BAB 1
PENDAHULUAN
Stres adalah suatu keadaan yang muncul akibat ketidaksesuaian antara tuntutan-
tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Daya tahan stres
setiap orang dapat berbeda tergantung pada keadaan psikososial (Fitri dkk, 2012).
Stres merupakan pengalaman yang subjektif, sehingga setiap individu dapat
memiliki respon yang berbeda-beda terhadap stres. Stres dapat berdampak secara
1
fisik Maupun psikologis. Stres yang dialami oleh individu biasanya disertai dengan
ketegangan emosi dan ketegangan fisik yang menyebabkan ketidaknyamanan
(Ekasari dan Suhertin, 2012).
Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sanga individual, sehingga suatu
stres bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain (Jenita DT
Donsu, 2017). Stres adalah segala sesuatu di mana tuntutan non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk merespons atau melakukan tindakan (Potter
dan Perry, dalam Jenita DT Donsu, 2017).
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. M dengan
masalah stres
2
BAB II
Stres menurut Hans Selye dalam Sary (2015) menyatakan bahwa stres adalah
respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila
seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gelaja stres,
tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres
mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut
dikatakan eustres.
stres adalah suatu kondisi atau situasi internal atau lingkungan yang membebankan
cenderung menimbulkan usaha ekstra dan penyesuaian baru, tetapi dalam waktu
puasaan.
Saam dan Wahyuni (2014) berpendapat stres merupakan reaksi tubuh dan
terhadap stres misalnya berkeringat dingin, napas sesak, dan jantung berdebar-
3
debar. Reaksi psikis terhadap stres misalnya frustasi, ketegangan, marah, rasa
Stres itu sendiri secara umum diartikan sebagai ketidak mampuan mengatasi
ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia.
Dimana semua itu dapat mempengaruhi kesehatan fisik bagi pengidap stres,
biasanya orang yang sedang terkena stres akan mengalami rasa takut, cemas,
frustasi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir dan lain sebagainya (Sarastika,
2014).
Menurut Pengertian parah ahli diatas, maka dapat disimpulakan bahwa stres
adalah respon individu terhadap stimulus yang secara objektif adalah berbahaya
yang dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres emosi
dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri dan orang
lain. Stres intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam
terhadap kehidupan.
4
Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan
efeknya lebih panjang dan lebih.
Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur,
seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi
stres ringan berlangsung beberapa menit atau jam saja.
Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam,
energy meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan
menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab,
kadang- kadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otak,
perasaan tidak santai. Stres ringan berguna karena dapat memacu
seseorang untuk berpikir dan berusaha lbih tangguh menghadapi
tantangan hidup.
b. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan.
Penyebab stres sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan
rekan, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota
keluarga. Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa
tengang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.
c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan
perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung
lama karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah
tempat tinggal mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik,
psikologis sosial pada usia lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan
5
keletihan meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana,
a. Dampak fisiologik
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu
a) Muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah.
b) Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri.
c) Sistem pencernaan : mag, diare.
2) Gangguan system reproduksi
a) Amenorrhea : tertahannya menstruasi.
b) Kegagalan ovulasi ada wanita, impoten pada pria, kurang
produksi semen pada pria.
c) Kehilangan gairah sex.
3) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dll.
b. Dampak psikologik
1) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda pertama dan
punya peran sentral bagi terjadinya burn-out.
2) Kewalahan/keletihan emosi.
6
mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil klangkah tepat.
3) Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
7
5. Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan atau
manajerial dan eksekutif senior organisasi. Gaya kepemimpinan tertentu
dapat menciptakan budaya yang menjadi potensi sumber stres.
c. Faktor Individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam
kehidupan pribadi individu. Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik kepribadian bawaan. Menurut
Robbins (2006) Setiap individu memiliki tingkat stres yang berbeda meskipun
diasumsikan berada dalam faktor-faktor pendorong stres yang sama.
Perbedaan individu dapat menentukan tingkat stress yang ada. Secara teoritis
faktor perbedaan individu ini dapat dimasukkan sebagai variable intervening.
Ada lima yang dapat menjadi variabel atau indikator yang dapat digunakan
dalam mengukur kemampuan individu dalam menghadapi stres yaitu
pengalaman kerja merupakan pengalaman seorang individu dalam suatu
pekerjaan dan pendidikan yang ditekuninya, dukungan sosial merupakan
dukungan atau dorongan dari dalam diri sendiri maupun orang lain untuk
menghadapi masalah-masalah yang dialaminya termasuk bagaimana motivasi
dari dalam diri individu maupun dari luar individu, ruang (locus) kendali
merupakan cara bagi seorang individu mengendalikan diri untuk menghadapi
masalah yang ada, keefektifan dan tingkat kepribadian orang dalam
menyingkapi permusuhan dan kemarahan.
Tingkat stres juga terkait dengan penerapannya pengelolaan stres di
dalam sebuah organisasi. Pendekatan pengelolaan stres ini dapat dijadikan
variabel penelitian, untuk melihat pengaruh penerapan pendekalan ini
terhadap tingkat stres pada organisasi.
Dua pendekatan dan indikatornya sebagai berikut (Robbins, 2006).
1. Pendekatan Individu
8
perluasan jaringan dukungan sosial.
2. Pendekatan Organisasi
9
mengalami Irama tidur yang terbalik yakni mereka tertidur bukan
pada saatnya tidur dan justru bangun pada waktu seharusnya
mereka tidur. Kadang-kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah
dan merasa belum puas tidur. Berikut beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab insomnia menurut Widya (2016):
a. Stres situasional
b. Jet lag (kantuk pada siang hari,sulit tidur pada malam hari)
c. Penyakit tertentu, seperti penyakit alzheimer
d. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
e. Kebiasaan tidur yang buruk
Insomnia dapat berkembang menjadi siklus yang ganas saat
seseorang mengalami banyak kesulitan untuk tertidur dan tetap
tertidur karena antisipasinya terhadap masalah tidur.
10
14. Merasa tak pernah mendapat tidur yang cukup
15. Sering sakit atau nyeri kepala
1. Insomnia Akut
Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar
individu sering mengalami insomnia akut ini, dimana
insomnia ini ditandai dengan keadaan stress terhadap
pekerjaan maupun masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak
disertai komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari.
2. Insomnia Kronik
Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat
mengganggu kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.
Dimana penderita insomnia kronik ini rawan mengalami
kecelakaan akibat dari insomnia yang mengganggu aktivitas
sehari-hari.
3. Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)
Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi
yang buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi
yang muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur selama 3-4
jam semalam (Imadudin, 2012).
aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan melatih semua
semua sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak mendapatkan jumlah
11
tidur yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal menyimpan
situasi stress dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Hidayat, NAH. 2016. Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur Lansia di
Dusun Joho Desa Condong Catur Depok Sleman, SJY, 1-60. Yogyakarta:
Pustaka Baru
Imadudin, M. I.2012.Prevalensi insomnia pada mahasiswa fkik uin. Jakarta:
Laporan penelitian
Priyoto, 2014. Konsep Manajemen Stres. Yogyakarta : Nuha Medika
Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni. 2014. Psikologi Keperawatan. Jakarta: Rajawali
Pers
Sary, Yessy N. E. 2015. Psikologi Pendidikan (Untuk Mahasiswa Umum dan
Kesehatan). Yogyakarta: Parama Publishing.
Wangsa, Teguh G.H.W. (2010). Menghadapi Stres dan Depresi. Yogyakarta:
Oryza.
14