Anda di halaman 1dari 19

DAMPAK KORUPSI DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN NAPZA

Dosen Pengampu : Ns. Komarudin, M.Kep. Sp.Kep.J

Oleh :

Hidayat (1911011061)

Nur Indah (1911011056)

Intan Rusdian P. S. (1911011066)

Wildan Habibulla (1911011062)

M. Zainun Z. (1911011090)

Rizky Agus P. (1911011075)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka


penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Dampak Korupsi Dalam Pelayanan Kesehatan”

Penulisan makalah adalah salah satu tugas mata kuliah Pendidikan


Anti Korupsi dan Napza. Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa
masih banyak kekurangan, baik pada teknik penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis belum maksimal.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, kepada :
1. Ns. Komarudin, M.Kep. Sp.Kep.J
2. Ns. Ginanjar Sasmito Adi, Sp.Kep.M.B
3. Dr. Wahyudi Widada, S.Kp., M.Ked

Yang telah membimbing dan mengarahkan bagaimana seharusnya


makalah ini dibuat. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, serta makalah ini
dapat menjadi manfaat bagi pembaca. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Jember, 20 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I LATAR BELAKANG.................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

2.1 Definisi Korupsi.............................................................................6


2.2 Ciri-ciri Korupsi.............................................................................7
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi...............................................8
2.4 Definisi Pelayanan Kesehatan...................................................10
2.5 Dampak Korupsi Terhadap Pelayanan Kesehatan..................11
2.6 Penanganan Korupsi disektor Kesehatan ...............................14
2.7 Upaya Pencegahayan Korupsi di Pelayanan Kesehatan........14
BAB III PENUTUP.............................................................................................17

3.1 Kesimpulan...................................................................................17
3.2 Saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang terkenal dengan kekayaan


sumber daya alam yang tersedia, namun dilihat secara nyata,
rakyat indonesia banyak yang menderita. Penderitaan ini
seperti : Kemiskinan, Kelaparan, dan Kesengsaraan. Penderitaan
yang dijalani rakyat tidak lain dan tidak bukan adalah dampak
dari otonomi daerah yang kurang terstuktur. Hal ini dikarenakan
rendahnya moral-moral para pejabat yang memegang kekuasaan
di indonesia. Rendahnya moral para pejabat yang ada di
indonesia menyebabkan indonesia menempati rangking ke-3
dalam Negara terkorup di dunia. Hal ini sangat mencoreng nama
bangsa Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan lebih.
Saat ini, korupsi di indonesia sudah mencapai puncaknya.setiap
pejabat tinggi yangdi periksa, pasti terlibat korupsi. Jika hal ini
tidak di tanggapi dengan serius maka Negara Indonesiatidak
akan mencapai puncak emas seperti yang di cita-cita kan dalam
pembukaan undang-undang dasar 1945.

Permasalahannya adalah, masyarakat belum mengetahui


tentang dampak korupsi dalam pelayanan kesehatan,
penanganan disektor kesehatan. Maka dengan menyusun
makalah ini,penulis akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah tersebut

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan?

b. Bagaimana penanganan korupsi di sektor kesehatan?


4
1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalaah tersebut, tujuan penulisan makalah


ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pelayanan


kesehatan

b. Untuk mengetahui penanganan korupsi di sektor kesehatan

c. Untuk mengetahui penanganan korupsi di sektor kesehatan

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini


diharapkan dapat bermanfaat, sebagai berikut :

a. Manfaat Umum

Memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya


wawasan dam pengetahuan tentang materi ini

b. Manfaat Khusus

Bagi Pembaca :

Makalah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca


dalam memahami materi yang disajikan, Selain itu
pembaca makalahini diharapkan mampu menerima
semua materi yang disampaikan

Bagi Penulis :

Dapat memperluas kaidah-kaidah pengetahuan serta


sumber ajar yang berguna dalam proses pembelajaran
khususnya pada materi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio”


(Fockema Andrea : 1951) atau “corruptus” (Webster Student
Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio”
berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).

Arti kata korupsi secara harfiah adalah “sesuatu yang busuk,


jahat, dan merusakkan” (Dikti, 2011). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan lebih
spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang
negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi diturunkan dari
kata korup yang bermakna 1) buruk; rusak; busuk; 2) suka
memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat
disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).
Selain itu, ada kata koruptif yang bermakna bersifat korupsi dan
pelakunya disebut koruptor.

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi
dikategorikan sebagai tindakan setiap orang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan.
6
2.2 Ciri-Ciri Korupsi

Untuk pemahaman lebih lanjut, perlu Anda ketahui tentang


ciri-ciri korupsi agar dapat mengidentifikasi hal apa saja yang
termasuk tindakan korup. Syed Hussein Alatas dalam
Sumarwani S. (2011), mengemukakan ciri-ciri korupsi sebagai
berikut :
a. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan. Seseorang
yang diberikan amanah seperti seorang pemimpin yang
menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan
pribadi, golongan, atau kelompoknya.
b. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta, atau
masyarakat umumnya. Usaha untuk memperoleh
keuntungan dengan mengatasnamakan suatu lembaga
tertentu seperti penipuan memperoleh hadiah undian dari
suatu perusahaan, padahal perusahaan yang sesungguhnya
tidak menyelenggara kan undian.
c Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk
kepentingan khusus. Contohnya, mengalihkan anggaran
keuangan yang semestinya untuk kegiatan sosial ternyata
digunakan untuk kegiatan kampanye Partai politik
d. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan ketika
orang-orang yang berkuasa atau bawahannya
menganggapnya tidak perlu. Korupsi biasanya dilakukan
secara tersembunyi untuk menghilangkan jejak
penyimpangan yang dilakukannya.
e. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak. Beberapa jenis
korupsi melibatkan adanya pemberi dan penerima.
f. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk
uang atau yang lain. Pemberi dan penerima suap pada
dasarnya bertujuan mengambil keuntungan bersama.
7
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi

A. Faktor Umum

Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi


dan beranekaragam. Akan tetapi, penyebab korupsi secara umum
dapat dirumuskan sesuai dengan pengertian korupsi itu sendiri
yang bertujuan mendapatkan keuntugan pribadi /kelompok
/keluarga /golongan sendiri.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Boulogne atau


sering disebut GONE Theory bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya korupsi sebagai berikut :

1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku


serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan
organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian
rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan.
3. Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yang
dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang
hidupnya yang wajar.
4. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan
atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan
apabila pelaku ditemukan melakukan kecurangan

Faktor-faktor Greeds dan Needs yaitu berkaitan


dengan individu atau kelompok, baik dalam organisasi
maupun di luar organisasi yang melakukan korupsi dan
merugikan pihak korban. Adapun faktor-faktor
Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban
perbuatan korupsi, yaitu organisasi, institusi, masyarakat yang
8
kepentingannya dirugikan.
B. Faktor Internal dan Eksternal

1. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor pendorong korupsi dari
dalam diri pelaku yang dapat diidentifikasi dari hal-hal
berikut :

a. Aspek Perilaku Inividu


 Sifat tamak/rakus manusia
 Moral yang kurang kuat
 Penghasilan yang kurang mencukupi
 Kebutuhan hidup yang mendesak
 Gaya hidup yang konsumtif
 Malas atau tidak mau bekerja
 Ajaran agama yang kurang diamalkan

b. Aspek Sosial

2. Faktor Eksternal

a. Aspek Organisasi
 Manajemen yang kurang baik sehingga
memberikan peluang untuk melakukan korupsi
 Kultur Organisasi yang kurang baik
 Lemahnya controling/pengendalian dan
pengawasan
 Kurangnya transparansi pengelolaan keuangan
b. Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

c. Aspek Ekonomi

d. Aspek Politik atau tekanan kelompok

e. Aspek Hukum
9
2.4 Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo Pelayanan


kesehatan adalah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

Menurut Dubois & Miley (2005 : 317), Sistem Pelayanan


Kesehatan adalahupaya yang diselenggarakan sendiri/secara
bersama-sama dalam suatu organisasiuntuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, atau masyarakat

Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap


upaya yangdiselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat. Jadi, sesuai peengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif
(memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi
(pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat. Yang dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem
dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses, output, dampak,
umpan balik.

10
2.5 Dampak Korupsi Terhadap Pelayanan Kesehatan

Identik dengan di atas, korupsi di bidang kesehatan akan


meningkatkan biaya barang dan jasa di bidang kesehatan, yang
pada akhirnya kesemuanya harus ditanggung oleh kostumer atau
rakyat keberhasialan terhadap program program kesehatantidak
ditentukan semata hanya kuantitas dari program itu sendiri,
namun sedikit banyaknya ditentukan oleh berjalannya sistem
yang ada melalui kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Kewenangan dan kekuasaan pada tahap implementasi dapat
diterjemahkan secara berbeda oleh tiap-tiap daerah dan
cenderung ditafsirkan dengan keinginan masing-masing daerah.
Kondisi ini akan dapat menciptakan peluang-peluang KKN yang
dapat berdampak langsungmaupun tidak langsung terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat.

Dampak Korupsi dibidang kesehatan, antara lain :

A. Tingginya Biaya Kesehatan

Tingginya biaya kesehatan saat ini membuat kalangan


masyarakat menengah kebawah tidak bisa untuk
mendapatkan pelayanan yang optimal, fenomena ini terjadi
akibat perilaku nakal dari pejabat-pejabat yang rusak
moralnya sehingga dana-dana yang seharusnya digelontorkan
untuk menunjang kesehatan masyarakat miskin
“dimakan”oleh para pejabat-pejabat nakal yang menduduki
kursi di pemerintah, sehingga masyarakat miskin yang jadi
korban.

11
B. Tingginya angka kematian ibu hamil, ibu menyusui
dan bayi.

Masalah sarana transportasi yang masih minim membuat


perempuan/ibu hamil tidak dapat menjangkau fasilitas
kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit. Tenaga bidan
yang berada di daerah sangat terbatas, selain itu tingkat
kesulitan transportasi dari satu daerah ke daerah yang lain
juga menjadi kendala. Minimnya tenaga kesehatan khususnya
tenaga bidan akan berdampak terhadap pelayanankesehatan
ibu dan anak. Kondisi tersebut merupakan salah satu dampak
dari pembangunan daerah yang tidak optimal berkaitan
dengan perilaku korupsi yang dilakukan oleh pejabat di
daerah tersebut.

C. Tingkat kesehatan masih buruk

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan


sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis, Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan
yang memerlukanpemeriksaan, pengobatan dan atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan

D. Banyak nya kasus Gizi Buruk

Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat


perkembangan anak muda, dengan dampak nengatif yang
akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Di Indonesia
sendiri masih kasus gizi buruk, penyebab signigfikan dari hal
ini adalah pelayanan kesehatan yang kurang memadai, dan
yang mengakibatkan pelayanan kesehatan yang kurang
12
memadai adalah dana yang “dimakan” oleh para pejabat
diatas yang melakukan “Korupsi”

E. Kinerja Petugas kesehatan yang tidak sesuai standar

Resiko kerusakan dapat terjadi pada kesehatan dan


keselamatan manusia berbagai akibat kualitas lingkungan
yang buruk kualitas petugas kesehatan yang masih buruk ,
penanaman modal yang anti-lingkungan atau ketidak
mampuan memenuhi standarisasi kesehatan dan lingkungan.
Korupsi akan menyebabkan kualitas pembangunan buruk,
yang dapat berdampak pada kerentanan bangunan sehingga
memunculkan resiko korban.

Apabila Korupsi terjadi di berbagailevel maka akan


terjadi keadaan sebagai berikut :

1. Organisasi rumah sakitmenjadi sebuah lembaga yang


mempuyai sisi bayangan yang semakin gelap

2. Ilmu Manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi


menjadi tidak relevan

3. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus


membayar untuk menjadi direktur) menjadi sulit
menghargai ilmu manajemen

4. Proses manajemen dan klinis dipelayanan juga


cenderung akan tidak seperti apa yang ada dibuku teks

Akhirnya, terjadi kematian ilmu manajemen apabila


sebuah rumah/lembaga kesehatan sudah dikuasai oleh
kultur korupsi di sistem manajemen rumah sakit
maupun sistem penanganan klinis.
13
2.6 Penanganan Korupsi di sektor Kesehatan

Secara prinsip dikenal ungkapan pencegahan lebih baik


dibanding dengan pengobatan. Oleh karena itu, diperlukan
pencegahan korupsi disektor kesehatan melalui berbagai cara,
antara lain :

A. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan


pemerintahan dan politik, serta konsultan, yang dimulai
sejak masa kecil

B. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit


dan serta SDM nya harus dilakukan secara baik dan
transparan

C. Pendampingan kegiatan yang potensi korupsi sejak awal


perencanaan, terutama pada proyek-proyek di sektor
kesehatan yang rentan menjadi proyek yang dapat
dirancang untuk di korupsi

D. Cermat dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi


perkantoran

E. Dokter, tenaga kesehatan, Manajer RS harus memahami


peraturan dan perundang-undangan mengenai korupsi
melalui pendidikan dan pelatihan.

2.7 Upaya pencegahan Korupsi di Pelayanan Kesehatan

Berangkat dari permasalahan korupsi yang ada di dunia


pelayanan kesehatan, sebagai bagian dari profesional medis
kita memiliki tanggung jawab untuk membantu
membersihkan bentuk-bentuk korupsi dilingkungan sendiri.
Ini bukan sekedar himbauan, tetapi mengajak untuk
menyadari bahwa akar permasalahan korupsi sudah 14
“mengeras” danlayaknya tumor harus cepat diambil tindakan
operasi

Upaya upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah


terjadinya korupsi dibidang pelayanan kesehatan dari
beberapa literatur menyampaikan dengan cara :

A). Transparansi, sistem akutansi dan pelaporan penggunaan


dana, baik dana bantuan pemerintah, donor,maupun dana
yang dihasilkan dan dikelola oleh pelayanan medis dalam
setiap strata (klinik terkecil sampai dengan rumah
sakitbertaraf internasional) sehingga pertanggung
jawaban pelayanan medis dapat terukur

B). Pengawasan pada tingkat pusat dan daerah lebih


ditingkatkan yang dilakukan baik dari depkes sendiri,
maupun dengan melakukan kerjasama dengan lembaga-
lembaga khusus yang bertanggung jawab memantau dari
mengevaluasi kerjadan kinerja pelayanan medis dan
pihak-pihak terkait lainnya (misalnya asuransi kesehatan
dan perusahaan farmasi)

C). Keterbukaan informasi memang pada prinsip nya dokter


adalah yang menyimpan rekam medis, tetapi isinya adalah
milik pasien, tetapi dalam praktiknya pasien sulit sekali
mendapatkan rekam medis dari pihak pelayanan
kesehatan dengan berbagai alasan. Upaya ini patut
dilakukan agar masyarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatandapat mengerti dan mengawasi tindakan-
tindakan yang dilakukan.

D). “Role Model” perlu adanya upaya-upaya yang maksimal


terutama bagi pihak profesional di bidang pelayanan
15
kesehatan untuk memberikan contoh yang baik dengan
menjaga “attitude” terutama dari pihak dokte. Untuk itu
peningkatan pemahaman tentang etika kedokteran
diarahkan untuk mengubah perilaku calon dokter. Bukan
hanya mengetahui dan memahami etik kedokteran.
Kecuali apabila dari awal seleksi memasuki fakultas
kedokteran telah dilakukantes integritas bagi setiap calon
mahasiswa kedokteran

E). Sistem manajemen mutu yang seragam antar institusi


pelayanan kesehatan. Hal ini diupayakan agar adanya
kesamaan cara pandang mengenai bagaimana prosedur
dan tata cara penanganan pelayanan medis sampai
dengan pengadaan barang dan jasa yang kadang sensitif
atau rawan korupsi.

F). Adanya keterbukaan antara institusi pelayanan kesehatan,


dokter, dan perusahaan farmasi berkaitan dengan
pengadaan obat-obatan yang akan digunakan atau
diberikan kepada pasien. Paling tidak pasien mengerti
obat yang dipakainya berdasarkan informasi yang solid
baik dari dokter, pihak institusi pelayanan kesehatan,
maupun dari perusahaan farmasi dengan cara cara yang
wajar dan informatif dan bukan dengan slogan maupun
promosi berlebihan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Arti kata korupsi secara harfiah adalah “sesuatu yang


busuk, jahat, dan merusakkan” (Dikti, 2011). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan
lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

Dampak korupsi di bidang kesehatan akan meningkatkan


biaya barang dan jasa di bidang kesehatan, yang pada akhirnya
ke semuanya harus ditanggung oleh kosumer atau rakyat. Hal
tersebut akan menimbulkan dampak di bidang kesehatan, seperti
: Tingginya biaya kesehatan, Tingginya angka kematian ibu
hamil, ibu menyusui dan bayi. Tingkat kesehatan masih buruk,
banyaknya kasus gizi buruk, kinerja petugas kesehatan yang
tidak sesuai standar. Secara prinsip dikenal ungkapan
pencegahan lebih baik dibanding dengan pengobatan.

Oleh karena itu, diperlukan pencegahan korupsi di sektor


kesehatan seperti : 1. Pembangunan karaktertenaga kesehatan 2.
Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan
serta SDMnya harus dilakukan secara baik, dan transparan. 3.
Pendampingan pada kegiatan, termasuk admiistrasi perkantoran
5. Dokter atau tenaga kesehatan, manajer RS harus memahami
peraturan dan perundang-undangan mengenai korupsi melalui
pendidikan dan pelatihan demi menciptaka pelayanan kesehatan
yang optimal bersih dari Korupsi.

17
3.2 Saran

Dengan Kekayaan yang sangat melimpah ini, Rakyat


indonesia seharusnya dapat hidup lebih baik danbahkan sangat
mungkin untuk menjadi yang terbaik di dunia. Sudah sewajarnya
kalau penduduk indonesia hidup sejahtera jika melihat kekayaan
yang dimiliki tersebut. Tidak ada orang yang menderita karena
sakit di karenakan pelayanan kesehatan buruk dan tingginya
biaya kesehatan. Tidak ada pelayanan kesehatan yang masih
buruk dan banyaknya kasus gizi buruk. Indonesia sangat
potensial untuk menjadikan masyarakatnya memiliki dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjamin. Tentunya
dengan catatan tidak ada Korupsi, tidak ada yang mengambil hak
orang lain, dan tidak ada yang menjarah kekayaan negara. Sebab
apabila masih ada yang korupsi dan mengambil hak-hak orang
lain, oleh sebab itu mari kita satukan langkah, mari perangi
korupsi dengan mengawali dari diri sendiri,dengan harapan
besar bagi kejayaan negeri ini serta kesejahteraan bangsa yang
ditunjukkan dengan kemakmuran rakyatnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kalla, M. Jusuf. 2009. Korupsi, Mengorupsi Indonesia, Sebab,


Akibat, dan Prospek Pemberantasan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Kemendikbud RI. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan


Tinggi. Jakarta: Kemendikbud.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami untuk Membasmi:


Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi
Pemberantasan Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2013. Strategi Komunikasi


Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi. Jakarta: Komisi
Pemberantasan Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi. Tanpa tahun. Aksi Pencegahan dan


Pemberantasan Korupsi: Sosialisasi Budaya Anti Korupsi. Jakarta:
Komisi Pemberantasan Korupsi.

Krishnajaya. 2013. “Titik-Titik Lemah dalam Kegiatan Pemerintahan


yang Rawan Korupsi” dalam Seminar Pencegahan Korupsi di Sektor
Kesehatan, Rabu, 22 Mei 2013, diselenggarakan oleh Keluarga
Keluarga Alumni Gadjah Mada Fakultas Kedokteran Yogyakarta
(Kagama Kedokteran).

Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. 2011. Pendidikan Anti


Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI,Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

19

Anda mungkin juga menyukai