Anda di halaman 1dari 18

STRESS, TRAUMA DAN FRUSTASI

Ilmu Kesehatan Mental


Syahputra Manik, S.Si., M.Pd

DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 5

DIRMAN HULU ( 6193321002 )


JOSHUA SINAGA ( 6193321007 )
RAYMUNDUS GINTING ( 6193321003 )
TIURMAIDA BR. ARUAN ( 6193321017 )
WAWA CHOMBONGGAI ( 6193121059 )
 
 
PENDAHULUAN
• Gangguan stres merupakan respon organisme untuk menyesuaikan
diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan-tuntutan
ini bisa jadi berupa hal-hal yang faktual saat itu, bisa juga hal-hal
yang baru mungkin akan terjadi, tetapi dipersepsi secara aktual.
• Masyarakat sekarang terpacu cepat menciptakan stres bagi banyak
anggotanya. Terus menerus ditekankan untuk mencapai lebih
banyak dalam
waktu yang semakin sedikit.
• Sejak kelahiran atau bahkan sejak pembuahan, setiap makhluk
sudah berada dalam situasi yang menggambarkan adanya dua pihak
yang saling bertentangan, yaitu pihak pertama berupa "kondisi dari
makhluk itu sendiri” dan pihak kedua adalah “lingkungan”.
LATAR BELAKANG
• Terjadi interaksi antara makhluk (individu)
dengan lingkungan. Interaksi ini akan menyebabkan setiap pihak
terpengaruh oleh pihak-pihak lainnya. Menurut Darwin, dalam
mempertahankan kehidupannya, perlu adanya perjuangan dari
makhluk tersebut untuk dapat mempertahankan jenis dan
selanjutnya bahkan untuk mengembangkan diri.
• Adanya suatu situasi dalam diri individu ketika seseorang harus
memenuhi tuntutan lingkungan. Hal itu disebut juga kategori dari
stresor. Stresor adalah adjustive demand (tuntutan untuk
menyesuaikan diri).
• Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita
DT Donsu, 2017). Menurut Charles D. Speilberger, menyebutkan
stres adalah tuntutan- tuntutan eksternal yang mengenai seseorang
misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara
obyektif adalah berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai
tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang
berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT Donsu, 2017).
• Cofer & Appley (1964) menyatakan bahwa stres adalah kondisi
organic seseorang pada saat ia menyadari bahwa keberadaan atau
integritas diri dalam keadaan bahaya, dan ia harus meningkatkan
seluruh energy untuk melindungi diri
(Jenita DT Donsu, 2017). Cranwell-Ward (1987) menyebutkan stres
sebagai reaksi-reaksi fisiologik dan psikologik yang terjadi jika
orang mempersepsi suatu ketidakseimbangan antara tingkat
tuntutan yang dibebankan kepadanya dan kemampuannya untuk
memenuhi tuntutan itu (Jenita DT Donsu, 2017).
PENGERTIAN STRESS
• Anggota IKAPI (2007) menyatakan stres adalah reaksi non-spesifik
manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stressor). Stres
merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sanga individual, sehingga suatu
stres bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain (Jenita
DT Donsu, 2017). Stres adalah segala sesuatu di mana tuntutan non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk merespons atau melakukan tindakan
(Potter dan Perry, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Hawari (2008)
bahwa Hans Selve menyatakan stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-
spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Jenita DT Donsu, 2017).
• Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang
pada suatu saat
dapat mempengaruhi keadaan fisik manusia tersebut. Stres dapat
dipandang dalam
dua acara, sebagaiu stres baik dan stres buruk (distres).
• Trauma adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan
psikologis yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat
disayangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan.
Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud dengan “trauma” adalah
trauma sebagai penyakit atau trauma pada fisik seseorang.
• Dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan
sering membahayakan jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu
bagian tubuh terkena pukulan benda tumpul atau tiba-tiba
terbentur. Jenis cedera yang seperti ini berbahaya karena tubuh
dapat mengalami shock sistemik, dan organ vital dapat berhenti
bekerja secara cepat. Oleh karena itu, penolongan secara medis
tidak hanya dibutuhkan, namun juga harus cepat diberikan agar
dapat meningkatkan kemungkinan pasien selamat dari trauma.
• Saat ini, cedera trauma merupakan penyebab dari lebih 120.000
kematian setiap tahunnya serta bertanggung jawab atas 80%
kematian remaja dan 60% kematian anak.
• Sementara itu, setiap tahun ada lebih dari 50 juta cedera yang
dikategorikan sebagai trauma dan sebagian dari cedera tersebut
cukup parah sehingga pasien harus dirawat di rumah sakit. Selain
koma atau kematian, trauma juga dapat menyebabkan kelumpuhan
pasien, seperti yang telah terjadi pada sekitar 8 juta orang di
seluruh dunia
• Trauma memiliki banyak jenis, yang dibedakan berdasarkan bagian
tubuh yang mengalami trauma dan seberapa parah trauma yang
dialami. Beberapa jenis cedera yang paling sering diderita adalah
cedera pada otak, tulang belakang, perut, dan dada. Jenis cedera
ini juga dapat dikategorikan sebagai cedera tertutup atau tembus.
Cedera dianggap tertutup ketika trauma terjadi di dalam tubuh.
Contohnya, cedera otak traumatis dapat terjadi karena trauma
akibat benda tumpul pada kepala. Sementara itu, cedera dianggap
menembus dalam kasus seperti luka akibat tusukan pisau atau
gunting.
• Kata Frustasi berasal dari bahasa Latin Frustation, yaitu perasaan
jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting
tujuannya, semakin besar frustasi yang dirasakan. Kebutuhan seseorang
tidak selalu dapat dipenuhi dengan lancar dan sering kali terjadi
hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif, dan keinginan,
keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan dinamakan frustasi
(Nihayatus 2008).
• Menurut Kartono (2003) frustasi adalah suatu keadaan di mana suatu
kebutuhan tidak dapat terpenuhi dan tujuan tidak dapat tercapai
sehingga mengalami kegagalan. Menurut Nur (2015) Frustasi adalah
keadaan batinmseseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu
perasaan tidak puas karena hasrat/dorongan yang tidak dapat terpenuhi.
Sementara itu frustasi menurut ilmu kesehatan mental yaitu seseorang
yang mengalami suatu keadaan, di mana satu kebutuhan tidak bisa
terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan
mengalami satu barrier atau halangan dalam usahanya mencapai satu
tujuan maka orang tersebut mengalami frustasi (Nur, 2015).
KLASIFIKASI STRESS, TRAUMA DAN FRUSTASI
• Menurut Sanggadah (2008) frustasi adalah suatu proses dimana tingkah laku kita
terhalang, oleh karena kebutuhan, manusia bertindak atau berbuat atau bertingkah laku
untuk mencapai tujuan yaitu melayani kebutuhan yang sesuai dengan dorongan, suatu
keadaan perasaan yang disertai proses rintangan
• Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai stresor. Stresor adalah segala situasi
atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam.13 Penyebab
stresor dapat di bagi menjadi dua, yaitu stresor eksternal dan stresor internal. Stresor
eksternal merupakan stresor berasal dari luar individu seperti stresor yang berada di
lingkungan dan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu
dengan lingkungannya, banyak stresor sosial yang bersifat traumatic yang tak dapat
dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun dari
pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain.
• Mengalami bullying saat remaja atau kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual,
hingga ditinggalkan oleh orangtua saat masih kecil juga bisa menjadi penyebab dari
trauma. Selain kedua kejadian tersebut, ada pula kejadian yang terlihat sepele, tapi bisa
menimbulkan trauma. Biasanya, banyak orang yang menganggap hal ini wajar terjadi.
Apalagi jika banyak orang lain yang mengalaminya tapi tidak merasakan efek trauma.
• Contohnya, menjalani operasi besar, kematian orang terdekat secara mendadak,
putus dengan pasangan, atau mengalami pengalaman yang memalukan atau
mengecewakan.
• Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi frustasi adalah faktor
lingkungan adalah rasa kekecewaan dan goncangan perasaan dari individu
karena kegagalan dalam mencapai tujuan. Faktor pribadi individu akibat kurang
rasa percaya diri, kemampuan fisik dan mental yang kurang baik dalam
mencapai tujuan dan cita-cita. Faktor konflik yaitu rasa frustasi yang terjadi pada
diri individu akibat pertentangan batin yang terjadi ketika menemui kegagalan
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
 Cara Mengatasi Stress dengan Baik, adalah Sebagai Berikut :

1. Jagalah kesehatan dengan cara olahraga/ aktivitas fisik teratur, tidur cukup,
makan bergizi seimbang, terapkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Melakukan kegiatan sesuaikan dengan minat dan kemampuan
3. Berpikir positif
4. Tenangkan pikiran dan kembangkan hobi
5. Bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya
6. Meningkatkan ibadah sesuai dengan Agama masing-masing
CARA MENGATASI TRAUMA SECARA PSIKOLOGIS
1. Fokus pada hal penting
Ketika berhadapan dengan trauma psikologis, fokuslah pada apa
yang benar-benar perlu dilakukan dalam keseharian, sehingga Anda
dapat menghemat energi fisik dan emosional.
2. Kembali Ke Rutinitas dan Cintai Diri Sendiri
Konsumsi makanan yang sehat, cukup tidur, berolahraga secara
teratur, dan melakukan berbagai hal lain untuk menjaga tubuh Anda
berfungsi dengan baik. Selain itu, cobalah melakukan hal-hal yang
Anda sukai, untuk menghilangkan stres. Beraktivitas dapat
membantu mengalihkan pikiran Anda dan mengatasi trauma.
3. Tenangkan diri dengan menarik napas
Ketika cemas, stres, marah atau gelisah muncul,
cobalah tarik napas dalam-dalam beberapa kali agar Anda
dapat berpikir jernih dan menjadi lebih tenang. Anda juga
bisa mencoba meditasi untuk membantu menenangkan
pikiran.
4. Kerjakan secara bertahap
Tekanan dalam pekerjaan atau aktivitas bisa memicu
stres. Untuk itu, bagilah tugas besar menjadi beberapa
bagian yang bisa dikerjakan secara bertahap.
Lakukan semampu Anda. Ketika mulai merasa penat,
ambil jeda sejenak, lalu mulai kerjakan lagi.
5. Tidak menyalahkan diri sendiri
Rasa bersalah, malu, marah, kecewa, sedih, dan mengasihani
diri sendiri secara berkepanjangan, justru akan menjadi penyakit
bagi diri sendiri.
Menerima apa yang terjadi dapat mempermudah proses pemulihan
diri dari trauma.
6. Cari bantuan untuk pemulihan
Apabila Anda tidak dapat mengatasi trauma sendiri, carilah
bantuan. Anda bisa curhat kepada teman atau keluarga,
berkonsultasi ke psikolog atau psikiater, atau mendatangi organisasi
masyarakat yang bergerak dalam bidang konsultasi khusus bagi
penderita trauma.
CARA MENGATASI FRUSTASI SECARA PSIKOLOGIS
• Kendalikan Kekecewaan
Terkadang manusia memiliki ekspektasi yang tinggi. Jika
membicarakan mengenai sukses, memang sukses itu
membutuhkan rasa optimis. Namun jika anda ingin
menjadi orang sukses anda pasti melewati yang namanya
rasa frustasi, gelisah, jengkel, dan berbagai kekecewaan
yang lain
• Pengendalian waktu yang baik
Jika anda ingin sukses tentu anda harus memiliki
kesadaran yang tinggi, termasuk dalam mengatur waktu.
Seringkali seseorang merasa frustasi bukan karena
masalah namun karena banyaknya pekerjaan dan tidak
bisa ditangani dengan baik. Sehingga pengendalian waktu
mungkin bisa membantu anda keluar dari rasa frustasi.
• Kesimpulan :

Semakin digali doa akan semakin dalam serta semakin


meluas kegunaannya dalam pembentukan perilaku
individu. Pada dasarnya doa membentuk spiritualitas
manusia. Spiritualitas yang ada dalam manusia ini yang
akan menentukan manusia untuk bertingkah laku. Maka
kiranya perlu sekali lagi adanya penelitian yang lebih
mendalam tentang psikologi spiritualitas ini.

Anda mungkin juga menyukai