Anda di halaman 1dari 15

Teori Krisis,

Stress, dan
TraumaDisusun Oleh :
Kelompok 4

Dosen Pengampu : Dr. IGAA Noviekayati, M.Si.,


Psikolog
Kelompok 4 :
1. 1511800151 Muchammad Osvaldo Milian Ramadhan
2. 1512000117 Chaurilia Devi Afiffa1512000123 Vitri Cenia Indra
3. 1512000127 Agatha Adinda Lovita Permadi
4. 1512000136 M Hizbullah Ash Shidqi
5. 1512000178 Sevila Putri Ramadhani
6. 1512000192 Moch Syahirul Alam Bagasul Ulum
7. 1512000202 Bryan Nifenty Ferrysandi
Teori Krisis
PENGERTIAN KRISIS

Menurut (Devlin, 2007) a “crisis” is an unstable time for an organization, with a distinct possibility for an
undesirable outcome.

(Banks, 1996) Fearn Banks (1996:1) mendefinisikan krisis sebagai “a major occurrence with a potentially
negative outcome affecting an organization, company or industry, as well as its publics, products, services or good
name”.
KARAKTERISTIK KRISIS

Peristiwa yang spesifik Krisis bersifat tidak Menimbulkan


(specific event). Krisis menciptakan
diharapkan dan dapat kepanikan.
ketidakpastian
terjadi setiap saat. informasi.

Menimbulkan dampak Menimbulkan konflik.


organisasi.
Sumber krisis
Krisis adalah sebuah hal yang terkadang tidak dapat diprediksi kehadirannya. Tetapi
langkah terbaik guna menghadapinya dengan membuat beberapa perencanaan.
Menurut G. Harrisan dan White & Mazur, menyimpulkan bahwa krisis secara umum
dapat disebabkan oleh dua sumber, yaitu dari dalam dan dari luar organisasi.
Sumber krisis dari dalam organisasi antara lain : manusia, manajemen, dan teknologi.
Sumber dari luar, yaitu peraturan peraturan pemerintah, bencana alam, dan kerusakan
yang dilakukan oleh orang lain (malevolent).
Jenis
krisis
1) Krisis teknologi : Krisis yang disebabkan oleh kesalahan pengguna teknologi tertentu dalam
operasional teknologi.
2) Krisis konfrontasi : Relasi yang buruk antara organisasi dan public, yang akhirnya memicu
krisis.
3) Krisis malevolence : Terjadi bila seseorang atau sekelompok mempunyai keinginan untuk
menjatuhkan atau membahayakan organisasi, seperti sabotase atau kegiatan-kegiatan yang dapat
mengganggu jalannya aktivitas organisasi.
4) Krisis manajemen : Terjadi karena kelompok manajemen gagal dalam melaksanakan tanggung
jawabnya.
5) Krisis bencana alam : Krisis yang disebabkan oleh bencana alam yang mempengaruhi aktivitas
organisasi.
6) Krisis produk : Krisis yang disebabkan oleh kesalahan produk.
Model Tahapan Krisis
01
Pra krisis (pre-crisis) Pra krisis terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan organisasi
menyadarinya.

Krisis (acute crisis) Tahap krisis akan terjadi ketika situasi tidak dapat di manajemen dengan
02 baik oleh organisasi sehingga situasi tersebut menyebar luas ke luar organisasi.

Pasca krisis (post crisis) Terjadi ketika krisis sudah teratasi dan organisasi berupaya
mempertahankan citranya atau kehilangan citra tersebut.
03
Teori Trauma
Pengertian Trauma
Cavanagh dalam Mental Health Channel menyatakan pengertian trauma adalah suatu peristiwa yang luar biasa yang
menimbulkan luka dan perasaan sakit, tetapi juga sering diartikan sebagai suatu luka atau perasaan sakit berat akibat suatu
kejadian luar biasa yang menimpa seseorang langsung atau tidak langsung baik luka fisik maupun psikis atau dari
kombinasi keduanya.
4 tipe trauma
1. trauma situasional : sering terjadi akibat bencana alam, kecelakaan kenderaan, kebakaran, perampokan, perkosaan perceraian,
kehilangan pekerjaan, ditinggal mati oleh orang yang dicintai, kegagalan dalam bisnis, tidak naik kelas bagi beberapa siswa, dan
sebagainya.
2. trauma perkembangan : sering terjadi pada setiap tahap perkembangan, seperti penolakan teman sebaya, kelahiran yang tidak
dikehendaki, peristiwa yang berhubungan dengan kencan, berkeluarga dan sebagainya.
3. Trauma intrapsikis : ini sering terjadi akibat kejadian internal seseorang yang memunculkan perasaan cemas yang sangat kuat,
seperti munculnya homo seksual, munculnya perasaan benci pada seseorang yang seharusnya dicintai, dan sebagainya.
4. Trauma eksistensional : ini sering terjadi akibat munculnya kurang keberartian dan merasa kurang berhasil dalam kehidupannya.
Symptom Trauma (Gejala)
Intrusive Symptoms (Gejala yang mengganggu)
Dapat mengalami kembali peristiwa dalam gambaran, pikiran, kenangan, lamunan dan mimpi
buruk, bertindak dan merasa seolah –olah peristiwa tersebut datang kembali. Secara
simbolis mengingat kembali penderitaan yang di hadapi.

Avoidance Symptoms (Gejala penghindaran)


Menghindari tempat dan pikiran simbolis dari trauma berkepanjangan dalam mengingat suatu
peristiwa, Kehilangan minat dalam aktivitas yang penting, Membatasi emosi, Merasa tidak
ada waktu.

Arousal Symptoms (Gejala gairah)


hyper vigilance( Sikap waspada yang berlebihan), respon kaget berlebihan, gangguan tidur,
kesulitan berkonsentrasi, Cepat marah atau ledakan marah.
Teori Stres
berdasarkan konsep yang diperkenalkan Cannon “the fight-or-flight response” stres diartikan
sebagai respons tubuh terhadap sesuatu hal. Cannon menyatakan bahwa stres adalah
sebagai ganguan homeostasis yang menyebabkan perubahan pada keseimbangan fisiologis
yang dihasilkan dari adanya rangsangan terhadap fisik. Cannon merupakan peneliti
pertama yang mengembangkan konsep stres yang dikenal dengan “fight-or-flight
response” pada tahun 1914 (Bartlett, 1998).
Tiga pendekatan terhadap teori stres tersebut adalah:
(1) stres model stimulus (rangsangan)
(2) stres model response (respons)
(3) stres model transactional (transaksional)
(Bartlett, 1998; Lyon, 2012).
Pendekatan Stres
(1) stres model stimulus (rangsangan)
merupakan model stres yang menjelaskan bahwa stres itu adalah varibel bebas (independent) atau penyebab manusia mengalami
stres (Lyon, 2012). Atau dengan kata lain, stres adalah situasi lingkungan yang seseorang rasakan begitu menekan (Bartlett,
1998) dan individu tersebut hanya menerima secara langsung rangsangan stres tanpa ada proses penilaian (Staal, 2004).
(2) stres model response (respons)
Lyon (2012) mengistilahkan reaksi tubuh terhadap sumber stres sebagai variable terikat atau hasil. Hasil stres itu bersumber dari
dalam diri individu (Staal, 2004). Hasil stres itupun meliputi perubahan kondisi psikis, emosional, dan psikologis (Carr &
Umberson, 2013).
(3) stres model transactional (transaksional)
berfokus pada respon emosi dan proses kognitif yang mana didasarkan pada interaksi manusia dengan lingkungan (Jovanovic,
Lazaridis & Stefanovic, 2006). Atau dengan kata lain, stres model ini menekankan pada peranan penilaian individu
terhadap penyebab stres yang mana akan menentukan respon individu tersebut (Staal, 2004).
Akibat dari stres
Stres tidak selalu memberikan dampak negatif karena stres juga bisa berdampak positif kepada manusia.
Stres yang memberikan dampak positif diistilahkan dengan Eustress, dan stres yang memberikan dampak
negatif distilahkan dengan distress (Gadzella, Baloglu, Masten & Wang, 2012).

Ketika eustress (stres yang berdampak baik) dialami seseorang, maka terjadilah peningkatan kinerja dan
kesehatan (Greenberg, 2006). Bahwa stres yang bisa berdampak positif (eustress) terhadap kesehatan dan
kinerja adalah pada saat stres itu tidak melebihi tingkat maksimal.

ketika seseorang mengalami distress (stres yang berdampak buruk), maka mengkibatkan semakin
buruknya kinerja, kesehatan dan timbul gangguan hubungan dengan orang lain. stres yang yang
berlebihan atau melebihi tingkat maksimal bisa memberikan dampak negatif (distress) terhadap kinerja
dan kesehatan.
“Timbulnya stres yang berdampak positif atau negatif ditentukan oleh jumlah tuntutan-tuntutan
yang diterima dan kemampuan yang tersedia baik secara fisik dan psikologis untuk menghadapi
sumber stres”.
Daftar Pustaka
Ayu Puspitasari, F. (2020). STRATEGI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
DALAM MENANGANI KOMUNIKASI KRISIS TERKAIT KASUS COVID-19 DI
INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Gaol, N. T. L. (2016). Teori stres: stimulus, respons, dan transaksional. Buletin psikologi, 24 (1), 1-11.

Hatta, K. (2016). Trauma dan pemulihannya suatu kajian berdasarkan kasus pasca konflik dan
tsunami. " Ar-Raniry Press".
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai