Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATA KULIAH

PERILAKU ORGANISASI

“Kelompok dan Kohesifitas”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Ni Wayan Mujiati, S.E., M.Si.

Oleh:

Anggota Kelompok 4

Ni Made Yudila Putri (2107521041) (11)


Putu Dera Lastmi (2107521046) (12)
Sang Ayu Kompiang Ari Ardiningsih (2107521053) (13)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
kuasa-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan ringkasan mata kuliah yang berjudul
“Kelompok dan Kohesifitas”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Keorganisasian.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ni Wayan Mujiati,
S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Perilaku Keorganisasian Universitas Udayana
yang telah memberikan tugas ini yang di mana dapat menambah wawasan serta meningkatkan
hubungan kerja sama tim yang baik di antara kami.

Penulis menyadari sepenuhnya penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini
dikarenakan wawasan serta pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan, guna menyempurnakan makalah
penugasan ini. Kami berharap semoga ringkasan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
terutama dalam lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana khususnya, dan
masyarakat pada umumnya agar dapat menambah wawasan dan informasi bagi pembaca
sekalian.

Badung, 5 September 2022

Penulis
1. Pengertian dan Jenis Kelompok
• Pengertian Kelompok
Terdapat beberapa pengertian kelompok menurut para ahli, yaitu sebagai
berikut:
1. Menurut Robbins dan Jugde (2015), Kelompok adalah dua atau lebih individu
yang berinteraksi dan saling bergantung, yang datang bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Menurut Gibson dan kawan-kawan (2002), Kelompok merupakan kumpulan
individu dimana perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh
perilaku dan/atau prestasi anggota lainnya.
3. Menurut Shaw (dalam Nimran, 1999), Kelompok merupakan kumpulan dua
atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga
perilaku dan atau kinerja dari seseorang dipengaruhi oleh perilaku / kinerja
anggota lain.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok
merupakan kumpulan individu yang berjumlah dua orang atau lebih yang saling
melakukan interaksi dan memiliki tujuan yang sama. Kelompok juga memiliki
perilaku atau kinerja salah satu anggota yang dapat dipengaruhi oleh perilaku atau
kinerja anggota lain.
• Jenis-Jenis Kelompok
Menurut pendapat Duncan kelompok dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut:
1. Kelompook formal, kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan
ketentuan resmi, seperti struktur organisasi dan penugasan organisasi.
Maka dari pernyataan tersebut terdapat jenis kelompok berikut:
a. Kelompok komando
b. Kelompok tugas
c. Kelompok informal, dalam kelompok informal terdapat dua jenis kelompok,
yaitu kelompok minat/kepentingan dan kelompok persahabatan.
2. Kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan
a. Kelompok berdasarkan keanggotaan, merupakan kelompok yang lahir atas
dasar ketentuan formal atau karena seseorang telah memenuhi ketentuan
formal.
b. Kelompok berdasarkan kesukaan, merupakan kelompok di mana perasaan
para anggotanya begitu terikat kepada ketentuan dan kepentingan
kelompok.
3. Kelompok berdasarkan jumlah/besarnya anggota
a. Kelompok dua orang (diad)
b. Kelompok tiga orang (triad)
c. Kelompok yang terdiri atas lebih dari tiga orang.

2. Tahap Perkembangan Kelompok


• Menurut Tuekman dan Jensen dalam Robbins dan Coutler (2016) dengan
Model 5 tahap.
1. Pembentukan (forming), merupakan tahap awal yang dicirikan dengan
ketidakpastian tujuan.
2. Badai (storming), merupakan tahap kedua yang dicirikan banyaknya konflik
dalam kelompok.
3. Penormaan (norming), merupakan tahapan ketiga yang dicirikan adanya
hubungan yang akrabdan suasana keterpaduan dalam kelompok.
4. Pelaksanaan (performing), merupakan tahapan keempat, dimana kelompok
telah berfungsi dan diterima anggota.
5. Pembubaran (adjourning), merupakan tahapan terakhir dimana kelompok
bersifat sementara.
• Menurut Gibson dan Kawan-Kawan (2009), dengan model empat tahapan,
sebagai berikut.
1. Penerimaan bersama, merupakan fase di mana anggota menolak untuk
berkomunikasi satu dengan yang lain.
2. Komunikasi dan pengambilan keputusan, merupakan fase dimana telah terjadi
atau mulai ada komunikasi yang terbuka.
3. Motivasi dan produktivitas, merupakan fase di mana terdapat upaya
menyelesaikan tujuan kelompok.
4. Pengendalian dan organisasi, merupakan fase di mana sudah terciptanya afiliasi,
regulasi, dan norma kelompok.
• Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), dengan model
empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap orientasi, merupakan tahapan di mana anggota mencoba untuk
memahami tujuan kelompok dan peranan masing-masing anggota.
2. Tahap konfrontasi, merupakan tahapan yang ditandai adanya konflik karena
perebutan kekuasaan dan pengaruh.
3. Tahap deferensiasi, merupakan tahapan di mana perbedaan masing-masing
individu diakui, tugas pekerjaan berbasis keahlian masing-masing individu.
4. Tahap kolaborasi, merupakan tahapan di mana kelompok sudah dapat mencapai
tingkat kematangan yang tinggi.
3. Perilaku dan Prestasi Kelompok
A. Teori Perilaku Kelompok
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dari kelompok.
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat
dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan
organisasi. Menurut Thoha (2007:80) mengemukakan bahwa banyak teori yang
mencoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuk dan
tumbuhnya suatu kelompok. Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok
ini ialah mencoba menjelaskan tentang adanya afiliasi di antara orang – orang tertentu.
Teori ini disebut propinquity atau teori kedekatan, artinya seseorang berhubungan
dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya. Teori ini
mencoba untuk meramalkan bahwa seorang mahasiswa yang duduk berdekatan dengan
seorang mahasiswa lain di kelas akan lebih mudah membentuk suatu kelompok
dibandingkan dengan mahasiswa yang duduk berjauhan. Dalam satu kantor, pegawai –
pegawai yang bekerja dalam ruangan yang sama atau yang berdekatan akan mudah
bergabung dan membuat hubungan – hubungan yang menimbulkan adanya kelompok,
dibandingkan dengan pegawai – pegawai yang secara fisik terpisahkan satu sama lain.
Maka dari itu dapat disimpulkan pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktifitas
yang dilakukan oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan aspirasi
anggota, berinteraksi dari setiap individu dan saling bergabung untuk mencapai sasaran
yang diinginkan.
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang
berasal dari George Homans dalam (Thoha 2007:80). Teorinya berdasarkan pada
aktivitas, interaksi, dan sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain
berhubungan secara langsung, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain (shared),
semakin beraneka interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen -
sentimen mereka.
2. Semakin banyak interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan (shared) pada orang
lain.
3. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan
semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi – interaksi.

Salah satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang


pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group
formation), yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb dalam (Thoha, 2003 81).
Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas
kesamaan sikap didalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori
lain yang sekarang ini sedang mendapat perhatian betapa pentingnya didalam
memahami terbentuknya kelompok, ialah Teori pertukaran (exchange teory). Teori ini
ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori pertukaran
kelompok berdasarkan atas interaksi dan susunan hadiah–biaya-dan hasil. Suatu tingkat
positif yang minim (hadiah lebih besar daripada biaya) dari suatu hasil harus ada,
jikalau diinginkan terdapatnya daya tarik dan afiliasi.
Teori lain dari pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan – alasan
praktis (practicalities of group formation). Contoh dari teori ini, antara lain karyawan
– karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok disebabkan karena alasan
ekonomi, keamanan atau alasan – alasan sosial. Secara logis, karyawan – karyawan
yang mendasarkan pertimbangan ekonomi bisa bekerja dalam suatu proyek karena
dibayar untuk itu, atau mereka dapat bersama – sama di dalam serikat buruh karena
mempunyai tuntutan yang sama tentang kenaikan upah. Untuk alasan keamanan,
bersatunya ke dalam suatu kelompok karena membuat dirinya satu front untuk
menghadapi diskriminasi, pemecatan, perlakuan, sepihak, dan lain sebagainya.

Demikian seterusnya alasan – alasan praktis ini membuat orang – orang dapat
mengelompok dalam suatu grup. Dari pemahaman beberapa teori pembentukan
kelompok seperti yang diuraikan di atas, dapat kemudian diidentifikasikan karakteristik
dari suatu kelompok itu. Menurut Reitz, karakteristik yang menonjol dari suatu
kelompok itu, antara lain:

1) Adanya dua orang atau lebih


2) Yang berinteraksi satu sama lainnya
3) Melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

Oleh sebab itu Gito Sudarmo (2000:57), memberikan definisi kelompok sebagai
dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan Indrawijaya (1989:91) menyatakan bahwa dalam suatu
kelompok terdapat pengaruh dari pelaku organisasi (kelompok) terhadap perilaku
perorangan. Sebaliknya perilaku perorangan juga berpengaruh terhadap norma dan
sistem nilai bersama yang biasanya menjadi perilaku kelompok. Duncam dalam
Sofyandi, (2007:126) mengemukakan ada empat ciri utama kelompok, yaitu:

1. Common motive (s) leading to group interaction


Anggota suatu kelompok paling tidak harus mempunyai satu tujuan bersama.
2. Members who are affected differently by their interacation
Hubungan dalam suatu kelompok harus memberikan pengaruh kepada setiap
anggotanya. Tingkat pengaruh tersebut diantara mereka dapat berbeda.
3. Group structure with diferent degress of status
Dalam kelompok selalu ada perbedaan tingkat/status, kerana akan selalu ada
pimpinan dan pengikut.
4. Standard norms and values
Karena kelompok terbentuk untuk mencapai tujuan bersama, maka biasanya
pembentukannya disertai tingkah laku dan sistem nilai bersama. Anggota kelompok
diharapkan mengikuti pola tersebut.
B. Prestasi Kelompok
Menurut Gito Sudarmo (2000:66) prestasi kelompok dapat dipengaruhi oleh dua
hal yakni faktor eksternal dan faktor internal.
a) Faktor Eksternal adalah sebagai berikut:
1. Strategi organisasi, setiap organisasi mempunyai strategi. Setiap strategi
yang ditetapkan oleh organisasi akan mempengaruhi perilaku kelompok
dalam organisasi tersebut.
2. Struktur wewenang, setiap organisasi memiliki struktur wewenang kepada
siapa seseorang melapor, siapa yang membuat keputusan. Struktur ini
menentukan dimana posisi suatu kelompok tertentu dalam hirarkhi
organisasi.
3. Peraturan, semakin banyak peraturan formal yang ditetapkan oleh
organisasi pada semua pekerjanya, maka perilaku kelompok akan semakin
konsisten dan dapat diramalkan.
4. Sumber-Sumber Organisasi, besar kecilnya sumberdaya yang ada dalam
organisasi yang diberikan kepada anggotanya hal ini akan mempengaruhi
perilaku prestasi kelompok.
5. Proses Seleksi, Proses seleksi menjadi faktor penting dalam menjaring
orang-orang yang berkualitas. Dan hal ini pula akan dapat mempengaruhi
perilaku dan prestasi kelompok.
6. Penilaian Prestasi dan Sisitem Imbalan, adanya sistem imbalan yang
mengkaitkannya dengan prestasi dari kelompok kerja akan mempengaruhi
perilaku kelompok tersebut.
7. Budaya Organisasi, setiap organisasi memiliki kebiasaankebiasaan yang
tidak tertulis yang mentukan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan
oleh pekerja.
8. Lingkungan Fisik, Ruangan yang tetata dengan baik, suhu udara dan lain-
lain akan mempengaruhi perilaku kelompok.
b) Faktor Internal sebagai berikut:
1. Kemampuan
2. Karakteristik Kepribadian

4. Kohesifitas dalam Kelompok


A. Pengertian Kohesifitas Kelompok
Taylor, dkk dalam (Hermaini dkk, 2016: 26) mengatakan kohesifitas adalah
daya tarik baik positif atau negatif yang menyebabkan anggota kelompok bertahan
dalam kelompok. Hal ini didukung dengan teori Ivancevic dalam (Purwaningtyastuti
dkk, 2012: 179) menyebutkan bahwa kohesifitas biasanya dianggap sebagai sebuah
kekuatan. Kohesifitas mengikat seluruh anggota kelompok agar tetap berada dalam
kelompoknya dan menangkal pengaruh yang menarik anggota agar keluar dari
kelompok. Sebuah kelompok yang kohesif terdiri dari individu – individu yang saling
tertarik satu dengan yang lain. Sebuah kelompok yang memiliki kohesifitas rendah
tidak memiliki ketertarikan interpersonal antar anggota kelompoknya. Kelompok –
kelompok yang sangat kohesif lazimnya terdiri dari individu – individu yang
termotivasi untuk bersatu.
Robbins dalam (Qomaria dkk, 2015: 79) menyatakan bahwa kohesifitas
kelompok adalah sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi
untuk tetap berada dalam kelompok tersebut. Kohesi kelompok ialah bagaimana para
anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu dengan lainnya.
Tingkatan kohesi akan menunjukkan seberapa baik kekompakkan dalam kelompok
bersangkutan. Untuk melihat tingkatan kohesi kelompok, kita umumnya menggunakan
metode sosiometri (Shaw dalam Walgito, 2010: 46)
Kohesifitas/kepaduan adalah kekuatan suatu kelompok yang bisa diwujudkan
dalam bentuk keramahan, kekompakan, antusias dalam mengemukakan saran atau
pendapat, mau berkorban dan bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan (Indriyo
Gitosudarmo dan Nyoman Sudita, 1997).
B. Ciri-Ciri Kohesifitas Kelompok
Menurut Faturochman dalam (Qomaria dkk, 2015: 79), sebuah kelompok
dikatakan kohesif bila memiliki beberapa ciri-ciri berikut:
a. Komitmen yang Tinggi
Suatu keadaan dimana seseorang anggota memihak organisasi tertentu serta
tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi tersebut.
b. Kerjasama yang Baik antar Anggota
Interaksi di dalam kelompok oleh kerja sama, bukan oleh persaingan.
c. Mempunyai Tujuan di dalam Kelompok
Kelompok mempunyai tujuan-tujuan yang terkait satu dengan lainnya dan
sesuai dengan perkembangan waktu tujuan yang dirumuskan meningkat.
d. Ketertarikan antar Anggota
Ada ketertarikan antar anggota sehingga relasi yang terbentuk menguatkan
jaringan relasi di dalam kelompok.

Kemudian menurut Berg dan Landreth dalam (Hermaini dkk, 2016: 2019)
mengemukakan bahwa individu – individu anggota kelompok yang kohesif
menunjukkan perilaku antara lain:

A. Lebih Produktif: Anggota yang berpartisipasi aktif dalam mengelola kelompok,


dengan adanya visi-misi untuk mecapai tujuan kelompok.
B. Tidak mudah kena pengaruh – pengaruh negatif dari luar
C. Lebih terbuka terhadap pengaruh – pengaruh anggota lain
D. Mampu mengungkapkan hal – hal yang lebih pribadi
E. Lebih mampu mengekspresikan perasaan – perasaan negatif dan mengikuti
norma – norma kelompok
C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kohesifitas Kelompok
Faktor yang mempengaruhi kohesifitas kelompok menurut Lott dalam (Forsyth,
2010:123) yaitu:
a. Kedekatan
Kedekatan fisik dan psikologis sesama anggota kelompok juga dapat
mempengaruhi kohesifitas anggota kelompok. (Bordena dan Horowitz, dalam
Hermaini dkk, 2016:28)
b. Frekuensi interaksi
Interaksi yang terjadi di dalam kelompok karena adanya kerjasama, bukan
karena persaingan. (Faturochman, dalam Hermaini dkk, 2016: 29)
c. Kesamaan
d. Kelengkapan
e. Hubungan timbal balik
f. Saling memberikan penghargaan
Proses kelompok merupakan terjadinya interaksi antar anggota kelompok dan
bagaimana pengaruh anggota kelompok kepada anggota yang lain. Tingkatan kohesi
akan dapat mempengaruhi saling hubungan atau interaksi anggota dalam kelompok
bersangkutan. Dalam interaksi, apabila seseorang tertarik pada orang lain, maka ia akan
mengadakan interaksi dengan orang bersangkutan. Sebaliknya, jika seseorang tidak
tertarik, maka ia tidak akan mengadakan interaksi.
Unsur ketertarikan (attractiveness) seseorang akan ikut menentukan terjadinya
interaksi, dengan kata lain, ketertarikan secara tidak langsung akan berpengaruh pada
kohesi (cohesiveness) kelompok, yaitu melalui interaksi. Dari penjelasan beberapa ahli
tentang faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kohesifitas kelompok, dapat
disimpulkan bahwa kohesifitas yang tinggi apabila memiliki faktor – faktor usaha untuk
masuk ke dalam kelompok tersebut, frekuensi interaksi yang terjalin, ukuran atau
jumlah anggota kelompok, kedekatan anggota, adanya kesamaan, saling memberikan
penghargaan, dan status di dalam kelompok.
Faktor - faktor yang dapat mendorong kepaduan
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut:
a. Kesamaan nilai dan tujuan
b. Keberhasilan dalam mencapai tujuan
c. Status kelompok
d. Penyelesaian perbedaan
e. Kecocokan terhadap norma
f. Daya tarik pribadi
g. Persaingan antar kelompok
h. Pengakuan dan penghargaan
Faktor - faktor yang dapat menurunkan kepaduan

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut:

a. Ketidaksamaan tujuan
b. Besarnya anggota
c. Pengalaman yang tidak menyenangkan
d. Persaingan di dalam
e. Dominan
D. Cara meningkatkan kohesifitas kelompok
Tingginya kohesifitas kelompok berhubungan dengan kesesuaian anggota
kelompok dengan norma kelompok, semangat bekerja sama dalam kelompok, maupun
komunikasi. Menurut Wijayanto (2012), terdapat beberapa cara untuk meningkatkan
kohesifitas kelompok, yaitu:
1. Menjelaskan kepedulian mengenai kompetisi. Pimpinan dapat menjelaskan
keberadaan kompetisi yang tinggi dengan kompetitor (dari dalam maupun luar
organisasi) untuk meningkatkan kohesifitas.
2. Meningkatkan daya tarik antarpribadi. Seringkali, orang mau bergabung dalam
sebuah tim karena identitas maupun kekaguman terhadap anggota tim.
3. Meningkatkan interaksi. Interaksi dipercaya dapat meningkatkan kohesifitas
dengan membuat acara – acara agar intensitas interaksi dapat ditingkatkan dan
terjadi kohesifitas kelompok.
4. Menciptakan tujuan bersama dan nasib bersama yang akan mempengaruhi tiga
variabel fungsional dalam efektivitas kelompok, yaitu task interdependence, sense
of potency, dan outcome interdependence.
5. Efek Kohesifitas terhadap Producktivitas Kelompok
Kohesifitas yang diartikan sebagai suatu proses kesatuan, kelekatan, sampai daya tarik
individu terhadap kelompoknya sebagai pemenuhan tujuan dan motivasi untuk bersama
dalam mencapai keberhasilan. Kohesifitas sendiri bisa dikatakan sebagai daya tarik
emosional antar anggota kelompok seperti rasa nyaman, saling menyukai, mudahnya
memberikan bantuan, saling mendukung dan tetap bertahan sampai mencapai tujuan
organisasi. Tetapi kohesifitas kelompok bukan hanya merupakan kesatuan unit
hubungan antar anggota, tetapi proses yang mempengaruhi hubungan interpersonal
antar anggota. Memiliki rekan kerja yang supportive tentu akan memiliki pengaruh
terhadap personal masing-masing anggota. Lingkungan kerja yang sehat ini akan
memberikan wadah yang nyaman bagi setiap anggota untuk mengeksplor dan berkarya.
Dengan kohesifitas kelompok yang baik, produktivitas dan kinerja suatu kelompok
akan memberikan hasil yang memuaskan. Kesatuan tujuan dan motivasi satu sama lain
terhadap norma kelompok tentu akan mendorong terjadinya komunikasi yang baik,
mengurangi permusuhan, rasa aman, sampai memperbaiki semangat dan kepuasan
kerja.
Kohesifitas sering disebut juga sebagai solidaritas dari suatu kelompok. Solidaritas
yang tinggi akan meningkatkan kekuatan kelompok untuk tetap berjalan bersama dan
mencegah terjadinya perpecahan kelompok. Makin kohesif kelompok tersebut maka
anggota kelompok akan makin mengikuti tujuan-tujuan kelompok. Jika norma terkait
kinerja tinggi (seperti, keluaran yang tinggi,kerja berkualitas, koperasi dengan individu-
individu di luar kelompok), suatu kelompok kohesif akan lebih produktif. Tetapi jika
kekohesifan tinggi dengan norma kinerja rendah, produktivitas akan rendah. Tapi saat
kekohesifan rendah, norma kinerja tinggi, maka produtivitas tetap akan meningkat,
tetapi kurang dibandingkan situasi kekohesifan tinggi dan norma tinggi. Bila mana
kekohesifan dan norma terkait kinerja sama-sama rendah, maka produktivitas akan
cenderung merosot kedalam kisaran rendah ke sedang.
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang., Mujiati, Ni Wayan., Sriathi, Anak Agung Ayu., Dewi, Anak Agung Sagung
Kartika., (2020) Perilaku Organisasi, Penerbit : CV. Sastra Utama, Bali
Robbin , Stephen P.,Judge,Timoty A (2015), Perilaku Organisasi, Edisi 16, Penerbit : Salemba Empat

Scribd. (n.d.). Efek Kohesif Pada produktivitas. Scribd. Retrieved September 5, 2022, from
https://id.scribd.com/document/374172043/Efek-Kohesif-Pada-Produktivitas

Riadi, O. M. (n.d.). Kohesivitas Kelompok (Pengertian, Aspek, Faktor Dan Cara


Meningkatkannya). KajianPustaka.com. Retrieved September 5, 2022, from
https://www.kajianpustaka.com/2020/01/kohesivitas-
kelompok.html#:~:text=Kohesivitas%20kelompok%20meningkatkan%20produktivitas%20d
an,rasa%20aman%20dan%20harga%20diri.

Anda mungkin juga menyukai