarkan segala
sesuatunya yang akhirnya berpusat pada kekuatan manusia atau manusia itu
sendiri. Dalam makalah ini, humanis akan diterangkan karena dampak renaissance
yang terjadi di daratan Eropa pada abad pertengahan. Namun, yang jadi pusat
pembahasan dalam makalah ini bukanlah humanisme, melainkan renaissance.
Apa itu Renaissance? Kapan itu terjadi dan kenapa bisa terjadi? Lalu, apa
hubungan antara Renaissance dengan Humanisme? Dan apa dampaknya bagi
kekristenan?
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan secara jelas tentang
pengertian dan cikal bakal dari Renaissance. Dan juga tentang humanisme yang
sebagai dampak dari Renaissance, juga menjelaskan kehadiran humanisme yang
tidak seburuk apa yang orang lain perbincangkan.
Pengertian Renaissance

Bertentangan dengan cita-cita askese, bangkitlah


perasaan kesukaan akan dunia ini, yang mengandung banyak kemungkinan bagi
manusia, dan akan alam yang indah dan permai itu. Kesadaran baru akan
keindahan dunia dan manusia ini, biasanya disebut dengan kata Perancis
renaissance, yang memiliki arti kelahiran kembali dari kebudayaan dan
kesenian kuno. Renaissance menekankan otonomi dan kedaulatan manusia dalam
berpikir, dalam mengadakan eksplorasi, eksperimen, dalam mengembangkan seni,
sastra, dan ilmu pengetahuan di Eropa.

Cikal-bakal Terjadinya Renaissance


Renaissance lahir di Italia pada abad 14. Terutama di Italia Utara, kota-
kota bertambah kaya oleh perniagaan, perusahaan, dan kerajinan penduduk.
Golongan orang kota itu makin lama makin makmur, makin sadar akan
kepentingan dirinya dan makin berkuasa. Dengan demikian, berkembanglah suatu
pandangan hidup yang baru, yang antara lain ternyata dalam syair-syair pujangga
Petrarca (1304-1374), yang berbunyi demikian: Sebenarnya manusia tak usah
mengikuti kuasa apa pun di atasnya; kaidah dan pusat hidup manusia ialah
pribadinya sendiri. Sikap ini berhubungan rapat dengan pandangan penyair-
penyair Romawi dan Yunani zaman purba, yang telah lama dikenal, tetapi baru
sekarang disadari dan diulangi. Pusat-pusat pergerakan renaissance ialah Florensa
dan Roma.
Sebelum perang salib usai, Kristen dan gereja sering kali membuat
keputusan-keputusan sepihak. Di antaranya mereka memutuskan untuk semua
warga atau masyarakat untuk ikut terlibat dalam perang salib, siapa yang tidak
ikut, maka dia telah melanggar perintah gereja dan dianggap sebagai bidat.
Sehingga pada akhirnya semua orang Kristen terlibat di dalam perang salib.
Namun, banyak dari mereka yang mengundurkan diri, alasannya adalah
karena mereka tidak pernah menang dalam perang tersebut. Bahkan, mereka jadi
dikuasai oleh Islam dan hidup mereka seperti dijajah oleh mereka. Ini alasan
mengapa mereka memutuskan untuk mengundurkan diri dari perang. Tetapi,
mereka tidak tinggal diam setelah kekalahan itu. Mereka menjadi berpikir untuk
menciptakan sesuatu alat atau bisa dikatakan, kalau mereka mulai berpikir tentang
tekonologi, dan ingin untuk lepas dari mistisisme. Gerakan dari Adfontes mulai
mempelejari sumber iman Kristen.
Lalu, mucullah tokoh-tokoh yang berani menentang ajaran gereja ketika
itu. Contohnya adalah Galileo-Galilei (dihukum mati), Copernicus (dihukum
mati), serta sampai John Hus (mati dibakar hidup-hidup). Mereka menemukan
kesesatan-kesesatan yang diajarkan gereja kepada kaum awam, dan dengan
berani menentang ajaran gereja. Gereja ketika itu mempunyai otoritas yang tinggi,
sehingga barang siapa tidak mematuhi perintah gereja, orang itu dianggap
melawan perintah Allah dan menentang perintah raja.
Renaaissance sering dikaitkan dengan humanisme, tetapi seperti diketahui
bahwa kedua kata ini tidak sama, humanisme adalah akibat dari renaissance.
Renaissance dan humanisme memiliki latar belakang yang sama, tujuan yang
searah, namun penekanannya sedikit berbeda.

Manifestasi Utama Renaissance


1. Gerakan humanisme yang berusaha tidak saja untuk menterjemahkan sumber-
sumber Yunani dan Romawi.
Petrarch dan Erasmus adalah wakil dari gerakan ini.
2. Penolakan tradisi Aristotelian Abad Pertengahan. Kebangkitan Platonisme, yang
sangat bergaung dalam Akademi Florentina, merupakan satu konsekuensi
penolakan ini.
3. Pemikiran Renaissance juga terbuka kepada ilmu-ilmu yang bari mulai terbentuk.
Giordano Bruno dan Francis Bacon adalah contoh keterbukaan ini.
4. Dalam lapisan agama periode ini ditandai oleh ketidakpuasan dengan kemapanan,
yang mengarah kepada Reformasi Protestan.
Dari empat manifestasi Renaissance yang telah dicantumkan di atas,
penulis hanya akan fokus kepada poin pertama, yaitu humanisme.

Pengertian Humanisme
Humanisme adalah istilah dalam sejarah intelektual yang acap kali
digunakan dalam bidang filsafat, pendidikan, dan literatur. Kenyataan ini
menunjukkan beragam makna yang terkandung dalam dan diberikan istilah ini.
Meskipun demikian, secara umum kata humanisme ini berkenaan dengan
pergumulan manusia dalam memahami dan memaknai eksistensi dirinya dalam
hubungan dengan kemanusiaan orang lain di dalam komunitas. Perbedaan
interpretasi atas kata humanisme sebetulnya lebih merupakan persoalan perspektif
dalam menelaah bidang yang dikaji.
Pada masa Yunani klasik, humanisme ini mewujud dalam paideia, suatu
sistem pendidikan Yunani klasik yang dimaksudkan untuk menerjemahkan visi
tentang manusia ideal. Hanya saja, perspektif Yunani klasik ini bertolak dari
pandangan yang semata kodrati tentang manusia. Pada Abad Pertengahan,
perspektif Yunani klasik atas manusia ini mendapat pembaruan dari paham
Kristiani, terutama sejak St. Agustinus, yang memandang manusia tidak sekadar
makhluk kodrati, tetapi juga adikodrati, imanen, dan transeden. Dengan demikian,
gagasan humanisme Yunani klasik tidak ditinggalkan, tapi diusung ke tataran yang
transeden. Manusia pun dipandang tidak sekadar faber mundi, tetapi lebih
merupakan imago dei.
Humanisme sebagai gerakan kemanusiaan telah mengalami proses
penafsiran dan penutunan kata yang panjang. Oleh karena itu, makna kata tersebut
perlu ditelusuri dalam perspektif etimologis dan historis. Secara etimologis, istilah
humanisme erat kaitannya dengan kata Latin klasik, yakni humus, yang berarti
tanah atau bumi. Dari istilah tersebut muncul kata homo yang berarti manusia
danhumanus yang lebih menunjukkan sifat membumi dan manusiawi. Istilah
yang senada dengannya adalah kata Latin humilis, yang berarti kesederhanaan
dan kerendahan hati.
Pada Abad Pertengahan, kaum terpelajar dan klerikus, yang mendapat
pengaruh dari pandangan filosofis dan teologis Agustinus dan Thomas Aquinas,
memandang manusia tidak sekadar makhluk kodrati saja tapi juga makhluk Ilahi,
dengan mengembangkan pembedaan antara divinitas dan humanitas dipahami
sebagai suatu praktuk kehidupan manusia dengan dunianya yang khas.
Perspektif humanisme pada masa Yunani klasik berangkat dari
pertimbangan-pertimbangan yang kodrati tentang manusia. Sedangkan perspektif
humanisme pada Abad Pertengahan berangkat dari keyakinan dasar tentang
manusia sebagai makhluk kodrati dan adikodrati. Namun, gerakan humanisme
yang dipahami secara spesifik dan murni sebagai gerakan kemanusiaan sebetulnya
baru berkembang pada zaman Renaissance, terutama berkaitan dengan
bangkutnya munat kaum terpelajar (umanisti) untuk mempelajari tulisan-tulisan
klasik (Yunani-Romawi) dan bahkan karya-karya klasik itu dijadikan dengan
gerakan kesadaran intelektual untuk menghidupkan kembali literatur-literatur
Yunani-Romawi.

Humanisme Renaissance
Salah satu gerakan perumusan ulang esensi dan eksistensi manusia
dulakukan para cendikiawa-penulis dan pendidik sepanjang masa Renaissance.
Gerakan yang sudah bertunas sekitar abad ke-9 dan ke-10, dalam masa Dinasti
Carolingian dan Ottonian berupaya menghidupkan kembali pembelajaran karya
sastra, ilmu pengethuan serta filsafat Yunani Kuno dan Romawi. Perumusan ulang
ini bertujuan untuk pengembangan kemanusiaan melawan kemerosotan peradaban
dan kebodohan.
Renaissance yang sudah dimulai sejak Abad Pertengahan mencapai
puncaknya pada abad ke-14. Era tersebut berawal dari daratan Italia, sebagai
pewaris kebudayaan Romawi. Pada masa itu, para bangsawan dan intelektual
benar-benar menggali kemabli kebudayaan Yunani Kuno dan Latin, terutama
melalui karya sastra ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Sejarah peradaban di Eropa menunjukkan dinamika yang selalu
menggeliat guna membebaskan diri dari bayang-bayang kemerosotan dan
kebodohan. Sejak migrasi bangsa Barbar di abad kelima, yang meruntuhkan
kekaisaran Romawi, dan menempatkan bangsa-bangsa Eropa pada sistem desa-
pertanian, kemerosotan peradaban pun terjadi.
Kegiatan intelektual yang menjadi motor kemajuan peradaban menjadi
terbatas dan terpusat di biara-biara. Dalam biara-biara tersebut, kebudayaan
Yunani Kuno dan Romawi dipelajari secara terbatas melalui pengajaran tata
bahasa dan sastra Yunani dan Latin. Penyebaran agam Kristen dan tumbuhnya
kaum radikal Kristen telah menempatkan warisan kebudayaan Yunani Kuno dan
Romawi sebagai unsur kafir (pagan). Maka, warisan kebudayaan tersebut harus
diseleksi sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan iman Kristiani.
Di sekitar Abad Pertengahan, dikenal era Renaissance abad ke-12 yang
diawali sekitar tahun seribu, dan berpusat di sekitar Mahzab Katedral Rheims.
Para guru Mahzab ini sudah mulai mengutip karya Horace, Virgil, dan Cicero
dalam pengajaran mereka. Mereka mencoba menggunakan gaya penulisan para
sastrawan ini dalam karya tulis mereka.
Gerakan Renaissance pada Abad Pertengahan belum sepenuhnya
melepaskan diri dari paradigma teologi Mahzab Skolastik. Teologi Skolastik
menempatkan manusia sebagai ciptaan yang bergantung pada Tuhan sebagai pusat
kehidupan dalam Semesta Alam. Dengan demikian orientasi seperti itu, para
humanis dalam era Abad Pertengahan mempelajari tata bahasa dan sastra Yunani
Kuno dan Latin dalam perspektif teologi. Walaupun John of Salisbury misalnya,
menyebutkan tata bahasa Yunani Kuno dan Latin sebagai fondasi yang
menopang seluruh tatanan suprastruktural, para humanis di awal masa gerakan
Renaissance hanya mempelajari mekanisme dan teknik berbahasa lisan dan
tulisan. Barulah pada abad ke-14, minat pada penggalian kembali dan
pembelajaran aspek-aspek kebudayaan Yunani Kuno dan Latin secara mendalam
dimulai, dan minat itu muncul pertama-tama dalam diri humanis di Italia.

Puncak Humanisme Renaissance


Gerakan Humanisme Renaissance berhutang besar pada munculnya
beberapa perpustakaan besar dan aktivitas para kolektor naskah-naskah sastra
Yunani Kuno dan Latin pada paro kedua abad ke-15. Beberapa perpustakaan
ternama seperti Perpustakaan Vatikan, Perpustakaan Venesia, Perpustakaan de
Medici di Florence, merupakan tempat koleksi naskah-naskah kuno tersebut.
Selain mengumpulkan naskah kuno, para kolektor pun menyalin, dan beberapa di
antara mereka menerjemahkan ke dalam bahasa Latin, naskah-naskah Yunani
Kuno dan Latin Kuno.
Venesia misalnya, adalah pusat berkumpulnya para pecinta naskah literatur
Yunani Kuno dan Latin. Mereka tidak hanya membaca, tetapi beberapa di
antaranyadalam mengedit naskah-naskah tersebut untuk diterbitkan ulang.
Tempat-tempat seperti Venesia merupakan sumber inspirasi bagi para humanis
untuk mengembangkan pendidikan kemanusiaan di era Renaissance.
Humanisme Renaissance abad ke-16 di Italia memiliki corak neoplatonis.
Corak ini dipakai dan dikembangkan para pemikir pendidik Humanis di Akademi
Plato Florance. Akademi tersebut menggali kembali filsafat Plato, Aristoteles, dan
Plotinus. Karena itu, corak neoplatonik ini dipadukan dengan inspirasi keyakinan
religius dalam tradisi Kristiani.
Perpaduan filsafat pagan dengan keyakinan religius itu menghasilkan
sosok manusia yang optimis dan mistik kedua ciri ini mempunyai akar pada
Filsafat Skolastik dan Filsafat Neoplatonik. Filsafat Skolastik memberi inspirasi
bahwa manusia merupakan manifestasi dari kemahatahuan dan kemahakuasaan
Allah.
Ketertiban manusia dan keteraturan manusia dan semesta tampil dalam
tingkatan-tingkatan hierarkis. Manusia berada di antara malaikat dan lebih tinggi
dari ciptaan lain. Tatanan hierarkis ini bersifat sakral. Karena itu lah, Humanisme
Neoplatonik Renaissance menganggap perlu mempertahankan struktur sosial yang
hierarkis.
Sama seperti Copernicus yang menentang gereja dengan penemuannya.
Dimana dia berhasil membuktikan kalau bumi bulat, yang ketika itu gereja
mengeluarkan ajaran bahwa bumi tidak berbentuk bulat. Lalu, Galileo Galilei
yang dipenjara karena menentang ajaran gerejea ketika itu. Gereja mengajarkan
masyarakat ketika itu bahwa pusat dari alam semesta ini adalah bumi, tetapi
Galileo membuat teropong dan mengklasifikasi ajaran gereja tersebut, dan
terbukti bahwa ajaran gereja adalah salah. Dia diancam jika tidak menarik
penemuannya itu, dia akan dipenjara, tapi ancaman itu tidak diindahkan oleh
Galileo, sehingga gereja menangkap dan memenjarakan beliau dengan tuduhan
bahwa beliau sesat. Gereja dapat memperlakukan seperti itu karena ketika itu
gereja memegang otoritas yang tinggi, dan ketika itu siapa pun yang tidak
mematuhi aturan gereja, dia dianggap seorang bidat, dan dihukum mati. Inilah
yang membuat Copernicus mati dan Galileo dipenjarakan.

Sikap Gereja Terhadap Humanisme Renaissance


Gereja adalah sebuah organisasi atau sebuah lembaga yang konservatif,
sehingga gereja tidak menerima sesuatu yang baru, apa pun itu bentuknya. Pada
zaman Renaissance, gereja sangat antipati terhadap ilmu atau pengetahuan yang di
luar gereja, atau dapat dikatakan bahwa gereja tidak menerima ajaran dalam
bentuk apa pun selain ajaran yang mereka (orang-orang/pejabat-pejabat gereja)
buat bersama, dan yang dicap sebagai kebenaran atau lebih ekstrimnya lagi,
sebagai suara Tuhan. Sehingga yang melawan atau membantah ajaran gereja,
orang tersebut dianggap sebagai orang kafir atau orang bidat.
Kekakuan gereja pada saat itu mengakibatkan masyarakat menjadi
sekumpulan orang yang haus akan pengetahuan, sehingga mereka memiliki
inisiatif untuk memberontak atau melawan dari ajaran gereja, yang dianggap
hanya merugikan mereka. Karena jika melihat kondisi ketika itu, dimana gereja
memegang semua situasi, tidak ada lagi yang menjadi hak masyarakat atau orang
yang berkarir di luar gereja. Dengan melakukan pemerasan, korupsi, dan banyak
hal lagi yang (sebenarnya) membuat posisi gereja menjadi sulit, karena
masyarakat malah mencari cara untuk berontak.

Relevansinya dengan Zaman Ini

Gereja yang ditemukan zaman dulu


(Zaman Renaissance) juga ditemukan pada dewasa ini. Semua ajaran-ajaran yang
telah dibuat oleh gereja sudah dipercayai atau kata yang lebih pas, sudah diimani
sebagai suatu kebenaran. Dimana siapa pun yang melanggarnya atau tidak
mematuhinya akan dicap sebagai orang yang tidak patuh kepada gereja dan pasti
dihukum, bahkan hukumannya bisa sampai pada hukuman mati.
Namun, gereja pada dewasa ini tidak sekejam masa Renaissance.
Perbedaannya hanya dalam penghukuman. Jika dalam masa Renaissance jenis
hukumannya bisa sampai pada kematian, kalau sekarang hanya sampai pada
pengucilan atau paling parahnya dicap sebagai sesat dan dipecat dari
keanggotaan gereja.
Gereja melakukan hal seperti ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dimana gereja takut jika otoritasnya hilang atau berkurang, dan gereja takut
pendapatan mereka berkurang setiap minggunya. Gereja juga memikirkan jika
mereka menerima kritik atau pun sesuatu yang baru ke dalam gereja, posisi
mereka di depan masyarakat atau jemaat akan menjadi burukm karena mengetahui
bahwa mereka (mereka) tidak sempurna. Maka dari itu, gereja tidak menerima
ajaran atau pengetahuan yang baru dari luar.

Kesimpulan
Kekauan gereja dapat memberikan dua efek, yaitu pemberontakkan dan
pembodohan. Bagi orang-orang (jemaat) yang memiliki pikiran, mereka pasti
akan bertanya-tanya dan terus mencari kebenaran, meski pun risikonya harus
dikucilkan dari lingkungan. Tapi jika orang-orangnya (jemaat) hanya mengikut
tanpa ada koreksi dari mereka, atau dengan kata lain, tidak kritis, hasilnya mereka
tidak akan mengetahui apa pun, mereka hanya bisa mengangguk, meskipun yang
disampaikan salah.
Jika memang gereja itu adalah perwakilan Allah di bumi, seharusnya
gereja tidak perlu khawatir ataupun takut dengan ajaran-ajaran
yang berkeliaran di luar gereja, dan yang masuk ke dalam gereja. Semua
pengetahuan yang ada, baik itu yang ada dalam gereja maupun yang tidak, pasti
akan menambah wawasan atau efek positif kepada gereja dan seluruh
penghuninya.

http://richosianipar.blogspot.co.id/2012/01/normal-0-false-
false-false-in-x-none-x_25.html, 29 dse 216

Latar belakang
Periodesasi filsafat barat dibagi menjadi lima periode : [1]pertama; Zaman
filsafat yunani kuno(600 sm-400 sm). Zaman ini meliputi filsafat pra Socrates di
yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Kedua; Zaman keemasan filsafat yunani, pada masa ini obyek pembahasanya
bukan lagi alam tetapi manusia sebagaimana yang dikatakan oleh prothagoras
manusia adalah ukuran segala-galanya. Namun hal ini ditentang oleh sokrates
dengan mengatakan yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-
nilai objektif yang di junjung tinggi oleh semua orang. Kemudian pemikiran
Socrates dilanjutkan muridnya plato yang mempunyai filsafat realitas seluruhnya
terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya
terbuka bagi rasio kita. Yaitu jasmani dan ide. Pendapat Plato dikritik oleh
aristoteles dengan mengatakan yang ada itu adalah manusia manusia yang
konkret. Ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan, teori aristoteles yang
terkenal adalah tentang materi dan bentuk, keduanya merupakan prinsip-prinsip
metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah
prinsip yang menentukan. Teori ini disebut dengan teori hylemorfis.
Ketiga; masa helinistis dan romawi, pada masa ini muncul stoisime yang
mengatakan jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh
karena itu segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat
dihindari,epikurisme yang mengatakan segala sesuatu terdiri atas atom-atom yang
senantiasa bergerak, skeptisisme adalah bidang teoritis manusia tidak sanggup
mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesanksian. Neo
Platoisme suatu paham yang menghidupkan kembali filsafat Plato.
Keempat; zaman abad pertengahan. Pada zaman ini mengalami 2 periode
yaitu periode petristik ( tahap permulaan Kristen, kemudian tahap agustinus), dan
periode skolastik( periode skolastik awal abad 9-12, periode puncak
perkembangan skolastik abad 13, periode skolastik ahir abad 14-15. Pada abad
pertengahan, hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada
abad ini akal kalah total dan iman menang mutlak.
Kelima; zaman modern, keenam; zaman masa kini
Pada kesempatan ini kami akan membahas sedikit tentang periodesasi filsafat
yunani pada abad zaman modern yang meliputi:
1. Humanisme islam dan barat
2. Renaissance eropa; gerakan ilmu dan kematian filsafat
3. Kelahiran awal filsafat modern
Tujuan dari pembahasan ini adalah :
1. Untuk mengetahui humanisme islam dan barat
2. Untuk mengetahui renaissance eropa; gerakan ilmu dan kematian filsafat
3. Kelahiran awal filsafat modern
B. Pembahasan
1. Humanisme didunia islam dan barat
Humanisme berasal dari kata humanitas yang berarti pendidikan manusia.
Dalam bahasa yunani disebut paidei. Kata popular pada masa Cicero dan varro.
Adapun humanism pada abad pertengahan abad 14M adalah gerakan filsafat yang
timbul di italia dan kemudian berkembang keseluruh
eropa.Humanism menegaskan bahwa menusia adalah ukuran segala sesuatu.
Kebesaran manusia harus dihidupkan kembali, yang selama ini terkubur pada
abad pertengahan ditinggalkan. Kebebasan manusia adalah salah satu tema
pokok hummanism. Pico salah seorang tokoh humanism berkata, manusia
dianugerahi kebebasan memilih oleh tuhan dan menjadikanya pusat perhatian
dunia. Dengan posisi itu dia bebas memandang dan memilih yang terbaik.[2]
Humanism pada awalnya tidaklah anti agama. Humanism ingin mengurangi
peranan institusi gereja dan kerajaan yang begitu besar sehingga manusia sebagai
mahluk tuhan kehilangan kebebasanya.[3]
Humanism pada awal renaissance berbeda dengan humanism abad ke-19
dan 20, kendati dalam beberapa hal ada kesamaanya. Humanism waktu itu
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan
kecakapan alamiah manusia. Pada waktu itu [ara humanis tidak menyangkal
adanya zat yang maha tinggi. Hanya saja mereka berpendapat bahwa ha;-hal yang
alamiah dalam diri manusia telah memiliki nilai cukup untuk dijadikan sasaran
pengenalan manusia. Tanpa wahyupun, seseorang mampu berkarya dengan baik
dan sempurna. Setelah abad kemudian, baru muncul gerakan humanism yang
melepaskan segala hal yang berkaitan dengan tuhan dan akhirat dan hanya
menerima hidup di dunia apa adanya.[4]
Puncak perkembangan humanism adalah eksistensialisme di jerman pada
abad ke- 19. Eksistensialisme mengakui bahwa eksistensi mendahului esensi
(hakikat). Sebagaimana marxisme, eksistensialisme mengutamakan
manusia sebagai individu yang bebas dan menghilangkan peranan manusia dari
tuhan dalam kehidupanya, kendati kedua paham tersebut mengutamkan
manusia, marxisme mmengutamakan perbaikan manusia dari segi social, [5]
Sementara, humanism (Kebebasan) dalam Islam digambarkan Islam dalam
terminologi Ikhtiyar. Sebagimana digambarkan oleh sebuah Organisasi keIslaman
Mahasiswa (HMI) di Indonesia yang bergerak dalam core pemikiran Islam
modern .
Pusat Kemanusian terletak pada diri pribadi manusia dan kebebasan
pribadi adalah hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga
daripada kemerdekaannya itu. Kebebasan dalam arti kerja sukarela (pilihan) yang
tanpa paksaan yang didorong kemauan yang murni, kebebasan dalam pengertian
merdeka memilih sehingga pekerjaan itu dengan benar-benar dilakukakan sejalan
hati nurani. Hal ini bersumber daari keikhlasan. Keikhlasan
merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari
perkembangan tak terkekang dari kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran
terpenting dari gambaran manusia sejati. Individualitas adalah pernyataan asasi
yang pertama dan terakhir dari kemanusiaan, serta letak kebenarannya dari nilai
kemanusia itu sendiri.[6]
2. Renaissance eropa; gerakan ilmu dan kematian filsafat
Renaissance berasal dari bahas latin re+ nasci yang artinya lahir kembali
(rebirth). Seringkali istilah ini digunakan para sejarahwan untuk menunjuk
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di eropa, dan
lebih khusus lagi di italia, sepanjang abad ke 15 dan abad 16.[7] Pada awalnya
istilah ini digunakan oleh Michelet yang merupakan sejarahwan yang terkenal
kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardi (1860) untuk konsep sejarah yang
menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan
periode abad pertengahan. Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat
renaissance.
Abad pertengahan merupakan abad dimana alam pikiran dikungkung oleh
gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat terbatas,
perkembangan sains dan filsafat sulit terjadi, bahkan bisa dikatakan manusia
tidak mampu menemukan dirinya sendiri.[8]
Akal pada abad pertengahan ini benar-benar kalah. Hal ini kelihatan sangat
jelas pada filsafat Plotinus, Augustinus, Anselmus. Pemasungan akal oleh
Plotinus tampak jelas dalam pernyataanya tuhan (mewakili metafisika) bukan
untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat dan
tujuan hidup secara umum adalah bersatu dengan tuhan. Jadi, dalam hidup ini
rasa itulah satu-satunya yang dituntun oleh kitab suci, pedoman manusia. Filsafat,
rasional dan sains tidak penting untuk dipelajari. Simplicius, salah seorang
pengikut Plotinus, telah menutup ruang gerak filsafat rasional dan memusuhinya.
Pada tahun415 hypatia, seorang terpelajar, ahli dalam filsafat aristoteles dibunuh.
Tahun 529 kaisar justinianus mengeluarkan undang-undang yang melarang ajaran
filsafat apapun di Athena.[9]
Agustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada
zaman yunani diganti dengan kuasa allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu
dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relative. Kebenaran itu mutlak yaitu
ajaran agama.[10]
Secara historis renaissance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu
zaman dimana orang merasa dirinya sebagai telah dilahirkan kembali ke
keadaban. Di dalam kelahiran kembali itu orang kembali pada sumber-sumber
yang murni bagi pengetahuan dan keindahan. Dengan demikian orang memiliki
norma-norma yang senantiasa berlaku begitu hikmat dan kesenian manusia. Bila
mana perpindahan dari keadaban abad pertengahan menuju ke keadaban
renaissance itu terjadi, tidak dapat dipastikan.[11]pada zaman ini berbagai gerakan
bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis,
sehingga melahirkan sesuatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia
dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam berfilsafat.[12]
Beberapa seni disebut liberal dan diajarkan disekolah-sekolah latin dan
universitas-universitas. Seni itu ialah bahasa, logika, matematika, dan kaum
terpelajar atau para pejabat mempelajari kedokteran dan hokum.[13]konsep
pengetahuan yang berlaku dimasa itu masih berbeda secara radikal dengan konsep
masa kini. Pada masa itu umumnya diterima bahwa pernah ada suatu
zaman keemasan ketika semua hal diketahui (ketika semua manusia masih
berdiam ditaman eden dan barangkali di zaman kuno atau zamanya para
bijaksana). Penemuan kembali kebenaran dipandang bukan sekedar soal
memahami fakta-fakta; sebab terjadinya kebenaran pertama kali dan leyap pada
masa berikutnya merupakan peristiwa-peristiwa yang bermakna religious. Karena
dunia inderawi sangat dipengaruhi oleh agen-agen ilahi, demonis dan magis, maka
untuk menyingkap rahasianya bukan tugas sekuler semata-mata. Karena bagian
berakar dalam pertentanganya dengan pandangan dunia(word view) ini maka sulit
membayangkan kemungkinan adanya sudut pandang(point of view) ilmiah di
dalamnya. Akan tetapi jika para sejarahwan masih sepakat dengan anggapan ini
maka ia masih terpenjara dalam kategori-kategori zamanya masing-masing.[14]
Ciri-ciri filsafat renaissance ada pada filsafat modern yaitu menghidupkan
kembali rasionalisme yunani (renaissance, individualism, humanism, lepas dari
pengaruh agama dan lain-lainya.[15]
Dalam menjelaskan zaman renaissaince drs. Surajiyo dalam buku lainya
yang berjudul filsafat ilmu dan perkembangaya di Indonesia
menuliskanrenaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad
pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada
zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usahanya sendiri, tidak didasarkan atas campur
tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada
zaman renaissance. Ilmu yang berkembang pada zaman ini adalah bidang
astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Roger bacon, Copernicus, Johannes
keppler, Galileo galilei.[16]
Berikut sekilas tentang pemikiran para tokoh renaissance:
a. Roger Bacon,
berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan
ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak
untuk mengolah semua pengetahuan.
b. Copernicus
mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari
sehingga matahari menjadi pusat (helioentrisime). Pendapat ini berlawanan
dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparchus dan ptolomeus yang
menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme)
c. Johannes keppler
menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penylidikan Brahe
sebelumnya, yaitu:
1) Gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle,
namun gerak itu menikuti lintasan ellips. Orbit semua planet berbentuk ellips.
2) Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu
melintasi bidang yang luasnya sama.
3) Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A
dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit
masing-masing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 = X3 : Y3
d. Galileo galilei
Membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan
mengamati beberapa peristiwa penting angkasa secara langsung. Ia menemukan
beberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa planet
venus dan markurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan,
sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya
sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.
3. Kelahiran awal filsafat modern
Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran
kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (yunani-
romawi). Pembaharuan terpenting yang kelihatan dalam
filsafat renaissance ituantroposentrismenya. Pusat perhatian pemikiranya tidak
lagi lagi kosmos, seperti zaman kuno, atau tuhan seperti abad pertengahan,
melainkan manusia. Mulai dari zaman modern inilah manusia yang dianggap
sebagai titik focus dari kenyataan.[17]
Latar belakang dan implikasi dari renaissance itu adalah sebagai berikut:
a. Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan
lahirnya cita-cita semangat pembaharuan dan pembebasan.
b. Berkembangnya jiwa dan semangat individualism.
c. Pertentangan antara universalia dan individualia berakhir dengan
kemenanganindividualia. Hal ini menimbulkan akibat-akibat sebagai berikut:[18]
1) Warga masyarakat tidak lagi menerima dogma/agama yang digambarkan ada
tangan pada masing-masing diri manusia.
2) Pandangan bercorak subtansialistis dan metode pendekatan ilmiah secara
deduktif, dikalahkan oleh metode-metode induktif dan empiris untuk menemukan
kebenaran-kebenaran individual.
d. Timbulnya rasa kebanggaan tehadap harta dan derajat manusia. Gejala ini
menunjukkan manifestasinya kepada kepercayaan diri bahwa manusia dengan
kebebasan, nillai individualis yang optimal, kemampuan ilmiahnya merasa
mampu untuk menguasai alam semesta ini.
Zaman modern juga ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah
dirintis sejak zaman renaissance. Seperti re
ne Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes
juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuanya dalam ilmu pasti adalah system
koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac
newton dengan temuanya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle
for lifer(perjuangan untuk hidup). JJ Thomson dengan temuanya electron. Berikut
penjelasan sekilas dari filsuf-filsuf tersebut:[19]

a. Rene Descartes
Menemukan dalam ilmu pasti ialah system koordinat yang terdiri atas dua
garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horizontal dan disebut
axis atau sumbu X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus pada sumbu X. karena
system tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak lurus,
maka system koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan
tiap titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada
sumbu X dan sumbu Y. dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua
sumbu menyusuri sumbu-sumbu tadi. Pentingnya system yang dikemukakan oleh
descartes ini terletak pada hubungan yang diciptakanya antara ilmu ukur bidang
datar dengan al-jabar. Tiap titik dapat dinyatakan serupa dengan dua koordinat Xi
dan Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum phytagoras
mengenai hypothenusa. Penemuan Descartes ini dinamakan analytic geometry.
b. Isaac newton
Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuanya dalam
tiga bidang, yatu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika:
1) Teori gravitasi adalah perbincangan lanjutan mengenai soal pergerakan yang telah
dirintis oleh Galileo dan keppler. Galileo mempelajari pergerakan dengan lintasan
lurus. Kepler mempelajari pergerakan dengan lintasan tertutup atau elips.
Berdasarkan perhitungan yang diajukan oleh keppler menunjukkan bahwa tentu
ada factor penyebab mengapa planet tidak mengikuti pergerakan dengan lintasan
lurus. Dugaan sementara penyebab ditimbulkan oleh matahari yang menarik bumi
atau antara matahari dengan bumi ada gaya saling tarik-menarik. Persoalan itu
menjadi obsesi newton, namun ia menghadapi berbagai kesukaran. Perhitungan
besarnya bumi dan matahari belum diketahui, dan newton belum mengetahui
bahwa pengaruh benda pada benda yang lain dapat dipandang dan hitung dari
pusat titik berat benda-benda tadi setelah kedua hal ini diketahui oleh newton,
barulah ia dapat menyusun teori gravitasi. Teori gravitasi ini dapat menerangkan
dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang surutnya air
samudera, dan peristiwa astronomi lainya. Teori gravitasi newton ini
dipergunakan oleh para ahli berikutnya untuk membuktikan laboratorium dan
penemuan planet baru dialam semesta.
2) Perhitungan calculus, yaitu hubungan antara X dan Y. kalau X bertambah, maka Y
akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan yang tetap atau teratutr. Misalnya
ada benda bergerak, panjangnya jarak yang ditempuh tergantung dari kecepatan
tiap detik dan panjangnya waktu pergerakan. Cara perhitungan calculus ini banyak
manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang
berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur.
3) Optika atau mengenai cahaya; jika matahari dilewatkan sebuah prisma, maka
cahaya asli yang kelihatanya homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu,
menjadi pelangi. Kemudian kalau pelangi itu dilewatkan sebuah prisma lainya,
maka pelangi terkumpul kembali menjadi cahaya homogen. Dengan demikian
dapat dibuktikan bahwa cahaya itu sesungguhnya terdiri atas komponen yang
terbentang antara merah dan ungu.
c. Charles Darwin
dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatic. Darwin menyatakan
bahwa perkembangan yang terjadi pada mahluk di bumi terjadi karena seleksi
alam. Teorinya yang terkenal adalah struggle for life(perjuangan untuk hidup).
Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap
kumpulan mahluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenis namun tetap
menampilkan kelainan-kelainan kecil. Mahluk hidup yang berkelainan kecil itu
berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Mahluk hidup
yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk
bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan
tersisihkan karena kalah bersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah
paliaanag unggul (survival of the fittest)..[20]
Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme rene descartes(1596-
1650), B. Spinoza(1632-1677), dan G.libniz(1646-1716). Mereka menekankan
pentingnya rasio atau akal budi manusia.[21]

Pada abad ke-18 terkenal dengan zaman pencerahan, (einlighment,


aufklarung) dengan munculnya tokoh-tokoh empirisme. Istilah empirisme
memilih pengalaman sebagai sumber utama pengalaman, baik pengalaman
lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut
pribadi manusia saja.[22]
Tokoh-tokoh empirisme antara lain, di inggris john locke(1632-1704),
George Berkeley(1684-1753), dan david hume(1711-1776), di perancis jean
Jacques rousseau(1712-1778), dan dijerman Immanuel kant(1724-1804), selain
itu, ditandai pula munculnya aliran idealism seperti J.fichti(1762-1814), f.
schelling (1775-1854), dan G.W. Hegel(1770-1831).[23]
Dalam filsfat empirisme David hume filsafat barat yng mengembangkan
filsafat empirisme locked an barkley mengatakan manusia tidak membawa
pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan .
pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan(impression) dan pengertian-
pengertian atau ide-ide(idea). Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan
langsung yang diterima dari pengalaman, baik pengamatan lahiriah maupun
batiniah, yang menampakkan diri dengan jelas, hidup dan kuat seperti, merasakan
tangan terbakar . yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan
yang redup, samar-samar, yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau
merefleksikan dalam kesadaran kesan-kesan yang diterima dari pengalaman. [24]
David hume menegaskan bahwa pengalaman lebih member keyakinan disbanding
kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat yang hanya memberikan hubungan
yang saling berhubungan.[25]
C. Penutup
Kesimpulan
1. Humanism barat adalah suatu gerakan filsafat yang mengusung tema sebuah
kebebasan Yang bertujuan untuk mengurangi peranan institusi gereja dan kerajaan
serta meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan
alamiah manusia. Dalam islam humanism lebih dikenal dengan istilah ikhtiar
2. Renaissance merupakan istilah yang digunakan untuk konsep sejarah yang
menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan
periode abad pertengahan dimana alam pikiran dikungkung oleh gereja. Dalam
keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat terbatas, perkembangan sains dan
filsafat sulit terjadi, bahkan bisa dikatakan manusia tidak mampu menemukan
dirinya sendiri. Ciri-ciri filsafat renaissance ada pada filsafat modern yaitu
menghidupkan kembali rasionalisme yunani(renaissance, individualism,
humanism, lepas dari pengaruh agama dan lain-lainya.
3. Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali,
yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik(yunani-romawi).
Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan lahirnya
cita-cita semangat pembaharuan dan pembebasan. Sedangkan implikasi dari
renaissance adalah:
a. Berkembangnya jiwa dan semangat individualism.
b. Pertentangan antara universalia dan individualia berakhir dengan kemenangan
individualia. Hal ini menimbulkan akibat-akibat sebagai berikut
1) Warga masyarakat tidak lagi menerima dogma/agama yang digambarkan ada
tangan pada masing-masing diri manusia.
2) Pandangan bercorak subtansialistis dan metode pendekatan ilmiah secara
deduktif, dikalahkan oleh metode-metode induktif dan empiris untuk menemukan
kebenaran-kebenaran individual.
3) Timbulnya rasa kebanggaan tehadap harta dan derajat manusia. Gejala ini
menunjukkan manifestasinya kepada kepercayaan diri bahwa manusia dengan
kebebasan, nillai individualis yang optimal, kemampuan ilmiahnya merasa
mampu untuk menguasai alam semesta ini.
Demikian penjelasan makalah yang dapat saya sampaikan. Semoga bisa
menambahkan wawasan ilmu pengetahuan bagi kita semua amin

[1] Surajiyo, ilmu filsafat suatu pengantar, (Jakarta, pt bumi aksara: 2005), hal.154
[2] Amsal bachtiar, filsafat agama,(Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009), hal146
[3] ibid
[4] Ibid, hal 146
[5] Ibid, hal 147
[6] www.
[7] Ahmad tafsir, filsafat umum, akal dan hati sejak thales sampai capra,( bandung: PT
. remaja rosdakarya, 2009), Cet. 17, hal.124
[8]Ahmad tafsir Ibid.
[9]Ahmad tafsir Ibid, hal.113
[10]Ahmad tafsir Ibid.
[11] Harun hadiwijayano, sari sejarah filsafat barat, ( Yogyakarta: kanisius, 1980), hal. 11
[12] Rizal mustansyir dan misnal munir, filsafat ilmu( Yogyakarta: pustaka pelajar, 2009), cet.IX,
hal.69
[13] Jerome R. Ravertz, filsafat ilmu,( Yogyakarta, pustaka pelajar, 2009), cet. Iv, hal. 28
[14] Ibid
[15] Ahmad tafsir, op.cit, hal 127
[16] Surajiyo, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suat pengantar, (Jakarta, pt bumi
aksara, 2010), cet. 5, hal.86-87
[17] Surajiyo, lock.cit, hal157
[18] Ibid, hal. 158
[19] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar, hal.87
[20] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar, 87-89
[21] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar,
[22] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar,
[23] Lock.cit, filsafat ilmu dan perkembanganya di Indonesia suatu pengantar,
[24] Amsal bakhtiar, ibid, hal108
[25] ibid
krmubtadiin.blogspot.com/2015/12/humanisme-dan-renaissance.html, 29
1.

http://krmubtadiin.blogspot.co.id/2015/12/humanisme-dan-
renaissance.html, 29 dse 216

Anda mungkin juga menyukai