Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Dalam interaksi sosial, kelompok memegang peran penting dalam membentuk


pandangan, pengambilan keputusan, dan dinamika individu. Makalah ini akan menjelajahi
tiga teori penting yang berkaitan erat dengan fungsi kelompok: teori percakapan kelompok,
teori pemikiran kelompok, dan teori psikodinamika. Teori percakapan kelompok
memperlihatkan bagaimana komunikasi di dalam kelompok memengaruhi pemikiran dan
pengambilan keputusan bersama. Sementara itu, teori pemikiran kelompok mengungkapkan
bagaimana proses diskusi dan pertukaran ide membentuk kesepakatan atau perbedaan dalam
suatu kelompok. Terakhir, teori psikodinamika memberikan wawasan tentang dinamika
psikologis individu yang memengaruhi interaksi kelompok secara menyeluruh. Dengan
memahami ketiga teori ini, kita dapat mengeksplorasi lapisan kompleks dari bagaimana
kelompok berfungsi, bagaimana keputusan dibuat, dan bagaimana dinamika psikologis
memainkan peran dalam interaksi sosial yang lebih luas.

Dalam makalah ini, kita akan menyelidiki secara mendalam ketiga teori ini untuk
memahami bagaimana interaksi sosial dalam kelompok dipengaruhi oleh komunikasi,
pemikiran bersama, dan faktor psikologis individu. Dengan demikian, penelusuran ini akan
membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang esensi dan fungsi kelompok
dalam dinamika sosial kita.

PEMBAHASAN

1. Teori Percakapan Kelompok


Teori ini memandang percakapan kelompok sangat berkaitan dengan
produktivitas kelompok atau upaya untuk mencapai melalui masukan dari anggota
(member input), variable perantara (mediating variabels), dan keluaran dari kelompok
(group output). Masukan dari anggota kelompok biasanya dapat berupa perilaku,
interaksi, dan ekspektasi yang sifatnya individual. Variabel perantara merujuk pada
struktur formal dan struktur peran dari kelompok, diantaranya seperti status, norma,
serta tujuan-tujuan kelompok. Output kelompok adalah segala pencapaian dan prestasi
dan biasanya berbentuk konsekuensi perilaku, interaksi, dan berbagai harapan yang
mengarah pada produktivitas, semngat, dan keterpaduan grup (group achievement).
(Mahyuddin M.A., 2019: 13)

 Asumsi Dasar
Dikutip dari (Danar, et al., 2020) asumsi dasar dari teori ini adalah proses
terjadinya dimulai dari masukan ke keluaran melalui beragam variabel media.
Dalam teori ini terdapat umpan balik (feedback). Berikut adalah penjabaran
beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kelompok, diantaranya yaitu:
a. Masukan Dari Anggota Merupakan Sumber Input
Stogdill menyatakan kelompok adalah suatu sistem interaksi terbuka. Dimana
struktur dan keberlangsungan sistem sangat bergantung pada tindakan dan
hubungan antar anggota. Terdapat tiga elemen penting dalam masukan
anggota, yaitu: 1) Interaksi sosial yang menyatakan suatu hubungan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih. Interaksi ini terdiri dari aksi dan reaksi
anggota kelompok yang melalukan interaksi; 2) Hasil perbuatan, merupakan
bagian dari suatu interaksi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk kerja sama,
membuat rencana, menilai, berkomunikasi, dan membuat keputusan; 3)
Harapan atau ekspektasi, merupakan kesediaan untuk mendapatkan suatu
penguat, fungsi dari elemen ini adalah sebagai dorongan (drive), perkiraan
tentang menyenangkan atau tidaknya hasil dan perkiraan tentang kemungkinan
keberhasilan akan terjadi.

b. Variabel Media
Variabel media ini menjelaskan mengenai operasi dan fungsi suatu kelompok.
Elemen yang ada di dalamnya yaitu: 1) Struktur formal yang mencakup fungsi
dan status dimana suatu kelompok yang terdiri atas individu-individu yang
membawa harapan dan perbuatannya masing-masing; 2) Struktur peran
mencakup tanggung jawab dan otoritas dimana individu yang menduduki
suatu posisi tertentu hampir tidak terpengaruh pada status dan fungsi posisi
tersebut.

c. Prestasi Kelompok
Prestasi kelompok adalah output atau ujuan dari suatu kelompok. Ada tiga
unsur penentu prestasi kelompok, yaitu: 1) Produktivitas, yaitu derajat
perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok;
2) Moral, merupakan derajat kebebasan dari berbagai hambatan dalam kerja
kelompok demi mencapai tujuannya; 3) Kesatuan, tingkat kemampuan suatu
kelompok dala mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam
kendisi dibawah tekanan penuh (stress).

Contoh dari teori ini adalah Dalam suatu kelompok terdapat anggota yang
berasal dari budaya yang berbeda. Yang satu berasal dari Jawa, sedangkan yang
satunya lagi berasal dari Batak. Gaya berbicara orang Jawa cenderung lembut dan
halus, sedangkan orang Batak cenderung kasar dan kencang sehingga timbul
konflik dalam kelompok tersebut karena kesalahpahaman antar individu.

2. Teori Pemikiran Kelompok


Teori pemikiran kelompok (groupthink theory) menurut (Rachmat, 2005)
dalam (Prima, 2017) merupakan sebuah proses pengambilan keputusan yang terjadi
pada suatu kelompok dimana para anggota berusaha mempertahankan konsensus
(kebutuhan untuk sepakat) kelompok sehingga kemammpuan kritisnya menjadi tidak
efektif lagi.

Teori ini lahir dari penelitian Panjang yang dilakukan oleh Irvin L Janis. Janis
menggunakan istilah groupthink untuk menunjukan satu mode berpikir sekelompok
individu yang bersifat kohesif (terpadu) ketika usaha-usaha keras yang dilakukan oleh
para anggota kelompok untuk mencapai mufakat. Menurut (Mulyana, 1999) dalam
(Yasir, 2012) groupthink adalah suatu situasi dalam proses pengembalian keputusan
yang menunjukan timbulnya kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan
penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok.

 Esensi Teori
Dikutip dari (Yasir, 2012) groupthink merupakan teori yang diasosiasikan
dengan kelompok kecil. Melalui penelitiannya, Raimond Cattel dalam
(Santoso & Setiansyah, 2010: 66) memfokuskan pada kepribadian kelompok
sebagai tahap awal. Berikut adalah pola-pola perilaku kelompok yang dapat
diprediksi, yaitu: 1) Sifat-sifat dari kepribadian kelompok; 2) Struktur internal
hubungan antar anggota; 3) Sifat keanggotaan kelompok.

 Asumsi penting teori groupthink seperti yang dikemukakan Turner dan West
(2008: 276) adalah:
1) Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan
kohesivitas tinggi.
2) Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang
menyatu.
3) Pengambilan keputusan oleh kelompok seringkali bersifat kompleks.

 Berdasarkan penelitian yang berkembang, terdapat beberapa hipotesis


mengenai faktor-faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok,
diantaranya yaitu:
a. Faktor Antesenden
Apabila hal-hal yang didahului bertujuan demi meningkatkan pikiran
kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai
buruk. Namun apabila hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah
pikiran kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan
bernilai baik.
b. Faktor Kebulatan Suara
Kelompok yang mengharuskan suara bulat biasanya lebih sering terjebak
dalam pikiran kelompok disbandingkan dengan yang menggunakan sistem
suara terbanyak.
c. Faktor Ikatan Sosial-Emosional
Kelompok yang ikatan sosial emosionalnya tinggi akan cenderung
mengembangkan pikiran kelompok. Sebaliknya, kelompok yang ikatannya
lugas dan berdasarkan tugas belaka cenderung lebih rendah pikiran
kelompoknya.
d. Toleransi Terhadap Kesalahan
Pikiran kelompok akan lebih besar jika kesalahan-kesalahan dibiarkan
dibanding tidak ada toleransi atas kesalahan-kesalahan yang ada.

Kajian dari teori ini menemukan fakta menarik dimana banyak peristiwa penting yang
berdampak luas disebabkan oleh keputusan sekelompok kecil orang, yang mengabaikan
informasi dari luar mereka. Contoh dari teori ini salah satunya adalah peristiwa Pearl Harbour
pada tahun 1941 dimana keputusan fatal diambil karena mengabaikan informasi penting dari
intelejen sebelumnya. Minggu-minggu menjelang penyerangan Pearl Harbour di bulan
Desember 1941 yang menyebabkan Amerika Serikat terlibat Perang Dunia II, komandan-
komandan militer di Hawaii sebetulnya telah menerima laporan intelejen tentang persiapan
Jepang untuk menyerang Amerika Serikat di suatu tempat di Pasifik. Akan tetapi para
komandan justru memutuskan untuk mengabaikan informasi itu. Akibatnya, Pearl Harbour
sama sekali tidak siap untuk diserang. Tanda bahaya tidak dibunyikan sebelum bom-bom
mulai meledak. Alhasil, perang mengakibatkan 18 kapal tenggelam, 170 pesawat udara
hancur dan 3700 orang meninggal dunia.

3. Teori Psikodinamika Dari Fungsi Kelompok


Teori ini dikemukakan oleh Bion pada tahun 1948-1951 dengan dilakukannya
uji coba melalui kelompok terapi. Teori ini menyimpulkan bahwa kelompok bukanlah
sekadar kumpulan individu, melainkan suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi
tersendiri yang berfungsi pada taraf berdasarkan kecemasan dan motivasi dalam
individu (Danar, et al., 2020).

 Asumsi Dasar
Asumsi dasar dari teori ini yaitu kelompok bukanlah sekedar kumpulan
individu, melainkan merupakan suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi
tersendiri. Kelompok-kelompok ini memiliki ciri, yaitu berfungsi pada taraf
tidak sadar yang berdasarkan atas suatu kecemasan dan motivasi yang ada
dalam diri manusia (Mukarom, 2020).

Sigmund Freud mengungkapkan bahwa terdapat tiga kepribadian di dalam


suatu kelompok, diantaranya; 1) Kebutuhan dan Motif (ID); Tujuan dan mekanisme
(EGO); dan 3) Keterbatasan (SUPEREGO). Bion menambahkan bahwa terdapat tiga
asumsi dasar dalam teori ini yang terdiri dari:
1) Asumsi Ketergantungan
Dalam asumsi ini, kelompok dianggap terbentuk karena adanya
perasaan-perasaan tidak berdaya dan frustasi dalam diri anggotanya.
Dalam keadaan ini, individu-individu anggota kelompok itu mencari
dan mengharapkan perlindungan serta perawatan dari pemimpinannya.
Pemimpin dianggap memiliki kemampuan dan dengan kemampuan itu
diharapkan dapat mengarahkan perilaku kelompok dan interaksi antar
anggota kelompok.
2) Asumsi Pasangan
Kelompok dianggap terbentuk karena adanya dorongan pada anggota
untuk saling memiliki pasangan. Komunikasi mantap yang terjadi
antara dua orang dari jenis kelamin yang berbeda dianggap memiliki
tujuan-tujuan seksual. Timbul harapan bahwa akan terjadi keturunan-
keturunan yang akan mempertahankan eksistensi (kekuatan)
kelompok. Fungsi pemimpin adalah sebagai juru selamat atau Mesiah
yang bertugas menjaga kelestarian dan mempertahankan keutuhan
kelompok sekaligus memperkecil kemungkinan kelompok pecah.
3) Asumsi Melawan-Lari
Berdasarkan asumsi ini, emosi yang mendasarinya adalah kemarahan,
ketakutan, kebencian, dan agresifitas. Satu-satunya cara untuk
mempertahankan eksistensi (kekekalan) yang diketahui oleh kelompok
adalah berkelahi atau melawan sesuatu atau lari untuk menghindari
sesuatu. Pemimpin bertugas untuk memungkinkan anggota-anggota
kelompoknya untuk melawan atau melarikan diri.

Diluar dari tiga asumsi diatas, Bion mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan
adanya asumsi lainnya, dalam observasinya, Bion menyatakan ketiga asumsi inilah yang
sering terjadi. Mekanisme suatu kelompok bisa saja berubah dari satu asumsi ke asumsi
lainnya, namun ketiga asumsi ini masing-masing berdiri sendiri. Pada saat tertentu, hanya
satu asumsi yang berlaku, tidak bias atau tiga sekaligus.
KESIMPULAN

Dalam memahami esensi dan dinamika fungsi kelompok, tiga teori yang telah kita
telusuri membuka jendela pada kompleksitas interaksi sosial di dalam kelompok. Teori
percakapan kelompok menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang efektif dalam
membentuk pemahaman bersama dan pengambilan keputusan kelompok. Pertukaran ide dan
pendapat di dalam kelompok dapat memengaruhi arah serta hasil dari diskusi dan keputusan
bersama.

Di sisi lain, teori pemikiran kelompok mengungkapkan bagaimana proses berpikir


bersama di dalam kelompok dapat memunculkan kesepakatan atau perbedaan pendapat. Ini
mendorong terbentuknya identitas kelompok serta mengarah pada keputusan yang tercermin
dari dinamika proses pemikiran bersama. Terakhir, teori psikodinamika membuka cakrawala
terhadap dinamika psikologis individu di dalam kelompok. Dengan memahami motivasi,
perilaku, dan interaksi psikologis antarindividu, kita dapat menemukan cara bagaimana
dinamika ini memengaruhi keseluruhan fungsi kelompok.

Keseluruhan, pemahaman mendalam terhadap ketiga teori ini membuka wawasan


terhadap kompleksitas interaksi kelompok, memungkinkan kita untuk memahami bagaimana
komunikasi, proses pemikiran, dan faktor psikologis individu berperan dalam membentuk
identitas, pengambilan keputusan, dan dinamika dalam kelompok. Dengan terus
mengeksplorasi dan mengintegrasikan teori-teori ini, kita dapat meningkatkan pemahaman
kita tentang fungsi dan peran kelompok dalam berbagai konteks sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Danar, A. S., Ilham, A., Oktarina, E., Juniasmar, E., Hadita, F. N., & Ghazali, M. A. (2020).
Komunikasi Kelompok. Palembang: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bina
Darma.
Mahyuddin. (2019). Sosiologi Komunikasi Dinamika Relasi Sosial di dalam Era Virtualitas.
Makasar: Penerbit Shofia.
Mukarom, Z. (2020). Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Gunung Djati.
Prima, A., & Fardiyan, A. R. (2017). Pemikiran Kelompok Dalam Komunitas Untuk
Pengembangan Skill Anggota. Lampung: Jurnal Metakom Universitas Lampung.
Yasir. (2012). Teori Pemikiran Kelompok (Groupthink Theory). Riau: FISIP Universitas
Riau.

Anda mungkin juga menyukai