Tugas ini Dikerjakan dalam Rangka Memenuhi Tugas Kesehatan Mental di Program Studi
Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu:
Tri Sutanti, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga kependidikan
yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan
manusia.Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan yang
lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
Agar eksistensinya tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami
konflik, trauma dan frustasi terutama bagi individu yang kurang dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Kalau diperhatikan
orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, akan terlihat bermacam-macam
hal yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut. Ada yang kelihatannya
selalu gembira, senang, bahagia, dan tertawa walau yang akan dihadapinya
nanti berbeda dengan apa yang diharapkan.
Adapula yang sering mengeluh dan bersedih hati, putus asa,
menyerah, tidak cocok dengan orang lain dan pekerjaannya hal tersebut
membuat seseorang mengalami suatu gannguan kesehatan. Hal ini terjadi
karena kurangnya masyarakat untuk menjaga keharmonisan di dalam
masyarakat itu sendiri. Dalam gangguan-gangguan ini kita harus tau betul
apa yang akan dipelajari dalam hal ini dan bagaimana pemahaman kita
terhadap gangguan-gangguan tersebut. Dalam pembahasan ini banyak
sekali poin-poin yang bisa kita ambil pelajaran atau sisi positifnya, agar kita
tahu masalah yang ada di lingkungan masyarakat mengenai tiga hal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori dari Konflik, Trauma dan Frustasi?
2. Apa defenisi dan dinamika dari Konflik, Trauma dan Frustasi?
3. Apa saja gejala-gejal dari Konflik, Trauma dan Frustasi?
4. Bagaimana mengatasi Konflik, Trauma dan Frustasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana teori dari Konflik, Trauma dan Frustasi
2. Untuk mengetahui apa definisi dan dinamika dari Konflik, Trauma dan
Frustasi
3. Untuk mengetahui apa saja gejala-gejal dari Konflik, Trauma dan Frustasi
4. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi Konflik, Trauma, dan Frustasi
BAB II
PEMBAHASAN
2. Teori Trauma
Trauma merupakan akibat dari adanya pengalaman traumatik yang
terjadi pada diri seseorang. Menurut Willey & Sons (2008) trauma
merupakan keadaan yang terjadi akibat peristiwa yang sangat
mengejutkan dan menakutkan, bersifat mengancam bahaya fisik atau
psikis, bahkan hampir menyebabkan kematian. Supratiknya (1995)
menjelaskan bahwa trauma psikologis dapat menghancurkan rasa aman,
rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka yang sangat sulit
disembuhkan sepenuhnya.
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa trauma merupakan suatu
keadaan yang dihasilkan dari pengalaman yang tidak menyenangkan
yang mengakibatkan gangguan yang serius pada mental seseorang.
Pada dasarnya, trauma memiliki tiga ciri, yaitu:
a. Trauma merupakan hal yang tidak diperkirakan, maksudnya
seseorang yang mengalaminya tidak melakukan hal-hal pencegahan
terhadap hal tersebut.
b. Trauma bukanlah hal yang sudah ditentukan sebelumnya bahwa hal
tersebut dapat mengakibatkan trauma.
c. Trauma merupakan hal yang tidak dapat diramalkan, maksudnya
tidak ada yang tahu bagaimana seseorang dapat memberikan reaksi
tertentu pada kejadian tersebut (Jealinne, Segal, Dumke 2005).
3. Teori Frustasi
Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak
menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin
meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat
berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang
mengalaminya.
Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri
seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial
yang menghalangi pencapaian tujuan. Penyebab eksternal dari frustrasi
mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak
punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.
Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang
biasanya dihadapi oleh individu seperti :
d. Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan
sebagainya.
e. Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus,
persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek
kehidupan.
f. Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam
bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa
menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
g. Frustasi bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa
negatif dan positif.
2. Gejala-gejala trauma
a. Mengalami kejadian yang buruk dan mengerikan
b. Sulit tidur dan mudah terbangun
c. Mimpi buruk terhadap hal kejadian yang mengerikan
d. Seperti mengalami kembali peristiwa buruk dan mengerikan
e. Menghindari tempat, orang, situasi dan hal-hal yang mengingatkan
pada peristiwa buruk dan mengerikan.
f. Mudah Terkejut
g. Mudah tersinggung dan marah
h. Sering teringat pengalaman atau kejadian buruk dan mengerikan
i. Tidak merasakan emosi apapun
j. Merasa tidak bersemangat dan tidak mempunyai masa depan
k. Pemurung
l. perubahan prilaku dari sebelumnya
3. Gejala Frustasi
a. Meremehkan pekerjaan orang lain tanpa bisa membuktikan memang
bisa dari pkerjaan yang diremehkan tersebut.
b. Keahlian orang lain tanpa bisa membuktikan memang benar-benar ahli
dari orang yang diremehkan keahliannya.
c. Terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain hingga lupa untuk
meningkatkan dirinya sesuai dengan kesibukannya.
d. Terlalu mengasihi diri sendiri sehingga tidak pernah ada jalan keluar
dari semua masalah yang menimpanya.
b. Kendalikan Kekecewaan
Terkadang manusia memiliki ekspektasi yang tinggi. Jika membicarakan mengenai
sukses, memang sukses itu membutuhkan rasa optimis. Dalam hidup semua
kekecewaan itu tidak bisa dihindari. Jika anda kecewa saja tidak bisa dihadapi dan
sudah frustasi bagaimana permasalahan lainnya? jelas anda tidak akan pernah
menapaki kesuksesan bukan.
Pertanyaan:
Milennia Eka Oktaviani (1800001201)
Bagaimana peran konselor dalam mengatasi trauma?
Jawaban :
a. Konselor dalam konsseling akan memfasilitasi dan memotivasi orang yang mengalami
trauma untuk kembali menyadari kemampuan dirinyadan menggunakannya untuk mengatasi
traumayang dideritanya.
b. Konselor dalam konseling akan membantu orang yang sudah sembuhtraumanya untukterus
mengembangkan kemampuannya sehingga mereka merasa berarti dalam hidupnya.