Anda di halaman 1dari 11

Mengapa seseorang bergabung dalam kelompok?

Ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk mencapai tujuan yang bila
dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua, dalam kelompok seseorang dapat tepuaskan
kebutuhannya dan mendapatkan reward soaial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan,
dsb. Besarnya anggota kelompok akan mempengaruhi interaksi dan keputusan yang
dibuatnya. Brainstorming dalam mengambil keputusan kelompok akan efektif bila anggota
kelompoknya 5-10 orang. Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok
saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota
lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua
bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk
selalu conform terhadap norma kelompok.

Apa yang dibahas dalam teori Groupthink?

2. Janis dan Hart t telah mengemukakan beberapa cara untuk mencegah terjadinya groupthink.
Berikan paling tidak dua cara tambahan untuk mencegah groupthink. Jelaskan dengan spesifik dan
berilah contoh.

3. Apakah anda pernah berada dalam kelompok kecil dengan tingkat kohesivitas tinggi? Jika
pernah, apakah terjadi groupthink? Jika benar, bagaimana anda mengetahuinya? Jika tidak, apa yang
mencegah terjadinya groupthink?

4. Dalam bukunya Groupthink, Janis bertanya jika sedikit pengetahuan mengenai groupthink
merupakan hal yang berbahaya. Mengapa menurut anda Janis menanyakan pertanyaan ini dan apa
konsekuensi dari mengetahui tentang groupthink? Berikan contoh dalam penjelasan anda.

5. Seberapa luaskah penyebaran groupthink? Apakah anda percaya bahwa masyarakat menyadari
masalah ini? Diskusikan tanggapan anda dengan menggunakan contoh.

Jawaban No. 1:

1. Apa yang dibahas dalam teori Groupthink?

Adapun yang dibahas didalam Groupthink adalah sebagai berikut :

Disini kita akan melihat salah satu dari teori Janis yang lebih sering dikenal sebagai Hipotesis
Groupthink. Janis menguji beberapa rincian mengenai pembuatan keputusan dalam kelompok.
Dengan menekankan pada pemikiran kritis, Ia menunjukkan bagaimana kondisi tertentu dapat
mengarah kepada tingginya kepuasan suatu kelompok namun dengan hasil yang tidak efektif.

Groupthink didefinisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika
keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana
tindakan yang ada.

Groupthink merupakan hasil langsung dari kohesivitas kelompok yang pertama kali dibahas secara
mendalam oleh Kurt Lewin sekitar tahun 1930 dan sejak saat itu menjadi sebuah variable penting
dalam keefektifitasan kelompok. Kohesivitas adalah sebuah tingkatan dari ketertarikan antar sesama
anggota dalam kelompok.
Kohesivitas merupakan sebuah hasil dari sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa tujuan
mereka dapat dipenuhi di dalam kelompok. Hal ini tidak membutuhkan kesamaan sikap, namun
setiap anggota dari kelompok tersebut saling bergantung satu sama lainnya untuk mencapai tujuan
bersama yang diinginkan. Semakin tinggi tingkat kohesivitas dalam suatu kelompok, semakin tinggi
tekanan yang diberikan kepada setiap anggota.

Kohesivitas dapat menjadi sesuatu yang baik karena membawa anggota kelompok dalam satu
kesatuan dan meningkatkan hubungan antar pribadi. Meskipun Janis tidak menyangkal akan
kebaikan dari kohesivitas, namun Ia menyadari akan bahayanya. Salah satunya adalah, tingginya
tingkat kohesivitas pada suatu kelompok dapat memungkinkan anggotanya untuk memberikan
energi yang lebih banyak dalam rangka menjaga keutuhan kelompok agar tidak retak ketika mereka
membuat keputusan bersama. Terkadang hal ini dilakukan agar mereka diakui dalam kelompoknya.

Konflik yang terjadi pada kelompok yang mempunyai tingkat kohesivitas rendah biasanya adalah
perdebatan dan perseteruan mengenai suatu masalah.

Janis > groupthink dapat menghasilkan 6 hal yang tidak baik :

1. Kelompok membatasi pembahasan mereka hanya pada beberapa alternatif tanpa


mempertimbangkan kemungkinan lain. Solusinya mungkin tampak nyata dan sederhana bagi
kelompok, dan hanya sedikit eksplorasi mengenai ide lainnya.

2. Pendapat yang awalnya disukai oleh sebagian besar anggota tidak pernah dipelajari ulang
untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan. Dengan kata lain, kelompok tidak kritis dalam
mempelajari suatu masalah untuk menemukan solusinya. (tidak ada evaluasi)

3. Kelompok tidak berhasil mempelajari pendapat yang awalnya tidak disukai oleh mayoritas.
Pendapat minoritas secara langsung ditolak dan dihindari.

4. Kelompok tidak berusaha untuk mencari pendapat ahli. Mereka merasa puas dengan diri
mereka sendiri dan merasa terancam dengan orang luar.

5. Kelompok menyeleksi berbagai informasi. Mereka lebih berkonsentrasi pada apa yang
mendukung ide mereka.

6. Kelompok merasa percaya diri dengan ide yang mereka miliki tanpa memikirkan rencana
cadangan. Tidak peduli apakah ide mereka berjalan dengan baik ataupun tidak.

Semua ini merupakan hasil dari kurangnya informasi dan rasa percaya diri yang tinggi akan
kelompoknya.

Janis mengemukakan bahwa groupthink ditandai dengan beberapa gejala :

1. ilusi ketangguhan yang tercipta karena adanya sikap optimistis yang tinggi. Ada pengertian yang
begitu kuat mengatakan bahwa “Kami tahu apa yang kami lakukan jadi jangan mengacaukan
keadaan”.

2. kelompok menciptakan usaha kolektif untuk merasionalisasikan tindakan yang telah mereka
putuskan.

3. kelompok mempertahankan keyakinan yang tidak dapat dibantahkan dalammoralitas yang


terkandung di dalamya, melihatnya sebagai sesuatu yang harus dilakukan demi mencapai hasil yang
diinginkan.
4. orang luar dipandang sebagai orang yang jahat, lemah dan tidak mengerti apa – apa.

5. tekanan langsung diberikan pada setiap anggota bukan untuk mengungkapkan opini yang
bertentangan. Perbedaan pendapat dengan cepat dimusnahkan, dan ini mengarah pada gejala yang
keenam yaitu

6. penyensoran diri dari perselisihan.

7. ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat

8. otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi yang tidak
mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok (mindguards).

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari efek negatif dari groupthink adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran kelompok dengan


sengaja konsekuensinya.

2. Ditekankan perlu adanya keberpihakan atas posisi yang lain.

3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan dan
menguraikan keraguan.

4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok.

5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat kemudian
dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal dari setiap anggota.

6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain (saingan), dengan
mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan ataupun kemungkinan lainnya yang
dinilai membahayakan.

7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk mengevaluasi kembali
dalam kesempatan yang berbeda.

8. Menyediakan waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghadiri pertemuan kelompok,


guna mengkritisi atau menolak pandangan kelompok.

9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan secara terbuka
di forum lain, dengan catatan hasilnya semata-mata untuk kelompok.

10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent), untuk bekerja
secara bersama dalam memecahkan suatu persoalan.

Faktor – faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu :

1. Faktor Anteseden

Kalau hal – hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka keputusan
yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal – hal yang mendahului
ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan
bernilai baik.

2. Faktor Kebulatan Suara

Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok,
daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak.
3. Faktor Ikatan Sosial – Emosional

Kelompok yang ikatan sosial – emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok,
sedangkan kelompok yang ikatannya legas dan berdasarkan tegas belaka cenderung lebih rendah
pikiran kelompoknya.

4. Toleransi Terhadap Kesalahan

Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan – kesalahan dibiarkan daripada tidak ada toleransi
atau kesalahan – kesalahan yang ada.

Contoh dari Teori Groupthink :

Perusahaan A yang bergerak di bidang konstruksi bangunan memenangkan sebuah tender untuk
membangun sebuah jembatan di daerah padat penduduk. Jembatan ini akan diletakkan di atas
sungai yang melintasi daerah tersebut. Karena mendapatkan tempat seperti itu, para anggota tim
berpikir sedemikian rupa untuk menggambarkan sebuah model jembatan yang cocok diletakkan
ditengah – tengah kawasan pemukiman padat penduduk. Ketua tim percaya bahwa komposisi dan
model yang Ia ajukan pada presentasi merupakan model yang paling cocok. Ia pun berhasil
meyakinkan anggota tim lainnya agar mengikuti pilihannya. Pada saat itu, salah seorang anggota tim
menyadari bahwa ada yang salah dengan komposisi pilar jembatan pada gambar rancangan ketua
tim. Namun, Ia tidak mengungkapkan hal itu karena mayoritas anggota kelompok telah menyetujui
pendapat sebelumnya. Ia takut bahwa pendapatnya akan membuat kacau rencana yang telah
disetujui.

Akhirnya setelah beberapa bulan, pembuatan jembatan pun selesai. Tak lama setelah jembatan
berdiri dengan kokohnya ditengah – tengah pemukiman penduduk, jembatan tersebut rubuh dan
memakan korban yang sedang melintas di atas jembatan. Ketika diteliti ulang, hal ini disebabkan
karena kurang kokohnya pilar jembatan untuk menopang jembatan itu.

Setelah kecelakaan ini, salah seorang dari anggota tim yang dulu tidak berani mengemukakan
pendapatnya lalu berbicara mengenai hal yang baru saja terjadi. Mendengar hal itu, anggota tim
lainnya pun sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan dulu. Jika saja mereka mau
mendengarkan pendapat selain pendapat mayoritas kelompok, hal ini tidak akan terjadi. Kini mereka
belajar dari pengalaman mereka. Mereka mulai menghargai pendapat orang lain.

Jawaban No. 2:

2. Janis dan Hart t telah mengemukakan beberapa cara untuk mencegah terjadinya groupthink.
Berikan paling tidak dua cara tambahan untuk mencegah groupthink. Jelaskan dengan spesifik dan
berilah contoh.

Menurut kelompok kami, mungkin cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
Groupthink yaitu:

1. Mendesak tiap individu/anggota kelompok untuk bersuara atau mengeluarkan pendapat


mereka masing-masing, dan menghargai pendapat individu tersebut walaupun mereka memiliki
pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lainnya.

Contohnya:
Misalnya di dalam suatu komunitas terdapat masalah, hal yang dilakukan untuk mendapatkan jalan
keluar yaitu dengan cara berdiskusi bersama-sama. Antara satu anggota dengan anggota yang
lainnya saling mengeluarkan pendapat. Pemimpin menampung pendapat pendapat yang ada, dan
menghargai apabila ada pendapat salah satu anggota yang sangat berbeda dari anggota lainnya. Lalu
langkah terakhir yaitu membuat kebijakan yang sesuai dengan suara terbanyak sesuai dengan apa
yang telah didiskusikan.

2. Mengevaluasi kembali kebijakan yang akan dibuat, dengan cara menanyakan kembali kepada
anggota kelompok, sebelum diambilnya keputusan akhir.

Contoh :

Misalnya dalam suatu komunitas ingin menetapkan kebijakan, sebelum kebijakan tersebut
dikeluarkan, maka seharusnya kebijakan itu dievaluasi kembali, apakah itu dengan cara didiskusikan
kembali ke anggota kelompok, atau dengan cara mendengar referensi baik itu insternal atau
eksternal.

Contoh kasus Groupthink:

Kasus Sri Mulyani dapat dengan terang menjelaskan asumsi-asumsi diatas, dimana, kohesivitas
terjadi pada saat keputusan ini diambil. Terlihat bagaimana kader-kader Partai Demokrat
mempertahankan keputusan itu secara bersama-sama dan solid pada setiap kesempatan
berkomunikasi dengan publik dan media. Akibat dari diambilnya kebijakan tersebut oleh Presiden
SBY, dan dilanjutkan dengan dibentuknya Sekretariat Bersama Partai-Partai Koalisi, dengan Ketua
Hariannya adalah Aburizal Bakrie, semakin menguatkan opini pada publik, bahwa Sri Mulyani
sengaja dikorbankan oleh Presiden SBY untuk mempertahankan stabilitas kekuasaan dan
pemerintahannya dari tekanan oposisi dan Partai-Partai koalisi yang dalam kasus Century berbalik
menekan dan bergabung dengan pihak oposisi. Hal ini semakin merendahkan wibawa Presiden RI
dengan mengalah pada tekanan-tekanan politis yang dari sisi hukum positif belum tentu benar.
Bahwa keputusan yang diambil tidaklah melalui pertimbangan ahli, mengabaikan pendapat kalangan
perbankan dan moneter, dan juga bisa dianggap mengorbankan reformasi birokrasi didalam tubuh
kementerian Keuangan yang sedang dijalankan dengan keras oleh Sri Mulyani. Bagaimana rasa
keadilan publik menjadi terganggu, ketika seorang petinggi partai golkar mengatakan bahwa dengan
mundurnya Sri Mulyani dan pembentukan Sekretariat Bersama ini, kasus century dapat dihentikan.
Hal ini mendukung opini yang berkembang bahwa telah terjadi sebuah transaksi politik pada elit
pimpinan negeri ini yang mengarah pada Kartel Politik, dimana pada Kartel Politik, yang dikorbankan
adalah rakyat.

Secara teori, kesemuanya itu disebabkan kurangnya pemikiran kritis dalam kelompok yang kohesif
dan kepercayaan diri yang berlebih dari kelompok. Hal ini ditandai dengan beberapa gejala yaitu
yang pertama adalah kekebalan ilusi (illusion of invulnerability) dimana menciptakan sebuah udara
optimisme yang tidak semestinya. Yang kedua adalah kelompok menciptakan usaha kolektif untuk
merasionalisasikan serangkaian tindakan yang telah ditetapkan. Ketiga adalah kelompok menjaga
sebuah kepercayaan yang tidak terpatahkan dalam moralitas yang inherent, melihat dirinya sendiri
yang termotivasi dan bekerja untuk hasil yang terbaik. Gejala yang keempat adalah pemimpin yang
berasal dari luar kelompok di-stereotype-kan sebagai jahat, lemah, dan bodoh. Kelima adalah
tekanan langsung mendesak anggota untuk tidak mengungkapkan pendapat yang berlawanan.
Perselisihan akan cepat padam yang akan membawa pada gejala ke enam yaitu sensor diri (self
cencorship) dari pertentangan, dimana anggota enggan bmenyampaikan pendapat yang berlawanan
dan menekan mereka untuk mengambil posisi yang sama. Gejala yang ketujuh adalah adanya ilusi
kesepakatan (ilusi unanimity) bersama dalam kelompok. Jika keputusan telah diambil maka muncul
pemikiran waspada (mindguards) untuk melindungi kelompok dan pemimpin dari opini yang
berlawanan dan informasi yang tidak diinginkan.

Pada akhirnya, berkaitan dengan kasus Sri Mulyani ini, gejala-gejala diatas dapat ditemukan secara
jelas. Bagaimana Presiden SBY menebarkan optimisme yang dangkal, bahwa Sri Mulyani pergi ke
World Bank adalah sebuah prestasi, padahal jabatan tersebut beberapa kali ditolak oleh Sri Mulyani.
Kemudian, kelompok pendukung Presiden dan kader-kader Partai Demokrat juga memperkuat hal
ini dalam setiap kesempatan komunikasi di media. Tidak adanya bocoran informasi dari dalam
kelompok Presiden SBY dan kader partai. Kemudian juga, bagaimana dihembuskannya isu tentang
Aburizal Bakrie, sebagai penyebab mundurnya Sri Mulyani, yang memang memiliki beberapa
masalah dalam bidang keuangan dan kasus lapindo, dengan Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan.
Semua gejala tersebut sangat jelas dapat kita terjemahkan dari kasus tersebut.

seharusnya, Presiden SBY bisa lebih arif dalam mengambil keputusan berkaitan dengan Sri Mulyani.
Bahwa integritas Sri Mulyani, baik dalam hal kompetensi bidang moneter maupun pada
profesionalitas profesi, sangat diakui didalam negeri maupun diluar negeri, yang seharusnya
memberikan alasan untuk mempertahankan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Jika saja
keputusan tersebut melibatkan lebih banyak orang, kader Partai Demokrat, ahli hukum, politik dan
ekonomi, serta bisa lebih peka pada kondisi negara yang sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin
yang memiliki profesionalitas dan integritas yang tinggi dan lebih menekankan pada kepentingan
yang lebih besar daripada sekedar mempertahankan stabilitas kekuasaannya, mungkin tidak harus
dengan mendorong Sri Mulyani menjadi pejabat di World Bank, tapi tetap memimpin Kementerian
Keuangan dan melanjutkan reformasi Birokrasi pada institusi yang sangat penting bagi Republik
Indonesia dan juga menjadi penentu dalam kemampuan finansial pemerintah dalam menjalankan
roda kenegaraan.

Jawaban No. 3 :

3. Apakah anda pernah berada dalam kelompok kecil dengan tingkat kohesivitas tinggi? Jika
pernah, apakah terjadi groupthink? Jika benar, bagaimana anda mengetahuinya? Jika tidak, apa yang
mencegah terjadinya groupthink?

Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan suatu mode berpikir sekelompok
orang yang sifatnya kohesif (terpadu) ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggota-anggota
kelompok untuk mencapai kata mufakat telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai
alternatif-alternatif tindakan secara realistis

Apakah anda pernah dalam kelompok kecil dengan tingkat kohesivitas tinggi?

Pernah
Jika pernah, apakah terjadi groupthink? Pernah dan keadaan ketika sebuah kelompok
membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata
buktinya, dan memiliki nilai moral. Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu
berpengaruh dalam kelompok yang irrasional tapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi
keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan aksi-aksi yang tidak
masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan diluar kelompok.
Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya
memiliki background yang sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan
tidak ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.

Cara mengetahuinya , ketika anggota kelompok mulai mempertahankan keinginannya dan


menggambil keputusan tidak sesuai dengan rasional nya

Dan ada sekelompok orang yang terkena sindrom yang memiliki background yang sama,dan berhasil
mempengaruhi orang lain

Jawaban No. 4 :

4. Menurut saya memang wajar Janis mengatakan jika sediit pengetahuan mengenai groupthink
maka akan sangat berbahaya. Apalagi untuk individu yang terlibat dalam suatu komunitas kecil.
Pengetahuan menganai groupthink sangat dibutuhkan, agar tidak terjadi hal hal yang negative naik
itu untuk individu anggota kelompok itu sendiri atau untuk anggota kelompok tersebut. Apabila
banyak mengetahui pengetahuan tentang groupthink, setidaknya dapat menghindari terjadinya
groupthink disuatu komunitas.

Jawaban No. 5:

5. Seberapa luaskah penyebaran groupthink? Apakah anda percaya bahwa masyarakat menyadari
masalah ini? Diskusikan tanggapan anda dengan menggunakan contoh.

Menurut Kelompok kami penyebaran Grouptink sudah sangat luas, dan sudah menyebar
keseluruh masyarakat di setiap negara di dunia. Baik itu dalam kelompok masyarakat yang kecil
maupun tang besar.

Saya percaya bahwa sebagian masyarakat ada yang menyadari masalah Groupthink ini, yaitu bagi
masyarakat yang memahami groupthink itu sendiri. Tetapi tidak sedikit juga masyarakat indonesia
yang tidak menyadari kasus ini, terlebih lagi bagi masyarakat awam.

Berikut adalah beberapa contoh kasus Groupthink yang ada di Indonesia :

Kegaduhan politik pragmatis di Indonesia bukan tidak mungkin sebagai gejala groupthink, para
politisi, penegak hukum, birokrat, teknokrat atau siapapun pihak yang mengambil tindakan tertentu
dan berdampak massif terhadap masyarakat, bisa saja berilusi bahwa tindakan-tindakannya tidak
akan merugikan pihak lain.
Sebagai contoh, pembebasan Ayin (terpidana pemberi suap Jaksa Urip), politisasi kasus Gayus
Tambunan, pembiaran terhadap kelompok agama radikal yang mengancam toleransi beragama, isu
kegagalan pemerintah, isu neoliberal, keterlambatan penanggulangan bencana, nuansa KKN dalam
seleksi CPNS di beberapa daerah, dll, dapat diindikasikan sebagai gejala groupthink.

Lalu bagaimana cara mengatasi gejala groupthink yang cenderung destruktif dan berpotensi menjadi
akumulasi masalah berkepanjangan di masa depan?

Irving Janis menyatakan, groupthink dapat dihindari jika setiap pemimpin kelompok, baik formal
maupun informal menangguhkan penilaian, mendorong munculnya berbagai kritik atas program
ataupun keputusan yang diusulkan, mengundang ahli-ahli dari kelompok luar, menugaskan satu atau
dua orang anggota untuk menjadi devil’s advocate guna menentang pendapat mayoritas (sekalipun
mereka sebenarnya setuju) dan membuat-keputusan-keputusan secara bertahap, tidak sekaligus.

Menyongsong Indonesia baru, para pemimpin Indonesia di berbagai lini diharapkan mempunyai
persepsi sosial yang akurat. Persepsi sosial sendiri adalah proses menangkap "arti" objek dan
kejadian/peristiwa sosial yang dialami sebagai sebuah aspek krusial.

Tanpa persepsi yang akurat, tidak mungkin terjalin komunikasi yang efektif diantara eksekutif,
legislatif dan masyarakat. Sebagai contoh, persepsi sosial yang akurat dari para pemimpin di Komisi
DPR RI akan mencerminkan sensitivitas dalam melihat permasalahan dan aspirasi masyarakat, untuk
kemudian melakukan evaluasi secara jelas dan tepat.

Persepsi akurat ini hanya bisa diperoleh jika para wakil rakyat “turun gunung” untuk mendengar
langsung dan berdialog dengan masyarakat, dan tidak hanya menerima pesan-pesan masyarakat
yang diperoleh dari pihak lain atau tataran kader Parpol di daerah yang cenderung bersikap “Asal
Bapak Senang” namun manipulatif. Pengenalan masalah adalah setengah perjalanan mencapai
penyelesaian masalah itu sendiri.

Diharapkan melalui persepsi sosial yang kuat, para pemimpin Indonesia ke depan akan memimpin
rakyat dengan tidak hanya sekedar “menampung masalah” tetapi juga akan lebih pro aktif
menyelesaikan berbagai permasalahan.

Tentunya hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemimpin tertinggi di negeri ini, namun
diharapkan dapat diadopsi sampai ke level yang terendah sekalipun di luar struktur formal
masyarakat, yakni kepemimpinan kolektif dalam jiwa individu-individu masyarakat Indonesia yang
nantinya mampu menciptakan “filter sosial” dengan memilah-milah berbagai distorsi informasi dan
provokasi yang disebarkan para penggaduh politik yang semakin menjerumuskan rakyat negeri ini ke
lembah kebencian.

Anda mungkin juga menyukai