“Teori groupthink”
Oleh kelompok 8:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan hidayah serta nikmat-Nya
kepada seluruh umat manusia, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tanpa adanya hambatan.
Shalawat serta salam tetap dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang membimbing kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan agama Islam.
1. Oemar Madri Bafadhal, S.I.Kom.,M.Si Selaku dosen mata kuliah Teori Komunikasi Klasik dan
Modern.
2. Annisa Rahmawati, S.I.Kom.,M.I.Kom Selaku dosen mata kuliah Teori Komunikasi Klasik dan
Modern.
Demikianlah makalah ini dibuat dengan sebaik baiknya,semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun
dan pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Seorang individu dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari interaksi dengan individu
lainnya. Seringkali ditemui dalam pemenuhan kebutuhannya, beberapa individu saling bergantung
dengan yang lainnya, sehingga saling berkumpul dan membangun relasi dan mebentuk sebuah
kelompok sosial. Mereka yang terlibat di dalam kelompok tersebut akan melewati proses pengiriman
dan penerimaan pesan dari satu individu ke individu yang lain. Aktivitas ini dilakukan untuk
menciptakan makna dari pesan yang disampaikan, atau dapat didefinisikan sebagai aktivitas
komunikasi. Komunikasi dalam sebuah kelompok memusatkan perhatian pada proses komunikasi
dalam kelompok-kelompok kecil serta merupakan sebuah studi tentang segala sesuatu yang terjadi
pada interaksi individu-individu dalam kelompok (Goldberg, 1985:10). Komunikasi yang bersifat
dinamis menjadi garis yang menghubungkan anggota-anggota dalam kelompok tersebut, dan
Dinamika komunikasi pada sebuah kelompok didefenisikan sebagai aktivitas bertukar pesan
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan bersama.
Dalam dinamika komunikasi ini seringkali terjadi perbedaan pendapat, hal ini berpotensi
Sama halnya dalam pengambilan keputusan dengan pengajuan gagasan atau pendapat dalam
suatu kelompok seringkali diwarnai dengan adanya beberapa anggota tim yang menahan atau bahkan
mengabaikan segala pendapat dan pemikirannya sendiri. Mereka lakukan hal tersebut untuk
mengikuti pendapat mayoritas. Mayoritas pun terkadang terkesan memberikan tekanan pada anggota
tim untuk dapat menyetujui keputusan mayoritas, dengan tanpa memikirkan pemikiran dan keinginan
anggota yang ragu-ragu atau bahkan tidak setuju. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat sebuah teori
komunikasi yang meneliti mengenai adanya tekanan yang kuat dalam sebuah kelompok menentukan
keputusan untuk menuju pada ketaatan, yaitu Groupthink theory atau teori pemikiran kelompok yang
dikemukakan oleh Irving Janis. Dalam groupthink theory dinyatakan bahwa ketika anggota
kelompok memiliki nasib yang sama, mereka sangat menjunjung tinggi adanya kohesivitas (terpadu).
Groupthink theory mengungkapkan bahwa karena dipengaruhi oleh kesamaan perasaan yang dimiliki
oleh anggota kelompok atau investasi emosional, pada akhirnya mereka cenderung untuk
mempertahankan identitas kelompok. Oleh karena itu, teori ini juga menjelaskan bahwa
pemeliharaaan kelompok atau solidaritas kelompok lebih dipentingkan daripada evaluasi konflik atau
3. Konsep-konsep Penting
Teori Pemikiran Kelompok (groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L Janis. Janis
menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan satu mode berpikir sekelompok orang yang
sifat kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk
mencapai kata mufakat. Untuk mencapai kebulatan suara klompok ini mengesampingkan
didefinisikan sebagai suatu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukkan
timbulnya kemerosotan efesiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan
West dan Turner (2008: 274) mendefinisikan bahwa pemikiran kelompok (groupthink)
sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan
kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang ada.
Jadi groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat
Dari sini, groupthink meninggalkan cara berpikir individu dan menekankan pada proses
kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih spesifik terletak pada proses
pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar kemungkinannya akan menghasilkan keputusan
yang buruk dengan akibat yang sangat merugikan kelompok. Janis juga menegaskan bahwa
kelompok yang sangat kompak dimungkinkan karena terlalu banyak menyimpan energi untuk
memelihara niat baik dalam kelompok ini, sehingga mengorbankan proses keputusan yang baik dari
proses tersebut.
IV. Asumsi Dasar
Hasil pengujian yang dilakukan Janis menunjukkan bahwa terdapat suatu kondisi yang
mengarah pada munculnya kepuasan kelompok yang baik. Asumsi penting dari groupthink,
West dan Turner (2010) menjelaskan bahwa kohesivitas merupakan suatu konsep
tingkat kesediaan anggota kelompok untuk bekerja sama. Hal ini muncul karena adanya
sikap, nilai, dan pola perilaku kelompok sehingga berdampak pada rasa kebersamaan pada
kelompok tersebut. Keutuhan kelompok dapat terjaga dengan adanya kohesivitas. Kohesivitas
tidak selalu berdampak positif, ketika terlalu erat sehingga muncul energi intrinsik di
dalamnya. Janis (dalam Littlejohn, Foss, dan Oetzel, 2017) menemukan adanya kemungkinan
membatasi diskusi untuk beberapa alternatif. Hal ini dilakukan agar solusi yang dipilih
➢ Tidak adanya pengkajian ulang untuk mencari hal-hal yang tidak terduga. Hal ini
menyebabkan kelompok tidak kritis dalam menguji konsekuensi dari solusi yang telah
dipilih.
➢ Kelompok gagal untuk melakukan pengujian ulang atas alternatif-alternatif yang tidak
berasal dari mayoritas. Pendapat minoritas dengan cepat hilang Karen terabaikan tidak
hanya oleh mayoritas tetapi juga anggota yang sepihak dengan mayoritas.
➢ Kelompok tidak mencari pendapat dari para ahli. Kelompok puas dengan pendapat
dan kemampuannya untuk membuat keputusan. Ada kemungkinan didalam hal ini
karena anggota kelompok terancam jika ada orang lain yang memengaruhi keputusan.
➢ Kelompok sangat selektif untuk mengumpulkan dan menghadirkan informasi dengan
➢ Kepercayaan diri yang cukup tinggi dari kelompok akan ide-idenya sehingga tidak
Asumsi kedua dari groupthink yaitu proses penyelesaian masalah dalam kelompok
yang merupakan upaya terpadu. West dan Turner (2010) menjelaskan bahwa di dalam proses
pengambilan keputusan pada suatu kelompok biasanya anggota tidak ada kecenderungan
untuk mendebat. Hal ini dijelaskan oleh Dennis Gouran (dalam West dan Turner, 2010)
bahwa suatu kelompok rentan terhadap kendala afiliatif sehingga menahan masukan pribadi
karena lebih mementingkan pelestarian kelompok. Hal ini disebut dengan istilah affiliative
constraints yaitu suatu kecenderungan kelompok untuk tetap berpegang pada keputusan
Asumsi ketiga dari groupthink yaitu kelompok yang bersifat kompleks pada saat
pengambilan keputusan. Marvin Shaw dan Randy Fujishin (dalam West dan Turner, 2010)
menjelaskan bahwa ada berbagai pengaruh kelompok dapat bersifat kompleks, yaitu usia
anggota kelompok, ukuran kelompok, sifat kompetitif antar anggota, tingkat kecerdasan
anggota kelompok, komposisi perbedaan jenis kelamin anggota kelompok dan gaya
kepemimpinan dari pemimpin kelompok. Hal ini akan memengaruhi adanya proses
keputusan. Hubungan antara anggota kelompok dan keputusan kelompok sangat erat dalam
prosesnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari John Brilhart, Gloria Galanes, dan Katherine
Adams (dalam West dan Turner, 2010) yang menjelaskan bahwa kelompok pada dasarnya
adalah kesatuan pemecah masalah yang lebih baik daripada hanya diputuskan oleh satu
individu saja. Kelompok dalam memecahkan masalah akan berkoordinasi lebih baik dalam
menetapkan keputusan. Oleh sebab itu, partisipasi setiap anggota kelompok dalam
Selain ketiga asumsi groupthink tersebut, West dan Turner (2010) menambahkan
bahwa ada dua aspek yang dapat memengaruhi groupthink pada saat proses pengambilan
keputusan, yaitu:
Padahal hal ini sangat penting, karena kualitas usaha dan berpikir pada dasarnya adalah aspek
penting dalam proses pengambilan keputusan di suatu kelompok.
V. Konsep-konsep Penting
Groupthink yang terjadi pada sebuah kelompok pasti melewati beberapa kondisi pendahulu
yang menjadi faktor munculnya groupthink pada sebuah kelompok. Janis (1982) percaya bahwa ada
1. Kohesivitas Kelompok
Kohesifitas atau keterpaduan kelompok dapat menuntun suatu kelompok pada sebuah
teori pemikiran kelompok. Dalam sebuah kelompok yang memiliki kohesifitas tinggi
maka tugas-tugas anggota dikerjakan dengan penuh semangat dan antusias. Walau
memang keuntungannya bisa mengerjakan tugasnya dengan baik tetapi ada tekanan
Sebuah kelompok menutup kelompoknya dari pendapat dari kelompok luar yang
Sebuah kelompok dipimpin oleh pemimpin yang memiliki minat pribadi terhadap hasil
akhir. Pemimpin seperti ini tidak akan mendengarkan opini alternatif lain dari anggota
kelompok.
Tanpa keragaman latar belakang sosial, pengalaman, dan ideologi akan mempersulit
Jika dalam sebuah kelompok yang sedang berdiskusi mengambil keputusan suatu masalah
sedang mengalami tekanan yang berat dari dalam atau pun dari luar kelompok maka
keputusan yang diambil cenderung karena terdesak emosi anggota kelompok sedang tidak
stabil.
Kajian groupthink menemukan fakta menarik bahwa banyak peristiwa penting yang
berdampak luas disebabkan oleh keputusan sekelompok kecil orang, yang mengabaikan informasi
dari luar mereka. Misalnya dalam peristiwa Pearl Harbour (1941), keputusan fatal diambil karena
Harbour di bulan Desember 1941 yang menyebabkan Amerika Serikat terlibat Perang Dunia II,
persiapan Jepang untuk menyerang Amerika Serikat di suatu tempat di Pasifik. Akan tetapi para
komandan memutuskan untuk mengabaikan informasi itu. Akibatnya, Pearl Harbour sama sekali
tidak siap untuk diserang. Tanda bahaya tidak dibunyikan sebelum bom-bom mulai meledak.
Walhasil, perang mengakibatkan 18 kapal tenggelam, 170 pesawat udara hancur dan 3700 orang
meninggal.
Berdasarkan gejala-gejala yang ada, umumnya kelompok yang memiliki semangkin banyak
gejala yang ada ia akan semakin tidak baik. Para anggota kelompok akan memberikan penilaian yang
berlebihan terhadap kelompoknya seperti kelompoknyalah yang paling benar. Selain itu kelompok
pemikiran individu akan tertutup oleh pemikiran kelompok. Ketika suatu kelompok memiliki pikiran
yang tertutup, kelompok ini tidak akan mengindahkan pengaruh-pengaruh dari keluar kelompok.
Akan selalu ada tekanan untuk mencapai keseragaman, adanya ilusi bahwa akan adanya kebulatan
suara meskipun pada dasarnya ada di antara kelompok yang tidak mendukung. Untuk mengatasi
gejala-gejala pemikiran kelompok seperti itu adalah dengan lebih banyak berpikir sebelum bertindak.
Banyak contoh kasus peristiwa komunikasi yang bisa dilihat dari teori ini diantaranya adalah:
ngototnya kepengurusan PSSI yang dipimpin oleh Nurdin Halid untuk tidak mau mundur dari PSSI.
Kelompok pendukungnya akan selalu memiliki argumen-argumen yang selalu dilandasi oleh
pemikiran kelompok
Salah satu contoh lain dari group-think adalah keputusan Coca-Cola untuk meluncurkan
popularitas Pepsi, Coca-Cola memutuskan untuk meluncurkan "New Coke " pada tahun 1985. Yang
terjadi justru reaksi dan protes hingga menjadikan New Coke sebagai salah satu kesalahan
Akibat dari kesalahan ini, suatu kelompok gagal dalam membuat pilihan yang tepat walaupun
mereka memiliki semua informasi yang mereka butuhkan. Para anggota gagal memberikan kritik dan
informasi alternatif yang dapat membantu kelompok mereka menghindari keputusan yang
➢ Paradigma positivisme
Paradigma Positivisme melihat komunikasi sebagai proses linier yang menyatakan sebab
➢ Tradisi sosiokultural
Teori Pemikiran Kelompok berada pada tradisi sosiokultural yang berbicara mengenai tugas
kelompok. Pekerjaan kelompok dengan tugas-tugasnya menghasilkan struktur yang
Kesimpulan
individu lainnya, Sehingga penting untuk mereka membentuk kelompok dan membangun relasi. Namun
tentunya dalam sebuah kelompok tidaklah mudah menyatukan semua pendapat antar anggota, seringkali
terdapat beberapa anggota yang lebih memilih untuk menahan pendapatnya dan mengikuti pendapat
mayoritas disebabkan oleh tekanan-tekanan yang diterima. Kemudian teori Groupthink lahir dari hasil
penelitian panjang yang dilakukan oleh Irvin L Janis dengan beberapa asumsinya, yaitu kondisi dimana
anggota kelompok memilih untuk menahan pendapat mereka demi menjaga kohesivitas kelompok.
Daftar Pustaka
https://www.trenasia.com/coca-cola-new-coke-adalah-kegagalan-pemasaran-terbesar-tahun-1980-an
https://www.coursehero.com/file/13759956/Teori-Pemikiran-Kelompok/
Dr. Yasir, M.si. “Teori Pemikiran Kelompok (Groupthink Theory)”
http://e-journal.uajy.ac.id/7836/2/KOM104360.pdf
Citra Meidyna Budhipradipta (2018), Groupthink Theory oleh Irving Lester Janis
Littlejohn, 2014:338
Rasyid Baihaqi, Jurnal 2016 “Teori Pemikiran Kelompok”