Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen : Ns. Siensie Wetik, S.Kep.,M.Kep.,Sp. Kep. Jiwa

Gangguan Konsep Diri

Disusun Oleh :

Kelompok II

Rachelia Pusung 15061155

Jersly Kojoh 15061189

Kezia Mawuntu 15061226

Fifiana Pia 15061215

Lidya Rantung 15061186

Gledys Mongi 15061195

Stella Harimisa 15061197

Fakultas Keperawatan

Universitas Katolik De La Salle

Manado

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya kami sekelompok, boleh menyelesaikan tugas makalah tentang
‘Gangguan Konsep Diri’. Adapun maksud dari pembuatan makalah ini sebagai
perkuliahan mata kuliah ‘Keperawatan Jiwa’.

Terima kasih juga di sampaikan kepada teman- teman yang telah terlibat
dalam pembuatan makalah ini, yang sudah meluangkan waktu dalam pembuatan
makalah ini. Dalam penulisannya kami sudah berusaha agar apa yang kami tulis dapat
dimengerti oleh pembaca. Semoga dengan makalah ini juga dapat menambah
wawasan atau pengetahuan kita baik sebagai penulis maupun pembaca.

Namun sebagai manusia biasa kami menyadari masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini, kami mengharapkan kritik maupun saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca agar dapat tercipta suatu kesempurnaan
dalam memenuhi kebutuhan kita sebagai mahasiswa.

Manado, 20 Maret 2017

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep


diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi
orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk
berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya.
Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep
diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai
kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada
cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap
negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari
itu sangatlah penting untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri
sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami klien.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana definisi konsep diri ?

1.2.2 Apa saja komponen konsep diri ?

1.2.3 Bagaimana klasifikasi konsep diri ?

1.2.4 Bagaimana pohon masalah ?

1.2.5 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

1.2.6 Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri

1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan tentang konsep diri


1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menambah pengetahuan seputar penyakit Konsep Diri serta asuhan


keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien Konsep Diri

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ” Konsep Diri”


b. Untuk mengetahui komponen- komponen dari ”Konsep Diri”
c. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien ”Konsep
Diri ”

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi penulis

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai


mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan komponen tentang
konsep diri.

1.4.2 Bagi pembaca

Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang asuhan


keperawatan konsep diri lebih dalam.

1.4.3 Bagi petugas kesehatan

Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam


penanganan asuhan keperawatan konsep diri sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan lebih baik.

1.4.4 Bagi pendidikan

Dapat menambah informasi tentang asuhan keperawatan konsep diri.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Konsep Diri

2.1.1 Menurut para ahli :

a. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai


“suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.

b. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi


bidang tertentu dari konsep diri.

c. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran


diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.

d. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan
konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah
laku yang unik dari individu tersebut.

e. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan


individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,
kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.

f. Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian
yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri tidak
terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman yang unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia.
2.2 Komponen Konsep Diri terdiri dari 5 menurut (Stuart dan Sundeen,
1991):

2.2.1 Citra tubuh :sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara
sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up,
kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh. Pandangan ini terus berubah oleh
pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan
meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.

a. Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang


diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
objek yang sering kontak dengan tubuh.

b. Tanda Dan Gejala. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan
citra tubuh sangat mungkin terjadi.Stressor pada tiap perubahan adalah :

1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2. Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah


pemasangan infus

3. Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai


dengan pemasanagn alat di dalam tubuh

4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh

5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda
vital, dll)

2.2.2 Ideal diri : persepsi individual tentang bagaimana dia harus berperilaku
berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut
bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Ideal
diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.

a. Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada
klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat
terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan
sukar dicapai.

b. Tanda Dan Gejala

1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa


ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di
muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat main bola.

2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa


sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi
padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.

2.2.3 Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal
diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga diri yang
tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu yang berarti
dan penting, walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri diperoleh dari penghargaan
diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adakah
perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi kesuksesan.

a. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif


terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

b. Tanda dan gejala

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker.

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri

3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.

4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.

5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang


memilih alternatif tindakan
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

2.2.4 Performa peran: serangkaian pola yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungna dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang
ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diambil adalah peran yang terpilih oleh induvidu.

a. Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi
peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :

1. Peran dalam keluarga

2. Peran dalam pekerjaan/sekolah

3. Peran dalam berbagai kelompok

b. Tanda Dan Gejala

1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran

2. Ketidakpuasan peran

3. Kegagalan menjalankan peran yang baru

4. Ketegangan menjalankan peran yang baru

5. Kurang tanggung jawab

6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa

2.2.5 Identitas pribadi: prinsip pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang


bertanggung jawab terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan
individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencangkup persepsi
seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

a. Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri


sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.

Tanda Dan Gejala


1. Tidak ada percaya diri

2. Sukar mengambil keputusan

3. Ketergantungan

4. Masalah dalam hubungan interpersonal

5. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan

6. Projeksi ( menyalahkan orang lain )

2.3 Kepribadian yang sehat:

2.3.1 Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal berikut ini :

a. Citra tubuh yang positif dan sesuai

b. Ideal diri yang realistic

c. Konsep diri yang positif

d. Harga diri yang tinggi

e. Penampilan peran yang memuaskan

f. Rasa identitas yang jelas

2.4 Klasifikasi Konsep Diri

3 Aktualisasi diri adalah : pernyataan diri tentang konsep diri yang


positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima

3.1 Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari
dirinya

3.2 Harga diri rendah adalah ; individu cenderung untuk menilai dirinya
negative dan merasa lebih rendah dari orang lain

3.3 Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek –


aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
3.4 Depersonalisasi adalah ; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

3.5 Pohon Masalah

BIKIN SENDIRI YHA ^_^

3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

2.6.1 Burns (1993) menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu :

a. citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik,

b. bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi,

c. umpan balik dari lingkungan,

d. identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat,

e. pola asuh orang tua.

2.6.2 Hurlock (1973) yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi perkembangan konsep diri di antaranya adalah ;

a. fisik,

b. pakaian,

c. nama dan nama panggilan,

d. intelegensi,

e. tingkat aspirasi,

f. emosi,

g. budaya,

h. sekolah dan perguruan tinggi,

i. status sosial ekonomi, dan keluarga.


2.6.3 Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993), perkembangan seseorang
selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan kehidupan kelompok
dalam lingkungan masyarakatnya pada setiap tahap perkembangan yang dilaluinya.

2.6.4 Garbarino (1992) mengemukakan bahwa pada prinsipnya dalam proses


perkembangan manusia bisa dilihat dalam perspektif ekologi. Dalam perspektif ini
individu berintraksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut mebuat kedua elemen
saling memperngaruhi satu sama lain dan membentuk sistem dalam beberapa
tingkatan, yang terdiri dari microsystems, mesosystems, exosystems, dan
macrosystems.

2.7 Hambatan Dalam Membangun Konsep Diri

2.7.1 Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung
pada pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang
sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:

a. Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan merupakan salah satu


faktor penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain
disebabkan sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung
semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam
lingkungan kebudayaan.

b. Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar
adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang
jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi
yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah,
kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah,
kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif dan
dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri pasien sendiri. Perilaku
yang berhubungan dengan harga diri rendah, kerancuan identitas, dan depersonalisasi

3.1.1 Perilaku yang berhubungan dengan Harga Diri yang Rendah

1. Mengeritik diri sendiri dan / atau orang lain

2. Penurunan produktivitas

3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain

4. Gangguan dalam berhubungan

5. Rasa diri penting yang berlebihan

6. Perasaan tidak mampu

7. Rasa bersalah

8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan

9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

10. Ketegangan peran yang dirasakan

11. Pandangan hidup yang pesimis

12. Keluhan fisik

13. Pandangan hidup yang bertentangan

14. Penolakan terhadap kemampuan personal

15. Destruktif terhadap diri sendiri

16. Pengurangan diri

17. Menarik diri secara social


18. Penyalahgunaan zat

19. Menarik diri dari realitas

20. Khawatir

3.1.2 Perilaku yang berhubungan dengan Kerancuan Identitas

1. Tidak ada kode moral

2. Sifat kepribadian yang bertentangan

3. Hubungan interpersonal eksploitatif

4. Perasaan hampa

5. Perasaan mengambang tentang diri sendiri

6. Kerancuan gender

7. Tingkat ansietas yang tinggi

8. Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain

9. Kehilangan keautentikan
10. Masalah intimasi

3.1.3 Perilaku yang berhubungan dengan Depersonalisasi

a. Afektif :

1. Mengalami kehilangan identitas

2. Perasaan terpisah dari diri sendiri

3. Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu

4. Perasaan tak realistis

5. Rasa terisolasi yang kuat

6. Kurang rasa kesinambungan dalam diri

7. Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk


mencapai sesuatu.

b. Perseptual

1. Halusinasi pendengaran dan penglihatan

2. Kebingungan tentang seksualitas diri

3. Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain

4. Gangguan citra tubuh

5. Mengalami dunia seperti dalam mimpi.

c. Kognitif

1. Bingung

2. Disorientasi waktu

3. Gangguan berfikir

4. Gangguan daya ingat

5. Gangguan penilaian

6. Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama


d. Perilaku

1. Afek yang tumpul

2. Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespons

3. Komunikasi yang tidak serasi atau idiosinkratik

4. Kurang spontanitas dan animasi

5. Kehilangan kendali terhadap impuls

6. Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan

7. Menarik diri secara social

3.1.4 Faktor predisposisi

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistic, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan harapan peran budaya.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah.

3.1.5 Faktor Presipitasi ( Pencetus) : Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh


faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or eksternal sources ) yaitu:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi . Ada 3 jenis transisi peran :

1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan


dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan dalam
menyesuaikan diri.

2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota


keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :

a) Kehilangan bagian tubuh

b) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh

c) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal,

d) Prosedur medis dan keperawatan.

3.1.6 Penilaian Stresor. Apa pun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh
stresor psikologis, sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting dalam persepsi
pasien tentang ancaman.

3.1.7 Sumber Koping. Semua orang, tanpa memperhatikan gangguan


perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:

a. Aktivitas olah raga dan aktivitas lain di luar rumah

b. Hobi dan kerajinan tangan

c. Seni yang ekspresif

d. Kesehatan dan perawatan diri

e. Pekerjaan, vokasi atau posisi

f. Bakat tertentu

g. Kecerdasan

h. Imaginasi dan kreativitas

i. Hubungan interpersonal

3.1.8 Mekanisme Koping. Mekanisme koping termasuk pertahanan koping


jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego ubtuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Meliputi:

a. Pertahanan Jangka Pendek:

1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (


misalnya konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )

2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut serta


dalam klub sosial , agama, politik, kelompok, gerakan atau geng)
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu( misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)

4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar
dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya penyalahgunaan obat)

b. Pertahanan Jangka Panjang

1. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang


terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu.

2. Identitas negatif: Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat

3.1.9 Pertahanan Ego. Termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,


proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan (splitting), berbalik marah terhadap
diri sendiri, dan amuk.

a. Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan – tanggapan yang sudah


ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.

b. Disosiasi adalah respon yang tidak sesuai dengan stimulus.

c. Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar.

d. Proyeksi adalah kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri dilontarkan pada
orang lain.

e. Displacement adalah mengeluarkan perasaan – perasaan yang tertekan pada


orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka


disfungsional.

3.3 Intervensi Keperawatan

3.6.1.1 Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

Isolasi sosial: menarik TUM: 1. Ekspresi wajah 1.Bina hubungan


diri b. d. harga diri rendah bersahabat, menunjukkan saling percaya:
Klien dapat
rasa senang, ada kontak
berhubungan dengan a.Sapa klien
mata, mau berjabat tangan,
orang lain secara
mau menyebutkan nama, b.Beri salam/panggil
optimal
mau menjawab salam, klien
nama klien
mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau c.Tanyakan
mengutarakan masalah yang nama panggilan
TUK1: dihadapi kesukaan klien

Klien dapat membina 2. Klien mengidentifikasi d.Sebutkan nama


hubungan daling kemampuan dan aspek perawatan sambil
percaya positif yang dimiliki: berjabat tangan

TUK 2: · kemampuan yang e.Jelaskan maksud


dimiliki hubungan interaksi
Klien dapat meng
identifikasi · Aspek positif f.Jelaskan kontrak
kemampuan dan keluarga yang akan dibuat
aspek positif yang
· Aspek positif g.Beri rasa aman dan
dimiliki
lingkungan yang dimiliki sikap empati
TUK 3: klien
h.Beri perhatian pada
Klien dapat menilai 3. klien menilai klien dan perhatikan
kemampuan yang kemampuan yang dapat kebutuhan dasar klien
digunakan digunakan
2.Diskusikan
TUK 4: 4. Klien membuat rencana kemampuan dan
kegiatan harian aspek positif yang
Klien dapat
dimiliki klien:
merencanakan 5. Klien melakukan
kegiatan sesuai kegiatan sesuai dengan a.Setiap bertemu klien
dengan kemampuan kondisi sakitnya hindarkan dari
yang dimiliki memberi penilaian
6. Klien memanfaatkan
negatif
TUK 5: system pendukung yang ada
b.Utamakan memberi
Klien dapat
melakukan kegiatan di keluarga pujian yang realistic
sesuai dengan kondisi
3.Diskusikan dengan
sakit dan
klien kemampuan
kemampuannya
yang masih dapat
TUK 6: dilakukan

Klien dapat a.diskusikan


memanfaatkan kemampuan yang
system pendukung dapat dilanjutkan
yang ada
4.Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang dapat
dialakukan setiap hari
sesuai kemampuan:

a.Tingkatkan kegiatan
yang sesuai dengan
toleransi kondisi klien

b.Beri contoh
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien
lakukan

5.Beri kesempatan
pada klien untuk
mencoba kegiatan
yang telah
direncanakan

a.Beri pujian atas


keberhasilan klien

b.Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah

6.Beri pend kes pada


keluarga tentang cara
merawat klien dengan
HDR:

a.Bantu keluarga
dalam memberi
dukungan pada klien

b.Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan rumah

3.6.1.2 Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI


EVALUASI

Gangguan konsep TUM: 1.1.Klien 1.Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan


diri: harga diri menerima hubungan saling percaya:
Klien
rendah perubahan
menunjukkan a.Bina hubungan perawat - klien yang terapeutik
berhubungan yang terjadi
peningkatan
dengan gangguan b.Salam terapeutik
harga diri 2.2.Klien
citra tubuh
memilih c.Komunikasi terbuka, jujur dan empati
TUK1:
beberapa cara
d.Sediakan waktu untuk mendengarkan
Klien dapat m engatasi
klien. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
membina perubahan
klien terhadap perubahan tubuh.
hubungan yang terjadi
daling e.Lakukan kontrak untuk program asuhan
3. 3. Klien
percaya keperawatan (pendidikan kesehatan, dukungan,
adaptasi
konseling dan rujukan)
TUK 2: dengan cara-
cara yang 2.Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra
Klien dapat
dipilih dan tubuh:
meng
digunakan
identifikasi a.struktur, bentuk atau fungsi tubuh
perubahan 4.Klien dapat
b.Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
citra mengatasi
masalahnya 3.Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif
tubuhnya. sendiri yang dimiliki:

TUK 3: 5.Klien dapat a. a. a.Diskusikan kemampuan


melakukan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh, intelektual,
Klien dapat
pengembalian keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi
menilai
integritas
kemampuan b. b.Beri pujian atas aspek
tubuhnya
yang positif dan kemampuan yang masih dimiliki klien.
dimilikinya.
3. 3.Klien dapat menerima realita
TUK 4: perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.

Klien dapat a. a. Dorong klien untuk merawat


merencanakan diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara
kegiatan bertahap
sesuai dengan
b. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan
kemampuan
masalah gangguan citra tubuh
yang dimiliki
c. Tingkat dukungan keluarga pada klien terutama
TUK 5:
pasangannya
Klien dapat
4.Klien dapat menyusun rencana cara-cara
melakukan
menyelesaikan masalah yang
kegiatan
dihadapi.: a.Diskusikan cara-
pengembalian
cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi)
integritas
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
tubuhnya.
perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh

b.Dorong klien memilih


cara yang sesuai

5.Klien dapat melakukan tindakan pengembalian


integritas tubuh:

a.Membantu klien mengurangi perubahan citra


tubuh

b.Rehabilitasi bertahap bagi klien

3.4 Implementasi Keperawatan


Pengobatan yang divalidasi secara empiris untuk salah satu gangguan medis yang
berhubungan dengan respon konsep diri

Ringkasan bukti pengobatan untuk respon konsep diri:

Gangguan :Gangguan Disosiatif

Pengobatan;

· Psikoterapi psikodinamik, hipnosis, dan narkosintesis amital adalah


pengobatan untuk kondisi tersebut .

3.5 Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari kemampuan
untuk menerima diri, menghargai diri, melakukan peran yang sesuai, dan mampu
menunjukkan identitas diri.
BAB 3

KESIMPULAN / SARAN

3.1 Kesimpulan

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up,
kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh. Ideal diri adalah persepsi individual
tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau
nilai pribadi tertentu. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Peran adalah
seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi
individu pada berbagai kelompok sosial. Identitas diri pengorganisasian prinsip dari
kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, berkesinambungan,
konsistensi dan keunikan individu.

3.2 Saran

Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu ”Gangguan Konsep Diri”. Agar
tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai sesuai dengan
keinginan.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail Wiscarz, Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta .EGC, 1998

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Perry & Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1,Edisi 4.


Jakarta: EGC.

Robbins, SP.(2001).Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Swanburg, R.(1990).Management And Leadership For Nursing Managers. Boston:


Jones and barlet publisher

Potter, Perry. 2005. “ Buku Ajar Fundamental Keperawatan “. EGC : Jakarta.

Wong L. Donna, Hockenberry-Eaton Marilyn, dkk. 2008. “ Buku Ajar Keperawatan


Pediartik Vol.1”. EGC : Jakarta

Sunaryo. 2004. “ Psikologi untuk Keperawatan”. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai