Anda di halaman 1dari 24

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stres

1. Konsep Stres

a. Definisi Stres

Stres adalah respon fisik dan psikis karena adanya

tuntutan dalam hidup yang menimbulkan ketegangan dan

mengganggu keseimbangan (Priyoto, 2014). Menurut WHO

(2003) dalam Desmita (2006), stres adalah reaksi/respon tubuh

tehadap stressor psikososial (terjadi tekanan terhadap mental

atau beban dalam kehidupan.

Kendall dan Hammen (1998) dalam Safaria dan Saputra

(2012) menyatakan bahwa stres terjadi akibat

ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan

perasaan dalam individu ketika bertemu dengan berbagai

tuntutan tersebut. Ketika dalam situasi yang menuntut tersebut

dipandang sebagai beban dalam hidup, individu tidak dapat

mengatasi stres dengan baik maka akan berpotensi

menyebabkan gangguan psikologis.


15

b. Sumber stres

Ada berbagai penyebab atau sumber stres, dalam istilah

umum disebut stresor. Stresor merupakan suatu keadaan yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan individu, sehingga

individu tersebut terpaksa menyesesuaikan diri untuk

mengatasinya. Namun, tidak semua individu dapat mengatasi

stresor tersebut, sehingga dapat menimbulkan stres (Hawari,

2011).

Menurut Priyoto (2014) ada tiga sumber penyebab stres,

yaitu:

1. Stresor fisik

Timbul akibat polusi udara, suhu, suara bising, obat-obatan

(bahan kimiawi), keracunan.

2. Stresor sosial

a. Stresor sosial, ekonomi, dan politik, seperti tindak

kejahatan, masalah pekerjaan, perubahan teknologi yang

cepat, pajak yang tinggi, korupsi.

b. Keluarga seperti masalah keuangan, iri, cemburu,

kehilangan atau kematian anggota keluarga.

c. Jabatan dan karir seperti hubungan kurang baik dengan

atasan atau sejawat.


16

d. Hubungan interpersonal dan lingkungan seperti

pelayanan dan hubungan sosial yang kurang baik.

3. Stresor psikologis

a. Frustasi

Tujuan atau keingingan yang tidak tercapai karena ada

hambatan.

b. Ketidakpastian

Keadaan ini sering dirasakan pada seseorang yang

khawatir mengenai masa depan.

c. Jenis Stres

Menurut Desmita (2006) jenis stres dibagi menjadi 2 :

1. Eustress merupakan stres yang bersifat positif dan

konstruktif (membangun) bagi kesejahteraan individu,

apabila intensitas stresor sangat kecil atau kemampuan

adaptasi individu sangat baik sehingga stresor dapat

dikendalikan.

2. Distress merupakan stres yang negatif, berbahaya dan

destruktif (merusak) keseimbangan fisik, psikis atau sosial

individu.

d. Respon Tehadap Stres

Respon stres dapat terlihat dalam beberapa aspek, yaitu

respon adaptif, fisiologis, dan psikologis. Respon fisiologis


17

berupa interpretasi otak neuroendokrin, respon adaptif berupa

tahapan general adaptation syndrome (GAS) dan lokal

adaptation syndrome (LAS), respon psikologis dapat berupa

perilaku konstruktif maupun dekstruktif (Smeltzer & Bare, 2002).

GAS terdiri dari tiga tahap: tahap waspada, tahap

resistensi, dan tahap kelelahan. Persepsi terhadap penyebab

stres yang muncul secara tiba-tiba akan menimbulkan reaksi

waspada. Reaksi ini membuat tubuh untuk mempertahankan

diri. Hormon kortisol tetap tinggi, bila pemajanan stresor masih

berlanjut akan terjadi kelelahan dan meningkatkan aktivitas

sistem endokrin. LAS adalah respon jaringan, organ atau bagian

tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, perubahan

fisiologis, maupun perubahan lingkungan.

e. Tahapan Stres

Awal tahapan stres timbul secara lambat menyebabkan

gejala stres sering tidak disadari pada diri seseorang. Dalam

penelitiannya Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Hawari

(2011) membagi tahapan stres sebagai berikut:

1) Stres tahap I

Tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai

dengan perasaan sebagai berikut:

a) Semangat yang berlebihan (over acting).


18

b) Penglihatan tajam tidak seperti biasanya.

c) Merasa mampu menyelesaikan semua pekerjaan lebih

dari biasanya namun disertai rasa gugup yang

berlebihan.

d) Merasa semakin semangat dan senang dengan

pekerjaanya, namun tanpa disadari cadangan energy

semakin menipis.

2) Stres tahap II

Dalam tahap ini dampak stres yang awalnya

menyenangkan sebagaimana diuraikan dalam tahap I mulai

menghilang, dan timbul keluhan-keluhan sebagai berikut:

a) Saat bangun pagi terasa lelah, seharusnya merasa

segar.

b) Mudah letih setelah makan siang.

c) Saat sore hari mudah merasa capai.

d) Sering nyeri lambung atau perut tidak nyaman.

e) Jantung berdebar-debar.

f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

g) Tidak bisa santai.

3) Stres tahap III

Pada tahap ini menunjukkan keluhan yang semakin

nyata dan mengganggu yaitu:


19

a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata seperti

keluhan maag (gastritis), dan buang air besar tidak

teratur (diare).

b) Otot-otot terasa semakin tegang.

c) Terjadi ketegangan emosional dan tidak tenang semakin

meningkat.

d) Pola tidur menjadi terganggu seperti insomnia.

e) Keseimbangan tubuh terganggu.

4) Stres tahap IV

Istirahat yang kurang dapat menimbulkan gejala stres

yaitu:

a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat

sulit.

b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan menjadi

membosankan dan terasa lebih sulit.

c) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi

kehilangan kemampuan untuk merespons secara

memadai.

d) Tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari.

e) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi buruk.

f) Sering menolak karena tidak semangat dan kegairahan.

g) Daya ingat dan daya konsentrasi menurun.


20

h) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak

dapat dijelaskan penyababnya.

5) Stres tahap V

Apabila situasi dan kondisi berlanjut, maka akan masuk

dalam stres tahap V yang ditandai sebagai berikut:

a) Kelelahan fisik dan mental semakin mendalam.

b) Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan

sederhana.

c) Gangguan sistem pencernaan semakin berat.

d) Mudah bingung dan panik, serta timbul perasaan takut

dan cemas yang semakin meningkat.

6) Stres tahap VI

Dalam tahap ini merupakan tahapan klimaks, terjadi

serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres

pada tahap ini yaitu:

a) Jantung berdebar sangat keras.

b) Sulit bernafas (sesak).

c) Semua tubuh terasa gemetar, dingin, dan keringat

bercucuran.

d) Tidak memiliki tenaga untuk lakukan aktivitas ringan.

e) Pingsan.
21

f. Tingkat stres

Menurut Purwati (2012), tingkat stres adalah suatu

rentang respon individu yang dipersepsikan terhadap stimulus

yang diterima dalam kehidupan yang dapat mengakibatkan

kondisi keseimbangan terganggu. Setiap individu mempunyai

persepsi dan rentang respon yang berbeda terhadap stres.

Persepsi dalam diri individu berdasarkan pada keyakinan,

pengalaman, dan pola hidup, struktur dan fungsi keluarga,

mekanisme koping, serta faktor lingkungan.

Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkat stres

menjadi lima bagian:

1. Stres Normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur merupakan

bagian alamiah dari kehidupan, karena setiap individu pasti

pernah mengalami stres.

2. Stres Ringan

Stres ringan adalah stresor yang dialami setiap individu

secara teratur, seperti kritikan dari atasan, banyak tidur,

kemacetan lalu lintas. Kondisi ini biasanya berlangsung

beberapa menit atau jam dan biasanya tidak menimbulkan

gejala.
22

3. Stres Sedang

Stres sedang berlangsung beberapa jam sampai beberapa

hari. Seperti terjadi perselisihan dengan rekan, anak yang

sakit. Stres sedang ciri-cirinya yaitu otot-otot terasa tegang,

sakit perut, perasaan khawatir, dan gangguan tidur.

4. Stres Berat

Stres berat merupakan situasi yang lama dirasakan dalam

diri individu dapat berlangsung beberapa minggu sampai

beberapa bulan, seperti berpisah dengan keluarga, kesulitan

ekonomi, perceraian, perubahan fisik, psikologis, sosial

pada usia lanjut.

5. Stres Sangat Berat

Stres sangat berat adalah kondisi kronis yang terjadi dalam

beberapa bulan sampai waktu yang tidak ditentukan.Individu

yang mengalami stres sangat berat tidak memiliki motivasi

untuk hidup dan cenderung pasrah. Individu dalam tingkat

stres ini teridentifikasi mengalami depresi berat.

g. Mengatasi Stres

Stres dapat menimbulkan perubahan pada pola pikir

sehingga menghasilkan pola pikir yang negatif seperti sering

merasa cemas, maka dari itu stres perlu diatasi (Priyoto, 2014).

Menurut National Safety Council manajemen stress adalah


23

upaya yang rasional, terarah dan karenanya efektif untuk

mengatasi stress. Upaya yang dapat dilakukan yaitu upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam Safaria &

Saputra (2012) cara mengatasi stres diantaranya, yaitu:

1. Teknik relaksasi otot progresif

2. Teknik pernapasan

3. Senam otak

4. Terapi musik

5. Terapi humor

6. Terapi dzikir

h. Skala Pengkuran Stres

Tingkatan stres merupakan hasil penilaian terhadap

ringan sampai beratnya stres yang dialami individu.Alat ukur

yang digunakan peneliti berupa kuesioner Depression Anxiety

Stres Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995).

Psychometric properties of the depression anxiety stres scale

42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala

subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional

negatif dari depresi, kecemasan, dan stres.Daftar pertanyaan

untuk skala depresi meliputi nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24,

26, 31, 34, 37, 38, 42. Daftar pertanyaan untuk skala

kecemasan meliputi item nomor 2, 3, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25,


24

26, 28, 30, 36, 40, 41. Daftar pertanyaan untuk skala stres

meliputi item nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33,

35, 39. Tingkat stres pada item ini berupa normal, ringan,

sedang, berat, dan sangat berat.

DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara

konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses

lebih lanjut untuk pengertian, pemahaman dan pengukur yang

berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan

biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan

untuk tujuan penelitian kelompok atau individu. Oleh karena itu

tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui stres pada

narapidana, sehinggga instrument yang digunakan peneliti ini

hanya berjumlah 14 item pertanyaan yang membahas tentang

stres.

2.1 Tabel Skor Penelitian DASS


Tingkat Depresi Cemas Stres
Stres
Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat >28 >20 >34
berat
25

1. Konsep Narapidana

Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Republik Indonesia

tahun 1995 tentang pemasyarakatan, disebutkan bahwa

narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang

kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Terpidana merupakan

seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.Lembaga Pemasyarakatan

atau LAPAS adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap

narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia (Dwijida,

2013).

Menurut Sudarsono (2008), norma- norma hukum yang

sering dilanggar pada umumnya pasal-pasal tentang:

1. Pembunuhan.

2. Penganiayaan.

3. Pencurian.

4. Penggelapan.

5. Penipuan.

6. Pemerasan.

7. Korupsi.

8. Penyalahgunaan Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif disebut

dengan Napza.
26

Menurut Magdalenasitorus (2008) dalam Ekasari & Susanti

(2009), narapidana dengan kasus Napza adalah seseorang yang

telah melakukan pelanggaran hukum dan sudah mengalami proses

penangkapan, penahanan, terpidana, dan kemudian menjadi

narapidana karena penyalahgunaan Napza, baik bandar, pengedar

ataupun pemakai Napza. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini (2019) menunjukkan bahwa dari 76 narapidana

didapatkan hasil yaitu 33 (43,3%) narapidana stres berat, 25

(32,9%) narapidana stres sedang, 10 (13,2%) narapidana stres

ringan, 7 (9,2%) narapidana stres normal, dan 1 (1,3 %)

narapidana stres sangat berat, tingkat stres cukup tinggi ini

cenderung mengarah pada gangguan fisiologis seperti: sering

pusing, sakit punggung dan leher, nyeri dipersendian, badan terasa

lemas dan mudah lelah. Selain itu juga terdapat reaksi kognitif

seperti banyak pikiran, jenuh, dan sering melamun sehingga susah

tidur dan sering terbangun saat tengah malam.

Menurut Kartono (2005) dalam Ariyanto (2015) seorang

narapidana akan menimbulkan konflik-konflik dalam batin yang

serius, seseorang yang pertama kali masuk penjara mengalami

patah mental karena tidak siap menghadapi realitas yang ada di

dalam penjara. Selain itu adanya rasa dikucilkan oleh penghuni

Lapas dan masyarakat luar, serta timbul perasaan menyesal dan


27

membenci dirinya sendiri atas perbuatan yang dilakukan. Dampak

yang muncul bagi seseorang yang lama menjalani hukuman di

penjara diantaranya adalah:

a. Tidak ada partisipasi sosial.

b. Tekanan-tekanan batin yang semakin berat dengan

bertambahnya waktu pemenjaraan.

c. Praktik-praktik homoseksual berkembang.

d. Reaksi-reaksi stereotype, yaitu cepat curiga, mudah marah dan

membenci, serta mendendam.

e. Mendapat stempel tidak bisa dipercaya dan tidak bisa diberi

tanggung jawab.

3. Senam Otak

a. Pengertian Senam Otak

Menurut Dennison dalam Nurdin (2015) Senam otak

adalah serangkaian latihan menggerakkan tubuh secara

sederhana agar meningkatkan cara kerja otak secara optimal

dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak adalah gerakan

sederhana yang dapat meringankan otak kanan dan otak kiri dan

dapat dilakukan untuk semua kalangan usia. Senam otak

berfungsi untuk dimensi lateralis dan pemfokusan dengan


28

menurunkan tingkat stres, meningkatkan daya ingat dan

menjernihkan pikiran (Fitriah, 2010).

Menurut Yanuarita dalam Nurdin (2015) Gerakan senam

otak di buat agar merangsang otak kanan dan otak kiri (dimensi

lateralitas), meringankan cara kerja belakang otak dan bagian

depan otak (dimensi pemfokusan), dengan merangsang kondisi

emosional atau yang di kontrol oleh otak tengah dan otak besar

(dimensi pemusatan). Senam otak dapat dilakukan oleh semua

kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai pada

lansia, dan dapat dilakukan kapan saja tanpa ada waktu khusus

untuk melaksanakannya porsi dari latihan senam otak adalah 15

menit sebanyak 2-3 kali sehari.

Pada awalnya senam otak digunakan untuk anak yang

mengalami masalah hiperaktif, kerusakan otak, dan kesulitan

dalam berkonsentrasi. Dengan perkembangan yang terjadi saat

ini semua kalangan dapat melakukan senam otak untuk

beragam kegunaan. Menurut isnani (2009) dalam Fitria (2010)

banyak orang yang merasa bahwa senam otak sangat

bermanfaat contohya di Amerika dan Eropa mereka merasa

bahwa senam otak dapat menurunkan tingkat stres,

meningkatkan daya ingat dan menjernihkan pikiran.


29

b. Prinsip Senam Otak

Gerakan yang ringan di lakukan oleh otak, seperti

menggerakkan tangan atau kaki yang dapat merangsang atau

memberi stimulus pada otak agar dapat meningkatkan

kemampuan kognitif contohnya seperti meningkatkan daya

ingat membantu dalam berkonsentrasi, sikap waspada

meningkatkan memori otak, kecepatan dalam belajar dan

menggali kreatifitas.

Otak merupakan organ tubuh manusia yang berfungsi

sebagai pusat pengendali organ-organ tubuh manusia. Otak

sebagai sistem pengendali dan sistem tubuh yang

menjalankan beberapa fungsi secara bersama. Otak selalu

berkaitan erat dengan tingkat kecerdasan seseorang karena

otak memiliki peran sebagai penerima informasi, penyimpan

informasi, menjalankan tugas rutin dan memberi perintah

keseluruh organ tubuh. Melalui senam otak, otak akan

merespon dan memberi rangsangan ke otak. Senam otak

dapat dilakukan oleh seluruh kalangan usia mulai dari anak-

anak, remaja, dewasa sampai lansia.

c. Manfaat Senam Otak

Manfaat dari senam otak antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan konsentrasi.
30

2. Mengurangi stres.

3. Meningkatkan daya ingat.

4. Dapat berfikir lebih cepat .

5. Bagi pelajar dapat menangkap pelajaran dengan baik.

6. Dapat meningkatkan percaya diri

7. Melawan penuaan.

8. Meningkatkan rasa bahagia. (Zulaini, 2016)

Brain gym atau senam otak merupakan serangkaian

gerakan latihan sederhana yang dilakukan oleh tubuh.

Gerakan yang dibuat untuk merangsang kerja otak. Dalam

dimensi lateralis bertujuan untuk merangsang otak kiri dan

otak kanan. Sedangkan dalam dimensi pemfokusan bertujuan

untuk memfokuskan dan merilekskan otak bagian depan dan

otak bagian belakang. Sedangkan di bagian otak tengah

(sistem limbik) dan otak besar gerakan senam otak berfungsi

untuk merangsang kondisi emosional atau perasaan.

Senam otak dapat dilakukan oleh siapapun mulai

dengan gerakan yang sederhana tanpa ada batasan untuk

melakukannya. Senam otak juga dapat dilakukan pada saat

sedang melakukan aktivitas sehari-hari misalnya pada saat

menonton televisi atau pada saat sedang beristirahat.

Gerakan-gerakan senam otak yang dilakukan dapat


31

menstlimulus perkembangan kognitif seperti kecepatan,

kewaspadaan, kreativitas dan daya ingat yang dilakukan

melalui olahraga tangan dan kaki.

d. Teknik gerakan senam otak menurut Zulaini (2016) yaitu:

1. Gerakan menyilang (Cross Crawl)

Gerakan ini dimulai dengan meyilangkan tangan

kanan menyentuh kaki kiri (bagian lutut) dan tangan kiri

menyentuh kaki kanan (bagian lutut) seperti jalan di tempat

secara bergantian.

Fungsi dari gerakan ini dapat mengoptimalkan otak kanan

dan otak kiri.

2. Gerakan Angka 8 tidur ∞

Gerakan ini seperti membuat angka 8 tetapi dalam

posisi miring sebanyak 3 kali bergantian dengan tangan

kanan.

Fungsi dari gerakan ini meningkatkan daya ingat terutama

bagi yang pelupa (contohnya jika kita sering lupa pada apa

yang ingin kita katakan atau lupa menaruh barang).

3. Coretan Ganda (Ԑ 3)

Gerakan menggambar dengan menggunakan kedua

tangan dengan gambar yang sama, dan jika didekatkan

gambar akan seperti berhadapan .


32

Fungsi dari gerakan ini untuk meningkatkan kreatifitas

merilekskan mata dan tangan.

4. Abjad 8

Gerakan menulis huruf ABJAD dengan membentuk

angka delapan. Di mulai dari angka A di sisi atas kanan dan

bergerak kearah kiri sampai membentuk angka 8.

Fungsi dari gerakan ini dapat membedakan antara huruf b,

p, d, q dan dapat merangsang kemampuan berfikir dan

imajinasi.

5. Gajah (The Elephant)

Gerakan seperti membuat belalai gajah, pertama

menekuk sedikit lutut kemudian menempelkan kepala

kebagian bahu kanan dan meluruskan tangan kanan lurus

kedepan seolah-olah seperti belalai gajah.

Fungsi dari gerakan ini dapat merilekskan mata dan leher

menjadi rileks.

6. Putaran Leher (Neek Rolls)

Gerakan awal dengan menundukkan kepala dan

kembali menghadap kedepan setelah itu putar leher secara

perlahan-lahan kearah kiri dari satu sisi ke sisi lainnya.

Membentuk garis lengkung di sepanjang dada.


33

Fungsi dari gerakan ini merilekskan otot-otot bagian kepala

dan leher.

7. Olengan Pinggul (The Rocker)

Gerakan ini dilakukan dengan posisi duduk, pertama

duduk dalam posisi yang nyaman kemudian letakkan tangan

kebelakang tekuk siku, angkat sedikit kedua kaki. Dan

olengkan pinggul kearah kiri dan kanan kemudian putar

secara perlahan sampai terasa rileks.

Fungsi dari gerakan ini merileksakan otot-otot pinggul.

8. Pernapasan Perut (Belly breathing)

Gerakan ini dilakukan dengan menegakkan posisi

punggung kemudian letakkan tangan di bagian perut setelah

itu tarik napas secara perlahan lalu hembuskan degan

kedua tangan mengikuti pergerakan perut.

Fungsi dari gerakan ini tubuh dapat menjadi rileks dan dapat

mencerna makanan dengan baik.

9. Gerakan silang berbaring (Cross Crawl Sit Up)

Gerakan ini sering di sebut dengan bicycle crunches

atau gerakan mengayuh sepedah, hal yang dilakukan

pertama adalah posisi badan terlentang letakkan kedua

tangan di depan dada kemudian tekuk kedua tangan setelah

itu gerakkan kedua kaki seperti mengayun sepedah.


34

Fungsi dari gerakan ini agar merilekskan otot-otot dan

melatih pernapasan.

10. Mengisi energy

Gerakan ini membutuhkan meja dan kursi, gerakan

pertama duduk di kursi kemudian letakkan kedua tangan di

atas meja kemudian letakkan dahi diatara kedua tangan

diatas meja , kemudian tarik napas dan hembuskan secara

perlahan.

Fungsi dari gerakan ini untuk merilekskan fikiran dan

memberi energy pada malam hari.

B. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori adalah landasan teori atau dasar pemikiran

dalam penelitian yang dilakukan (Nawawi, 2001).

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

bentuk bagan sebagai berikut:


35
Menurut Magdalenasitorus (2008)
dalam Ekasari & Susanti (2009)
Narapidana dengan kasus Napza
adalah seseorang yang telah Kondisi stres atau tingkat
melakukan pelanggaran hukum dan stres menurut Purwati
sudah mengalami proses (2012) yaitu:
penangkapan, penahanan,
1. Stres normal
terpidana, dan kemudian menjadi
2. Stres ringan
narapidana karena penyalahgunaan
3. Stres sedang
Napza, baik bandar, pengedar
4. Stres berat
ataupun pemakai Napza.
5. Stres sangat berat

Menurut National Safety Council manajemen stress adalah upaya yang


rasional, terarah dan karenanya efektif untuk mengatasi stress. Upaya yang
dapat dilakukan yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dalam Safira & Saputra (2012) cara mengatasi stress diantaranya yaitu : 1.
Tehnik relaksasi otot progresif, 2. Tehnik pernafasan, 3. Tehnik senam
otak, 4. Terapi musik, 5. Terapi humor, 6. Terapi dzikir

Senam Otak Menurut Zulaini (2016) yaitu:

1. Gerakan menyilang (cross crawl)


2. Gerakan angka 8 tidur
3. Coretan ganda
4. Abjad 8
5. Gajah (the elephant)
6. Putaran lupa (neek rolls)
7. Olengan pinggul (the rocker)
8. Pernapasan perut (belly breating)
9. Gerakan silang berbaring ( Cross Crawl Sit Up )
10. Mengisi energy

Gerakan dilakukan selama 10-15 menit sebanyak 2 kali dalam


sehari dengan selang waktu istirahat 10 menit

2.2 Kerangka Teori Penelitian


36

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep digunakan sebagai dasar untuk melakukan

penelitian dan menjawab permasalahan yang ada. Maka dapat

digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Kelompok Intervensi Senam Otak

Pengukuran Intervensi Pengukuran


latihan
Stres Pre test senam otak Stres Post
pada test pada
narapidana narapidana

Kelompok Kontrol

Pengukuran Pengukuran
Stres Pre test Stres Post
pada test pada
narapidana narapidana

2.3 Gambar

Kerangka Konsep Penelitian


37

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah suatu asumsi sementara tentang hubungan

antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa memberikan

jawaban sementara atau suatu pertanyaan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2011). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Hipotesis Nol (H0)

H0: Tidak ada pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat

stres pada narapidana di Lapas Narkotika Klas III Samarinda.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ha: Ada pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat stres

pada narapidana di Lapas Narkotika Klas III Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai