Anda di halaman 1dari 20

DINAMIKA KELOMPOK & PROBLEM SOLVING

Disusun oleh Kelompok 4


Rini Marlinah, Ruth Febriana, Anggun Setia W.
Putri Dea A., Panca Warni N., Windy Ary L.

A. DINAMIKA KELOMPOK
1. Definisi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kata majemuk yang terdiri atas kata dinamika dan
kelompok, secara harafiah dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika tentang benda-
benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakannya. Dinamika berasal dari istilah
dinamis (Idrus, 1996) berarti sifat atau tabiat yang bertenaga atau berkemampuan, serta
selalu bergerak dan berubah-ubah.
Dinamika menurut Munir (2001) adalah suatu system ikatan yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya karena
adanya pertalian langsung di antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur system
mengalami perubahan, maka akan membawa perubahan pula pada unsur-unsur lainnya.
Jadi, dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak,
berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika
juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan
kelompok secara keseluruhan.
Keadaan ini terjadi karena selama ada kelompok, maka semangan kelompok (group
spirit) akan terus-menerus ada dalam kelompok itu. Oleh karena itu kelompok tersebut
bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Sedangkan pengertian kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau
lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama.
Jhonso (2012) secara rinci mendefinisikan dinamika kelompok sebagai suatu
lingkup pengetahuan sosial yang berkonsentrasi pada pengetahuan tentang hakikat
kehidupan kelompok. Dinamika kelompok adalah studi ilmiah tentang perilaku dalam
kelompok untuk mengembangkan pengetahuan tentang hakikat kelompok,
pengembangan kelompok, hubungan kelompok dengan anggotanya dan hubungan
dengan kelompok lain atau kelompok yang lebih besar.
Jadi pengertian dinamika dan pengertian kelompok jika digabungkan akan menjadi
pengertian dinamika kelompok. Serta pengertian dinamika kelompok setidaknya
memiliki beberapa unsur. 1) adanya kumpulan 2 orang atau lebih; 2) melakukan
interaksi ;3) anggota saling mempengaruhi satub ama lain; 4) Keadaan kelompok dari
waktu ke waktu sering berubah-ubah/bergerak.

2. Status Dinamika Kelompok


Perkembangan dan pertumbuhan dinamika kelompok sangat erat kaitannya
dengan psikologi sosial. Hal ini berpengaruh terhadap penentuan status dinamika
kelompok yang tidak lepas dari pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
1. Cabang Sosiologi
Para ahli sosiologi seperti Homans, Moreno, dan Muschell berpendapat
bahwa masalah kelompok atau grup dan struktur kelompok yang menjadi
objek dinamika kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi objek
sosiologi. Moreno berpendapat bahwa, di dalam suatu kelompok pasti terdapat
jarak sosial antara anggota kelompok tersebut, yang terdapat pada arah
pilihan, sikap, isolasi, dan keakraban antara masing-masing anggota.
2. Cabang Psikologi
Robert F. Bales memasukan dinamika kelompok dalam cabang psikologi.
Alasannya karena dalam titik berat dinamika kelompok bukan masalah
kelompok itu sendiri, tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi
atau timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok. Bales juga
mengemukakan bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu.
Ahli lainya yaitu spott yang mngenalisis persoalan inter relasi atau hubungan
timbal balik atau saling pengaruh antar anggotaa di dalam kehidupan
berkelompok.
3. Cabang Psikologi Sosial
Para ahli psikologi sosial seperti Otto Klinberg berpendapat bahwa,
dinamika kelompok lebih ditekankan kepada peninjauan psikologi sosial
karena masalah yang terpenting adalah sampai sejauh mana pengaruh
interaksi sosial individu didalam kelompok terhadap masing-masing individu
sebagai anggota kelompok. Sehingga dinamika kelompokingin mempelajari
hubungan timbal balik atau saling pengaruh antar anggota di dalam kehidupan
berkelompok.
4. Bidang eksperimen
Cartwright dan Zander menyatakan bahwa dinamika kelompok
sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung
mengarah pada persoalan psikologi. Zander juga menyatakan perkembangan
alam demkrasi akan lebih menjamin kepentingan hak individu. Sehingga
semakin besar perkembangan demokrasi, maka semakin pesat perkembangan
individu. Pendapat ini berdasar pada suatu anggapan bahwa kehidupan
kelompok kecil dan kelompok besar akan lebih baik apabila mengikuti alam
demokrasi.

3. Studi Dinamika Kelompok


Sasaran kajian studi dinamika kelompok adalah membahas perubahan-perubahan
yang terjadi dalam suatu kelompok. Perubahan kelompok dapat terjadi karena faktor
dari dalam maupun dari luar kelompok. Beal (1987) menyebutkan beberapa komponen
yang perlu diperhatikan dalam rangka mempelajari dinamika kelompok yaitu:
individual, wants, desires, group, group formation, group action, group goals, group
methods, group behavior, group process (the group, the goals, the techniques).

Kerangka kerja Dinamika Kelompok


Kelompok + Teknik = Tujuan

Berdasarkan bagian tersebut dapat terlihat bahwa sebuah kelompok terdiri atas
individu-individu. Sedangkan individu-individu (anggota) yang tergabung dalam
kelompok akan menggunakan teknik tertentu untuk mencapai tujuan.
Metode dan proses dinamika kelompok berusaha menumbuhkan dan membangun
kelompok dari semula kumpulan individu-individu menjadi satu satuan kelompok
dengan tujuan, norma, dan cara pencapaian tujuan berusaha yang disepakati bersama.
Sebagai metode, dinamika kelompok membuat setiap anggota kelompok semakin
menydari siapa dirinyadan siapa orang lain yang hadir bersamaan dalam suatu
kelompok., dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini perlu
diciptakan karena kelompok akan menjado efektif apabila memiliki satu tujuan, satu
cara tertentu untuk mencapai tujuan tersebut yang diciptakan dan disepakati bersama
dengan melibatkan semua anggota kelompok. Sedangkan sebagai suatu proses,
dinamika kelompok berupaya menciptakan suatu situasi sedemikian rupa sehingga
membuat seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara aktif dalam setiap tahap
perkembangan kelompok. Hal tersebut bertujuan agar setiap kelompok merasakan
dirinya sebagai bagian dari kelompok dan bukan orang asing.
Atas dasar tersebu maka penyelenggaraan proses mempelajari dinamika kelompok
perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut ( Sahertian, 1987).
1. Learning by doing, artinya belajar daris esuatu yang dikerjakan. Misalnya peserta
mencari makna esensi dari latihan (exercise) dan permainan (game) yang
dilaksanakan, sehingga pesrta dapat belajar dari hal tersebut.
2. Striptease, artinya perubahan tabir secara bertahap. Penyajian materi dinamika
kelompok tidak hanya dengan ceramah, tetapi maknanya diketahui secara bertahap dari
permainan atau latihan yang dilakukan dari wakt ke waktu.
3. Variasi yang menarik artinya penyajian materi menggunakan banyak variasi
misalnya role playing, pemutaran film, atau diskusi.
4. Here and now artinya dalam melaksanakan dinamika kelompok pelatih berorientasi
pada keadaan disitu dan pada saat ini atau sekarang.

4. Manfaat Dinamika Kelompok


Fungsi dinamika kelompok menurut Sunarto (1992) adalah :
1. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan, sebab
individu tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat
2. Melalui dinamika kelompok, segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang besar, sehingga waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secaratepat, efektif, dan efisien. Sebab
dalam dinamika kelompok, pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian
kelompoknya masing-masing
3. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, sebab individu satu dengan yang lain
akan dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki
peran yang sama dalam masyarakat.

Sedangkan tujuan dinamika kelompok antara lain sebagai berikut :

1. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota


kelompok lain,sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai.
2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat menimbulkan rasa saling
menghargai
3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
4. Menimbulkan adanya itikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.

Manfaat atau faedah mempelajari dinamika kelompok :

1. Manfaat bagi perorangan


Individu akan memperoleh gambaran tentang partisipasi dari peserta lain,
serta dapat menarik pelajaran dari pengalaman berbagai aktivitas yang dilakukan
dan diceritakan oleh peserta lain
2. Manfaat bagi kelompok
Mengetahui cara memecahkan masalah bersama, cara merencanakan
bersama, cara menentutukan norma bersama, pencapaian konsensus bersama,
kerjasama, mengatasi konflik, dan cara mengambil keputusan bersama.
3. Manfaat bagi organisasi
Dapat belajar tenang kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok, serta
kesatuan bahasa dan komunikasi dalam memecahkan masalah antar kelompok
4. Manfaat bagi pemimpin
Dapat menyerasikan antara kepentingan lembaga dan kepentingan anggota
organisasi.
5. Proses Dinamika Kelompok
Proses atau dinamika yang diampaui seseorang dalam rangka menjadi anggota
dalam suatu kelompok merupakan hal yang bersifat sangat individual, artinya setiap
orang akan berbeda (Sudjarwo, 2011), namun bila dilihat secara minimal maka terdapat
sejumlah tahapan minimal sebagai berikut:
1. Tahap perkenalan. Individu mengadakan orientasi atau penjajakan melalui
perilaku yang ditampilkan dan respon-respon yang diterima. Sedangkan jika
kelompok tersebut baru dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang
aturan-aturan main yang harus ditaati oleh semua anggota.
2. Tahap mencari pola. Kelompok masuk dalam proses pancaroba, dimana sering
terjadi benturan-benturan dalam mecapai pola.
3. Tahap pemantapan norma. Kelompok masuk dalam tahapan pengakuan
norma.benturan-benturan dalam kelompok akan melahirkan norma yang bersifat
mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur
peran dan status yang ada.
4. Tahap berprestasi. Maksudnya setelah kelompok betul-betul solid maka para
anggota mencoba mengambangkan dirinya masin-masing maupun secara
bersama-sama guna mencapai suatu prestasi tertentu sesuai tujuan kelompok.

Fase perkembangan kelompok

1. Tahap Pembentukan (Forming)


Proses bergabungnya orang (anggota) kedalam sebuah kelompok, dengan ciri-
ciri:
a. Hubungan antar anggota masih berjarak, kecuali yang sudah saling kenal.
b. Pemahaman peran masih belum jelas dan tingkat kepercayaan masih rendah.
c. Setiap anggota berfokus pada tujuan dan masalahnya sendiri.
d. Produk bersifat individual dan kinerja berfokus pada upaya perseorangan.
e. Pengetahuan masih disimpan dan hanya dikeluarkan jika menguntungkan.
f. Setiap anggota berusaha tidak mengungkapkan kritik secara terbuka.
g. Kepemimpinan masih selalu diamati dan dinilai oleh para anggota.
h. Pengambilan keputusan dilakukan secara fragmentasi atau tidak utuh.
2. Tahap Pancaroba (Storming)
Pada tahap ini muncul keributan atau konflik. Ciri-ciri:
a. Produk yang akan dihasilkan masih dipertikaikan.
b. Setiap orang mulai memperhatikan tujuan dan masalah orang lain.
c. Tingkat kepercayaan masih berfokus pada pemimpin.
d. Masing-masing anggota mulai mengungkapkan kritik secara terbuka.
e. Pengambilan keputusan dilakukan sangat evaluative, muncul dorongan
untuk terlihat baikdengan sangat kritis terhadap gagasan orang lain.
f. Pemahaman peran masih ambigu, tetapi titik terang sudah mulai muncul.
Misalnya kebingungan dalam upaya memainkan peran kepemimpinan yaitu
orang yang dipandang tepat untuk mengendalikan kinerja kelompok.
g. Hubungan antar anggota diwarnai konflik horizontal dan vertical yang
berakibat pada munculny penolakan atau merasa ditolak. Sehingga dapat
saja sering terjadi perubahan komposisi keanggotaan kelompok. Anggota
yang merasa tidak munkin dapat menyatu dengan kelompok akan
mengundurkan diri dan digantikan dengan orang lain.
3. Tahap Pembentukan Norma (Norming), ciri-ciri:
a. Hubungan antar anggota diwarnai oleh dorongan untuk saling memahami
posisi masing-masing; serta dapat toleransi untuk memahami kebutuhan,
kekuatan, dan kelemahan orang lain.
b. Anggota mulai fokus dan menaruh kepercayaan pada proses pelaksanaan
tugas.
c. Anggota mengungkapkan pengetahuan dan kritik secara konstruktif
realistis.
d. Pemahaman peran sudah jelas, sehingga setiap orang memikirkan produk
yang harus dihasilkan dan mulai berusaha keras untuk berkinerja maksimal.
e. Pengambilan keputusan mulai dlakukan berdasarkan proses yang logis,
fleksibel, tidak formal, dan partisipasi anggota dihargai.
4. Tahap Berkinerja (Performing)
Tahap ini disebut juga disebut tahap penyelenggaraan tugasatau tahap
produktif, dimana kelompok telah memantapkan norma interaksi. Ciri-ciri:
a. Setiap orang berdkus pada kinerja kelompok sehingga hubungan antar
anggota diwarnai oleh dorongan untuk bersinergi dengan tingkat loyalitas
tinggi.
b. Pemahaman peran sudah jeals dan telah terinternalisasi dengan baik.
c. Setiap orang memikirkan produk yang harus dihasilkan secara sistemik.
d. Anggota leluasa mengungkapkan kritik dalam suasana yang kondusif.
e. Pengetahuan disampaikan sesuai kebutuhan dan alur komunikasi segala
arah.
f. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan proses yang alamiah tanpa
sekat formalitas dan kecanggungan berperan serta kreativitas makin
tampak.
g. Produktifitas adalah puncak dari tahap performing, dan tahap ini
merupakan fasa terakhir yang harus terus dipertahankan oleh kelompok
formal permanen.
5. Tahap Pembubaran (Adjourning)
Tahap ini terjadi dalam semua jenis kelompok. Kelompok formal dapat
bubar karena terjadinya perampingan organisasi, suatu bagian, divisi, atau suatu
bidang dapat dibubarkan dengan menggabungkan kebagian atau divisi lain.
Kelompok formal temporer (tidak permanen) yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu, dapat juga dibubarkan setelah pelakasanaan
tugasnya selesai. Pemimpin dapat membubarkan tim dengan memberian
imbalan kepada para naggotanya. Jadi sebenarnya tidak ada kelompok yang
murni permanen.

6. Kedinamisan Dinamika Kelompok


Suatu kelompok dibicarakan atau tidak dibicarakan akan tetap dinamis. Sehingga,
menurut Sudjarwo (201) kelompok yang tidak ada kegiatannya pun dapat dikatakan
dinamis. Sebab bergerak atau tidak bergerak ialah ritme, dimana diri sendiri berarti
kedinamisan, atau dalam bahasa sederhana kedinamisan dapat diartikan sebagai gerak
dan dapat pula diartikan sebagai diam.
Lebih jauh Cartwright & Zander (1986) melihat kedinamisan kelompok bergantung
pada faktor penyebabnya (puse factor), yang mendorong terjadinya gelombang
kedinamisan kelompok yang dapat menggoyang kelompok. Faktor tersebut meliputi
tujuan, struktur, fungsi kerja, pembangunan dan pemeliharaan, suasana, serta desakan
kelompok. Keenam faktor tersebut dapat dikatakan sebagai kata kunci untuk mengkaji
kelompok, dimana kata kunci dari dinamika kelompok sendiri terdapat pada
kekompakan atau kesatuan kelompok (unity).
1. Group Goals. Tujuan kelompok ialah segala sesuatu yang akan dicapai oleh
kelompok dan harus relevan dengan tujuan anggota serta diketahui oleh semua
anggota. Posisi penting tujuan digambarkan sebagai berikut. Individu A, B dan
C bergabung karena mempunyai tujuan bersama yang dalam gambar
diperlihatkan pada warna hitam. Sedangkan A dan B dapat bersatu karena
terdapat medan overlapping yang menyatukan sebagai tujuan, demikian juga
dengan B dan C serta C dan A. Semakin lebar warna hitam sebagai daerah
pertemuan, maka tujuan kelompok semakin mencerminkan tujuan seluruh
anggota

Gambar 2.5 Pola Tujuan Kelompok


2. Group Structure. Struktur kelompok menggambarkan jaring-jaring otoritas
atau wewenang pengambil keputusan. Serta berperan juga sebagai jaringan
komunikasi untuk menyampaikan intruksi atau informasi dari atas ke bawah
dan jaringan penyampaian aspirasi dari bawah ke atas. Keruwetan dari jaringan
ini menunjukkan juga keruwetasn (crowded) sistem komunikasi dalam
kelompok.
3. Group Task Function. Prinsip kerja kelompok menyangkut segala sesuatu
yang harus dikerjakan oleh kelompok antara lain kekompakan kepuasan
anggota, penyebarluasan informasi, koordinasi, klarifikasi aturan jelas, dan
komunikasi yang jelas serta lengkap dengan salurannya.
4. Group Building and Maintenance. Pemeliharaan dan pembangunan kelompok
ialah sejumlah hal yang harus tetap ada dan terpelihara dalam kelompok, yaitu:
 Pembagian tugas merata sesuai fungsi dan kemampuan dari anggota
 Kegiatan sesuai rencana dan aturan yang telah ditetapkan Bersama
 Norma kelompok tumbuh dan berkembang dalam pencapaian tujuan
 Proses sosialisasi kolompok berjalan lancar sesuai dengan norma
 Penambahan anggota baru dan mempertahankan anggota lama
 Terdapat fasilitas penunjang kegiatan kelompok yang memadai.
5. Group Atsmosphere. Suasana kelompok mementukan seseorang teatap betah
ataupun tidak betah menjadi anggota. Semakin betah anggota, maka semakin
tinggi kegairahan mereka untuk melakukan kegiatan kelompok. Suasana
kelompok juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan kerjasama dengan
sesama anggota dalam kelompok atau anggota dari kelompok lain. Namun
bobot suasana secara psikologis untuk setiap orang berbeda dan sangat
individual. Sehingga, dalam melihat suasana kelompok, haruslah jelas batas-
batas yang akan diamati, diukur, atau dievaluasi.
6. Group Pressure. Desakan atau tekanan kelompok bertujuan untuk menjaga
ketaatan terhadap norma, meningkatkan motivasi dan kedisiplinan anggota,
serta membangun kesatuan kelompok, sebagaimana terdapat pada gambar 2.6.
Desakan tersebut berupa ganjaran (reward) kepada anggota yang berprestasi
dan sanksi pada anggota yang melanggar norma kelompok kelompok. Group
pressure berdeda dengan pressure grup. Pressure group mengacu kepada
adanya kelompok tandingan misalnya berupa desak-desakan kelompok lain
terhadap suatu kelompok. Sedangkan pada Group pressure, desakan atau
tekanan itu berasal dari dalam kelompok itu sendiri.
Gambar 2.6 Kerangka Kesatuan Lembaga

Berkaitan dengan kesatuan kelompok, Waingart menyatakan peraturan atau norma


diperlukan kelompok untuk mengukuhkan legitimasi kelompok. Sedangkan
manajemen norma ialah kelembagaan yang mengatur kegiatan dari kelompok.
Kegiatan dari organisasi (kelompok) itulah yang merupakan dinamika para pelaku
organisasi. Sehingga pelaku individu (anggota) dalam kelembagaan (kelompok) dapat
mendorong terjadinya dinamika.

7. Pendekatan Dinamika Kelompok


Dinamika kelompok menjadi bahan persaingan dari para ahli sosiologi, psikologi,
ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai
eksperimen. Hal tersebut menurut Santosa (2009) membawa pengaruh terhadap
pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok. Dimana pendekatan ini
terdapat pandangan dari para ahli berikut.
1. Pendekatan oljh Bames dan Homans
 Pendekatan ini berdasarkan konsep adanya aksi, interaksi, dan saturasi yang ada
dalam kelompok.
 Homans menjelaskan dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok
merupakan sistem interdependensi dengan beberapa sifat.
 Sifat tersebut yaitu terdapat stratifikasi kedudukan warga, diferensiasi dalam
hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain,
serta terdapat perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan
adanya penagaruh fakor-faktor dari luar kelompok
2. Pendekatan oleh Stogdill
 Pendekatan yang menekankan pada sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi
formal
 Kepemimpinan sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok
yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan
 Kelompok terorganisir adalah kelompok yang tiap anggotanya mendapat
tanggungan dalam hubungannya dengan pemberian tugas untuk mencapai
kerjasama dalam kelompok
3. Pendekatan oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger (Ahli Psychoanalysis)
 Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional sangat
memegang peran penting dalam kehidupan kelompok
 Kelompok dapat dibentuk bila didasarkan kesamaan motif antar anggota
kelompok
 Emosional yang sama akn menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok, sehingga
kelompok semakin kokoh
 Sigmund Freud berpendapat disetiap kelompok harus ada kesatuan kelompok
agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama.
 Kesatuan kelompok akan bertahan lama jika tiap anggota kelompok
melaksanakan identifikasi bersama antar anggota satu dengan yang lain.
4. Pendekatan dari Yennings dan Moreno
 Yennings mengungkap konsep tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari
anggota kelompok yang satu dengan yang lain dalam rangka pembentukkan
ikatan kelompok
 Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group
 Psikhe group adalah kelompok yang terbentuk atas dasar suka atau tidak suka,
simpati, atau antipati antar anggota
 Sosio group adalah kelompok yang terbentuk atas tekanan dari pihak luar
 Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lebih lancar
apabila pembentukkan sosio group disesuaikan dengan psikhe group, dengan
memperhatikan faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan kelompok
B. PROBLEM SOLVING
1. Pengertian Problem Solving
Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan solves.
Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand”
(suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat diartikan “a
question to be answered or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar),
sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to problem” (mencari jawaban suatu
masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari
pemecahan suatu masalah secara rasional dan sistematis. Polya mengatakan bahwa
problem solving adalah suatu aspek berfikir tingkat tinggi, sebagai proses menerima
masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut selai itu, pemecahan masalah
merupakan suatu aktivitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang
dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki.
Problem Solving oleh Georgo Polya didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk :
1. Menemukan cara mengetahui apa yang tidak diketahui atau apa yang dicari
2. Menentukan jalan keluar dari kesulitan
3. Menemukan jalan keluar di sekitar suatu rintangan
4. Mencapai akhir yang diinginkan dari suatu yang tidak segera dicapai dengan cara
langsung
Dalam menghadapi masalah yang lebih pelik, manusia dapat menggunakan cara
ilmiah , cara-cara pemecahan masalah secara ilmiah inilah yang disebut sebagai metode
problem solving. Yang sangat terkait dengan cara belajar rasional, yaitu cara belajar
dengan menggunakan kemampuan berfikir logis dan rasional (sesuai akal sehat).
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa problem solving adalah
bagaimana individu dalam menghadapi berbagai masalah dapat berfikir tingkat tinggi
untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal
pengetahuan yang sudah dimiliki.
2. Tujuan Metode Problem Solving
Metode pembelajaran problem solving mengembangkan kemampuan berfikir yang
dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi problema, mengumpulkan
data, menganalisa data, menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang
dari data yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan
hasil pemecahan masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara
berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan suatu kesimpulan atau keputusan yang
diyakini kebenarannya karena seluruh proses pemecahan masalah itu telah diikuti dan
dikontrol dari data yang pertama yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa sampai
kepada kesimpulan yang ditarik atau ditetapkan.
Tujuan utama dari penggunaan metode pemecahan masalah adalah:
1. Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari sebab-akibat
dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih setiap individu dalam cara-cara
mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah apabila akan memecahkan
suatu masalah.
2. Memberikan kepada individu pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai
atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini memberikan dasar-
dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan
masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi
masalah-masalah lainnya didalam masyarakat

3. Streategi dan Tahap Pembelajaran Metode Problem Solving


1) Strategi Pemecahan Masalah Solso
Solso dalam Made Wena mengemukakan enam tahap dalam pemecahan
masalah yaitu :

a. Identifikasi permasalahan (identification the problem)


b. Representasi permasalahan (representation of the problem)
c. Perencanaan pemecahan (planning the solution)
d. Menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan (execute the plan)
e. Menilai perencanaan (evaluate the plan)
f. Menilai hasil pemecahan (evaluate the solution)
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Strategi pemecahan masalah menurut solso
NO Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1. Identifikasi a. Memberi permasalahan a. Memahami permasalahan
permasalahan pada siswa b. Melakukan identifikasi
b. Membimbing siswa terhadap masalah yang
dalam melakukan dihadapi
identifikasi
permasalahan
2. Representasi/ a. Membantu siswa untuk a. Merumuskan dan
penyajian merumuskan dan perkenalan permasalahan
permasalahan memahami masalah
secara benar
3. Perencanaan a. Membimbing siswa a. Melakukan perencanaan
pemecahan melakukan pemecahan masalah
perencanaan
pemecahan masalah
4. Menerapkan/ a. Membimbing siswa a. Menerapkan rencana
mengimplementas menerapkan pemecahan masalah
ikan perencanaan perencanaan yang telah
dibuat
5. Menilai a. Membimbing siswa a. Melakukan penilaian
perencanaan dalam melakukan terhadap perencanaan
penilaian terhadap pemecahan masalah
perencanaan
pemecahan masalah
6. Menilai hasil a. Membimbing siswa a. Melakukan penilaian
pemecahan melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan
masalah
terhadap hasil
pemecahan masalah

2) Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz


Wankat dan Oreovocz dalam Made Wena mengemukakan tahap-tahap
strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut:

a. Saya mampu/bisa (I can): tahap membangkitkan motivasi dan membangun


ataupun menumbuhkan keyakinan diri siswa.
b. Mendefinisikan (Define): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak
diketahui, menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.
c. Mengeksplorasi (Explore): merangsang siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-
dimensi permasalahan yang dihadapi.
d. Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berfikir logis siswa untuk
menganalisis masalah dan menggunakan flowchart untuk menggambarkan
permasalahan yang dihadapi.
e. Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk
memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
f. Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek kembali
jawaban yang dibuat mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.
g. Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan
pertanyaan: Apakah yang telah saya pelajari dalam pokok bahasan ini?
Bagaimanakah agar pemecahan masalah yang dilakukan bisa lebih efisien?
Jika pemecahan masalah yang dilakukan masih kurang benar, apa yang
harus saya lakukan? Dalam hal ini dorong siswa untuk melakukan umpan
balik/refleksi dan mengoreksi kembali kesalahan yang mungkin ada.
Secara operasional dan juga ringkas kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
Strategi pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz
NO Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1. Saya a. Membangkitkan a. Menumbuhkembangkan
mampu/bisa motivasi dan motivasi belajar dan
membangun ataupun keyakinan diri dalam
menumbuhkan menyelesaikan
keyakinan diri siswa permasalahan
2. Mendefinisikan a. Membimbing membuat a. Menganalisis dan membuat
daftar hal yang diketahui daftar hal yang diketahui
dan tidak diketahui dan tidak diketahui dalam
dalam suatu suatu permasalahan
permasalahan
3. Mengeksplorasi a. Merangsang siswa untuk a. Mengajukan pertanyaan-
mengajukan pertanyaan- pertanyaan pada guru, untuk
pertanyaan dan melakukan pengkajian lebih
membimbing untuk dalam terhadap
menganalisis dimensi- permasalahan-
dimensi permasalahan permasalahan yang dibahas.
yang dihadapi
4. Merencanakan a. Membimbing a. Berlatih mengembangkan
mengembangkan cara cara berfikir logis untuk
berfikir logis siswa menganalisis masalah yang
untuk menganalisis dihadapi
masalah
5. Mengerjakan a. Membimbing siswa a. Mencari berbagai
secara sistematis untuk alternative pemecahan
memperkirakan jawaban masalah
yang mungkin untuk
memecahkan masalah
yang dihadapi
6. Mengoreksi a. Membimbing siswa a. Mengecek tingkat
kembali untuk mengecek kembali kebenaran jawaban yang
jawaban yang dibuat ada
mungkin ada beberapa
kesalahan yang
dilakukan
7. Generalisasi Membimbing siswa untuk a. Memilih/menentukan
mengajukan pertanyaan: jawaban yang paling tepat
a. Apakah yang telah saya
pelajari dalam pokok
bahasan ini?
b. Bagaimanakah agar
pemecahan masalah
yang dilakukan bisa
lebih efisien?
c. Jika pemecahan masalah
yang dilakukan masih
kurang benar, apa yang
harus saya lakukan?
d. Dalam hal ini dorong
siswa untuk melakukan
umpan balik/refleksi dan
mengoreksi kembali
kesalahan yang mungkin
ada

3) Strategi Pemecahan Masalah David Johnson


Penyelesaian masalah menurut Johnson ini dilakukan melalui kelompok.
Hal tersebut dilakukan karena suatu permasalahan di dalam pelajaran diberikan
kepada individu untuk diselesaikan oleh individu, sehingga disitu individu
mulai belajar untuk berfikir kritis, logis dan kreatif yang nantinya akan dapat
meningkatkan kompetensi individu tersebut. Prosedur penyelesaiannya
dilakukan sebagai berikut:
 Mendefinisikan masalah. Yaitu tahap perumusan masalah. Sebagai
contoh, pada tahap ini pembimbing menyampaikan beberapa
permasalahan kepada individu, kemudian individu disuruh untuk membuat
rumusan masalah dari permasalahan yang telah disampaikan tersebut.
 Mendiagnosis masalah. Yaitu tahap menentukan sebab-sebab terjadinya
masalah dan menganalisis faktor apa saja yang dapat mendukung untuk
memecahkan masalah, serta faktor apa saja yang dapat menghambat proses
di dalam memecahkan masalah.
 Merumuskan alternatif strategi. Pada tahap ini, individu mencari dan
menemukan berbagai macam alternatif tentang cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah.
 Menentukan dan menerapkan strategi. Setelah menemukan beberapa
alternatif yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah, pada tahap ini
individu harus mengambil keputusan alternatif mana yang akan dipakai.
Setelah mengambil keputusan, barulah individu menerapkan alternatif
yang telah dipilih tersebut.
 Mengevaluasi keberhasilan strategi. Pada tahap ini, individu harus
melakukan evaluasi proses, yaitu apakah strategi itu berhasil diterapkan
atau tidak. Serta individu juga harus melakukan evaluasi hasil, yaitu akibat
dari penerapan strategi tersebut.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving


A. Kelebihan Metode Problem Solving:
 Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya dengan dunia
kerja.
 Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
individu menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat,
dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan
manusia.
 Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir individu secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, banyak melakukan
mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka
mencari pemecahannya.

B. Kekurangan Metode Problem Solving;


 Proses belajar mengajar dengan mengguakan metode ini sering memerlukan
waktu yang cukup banyak.
 Individu yang pasif terhadap keadaan di sekitarnya, akan kesulitan dalam
memecahkan suatu masalah yang sedang dialaminya.
 Mengubah kebiasaan individu yang belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir
memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang
memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi
individu.

Anda mungkin juga menyukai