Anda di halaman 1dari 3

Nama: Avisena

Kelas: AFI 2C

Nim: 11210331000077

Matkul: Pengantar Filsafat

Filsafat Renainssance

Istilah renaissance berasal dari bahasa parancis (renaissance) yang berarti kebangkitan kembali.
Dalam bahasa Latin berarti “re + nasci” berarti lahir kembali (rebirth). Oleh sejarawan istilah tersebut
digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di
Eropa. Orang yang mula-mula menggunakan istilah tersebut adalah jukes Michelet, sejarahwan
perancis terkenal. Menurutnya renaissance adalah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan
sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern, di tandai
dengan oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran. Di satu pihak terdapat
astrologi, kepercayaan yang bersangkutan dengan dunia hitam, perang-perang agama,dan
sebagainya. Awal mula dari suatu masa baru di tandai oleh usaha besar Descartes(1596-1650M)
untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Memang dalam bidang filsafat zaman
renaissance kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains.
namun di antara perkembangan itu terjadi dalam perkembangan dalam bidang filsafat. Descartes
sering disebut dengan tokoh pertama filsafat modern. Dilihat dari definisinya, kata “renaissance”
menyiratkan sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai
renaissance dipandangan sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban yunani dan Romawi (yang
dianggap sebgai klasik) ketika keduanya mengalami masa keemasan, faktanya sekalipun semasa
renaissance banyak orang membaca kesustraan klasik dan mempertimbangkan kembali pemikiran
klasik, esensi yang sebenarnya dari renaissance adalah lahirnya pembaharuan maupun penciptaan.
Zaman renaissance sering disebut sebagai zaman humanisme, sebab pada abad pertengahan
manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarakan kebenaran gereja, bukan
menurut yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena
manusia mempuyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka
humanisme menganggap manusia mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri-ciri utam
renaissance dengan demikian adalahmenghidupkan kembali rasionalisme yunani, individualisme,
humanisme, lepas dari pengaruh agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman
(empiris) dalam merumuskan pengetahuan, meskipun harus diakui filsafat belum menentukan
bentuk zaman renaissance. Melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembanag pada waktu
sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada
semakin ditinggalkan agama Kristen karen semangat humanisme-fenomena tersebut cukup tampak
pada abad modern.

Latar belakang Munculnya Renaissance


Datangnya sejarah yunani di Eropa karena minat orang-orang terhadapnya kebudayaan Yunani pada
khususnya dan kebudayaan kuno pada umumnya. Orang mau mengambilnya kebudayaan kuno itu di
dunia itulah yang dianggap kebudayaan yang sempurna. Masa itu terkenal dengan sejarah sebagai
lahirnya kembali zaman kuno atau renaissance. Dalam pandangan pun tidak ketinggalan. Orang tidak
lagi memutuskan pikirannya kepada Tuhan dan Surga. Sejarah Renaissance munculnya karena
berbagai faktor antara lain adalah gerakan cultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di
bidang kejiwaan kemasyarakatan, di kegerejaan di Italia pada abad pertengahan abad XIV, berakar
pada cita-cita keksatrian abad pertengahan yang menginginkan kemewahan, kemegahan,
keperkasaan dan kemasyhuran, mereka mensitesakan gagasan Kristiani dengan pemikiran klasik
(Yunani-Romawi). Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapakan kebenaran berpusat
pada manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. Aliran ini lahir disebabkan kekuasaan
gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaanya,
gereja telah meredam para filosofis dan ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah
mengingkari kitab suci yang selama in diacu oleh kaum Kristiani. Selain itu pada saat itu mengalami
kegelapan karena kepentingan pemikiran yang dikuasai oleh para pemmipin Gereja. Middle Age
merupakan zaman dimana Orang Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat
diatur oleh gereja. Pemikiran pada abad pertengahan diatur oleh gereja, termasuk ilmu
pengetahuan. Seperti kasus pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutnya
bahwa matahari pusat tata surya, tetapi bertolak belakang dari gereja. Berbeda dari pandangan
filsafat yang berkembang pada abad pertengahan, pada zaman ini banyak filsuf berpegang teguh
pada pendirian bahwa manusia pada hakikatnya bukan sebagai viator mundi (penjiarah dimuka
bumi), melainkan sebagai vaber mundi (pekerja atau pencipta dunianya). Manusia harus mencari
sendiri kebenaran, bukan bersandar pada ajaran yang telah diberikan oleh gereja dan agama. Pada
saat itu manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat secara nyata dalam karya-
karya seniman zaman renaissance seperti Donatello,cBotticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael
(1483-1520, Perugino (1446-1526, dan Leonardo da Vinci (1452-1592). Dalam bidang penjelajahan
terlihat beberapa nama besar seperti Cristopher Colombus (1451-1506) dan Ferdinand Magellan
(1480-1521). Sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat antara lain
Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo Galilei (1546-1642),
Johannes Kepler (1571-1642), dan Francis Bacon (1561-1632) bangsawan Inggris yang meletakkan
dasar filosofis untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu maha
karya yang bermaksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan suatu teori
baru dalam bukunya Novum Organon

Karakteristik Filsafat Modern Masa Renaissance.

Renaissance Eropa yang mengantar babak modern, memicu berkembangnya filsafat yang bercorak
empirik. Akibatnya metodologi pun berkembang ke induksi-eksprimentasi. Tokoh-tokoh yang
membuka jalan ke gerbang ini antara lain adalah, Copernicus, Kepler, Galileo, Bacon dll. Lahirnya
metodologi baru pada era ini akibat terjadinya pergeseran paradigma filsafat. Manusia melihat,
merasakan dan menyadari adanya potensi pada dirinya untuk menentukan kebenaran, tolak ukur
dan validitasnya lewat metode penginderaan-observasi, eksprimen terhadap realitas fisik melahirkan
cara yang selanjutnya disebut metode ilmiah. Efek metode ini melahirkan teori holosentris
(Copernicus), Kepler mengganti teologi langit skolastisisme dengan fisika langit. Demikian juga
dengan Galileo yang menurunkan derajat alam sebagai benda yang memiliki kualitas ketuhanan
menjadi benda alam yang matematis-kuantitatif (profan). Newton, sang jenius, berhasil
menumbangkan kosmologi gereja yang menganut paham teologis-skolastik dengan prinsip
determinisme mekanika universal.
Kebebasan dan kreativitas berpikir ini menimbulkan kemarahan pihak gereja yang merasa
otoritasnya terancam sehingga kaum gerejawan memilih jalan suram dengan menghukum mereka
bahkan membunuhnya. Keberhasilan ilmu-ilmu empirik yang diraih pada masa Renaissance
menjadikan filsafat, terutama epistemologi rasional-intuitif, mengalami kemunduran. Gereja
terjebak dalam reaksi ekstrim dengan memutuskan kemampuan akal dan ilmu serta membentengi
ajarannya dengan perisai kalbu dan keimanan. Sesuatu yang sangat apologis. Di sisi lain
kegemilangan ilmu-ilmu alam (fisika) dengan Newton sebagai tokoh utamanya telah membangkitkan
semangat empirisme rasional-materialistik dibidang astronomi, biologi, psikologi, sosiologi, maupun
filsafat. Laplace misalnya, berani mengatakan bahwa teori astronomi yang dibangunnya tidak
membutuhkan hipotesis tentang peran Tuhan untuk menjelaskan asal-usul alam semesta. Begitu
juga Darwin yang menafikan keterlibatan Tuhan dalam kehidupan organis, yang berjalan sendiri
melalui prinsip mekanika hukum evolusi yaitu seleksi alamiah. Demikian juga dengan Freud yang
memandang konsep Tuhan bagi orang-orang beragama sebagai ide ilusif karena berasal dari
imajinasi ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi fenomena yang ada diluar dirinya.
Sedangkan bagi Durkheim, kekuatan supranatural atau hal-hal yang gaib tidak lebih dari kekuatan-
kekuatan listrik yang terkonsentrasi dalam diri manusia, sehingga ia tidak bercaya pada metafisika
atau Tuhan. Menurutnya, yang lebih pantas disebut sebagai Tuhan adalah masyarakat, karena
masyarakat mampu mengakomodasi hal-hal diyakini sebagai sifat-sifat Tuhan. Peradaban Eropa
modern terbentang mulai dari abad -15 hingga abad ke-19 dengan watak pemberontakannya
terhadap periode pertengahan. Bertrand Russel, sebagaimana dikutip oleh Rodliyah Khuzai,
mengemukakan lima perbedaan antara periode modern dibanding periode pertengahan.

1. Pertama, berkurangnya otoritas gereja dan meningkatnya otoritas ilmu.

2. kekuasaan gereja yang semula dominan mulai berkurang dan digantikan fungsinya oleh raja.

3. jika abad pertengahan manusia berusaha memahami dunia (theorical science), maka masa
modern manusia berusaha mengubah dunia yaitu (practical Science).

4. jika pada masa pertengahan manusia yang berusaha memahami dunia dan tidak sesuai dengan isi
kitab suci maka akan dihukum. Tetapi pada masa modern penolakan terhadap kitab suci dianggap
sah jika menemukan sebuah teori yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan.

5. kebebasan dari otoritas gereja menimbulkan individualisme atau bahkan anarkisme.

Anda mungkin juga menyukai