Anda di halaman 1dari 14

KONFLIK TRAUMA DAN FRUSTASI

Tugas ini Dikerjakan dalam Rangka Memenuhi Tugas Kesehatan Mental di Program Studi
Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu:
Tri Sutanti, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 7

1. Lukky Aisya (1800001205)


2. Daniel Huda (1800001208)
3. Fera Hayani Harahap (1800001215)
4. Afrida Rahma Fauziah (1800001222)
5. Rani Aldiyanti (1800001231)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga kependidikan
yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan
manusia.Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan yang
lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
Agar eksistensinya tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami
konflik, trauma dan frustasi terutama bagi individu yang kurang dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Kalau diperhatikan
orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, akan terlihat bermacam-macam
hal yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut. Ada yang kelihatannya
selalu gembira, senang, bahagia, dan tertawa walau yang akan dihadapinya
nanti berbeda dengan apa yang diharapkan.
Adapula yang sering mengeluh dan bersedih hati, putus asa,
menyerah, tidak cocok dengan orang lain dan pekerjaannya hal tersebut
membuat seseorang mengalami  suatu gannguan kesehatan. Hal ini terjadi
karena kurangnya masyarakat untuk menjaga keharmonisan di dalam
masyarakat itu sendiri. Dalam gangguan-gangguan ini kita harus tau betul
apa yang akan dipelajari dalam hal ini dan bagaimana pemahaman kita
terhadap gangguan-gangguan tersebut. Dalam pembahasan ini banyak
sekali poin-poin yang bisa kita ambil pelajaran atau sisi positifnya, agar kita
tahu masalah yang ada di lingkungan masyarakat mengenai tiga hal
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana  teori dari Konflik, Trauma dan Frustasi?
2. Apa defenisi dan dinamika dari Konflik, Trauma dan Frustasi?
3. Apa saja gejala-gejal dari Konflik, Trauma dan Frustasi?
4. Bagaimana mengatasi Konflik, Trauma dan Frustasi?
C.  Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana teori dari Konflik, Trauma dan Frustasi
2. Untuk mengetahui apa definisi dan dinamika dari Konflik, Trauma dan
Frustasi
3. Untuk mengetahui apa saja gejala-gejal dari Konflik, Trauma dan Frustasi
4. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi Konflik, Trauma, dan Frustasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Konflik, Trauma dan Frustasi


1. Teori Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik juga dapat diartikan sebagai
hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang
memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda. Konflik biasanya dilatar
belakangi oleh individu maupun kelompok karena ketidakcocokan atau
perbedaan pendapat dalam hal tujuan yang akan dicapai.
Konflik atau perbedan merupakan suatu hal yang sering terjadi
didalam suatu organisasi. Bukan hanya dalam hal berorganisasi tetapi hal
ini juga sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat Dalam proses
interaksi antara suatu hal dengan hal lainnya tidak ada jaminan akan
selalu terjadi kesesuaian antara individu atau kelompok pelaksananya.
Setiap saat konflik dapat saja muncul, baik antar individu maupun
antarkelompok dalam organisasi.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik
merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai
keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat
menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak
bekerja sama satu sama lain.
Menurut Robbin (1996) , keberadaan konflik dalam organisasi dalam
organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka
tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum
konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka
konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

2. Teori Trauma
Trauma merupakan akibat dari adanya pengalaman traumatik yang
terjadi pada diri seseorang.  Menurut Willey & Sons (2008) trauma
merupakan keadaan yang terjadi akibat peristiwa yang sangat
mengejutkan dan menakutkan, bersifat mengancam bahaya fisik atau
psikis, bahkan hampir menyebabkan kematian. Supratiknya (1995)
menjelaskan bahwa trauma psikologis dapat menghancurkan rasa aman,
rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka yang sangat sulit
disembuhkan sepenuhnya.
Berdasarkan pemaparan di atas  bahwa trauma merupakan suatu
keadaan yang dihasilkan dari pengalaman yang tidak menyenangkan
yang mengakibatkan gangguan yang serius pada mental seseorang.
Pada dasarnya, trauma memiliki tiga ciri, yaitu:
a. Trauma merupakan hal yang tidak diperkirakan, maksudnya
seseorang yang mengalaminya tidak melakukan hal-hal pencegahan
terhadap hal tersebut.
b. Trauma bukanlah hal yang sudah ditentukan sebelumnya bahwa hal
tersebut dapat mengakibatkan trauma.
c. Trauma merupakan hal yang tidak dapat diramalkan, maksudnya
tidak ada yang tahu bagaimana seseorang dapat memberikan reaksi
tertentu pada kejadian tersebut (Jealinne, Segal, Dumke 2005).
3. Teori Frustasi
Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak
menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin
meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat
berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang
mengalaminya.
Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri
seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial
yang menghalangi pencapaian tujuan. Penyebab eksternal dari frustrasi
mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak
punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.
Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang
biasanya dihadapi oleh individu seperti :
d. Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan
sebagainya.
e. Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus,
persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek
kehidupan.
f. Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam
bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa
menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
g. Frustasi bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa
negatif dan positif.

B. Defenisi dan Dinamika Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi


1. Definisi dan Dinamika Konflik
Konflik atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua macam
dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain,
dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama.
Konflik dapat dibagi beberapa macam, yaitu:
a. Pertentangan antara dua hal yang diinginkan, yaitu adanya dua hal
yang sama-sama diinginkan. Misalnya seorang gadis yang dipinang
oleh dua orang pemuda yang sama-sama baik, atau seorang yang
diterima bekerja pada dua kantor yang sama-sama baik jaminannya
dan sama-sama menyenangkan. Konflik seperti ini ringan saja, akan
hilang kalau orang sudah dapat memilih salah satu diantaranya.
b. Pertentangan antara dua hal, yang pertama hal yang diinginkan
sedangkan yang kedua hal yang tidak diinginkan. Konflik ini terjadi
apabila terdapat dua macam keinginan yang bertentangan satu sama
lain atau antara dua hal yang menghalangi antara satu dengan yang
lainnya. Dari satu segi ingin mencapainya tapi dari segi lain ingin
menghindarinya. Misalnya seorang ibu yang ingin anaknya ikut piknik
dengan teman sekolah anaknya, tapi dilain pihak ia takut kalau
anaknya dapat kecelakaan dijalan.
c. Pertentangan antara dua hal yang tidak diinginkan, yaitu orang yang
menghadapi situasi yang menimbulakan dua hal yang sama-sama
tidak disenangi. Misalnya seorang militer yang sedang bertempur di
medan perang. Ia ingin tetap hidup (tidak ingin mati) tetapi ia takut
akan pengadilan militer, jika ia lari di medan perang.

2. Definisi dan Dinamika Trauma


Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis, “trauma”
mengacu pada cedera serius atau kritis, luka, atau syok. Dalam psikiatri,
“trauma” memiliki makna yang berbeda dan mengacu pada pengalaman
emosional yang menyakitkan, menyedihkan, atau mengejutkan, yang
sering menghasilkan efek mental dan fisik berkelanjutan.
Trauma emosional dan psikologis adalah akibat peristiwa penuh
tekanan yang luar biasa yang menggoyahkan rasa aman diri anda,
membuat anda tidak berdaya dan rentan terhadap dunia yang berbahaya.
Semakin takut dan tidak berdaya yang anda rasakan, kemungkinan
semakin anda menjadi traumatis.
Peristiwa penuh tekanan yang memungkinkan menjadi traumatis jika :
a. Terjadinya secara tiba-tiba
b. Anda tidak siap dengan kejadiannya
c. Anda merasa tidak berdaya untuk mencegahnya
d. Terjadi  berulang-ulang
e. Dilakukan seseorang dengan sengaja

3. Definisi dan Dinamika Frustasi


Frustasi adalah pernyataan sikap seseorang akibat adanya
hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutahannya, atau adanya suatu
hal yang menghalangi keinginannya. Contohnya seorang anak yang tidak
dapat berbuat sekehendak hatinya karena ia harus menaati peraturan
orang tuanya. Missal makan, tidur, bermain yang harus dilakukan pada
waktu dan tempat tertentu.
Ada berbagai sikap yanngditunjukkan seseorang bila menghadapi
rasa frustasinya, orang yang sehat mentalnya dapat menerima frustasi itu
untuk sementara, sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan
untuk mencapai keinginannya. Sebaliknya ada orang yang tidak mampu
menghadapi frustasi itu dengan cara yang wajar. Ia berusa mengatasinya
dengan caranya sendiri tanpa memperdulikan keadaan  sekitarnya.

C. Gejala-Gejala Konflik, Stres, Trauma dan Frustasi


1. Gejala-gejala Konflik
a. Kemerosotan standar kerja
b. Perselisihan
c. Menghindari kontak social
d. Suasana tegang
e. Bersikap berlebihan. Misalnya, terlalu formal dalam bertegur sapa atau
berbicara
f. Tidak sabaran
g. Moral merosot
h. Sering menggunakan kata “kita” atau “mereka”
Gejala konflik memiliki beberapa sifat antara lain :
a. Jelas : Pertengkaran biasa atau perkelahian
b. Samar-samar : suasana terlalu tenang ( menyindir)
c. Aktif : kata-kata marah atau suara keras dengan nada keras pula
d. Pasif : tidak saling bertegur sapa

2. Gejala-gejala trauma
a. Mengalami kejadian yang buruk dan mengerikan
b. Sulit tidur dan mudah terbangun
c. Mimpi buruk terhadap hal kejadian yang mengerikan
d. Seperti mengalami kembali peristiwa buruk dan mengerikan
e. Menghindari tempat, orang, situasi dan hal-hal yang mengingatkan
pada peristiwa buruk dan mengerikan.
f. Mudah Terkejut
g. Mudah tersinggung dan marah
h. Sering teringat pengalaman atau kejadian buruk dan mengerikan
i. Tidak merasakan emosi apapun
j. Merasa tidak bersemangat dan tidak mempunyai masa depan
k. Pemurung
l. perubahan prilaku dari sebelumnya

3. Gejala Frustasi
a. Meremehkan pekerjaan orang lain tanpa bisa membuktikan memang
bisa dari pkerjaan yang diremehkan tersebut.
b. Keahlian orang lain tanpa bisa membuktikan memang benar-benar ahli
dari orang yang diremehkan keahliannya.
c. Terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain hingga lupa untuk
meningkatkan dirinya sesuai dengan kesibukannya.
d. Terlalu mengasihi diri sendiri sehingga tidak pernah ada jalan keluar
dari semua masalah yang menimpanya.

D. Cara Mengatasi Konflik Trauma dan Frustasi


1. Cara Mengatasi Konflik
a. Guru BK memberikan layanan –layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa
dalam mengatasi konflik antar siswa
b. Guru BK menggunakan pendekatan tertentu dalam memberikan layanan terhadap
siswa dalam mengatasi konflik antar siswa
c. Guru BK menggali letak permasalahan dalam diri siswa sebelum melanjutkan
pemeberian layanan kepada siswa
d. Guru BK memahami keluhan atau keresahan siswa yang mengalami konflik
e. Guru BK mengembangkan konsep diri positif pada siswa dalam mengatasi konflik
antar siswa
f. Guru BK sebagai motivator terhadap siswa dalam mengatasi konflik antar siswa
g. Guru BK memberikan ide-ide atau insiatif dalam mengembangkan pemahaman siswa
terhadap bahaya konflik bagi diri sendiri dan orang lain.
h. Guru BK melakukan tindakan dan bersikap yang dapat mendudukung kelancaran
pemberian layanan
i. Guru BK memberikan keyakinan pada diri siswa bahwa siswa tersebut bisa
melakukan yang terbaik untuk dirinya.

2. Cara Mengatasi Trauma


Untuk mengatasi trauma dan sekaligus mengembangkan potensi manusia ke arah
yang lebih baik diperlukan berbagai upaya yang komprehensif dari berbagai pihak. Salah
satu upaya di bidang pendidikan untuk mengatasi masalah terebut adalah dengan melalui
strategi konseling. Strategi konseling ini akan sangan bermanfaat untuk penyembuhan
orang yang menderita trauma dengan alasan sebgai berikut :
a. Konselor dalam konsseling akan memfasilitasi dan memotivasi orang yang
mengalami trauma untuk kembali menyadari kemampuan dirinya dan
menggunakannya untuk mengatasi trauma yang dideritanya.
b. Konselor dalam konseling akan membantu orang yang sudah sembuhtraumanya
untukterus mengembangkan kemampuannya sehingga mereka merasa berarti
dalam hidupnya.

Strategi konseling traumatik adalah upaya konselor dalam merencanakan


konseling untuk membantu klien yang mengalami trauma melalui proses hubungan
pribadi sehingga klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang
dialaminya dan terus berusaha untuk mengatasinya sebaik mungkin.

Konseling traumatik lebih menekankan pada pulihnya kembali klien pada


keadaan sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
yang baru. Secara lebih spesifik Muro dan Kottman (1995) menyebutkan bahwa tujuan
konseling traumatik adalah sebagai berikut :

a. Berpikir realistis bahwa trauma adalah bagian dri kehidupan.


b. Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang menimbulkan trauma
c. Memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan trauma.
d. Belajar ketrampilan baru untuk mengatasi trauma.

3. Cara Mengatasi Frustasi


a. Seimbangkan Batin
Ketika sedang mengalami frustasi, maka anda harus mencegah terjadinya
permasalahan baru. Menjernihkan pikiran dan juga menyeimbangkan batin. Mencegah
kemungkinan terjadinya pertentangan batin yang mungkin merisaukan diri seumur
hidup, misalnya salah memilih atau menentukan keputusan yang harus diambil.
Karena itu batin harus diseimbangkan atau diselaraskan agar bisa tetap tegak.

b. Kendalikan Kekecewaan
Terkadang manusia memiliki ekspektasi yang tinggi. Jika membicarakan mengenai
sukses, memang sukses itu membutuhkan rasa optimis. Dalam hidup semua
kekecewaan itu tidak bisa dihindari. Jika anda kecewa saja tidak bisa dihadapi dan
sudah frustasi bagaimana permasalahan lainnya? jelas anda tidak akan pernah
menapaki kesuksesan bukan.

c. Pengendalian waktu yang baik


Seringkali seseorang merasa frustasi bukan karena masalah namun karena banyaknya
pekerjaan dan tidak bisa ditangani dengan baik. Sehingga pengendalian waktu bisa
membantu anda keluar dari rasa frustasi.

d. Berhenti Menyalahkan Diri


Wajar jika seorang manusia mengalami hal yang mungkin salah dan tidak sesuai
keinginan namun jangan menyalahkan diri sendiri akan hal itu yang ada malah tidak
akan berubah dan berkembang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat simpulkan bahwa Konflik adalah
terdapatnya dua macam dorongan atau lebih, yang berlawanan atau
bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang
sama.
Trauma Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis,
“trauma” mengacu pada cedera serius atau kritis, luka, atau syok. Dalam
psikiatri, “trauma” memiliki makna yang berbeda dan mengacu pada
pengalaman emosional yang menyakitkan, menyedihkan, atau mengejutkan,
yang sering menghasilkan efek mental dan fisik berkelanjutan.
Frustasi   Frustasi adalah pernyataan sikap seseorang akibat adanya
hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutahannya, atau adanya suatu
hal yang menghalangi keinginannya.
Dimana masing-masing  konflik, trauma dan frustasi juga terdapat
gejala-gejala yang  merupakan kejadian yang lazim bagi manusia dan akan
terus dialami oleh manusia selama dia masih hidup di dunia ini.
Daftar Pustaka

Rosmalina, A. (2017). PENDEKATAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DALAM


MENANGULANGI KONFLIK, STRES, TRAUMA DAN FRUSTASI. ORASI: Jurnal Dakwah
dan Komunikasi, 6(2).

Hotimah, H. (2013). Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Penanganan Konflik


Interpersonal pada Siswa (Studi di Smk Negeri 1 Surabaya. Jurnal BK UNESA, 3(1).
Lampiran pertanyaan

Pertanyaan:
Milennia Eka Oktaviani (1800001201)
Bagaimana peran konselor dalam mengatasi trauma?

Jawaban :

a. Konselor dalam konsseling akan memfasilitasi dan memotivasi orang yang mengalami
trauma untuk kembali menyadari kemampuan dirinyadan menggunakannya untuk mengatasi
traumayang dideritanya.
b. Konselor dalam konseling akan membantu orang yang sudah sembuhtraumanya untukterus
mengembangkan kemampuannya sehingga mereka merasa berarti dalam hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai