Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM MUATAN PESAN

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Etika Komunikasi”

Kelompok 4:

Fianita Desriani Putri (07031282227073)

Putri Fadyla (07031282227114)

Prita Laura Angelica. S (07031282227126)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME untuk berkat karunia yang
diberikan dan untuk hidayah yang senantiasa menuntun kami. Hingga atas izin-Nya dan
berbagai upaya yang dilakukan, tugas makalah mata kuliah Etika Komunikasi yang dimana
secara keseluruhan membahas mengenai kebebasan dan tanggung jawab dalam muatan pesan
dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Etika Komunikasi yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami tahu bahwa kami hanyalah manusia yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami menerima dengan penuh kehormatan dan rasa senang hati untuk menerima kritik dan
saran yang dapat membangun langkah kami kedepannya.

Dan, kami juga berharap untuk para pembaca dapat menerima ilmu sebanyakbanyaknya
melalui makalah kami ini.

Indralaya, 12 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

Latar Belakang ............................................................................................................. 4

Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5

Tujuan ............................................................................. .............................................. 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

KEBEBASAN ............................................................................................................... 6

Anatomi Kebebasan Individual ................................................................................. 6

Masalah-Masalah dalam Kebebasan: Kebebasan Positif dan Kebebasan Negatif 7

TANGGUNG JAWAB MUATAN PESAN ................................................................. 8

Tanggung Jawab Sosial Pers ...................................................................................... 8

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11

Kesimpulan ................................................................................................................... 11

Saran .............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditengah berkembangnya era globalisasi ini tentunya konsep kebebasan dan tanggung
jawab memainkan peran yang semakin krusial bagi setiap insan kehidupan manusia. Kebebasan
dalam berkomunikasi merupakan hak asasi manusia yang harus dijunjung tinggi, tetapi
kebebasan juga memberikan tanggung jawab besar terhadap dampak dari pesan yang
disampaikan. Di dalam konteks komunikasi dan penyampaian pesan, keduanya ini menjadi
kunci pembelajaran yang tepat dalam membangun proses interaksi, menjalin hubungan dan
memberikan umpan balik terhadap pesan yang kita terima. Seperti yang sudah tercantum di
dalam pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengungkapkan bahwasannya, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul,
dan mengeluarkan pendapat.” Dalam hal ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwasannya
Indonesia akan senantiasa menjadi negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan itu tadi
dalam segala hal. Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwasannya sebuah
bentuk kebebasan harus tetap diimbangi dengan rasa tanggung jawab, yaitu berupa kesadaran
akan dampak dari kata-kata atau tindakan yang kita berikan terhadap orang lain dan juga
lingkungan sekitar.

Pesan yang dinarasikan dengan bebas tentunya bisa menimbulkan dampak sosial yang
signifikan, baik negatif maupun positif, tergantung pada konteks dan isi pesan yang terkandung.
Maka dari itu, setiap individu perlu bertanggung jawab ketika mempromosikan pesan-pesan
yang dapat memicu konflik dalam lingkungan bermasyarakat. Setiap individu juga memiliki
tanggung jawab untuk memastikan bahwa pesan yang disampikan tidak merugikan pihak lain.
Mengingat juga bahwasannya pesan merupakan pedoman dari sebuah berita atau informasi
yang kemudian akan disampaikan melalui media-media. Di dalam pesan tersebut tentunya akan
mempengaruhi persepsi dan asumsi masyarakat terhadap suatu fenomena. Mulai dari pesan
yang bersifat informatif, edukatif dan juga entertainment.

Oleh sebab itu, di dalam makalah ini akan membahas terkait kebebasan dan kesadaran
akan tanggung jawab dalam menyampaikan pesan. Hal tersebut juga dipahami dengan
menerapkan prinsip-prinsip etika komunikasi yang baik dalam menyampaikan pesan ke
khalayak luas dengan penggunaan bahasa yang baik dan juga bijak dalam bertingkah laku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kebebasan?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan anatomi kebebasan individual?

3. Jelaskan apa saja masalah-masalah dalam kebebasan?

4. Apa pengertian dan bentuk-bentuk tanggung jawab?

5. Bagaimana kaitan tanggung jawab dengan pesan?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian kebebasan

2. Menjelaskan bagian-bagian anatomi kebebasan individual

3. Menjelaskan masalah-masalah dalam kebebasan

4. Menjelaskan pengertian dan bentuk-bentuk tanggung jawab

5. Menjelaskan kaitan tanggung jawab dengan pesan


BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBEBASAN

Kebebasan adalan unsur hakiki dalam kehidupan manusia, kodrat manusia. Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengartikan kebebasan sebagai keadaan bebas, kemerdekaan. Dalam
filsafat, kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Kebebasan
berarti kemampuan manusia untuk menentukan pilihannya sendiri bukan atas dasar bujuk rayu
dari orang lain, pada dasarnya manusia adalah makluk yang bebas dalam berpendapat, berpikir
atau berkehendak. Manusia diberikan kebebasan bukan hanya semata manusia lebih bisa
berpikir secara logis, tetapi juga dikarenakan manusia mempunyai akal budi didalam setiap
manusia yang membuat manusia berbeda dibandingkan yang lainnya.

• Anatomi Kebebasan Individual

1. Kesewenang-wenangan

Kebebasan dimaknai terlepas dari segala kewajiban dan keterikatan, atau dilihat sebagai izin
atau kesempatan untuk berbuat sesuka hati. Contoh pengertian ini dipakai saat membicarakan
pergaulan bebas. “Bebas” dianggap terlepas dari segala peraturan atau kaidah. Dalam konteks
ini, kebebasan adalah suasana permisif. Pemaknaan ini juga melatarbelakangi liberalisme (abad
ke-19). Free enterprise menurut penganut liberalisme adalah bisnis sebagai usaha bebas, tanpa
regulasi, peraturan, campur tangan dari luar, khususnya pemerintah.

2. Kebebasan Fisik

Tiada paksaan atau rintangan dari luar. Orang menganggap dirinya bebas jika bisa bergerak ke
mana saja ia mau tanpa hambatan apapun. Seseorang bisa saja tidak menikmati kebebasan fisik,
tetapi sungguh-sungguh bebas. Friedrich Schiller, penyair Jerman akhir abad ke-18
mengatakan, “Manusia diciptakan bebas dan ia tetap bebas, sekalipun lahir terbelenggu.”

3. Kebebasan Yuridis

Syarat-syarat fisis dan sosial yang perlu dipenuhi agar kita dapat menjalankan kebebasan kita
secara konkret; syarat-syarat yang harus dipenuhi agar manusia dapat mengembangkan
kemungkinan-kemungkinannya dengan semestinya. Kebebasan yuridis berdasarkan pada
hukum kodrat dan hukum positif. Kebebasan yang didasarkan pada hukum kodrat --semua
kemungkinan manusia untuk bertindak bebas yang terikat begitu erat dengan kodrat manusia-
- tidak pernah boleh diambil dari anggota masyarakat. Kebebasan yang berdasarkan pada
hukum positif diciptakan oleh negara. Kebebasan-kebebasan ini merupakan buah hasil
perundang-undangan, jika tidak dirumuskan maka sampai saat ini kebebasan tersebut tidak
akan pernah ada.

4. Kebebasan Psikologis

Manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan serta mengarahkan hidupnya,


serta menyangkut kehendak bahkan merupakan ciri khasnya sebagai makhluk berasio yaitu
berpikir sebelum bertindak. Dengan kata lain, kebebasan psikologis adalah “kehendak bebas”
(free will).

5. Kebebasan Moral

Kebebasan tanpa paksaan moral alias sukarela (voluntary). Contoh, seorang sandera dipaksa
oleh teroris menandatangani sepucuk surat pernyataan. Secara psikologis perbuatan itu bebas,
tetapi dari segi kebebasan moral perbuatan tersebut tidak bebas karena sandera melakukannya
akibat paksaan atau karena takut dibunuh.

6. Kebebasan Eksistensial

Kebebasan yang menyeluruh, yang menyangkut seluruh pribadi manusia dan tidak terbatas
pada salah satu aspek saja. Kebebasan eksistensial adalah kebebasan tertinggi, kebebasan etis.
Kebebasan ini terutama merupakan suatu ideal atau cita-cita yang bisa memberi arah dan
makna bagi kehidupan manusia. Orang yang bebas secara eksistensial seolah-olah memiliki
dirinya sendiri. Ia mencapai taraf otonomi, kedewasaan, otentisitas, dan kematangan rohani.

• Masalah-Masalah dalam Kebebasan: Kebebasan Positif dan Kebebasan Negatif


Filsuf politikus terkemuka, Isaiah Berlin, mnyatakan perbedaan antara dua perspektif
kebebasan sosial politik serta kebebasan individual-- sebagai perbedaan antara dua konsep
kebebasan yang berlawanan: kebebasan positif dan kebebasan negatif.

1. Kebebasan negatif

Kebebasan negatif adalah bebas dari hambatan dan diperintah oleh orang lain. William Ernest
Hockin dalam Freedom of the Pers: A Framework of Principle (1947) menyatakan definisi
kebebasan yang digunakan liberalisme klasik, yaitu kebebasan (negatif) berarti tidak adanya
batasan.
2. Kebebasan positif

Kebebasan positif adalah tersedianya kesempatan untuk menjadi penentu atas kehidupan Anda
sendiri dan untuk membuatnya bermakna dan signifikan. Kebebasan positif adalah poros
konseptual berkembangnya tanggung jawab sosial. Implikasi hukum dari kebebasan positif
dikembangkan oleh Zechariah Chafee dalam karya dua jilidnya, Government and Mass
Communication (1947).

Kebebasan seseorang tidak dibatasi oleh apapun, dengan catatan bahwa harus bertanggung
jawab atas konsekuensi yang telah dilakukan atas kebebasan tersebut. Dan pada umumnya
kebebasan dikelola oleh tanggung jawab sosial agar tidak menjadi kacau. Manusia sendiri
merupakan makluk sosial maka dari itu manusia harus berpikir panjang atas kebebasan yang
ditindak, manusia akan saling menghargai terkait pelaksanaan kebebasan.

B. TANGGUNG JAWAB MUATAN PESAN

Dalam filsafat, tanggung jawab adalah kemampuan manusia yang menyadari bahwa
seluruh tindakannya selalu mempunyai konsekuensi. Bertanggung jawab artinya seseorang
dapat dan harus menjawab saat dimintai penjelasan atas seluruh tindakan yang dia lakukan.
Prof. Burhan Bungin mengatakan bahwa tanggung jawab merupakan restriksi (pembatasan)
dari kebebasan yang dimiliki oleh manusia, tanpa mengurangi kebebasan itu sendiri. Tidak ada
yang membatasi kebebasan seseorang, kecuali kebebasan orang lain.

Bentuk-bentuk tanggung jawab:

• Tanggung jawab prospektif artinya bertanggung jawab atas perbuatan yang akan
datang.
• Sedangkan retrospektif adalah tanggung jawab atas perbuatan yang telah atau sedang
berlangsung dengan segala konsekuensinya.
• Tanggung jawab bersifat personal di dalam individu.
• Tetapi terdapat juga tanggung jawab kolektif atau kelompok. Maksudnya di sini ialah
beberapa individu yang tidak bertanggung jawab secara pribadi, melainkan semuanya
bertanggung jawab sebagai kelompok.

Manusia adalah mahluk sosial. Dalam kesosialannya diandaikan kebebasan dan setiap
kesosialan yang mengandaikan kebebasan selalu lahir implikasi yang harus
dipertanggungjawabkan. Tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan dan sebaliknya.
Kebebasan yang kita miliki tidak boleh diisi dengan sewenang-wenang, tetapi secara bermakna.
Artinya, semakin bebas, semakin bertanggung jawab.

Pesan merupakan acuan dari berita atau peristiwa yang disampaikan melalui
mediamedia. Suatu pesan memiliki dampak yang dapat mempengaruhi pemikiran khalayak
pembaca dan pemirsa, karenanya pesan bisa bersifat bebas dengan adanya suatu etika yang
menjadi tanggung jawab pesan itu sendiri.

Khalayak sangat sensitif terhadap isi pesan yang disampaikan oleh media. Terutama
bila pesan tersebut mengandung unsur yang bertentangan dengan norma yang ada di
masyarakat.

Ada tiga isu pokok antara kebebasan dan tanggung jawab muatan pesan dalam media, yakni
(1) pornografi, (2) pesan yang mengguncang atau menimbulkan shock; serta (3) pesan yang
menghina SARA.

1. Pornografi
Pornografi merupakan hal yang ditolak oleh penganut estetika modernis dan
postmodern. Estetika modernis menganggap pornografi bukanlah sebuah seni dan
berbahaya secara sosial, sedangkan postmodern menolak pornografi karena dianggap
mengeksploitasi perempuan dan merendahkan martabat perempuan.
Pornografi tidak dapat bersembunyi dibalik kata “kebebasan pers” karena kebebasan
pers bukanlah sebuah kebebasan subyektif melainkan berkaitan dengan etika sosial yang
tidak bisa dilepaskan dari ruang sosial bersama.
Pornografi yang telah menjadi industri saat ini menunjukkan bahwa terdapat
pertentangan antara tekanan kebebasan dan tanggung jawab sosial. hal tersebut
memberikan pandangan berbeda di masyarakat, sehingga sesuatu dianggap sebagai
pornografi atau bukan ditentukan oleh norma serta definis yang ada dan dibuat oleh
masyarakat itu sendiri.
2. Pesan yang mengguncang atau menimbulkan shock
Pesan ini dapat berasal dari lima hal, yaitu:
a. Pesan yang menyerang
b. Pesan yang membunuh karakter seseorang
c. Visualisasi yang mengguncang
d. Tayangan kekerasan dan sadisme
e. Pesan mistis dan takhayul
3. Pesan yang menghina SARA
Pesan ini biasanya bersifat sensitif sehingga sering memicu konflik dan kontroversi di
masyarakat. Oleh karena itu, penyebaran pesan yang menyinggung unsur SARA biasanya
tidak hanya ditujukan pada pihak yang memproduksi pesan, tetapi juga pada pihak yang
mereproduksi pesan. Hal ini dapat terjadi apabila pihak yang mereproduksi pesan secara
tidak sengaja tetap menyangkutpautkan hal terkait SARA dalam beberapa hal termasuk
pelaporan dan pembelaan.

• Tanggung Jawab Sosial Pers

William R. Rivers, Jay W. Jensen, dan Theodore Peterson dalam Media Massa dan Masyarakat
Modern (2003) mengatakan bahwa, paling tidak terdapat lima jenis tanggung jawab sosial yang
dikehendaki oleh masyarakat modern dari media, yakni:

1. Pemberitaan yang benar, komprehensif, dan cerdas.


2. Sebagai forum pertukaran pendapat, komentar, dan kritik.
3. Menyajikan gambaran khas dari setiap kelompok masyarakat.
4. Menyajikan dan menjelaskan tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
5. Membuka akses ke berbagai sumber informasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari materi kebebasan dan tanggung jawab dalam konteks etika komunikasi
adalah bahwa kebebasan berbicara adalah hak yang penting, tetapi harus diimbangi dengan
tanggung jawab yang proporsional. Ini berarti bahwa seseorang memiliki kebebasan untuk
menyampaikan pendapat dan ide-ide mereka, tetapi juga bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa komunikasi mereka tidak merugikan atau menyakiti orang lain.

Dalam mempraktikkan etika komunikasi, penting untuk berbicara dengan jujur,


menghormati perspektif orang lain, dan menghindari menyebarkan informasi yang tidak benar
atau merugikan. Tanggung jawab ini juga melibatkan kesadaran akan dampak dari kata-kata
dan tindakan kita terhadap orang lain serta masyarakat secara keseluruhan.

B. Saran

Kita harus selalu berpikir sebelum berbicara atau menulis, mempertimbangkan


bagaimana pesan kita akan diterima oleh orang lain dan apakah itu mematuhi prinsip-prinsip
etika komunikasi. Mendengarkan dengan empati, menghargai perbedaan, dan menjaga
integritas dalam komunikasi akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan
inklusif bagi semua orang.
DAFTAR PUSTAKA

Sidharta, J., Meidiana, A., & Kevin, J. (2015). Kebebasan & Tanggung Jawab dan
Keterkaitannya dengan Etika Komunikasi dalam Perilaku Media/Pers. Universitas
Multimedia Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai