Anda di halaman 1dari 15

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM

KELOMPOK

Disusun Oleh:
1. Millennia Eka Oktaviani (1800001201)
2. Alivia Eka Arianti (1815001229)
3. Elya Rukhana (1800001202)
4. Afrida Rahma Fauziah (1800001222)
5. Nadya Rifda Kamila (1800001238)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur
tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia.Setiap proses pengambilan
keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi
dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak
kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut.
Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada
pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan
tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan
pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak
yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional
dalam suatu organisasi, para pemimpin harus membuat banyak keputusan
rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi
yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup
pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan
untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengambilan keputusan individu vs kelompok ?
2. Bagaimana pengambilan individu yang efektif ?
3. Bagaimana metode-metode pengambilan keputusan ?
4. Bagaimana keterlibatan dalam pengambilan keputusan ?
5. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam pengambilan keputusan ?
6. Bagaimana implikasi dalam Bimbingan dan Konseling ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengambilan keputusan individu vs kelompok.
2. Untuk mengetahui pengambilan individu yang efektif.
3. Untuk mengetahui metode-metode pengambilan keputusan.
4. Untuk mengetahui keterlibatan dalam pengambilan keputusan.
5. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pengambilan keputusan.
6. Untuk mengerahui implikasi kekuasaan dalam Bimbingan dan Konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan Individu vs Kelompok


Pengambilan Keputusan (Decision Making)merupakan suatu proses
pemikiran dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan mengenai prediksi
kedepan. Pengambilan keputusan individu yaitu pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh perorangan dan biasanya diambil oleh pimpinan atau manajer
perorangan seseuai dengan wewenangnya. Sedangkan pengambilan keputusan
kelompok atau organisasi berdasar pada pengambilan keputusan secara
individu anggota kelompok. Banyak keputusan diambil melalui grup, tim,
panitia dan lain-lain.
Thorndike (1938) menyimpulkan bahwa pemecahan masalah yang
diperoleh dari keputusan kelompok terbukti lebih efektif. Pengambilan
keputusan yang dilakukan dalam kelompok lebih baik daripada dilakukan oleh
individu karena interaksi antar anggota kelompok dapat menghasilkan suatu
gagasan atau ide yang sebelumnya tidak terpikir oleh anggota yang lainnya
(Falk & Johnson, 1977, Hall & Wiliams, 1966). Selain itu, hasil pemikiran
yang diperoleh akan lebih mendalam dan ingatan akan fakta dan kejadian yang
lebih akurat. Alasan-alasan lain kenapa kelompok menghasilkan keputusan
yang lebih baik daripada individu adalah sebagai berikut:
1. Kelompok mempunyai motivasi yang lebih tinggi untuk mencapai tujuan.
2. Kelompok mengambil keputusan yang lebih beresiko daripada individu.
3. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan kelompok akan meningkatkan
komitmen anggotanya dalam melaksanakan keputusa kelompok tersebut.
4. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam kelompok
memungkinkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan keputusan.
5. Perbedaan yang ada dalam keanggotaan merupakan sumber daya yang
bervariasi.
6. Dalam diskusi secara langsung dapat meningkatkan kualitas dan
kreativitas para anggotanya dalam berargumen.
a. Dukungan Sosial
Selama tugas yang didapat itu cukup sederhana dan cukup dipelajari, maka
keberadaan orang lain di sekitar kita bisa membuat prestasi kita
mengalami peningkatan. Tetapi jika tugasnya itu sulit atau kompleks,
maka adanya orang disekitar kita bisa membuatprestasi kita mengalami
penurunan. Suatu keputusan akan lebih efektif jika diputuskan dalam
kelompok daripada diputuskan oleh individu karena dalam kelompok,
antar anggota kelompok akan saling bekerja sama dan memberi dukungan.
Hal tersebut bisa menghasilkan dorongan dan mengurangi persaingan dan
kecemasan akan penilaian dari orang lain.
b. Pertentangan dalam Kelompok
Pertentangan dalam kelompok adalah kecenderungan suatu kelompok
untuk membuat keputusan yang lebih ekstrim dibanding dengan usulan-
usulan atau pemikiran-pemikiran anggotanya (Brauer, Judd, & Jacquelin,
2001; Moscovici & Zavalloni, 1969). Dampak pertentangan dalam
kelompok ada 3, yaitu:
 Pengaruh normatif: kelompok bertentangan karena anggotanya ingin
memberikan kesan yang baik kepada anggota yang lain. Oleh karena
itu mereka saling membandingkan pendapat mereka dan menguatkan
pendapat mereka agar lebih bisa meyakinkan kelompok.
 Pengaruh informasi: kelompok bertentangan karena anggota
kelompok mendapatkan informasi baru yang bisa mengubah pendapat
awal mereka (Kaplan & Miller, 1987) dan anggota kelompok
dihadapkan pada argumentasi yang pesuasif (Burnstein & Vinokur,
1977; Isenberg, 1987).
 Pengakuan sosial: kelompok bertentangan karena individu ingin
dianggap dan diakui sebagai anggota kelompok (Isenberg, 1986;
Kaplan & Miller, 1987).
c. Perubahan Pola Sikap dan Perilaku
Penyebab suksesnya diskusi kelompok adalah komitmen bersama dan
tingkat penerimaan dalam kelompok (Bennet, 1955; Pelz, 1958, Haravey,
Bass, 1958). Ketika orang berpartisipasi dalam diskusi kelompok untuk
mengubah perilaku atau sikapnya, maka mereka akan melaksanakan hasil
keputusan diskusi apabila mereka berkomitmen pada kelompok dan
percaya bahwa anggota lainnya juga melaksanakan keputusan tersebut.
d. Tipe Tugas
Produktivitas individu maupun kelompok itu tergantung pada tipe tugas
yang diberikan. Jika tugas yang diberikan membutuhkan usaha dari
seluruh anggotanya (misalnya dalam lomba tarik tambang), maka
kelompok pasti lebih baik dari individu. Sebaliknya, jika tugas yang
diberikan membutuhkan ketelitian (misalnya membelah berlian), maka
individu yang terlatih akan bekerja lebih baik daripada kelompok. Steiner
menyatakan bahwa ada empat jenis tugas kesatuan, yaitu:
 Disjungtif (nilai kelompok diperoleh dari nilai terbaik yang diperoleh
anggotanya).
 Konjungtif (nilai kelompok diperoleh dari nilai terburuk yang
diperoleh anggotanya).
 Aditif (nilai kelompok adalah gabungan dari kontribusi seluruh
anggotanya).
 Diskresioner (nilai kelompok diperoleh dari kombinasi antara usaha
individu yang ingin diperoleh kelompok dan dijadikan satu).
e. Potensi Produktivitas Kelompok
Sejumlah psikolog percaya bahwa biasanya produktivitas kelompok lebih
rendah daripada dindividu. Misalnya membandingkan jumlah waktu antara
individu dan kelompok dalam memecahkan suatu masalah. Individu
memang dapat memecahkan masalah dengan waktu yang lebih cepat
daripada kelompok. Namun jumlah waktu tersebut tidak menentukan
kualitas keputusan yang diperoleh. Menurut Steiner, potensi produktivitas
kelompok adalah tingkat produktivitas maksimal yang bisa dicapai suatu
kelompok dalam suatu tugas yang menyatakan bahwa hal itu tergantung
pada dua faktor, yaitu sumber daya yang dimiliki anggotanya dan tuntutan
tugas. Terdapat 3 kekurangan dalam metode Steiner:
 Tersirat bahwa terdapat potensi dasar produktivitas yang unik yang
merupakan batasan tertinggi presentasi kelompok.
 Ia menganggap bahwa individu tidak lebih termotivasi jika mereka
bekerja dalam kelompokknya dibandingkan jika bekerja sendiri.
 Ia beranggapan bahwa individu selalu menggunakan potensi mereka
secara maksimal.
B. Pengambilan Keputusan yang Efektif dilakukan oleh Pemimpin
Pengambilan keputusan adalah proses pemecahan masalah dengan
menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan
yang ingin dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Pengambilan
keputusan yang efektif biasanya dibutuhkan dalam situasi yang mendesak.
Agar dapat mengambil keputusan yang efektif, terdapat beberapa model
pengambilan keputusan yang didasarkan pada sekumpulan asumsi yang
berbeda dan menawarkan wawasan yang unik dalam proses pengambilan
keputusan. Berdasarkan kajian literatur tentang model pengambilan keputusan
yang efektif menurut tiga ahli yaitu Robert dan Kinicki (2005:5); Usman
(2013:440); Weyne dan Miskel (2014) diperoleh simpulan bahwa terdapat
beberapa model yang sama yaitu model Simon, model rasional, dan model
klasik; namun demikian masih banyak model-model lain yang tidak sama
yang dikemukakan oleh tiga ahli tersebut.
Pandangan ketiga ahli di atas yang menyatakan bahwa pengambilan
keputusan yang efektif membutuhkan suatu model. Hal itu sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi (2007)
mengenai Penggunaan Analytical Hierarchy Process Untuk Penyusunan
Prioritas Proposal Penelitian, memperoleh hasil bahwa pengambil keputusan
memerlukan model pengambilan keputusan yang dapat membantu mereka
membuat pilihan secara komprehensif, logis, dan terstruktur.
Pandangan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rebekka Rismayanti (2016), apapun gaya partisipasi pengambilan keputusan
akan menjadi tepat ketika pemimpin benar-benar memikirkan tujuan yang
paling tepat dari suatu proses pengambilan keputusan, memperhatikan betul
referensi informasi yang diperoleh secara komprehensif, serta
mempertimbangkan kondisi yang terjadi sebelum mengambil suatu keputusan.
Ketiga hal ini diperlukan agar gaya partisipasi dapat dipilih secara tepat
sehingga keputusan yang diambil tidak menimbulkan kesalahpahaman,
melainkan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang
melakukan proses komunikasi secara bisnis.
Dari berbagai pengalaman empiris pengambilan keputusan tidak selalu
hanya cocok dengan satu model tertentu, namun biasanya melihat situasi dan
kondisi. Dalam keadaan tertentu bisa menggunakan model rasional, namun di
situasi yang lain dimungkinkan menggunakan model simon atau model klasik.
Pemimpin harus jeli melihat situasi yang ada bagaimana menentukan pilihan
saat pengambilan keputusan, dan menggunakan model apa yang terbaik dalam
pengambilan keputusan tersebut. Di sinilah diperlukan seni mengambil
keputusan.
C. Metode-Metode Pengambilan Keputusan
1. Kewenangan tanpa diskusi
Metode pengambilan keputusan ini sering kali digunakan oleh para
pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer.Metode ini
memiliki beberapa keuntungan ,yaitu cepat,dalam arti ketika kelompok
tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus
dilakukan.Selai itu ,metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau
pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-
persoalan rutin yang tidak mensyaratkan diskusi untuk mendapatkan
persetujuan para anggotanya.Namun demikian ,jika metode pengambilan
keputusan ini terlalu sering digunakan,ia akan menimbulkan persoalan –
persoalan,seperti munculnya ketidak percayaan para anggota kelompok
terhadap keputusan yang di tentukanpemimpinnya,karena mereka kurang
bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Menurut Pendapat Ahli
Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik,apabila
seseorang anggota kelompok yang di anggap ahli tersebut memang benar-
benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota
kelompok lainnya.Dalam banyak kasus,persoalan orang yang dianggap
ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana,karena sangat sulit
menentukan indicator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli
atau superior.Ada yang berpendapat para bahwa ahli adalah orang yang
tidak setuju dengan orang tersebut,karenanya menentukan apakah
seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
3. Kewenangan setelah diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama.Karena metode authority rule
after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu
anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan.Keputusan yang
diambil dalam metode ini,akan mengingatkan kualitas dan tanggung jawab
para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan dalam
mengambil keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses
pembuatan keputusan ,namun perilaku otokratik dari pemimpin,kelompok
masih berpengaruh.Disisi lain metode pengambilan keputusan ini juga
mempunyai kelemahan,yaitu pada anggota kelompok akan bersaing untuk
mempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan artinya bagaimana para
anggota kelompok yang mengemukakan pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok
bahwa pendapatnya yang perlu di perhatikan dan di pertimbangkan.
4. Kesepakatan
Kesepakatan akan terjadi kalau semua anggota dari suatu kelompok
mendukung keputusan yang diambil.Metode ini memiliki keuntungan
yakni berpartisipasi penuh dari seluruh anggota kelompok akan dapat
meningkatkan kualitas keputusan yang diambil.,sebaik seperti tanggung
jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut.Selain itu
metode consensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
D. Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan
Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula
diperkenalkan oleh French et al.(1960), ketika mengatakan bahwa peran serta
menujukan suatu proses antara dua atau lebih pihak yang mempengaruhi satu
terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan.
Peran serta bawahan dalam mengambil keputusan sesungguhnya lahir dari
desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.
Keinginan untuk berperan serta menurut Archbold (1976) didorongkan
oleh kebutuhan akan hasrat akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan,
dan hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat
orang bergantung. Pentingnya peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan juga diakui oleh Alutto dan Belasco (1972), karena dengan
demikian ada jaminan bahwa pemeran serta(karyawan) tetap mempunyai
kontrol atas keputusan-keputusan yang diambil. Apabila pemeran serta tidak
dapat mengontrolnya, maka organisasi akan mengalami kerugian, sama
dengan tidak ada peran serta sama sekali.
Para managerakan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan para
bawahannya, keterlibatan ini dapat formal seperti pengguanaan kelompok
dalam pembuatan keputusan; atau informal seperti permintaan akan gagasan-
gagasan.Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap tahap proses
pembuatan keputusan. Bermacam-macam bentuk peran serta bawahan dalam
pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh sejumlah penulis. Seperti
Cotton et al. (1988) yang mencoba mengadakan penelitian terhadap berbagai
karya tulis tersebut dengan mengumpulkan lebih dari 400 artikel tentang peran
serta dalam pengambilan keputusan. Dimana setiap artikel itu diklasifikasikan
ke dalam lima sifat peran serta, yaitu ; formal-tidak formal, langsung-tidak
langsung, tingkat pengaruhnya isi dari keputusan, dan jangka waktunya
singkat atau lama.
Dari teori para ahli di atas, keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mempunyai beberapa sisi positif dan negatif, berikut adalah sisi negatif dan
positif dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan.
Sisi Positif :
1. Keputusan relative lebih baik,logis,dan ideal sebab hasil dari pemikiran
bersama
2. Kecendrungan untuk bertindak otoriter dapat terhindarkan
3. Meningkatkan kerjasama antara anggota grup
4. Resiko dan dampak negative dari keputusan semakin kecil
5. Pembinaan anggota grup akan lebih baik
Sisi Negatif :
1. Pengambilan keputusan akan memerlukan waktu yang lama
2. Biaya pengambilan keputusan relative lebih banyak
3. Penanggung jawab keputusan kurang jelas
4. Minoritas kadang-kadang terpaksa menyetujui keputusan karena kalah
suara.
E. Pendekatan-Pendekatan Pengambilan Keputusan
1. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan
manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada
prinsip bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika
tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu
tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang
menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan.
Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup
keseluruhan varian, dan karenanya hal ini hanyalah sebagian manfaat
dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan
organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau
akhir dari tindakan, maka disebut juga Teleological.
2. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada
kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau
tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang
didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan
memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme dengan analisis
deontologi secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga
terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi
yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan
ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3. Virtue Ethics
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari
tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan
untuk membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan
aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil
keputusan.
F. Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam proses bimbingan dan konseling, terdapat bentuk bimbingan kelompok
yang meliputi karya wisata, kegiatan kelompok, dan diskusi kelompok yang
dapat membantu siswa (konseli) agar mempunyai pandangan dan gambaran
yang luas sebelum pengambilan keputusan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan individu yaitu pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh perorangan dan biasanya diambil oleh pimpinan atau manajer
perorangan seseuai dengan wewenangnya. Sedangkan pengambilan keputusan
kelompok atau organisasi berdasar pada pengambilan keputusan secara
individu anggota kelompok. Namun pengambilan keputusan yang dilakukan
dalam kelompok lebih baik daripada dilakukan oleh individu karena interaksi
antar anggota kelompok dapat menghasilkan suatu gagasan atau ide yang
sebelumnya tidak terpikir oleh anggota yang lainnya dan hasil pemikiran yang
diperoleh akan lebih mendalam dan ingatan akan fakta dan kejadian yang
lebih akurat. Model pengambilan keputusan yang efektif menurut tiga ahli
terdapat beberapa model yang sama yaitu model Simon, model rasional, dan
model klasik.

B. Saran
Hendaknya pembaca jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu
organisasi dapat mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya
kepmimpinan sesuai dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah
diperhitungkan secara matang.
DAFTAR PERTANYAAN

1. Alasan-alasan mengapa keputusan kelompok menghasilkan keputusan yang lebih


baik daripada individu, kecuali:
a. Kelompok mempunyai motivasi yang lebih tinggi untuk mencapai tujuan.
b. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan kelompok akan meningkatkan
komitmen anggotanya dalam melaksanakan keputusa kelompok tersebut.
c. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam kelompok memungkinkan
terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan
keputusan.
d. Perbedaan yang ada dalam keanggotaan akan membuat keputusan tidak efektif
Jawaban : D

2. Berikut yang termasuk dalam keterlibatan dalam mengambil keputusan di lihat dari
segi positifnya adalah…
a. Keputusan relative lebih baik,logis
b. Keputusan kurang jelas
c. Pengambilan keputusan relative lama
d. Sangat otoriter terhadap anggota
Jawabannya: A
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai