Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah suatu respon respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap

setiap tuntutan beban atasnya.Misalnya bagai mana respon tubuh seseorang

manakalah yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan.Bila ia

sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh,maka di

katakana yang bersangkutan tidak mengalami stres.Tetapi sebaliknya bila ternyata ia

mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan

tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik,maka ia di sebut

mengalami stres (Hawari Dadang,2006;17).

Stres menunjuk pada keadaan internal individu yang menghadapi ancaman

terhadap kesejahteraan fisik maupun psikisnya. Penekanannya adalah pada presepsi

dan evaluasi individu terhadap stimulus yang memiliki potensi yang membahayakan

bagi dirinya. Sehingga ada perbandingan antara tuntutan yang menekan individu dan

kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut. Keadaan yang tidak seimbang

dalam mekanisme ini akan meningkatkan respon stres, bagi fisiologi maupun

perilakunya.(Jacinta, 2004;120).

Stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban. Stres itu sendiri

bermacam-macam, bisa berat, bisa juga ringan, dan stres dapat berkemungkinan

mengakibatkan berbagai gangguan. Stres ringan dapat merangsang dan memberikan

gairah nyata dalam kehidupan yang setiap harinya menjenuhkan. Stres yang
berlebihan, apabila tidak ditanggualangi sejak dini, akan membahayakan kesehatan.

(Jacinta, 2004;28).

2. Tahapan-tahapan stress

Gangguan stress biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya

dan seringkali kita tidak menyadari. Namun meskipun demikian praktik psiakitri, para

ahli mencoba membagi stress tersebut dalam enam tahapan. Setiap tahapan

memperlihatkan jumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang bersangkutan, hal

mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejala stress sebelum

memeriksakannya ke tenaaga pelanyanan kesehatan.Menuru Robert Van Amberg

(1976) yang disadur Hawari (2001),bahwa tahapan stress adalah sebagai berikut:

a. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya disertai

dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

2) Pennglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya

3) Merasa mampu menyelesaikan pekejaan lebih dari biasanya namun tanpa

disadari cadangan energy dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat

namun tanpa disadari cadangan energy semakin menipis.

b. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula menyenangkan seperti yang di

paparkan di atas mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan

karena cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu

untuk beristirahat. Adapun keluhan-keluhan yang sering dikemukakan pleh

seseorang yang berada pada stress tahap II yaitu:


1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman

4) Detakan jantung lebih keras dari biasanya

5) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

6) Tidak biasa santai

c. Stres tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan

keluhan-keluhan sebagaimana di uraikan pada stress tahap II diatas, maka yang

bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan

mengganggu yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan gastritis, diare.

2) Ketegangan otot semakin terasa

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat

4) Ganggguan pola tidur

5) Koordinasi tubuh terganggu (serasa mau pingsang)

d. Stres tahap IV

Adapun gejala-gejala pada tahap ini akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan

menjadi membosankan dan terasa lebih sulit

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk

merespon secara memadai

4) Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan


6) Seringkali menolak ajakan karena tidak ada semangat dan gairah

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun

8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa

penyebabnya

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V yang

ditandai dengan :

1.) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam

2.) Ketidakmampuan untuk menyelesaiakan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan

sederhan

3.) Gangguan system pencernaan sema

4.) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah

bingung dan panik

f. Stres tahap V

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panic,dan

perasaan takkut mati. Gambaran stress tahap VI yaitu:

1) Debaran jantung teramat keras

2) Susah bernafas

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan keringat bercucuran

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

3. Penyebab Stres

Banyak sekali keadaan atau peristiwa yang dapat menimbulkan stress.Keadaan

atau peristiwa tadi di sebut”stereo psikososial”.Hawari (2000) membagi stressor

psikososial sebagai berikut:


a. Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress yang menduduki urutan kedua

setelah masalah perkawinan.banyak orang menderita depresi dan kecemasan

karena masalah pekerjaan ini,misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak

cocok,mutasi cabatan,kenaikan pangkat,pension,dan kehilangan pekerjaan (PHK).

b. Hubungan Interpersonal (antara pribadi)

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami

konflik,konflik dengan pacar,antara atasan dan bawahan.Konflik hubungan

interpersonal ini dapat merupakan sumber stress bagi seseorang dan yang

bersangkutan dapat mengalami depresi dan kecemasan.

c. Perkawinan

Berbagai perkawinan merupakan sumber stress yang di alami seseorang misalnya

pertengkaran,perpisahan,perceraian,kematian salah satu dari pasangan,ketidak

setiaan.

d. Problem orang Tua

Permasalahan yang di hadapi orang tua,misalnya tidak punya anak kebanyakan

anak,kenakalan anak-anak,anak sakit,hubungan yang tidak baik dengan

mertua,dan ipar.permasalahan tersebut diatas dapat menyebabkan stress.

4. Gejala Stres

Gejala adalah suatu keadaan yang tidak biasa dan patut di perhatikan pada

seseorang yang mengalami stress,biasanya memperhatikan gejala-gejala sebagai

berikut:

a. Gejala fisik

1) Terkena serangan sesak nafas,rasa mual dan mabuk

2) Selera makan tidak seperti biasanya


3) Sering menderita gangguan pencernaan

4) Mengalami sulit tidur dan sering terjaga terlalu dini

5) Merasa lelah walaupun mengerjakan pekerjaan yang paling sederhana

6) Sering gelisah,jalan mondar- mandir dan ragu-ragu dalam mengerjakan

sesuatu

7) Timbul bercak-bercak merah pada kulit

8) Pegal-pegal di punggung

9) Kesemutan,berkeringat dingin

10) Pusing kepala,berdebar- debar

b. Gejala psikologi

1) Merasah marah sepanjang waktu

2) Tidak dapat mengambilkeputusan dan sering merasa tidak dapat menghadapi

masalah

3) Merasa menjadi orang gagal

4) Mersa tidak di perhatikan

5) Tidak menyukai orang lain dan diri sendiri

6) Khawatir sesuatu yang mengerikan akan terjadi

7) Merasa tidak dapat berkosentrasi

8) Tidak dapat menceritakan kepada orang lain apa yang di rsakan

9) Kehilangan rasa humor

10) Cendrung menyalahkan orang lain

c. Gejaala prilaku/Tindakan

Menurunnya kegairahan,pemakaian alkohol yang berlebihan,meningkatnya

konsumsi rokok / tindakan agresif,gangguan pada kebiasaan makan,gangguan


tidur,gangguan seksual,kecendrungan menyendiri dan absen di tempat kerja serta

mudah maendapatkan kecelakaan.

d. Gejala interpersonal

Kehilangan kepercayaan pada orang lain,mudah menyalahkan orang lain,mudah

membatalkan janji atau tidak memenuhinya,suka mencari- cari kesalahan orang

lain atau menyerang orang lain dengan kata- kata,mengambil sikap terlalu

membentangi dan mempertahankan diri serta mendiamkan orang lain.

5. Akibat Stres

Stres dapat berakibat baik atau buruk terhadap kita. Kita akan hidup dan

berprestasi optimal dan maksimal bila mendapatkan rangsangan yang optimal

tingkatnya. Stres yang optimal berperan dan berdampak positif serta konstruktif bagi

kita. Stres yang baik disebut dengan eustres. Bagi kita stres menjadi eustres atau

distres dipengaruhi oleh penilaian dan daya tahan kita terhadap peristiwa dan keadaan

yang potensial atau netral kandungan daya stresnya.

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pekerja maupun

perusahaan. Pada diri pekerja konsekuensi tersebut berupa menurunnya gairah kerja,

kecemasan yang tinggi, frustasi dsb. Konsekuensi ini tidak hanya berhubungan

dengan aktifitas kerja saja tapi dapat meluas ke aktifitas lain diluar pekerjaan, seperti

tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu

berkosentrasi.(Mariska, 2009;34).

6. Pekerjaan dan Stres

Berikut adalah pekerjaan dianggap paling dapat membuat stres menurut

Nasonal Safety Council dalam Hidayat (2004) yakni : pegawai pos, perawat, jurnalis,

pilot pesawat, manajer tingkat menengah, sekretaris, polisi, petugas medis, para

medis, guru, pemadam kebakaran, petuga customer service dan pelayan. Apapun
profesi seseorang dapat mengalami stres kerja. Namun, ada profesi tertentu yang

sangat rentan terhadap stres kerja yaitu pekerjaan dibidang perawatan kesehatan,

penegakan hukum dan pendidikan. (Anies, 2005;24)

Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi manusia juga dapat

mengakibatkan stres. Tuntutan kerja dapat mengakibatkan stres (stresfull) adalah:

a. Pekerjaan itu mungkin terlalu banyak

b. Jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih “stresfull” dari pada jenis pekerjaan lainnya.

c. Lingkungan fisik yang terlalu menekan.

d. Kurangnya pengendalian yang dirasakan.

e. Kurangnya hubungan interpersonal.

f. Kurangnya pngakuan terhadap kemajuan kerja.

Sutherland dan cooper (1990) mengidentifikasikan sumber manajerial stres,

dimana lima diantaranya berasal langsung dari pekerjaan, yang satunya lagi berasal

dari interaksi antar lingkungan sosial pekerjaannya. Stressor itu meliputi: Stressor

yang ada pada pekerjaan itu sendiri, Konflik peran (dalam pekerjaannya), masalah

dalam hubungan dengan orang lain (adalah stressor yang potensial), perkembangan

karir, Iklim dan struktur organisasi., adanya konflik antara aturan kerja dengan

tuntutan kerja (Yosep, 2007;65).

7. Penilaian Stres

Bagaimana proses penilaian orang terhadap hal, peristiwa, orang atau keadaan

terjadi sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hal, peristiwa, orang atau

keadaan itu sungguh menekan, menegangkan dan penuh stres. Dikalangan ahli, proses

itu disebut penilaian kognitif (cognitive appraisal). Lewat proses itu, orang yang

menghadapi hal, peristiwa, orang atau keadaan menilai: apakah semuanya itu

mengandung tuntutan yang mengancam kesejahteraan (wiil-being)-nya, dan apakah


tersedia padanya sumber daya utuk menghadapi tuntutan itu. (Dadang Hawari,

2009;145)

Penilaian peristiwa sebagai mendatangkan stres itu dapat berpangkal pada tiga

pemikiran yaitu :

a. Penilaian tentang kerugian dan kehilangan (harm-loss)

b. Pemikiran tentang ancaman (threat)

c. Pemikiran tentang tantangan (challenge)

Bersamaan dengan, atau sesudah, proses penilaian itu, kita juga menilai dan

mempertimbangkan sumber daya yang tersedia pada kita untuk mengatasi stres.

Dengan melihat apakah hal yang kita hadapi akan mendatangkan stres, kita lalu

mengukur apakah sumber daya kita cukup atau tidak untuk mengatasi kerugian,

ancaman dan tantangan yang ada pada hal mendayangkan stres itu. Seperti sudah kita

lihat, sumber daya itu dapat bersifat fisiologis, psikologis, atau sosial.

(Yosep,2007;211)

B. Tinjauan Umum Stres Kerja

1. Defenisi Stres kerja

Stress kerja adalah kondisi ketengangan yang mempengaruhi emosi,proses

pikiran,dan kondisi fisik seseorang,apabila stress ini terlalu besar maka dapat

mengancam kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungan (Davis dan

Newstrom,2000;18).Dalam kehidupan sehari-hari stress dapat di artikan sebagai

sesuatu yang membuat kita mengalami tekanan mental atau beban kehidupan,suatu

kekuatan yang mendesak atau mencekam yang menimbulkan ketengangan,mengganggu

keseimbangan karena masalah atau tuntutan penyesuaian diri.Menurut Selye H. (dalam

Sunaryo;2004;204) stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap

setiap tuntutan kebutuhan yang ada pada dirinya.Menurut Donnelly(2004;204)


menyatakan stress kerja adalah suatu tanggapan adaptif,ditengahi oleh perbedaan

individu atau proses psikologi,yaitu suatu konsekuensi dari setiap kengiatan

(lingkungan),situasi,atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologi atau

fisik yang berlebihan terhadap seseorang.

Menurut Fawzi (2001;394) perhatian terhadap masalah stress harus di bedakan

atas jenisnya yaitu stress yang di sebut eustres (yang berdampak positif).Stres yang

berdampak positif dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan karena dapat

memberikan semacam rangsangan dan motifasi untuk memecahkan suatu masalah

sehingga dapat mencapai hasil yang optimal,tapi penelitian ini adalah pada stress

sebagai distress yaitu stress yang mengakibatkan dampak merugikan bagi manusia

seperti terganggunya kesehatan,kehidupan,penampilan,tingkalaku,dan sikap.

Reaksi yang di berikan seseorang dalam menghadapi stressor menunjukan

karakter yang di miliki dan sampai dimana batas kemampuan mereka untuk

mengatasinya.Menurut penelitian Datzer & Kelley (dalam Rini;2002;21) stress di

hubungkan dengan daya tahan tubuh yaitu berupa fisik,emosional dan

perilaku.Pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh di tentukan oleh jenis lamanya,dan

frekuensi stress yang di alami seseorang,jika stress yang di alami seseorang itu berjalan

sangat lama membuat letih healt promoting response dan akhirnya melemahkan daya

tahan itu sendiri.Dari beberapa defenisi di atas dapat dilihat bahwa stress kerja

memberikan pengaruh yang sangat besar pada kondisi psikologis maupun fungsi

fisiologisnya,tetapi stress pada taraf tertentu dapat menjadi motivasi yang mendorong

seseorang untuk maju dan berkembang.Semua orang tidak akan bereaksi sama terhadap

suatu stressor karena respon seseorang terhadap stressor sangat di penggaruhi oleh

lambang stress yang di milikinya dan beberapa faktor lainnya,lagi pula stress kerja
sangat mempengaruhi daya tahan tubuh karena di tentukan oleh jenis,lamanya dan

frekuensi stress yang dialami seseorang.

2. Sumber Stres Kerja

Sumber stres kerja dikenal dengan job stressor yang sangat beragam dan

reaksinya beragam pula pada setiap orang. Berikut ini beberapa sumber stres kerja

(Jacinta, 2004)

a. Kondisi Kerja

Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja quantitative work overload, qualitative

work overload, assembli line- hysteria , pengambilan keputusan, kondisi fisik yang

berbahaya, pembagian waktu kerja, dan kemajuan teknologi (technostres).

Pengertian dari masing-masing kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1) Quantitative work overload

Work overload (beban kerja yang berlebihan) biasanya terbagi dua, yaitu

quantitative dan qualitative overload. Quantitative overload adalah ketika kerja

fisik pegawai melebihi kemampuan nya. Hal ini disebabkan karena pegawai

harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat banyak dalam waktu yang singkat.

Qualitative overload terjadi ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh

pegawai terlalu sulit dan kompleks.

2) Assembli line- hysteria

Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena pekerjaan yang harus dilakukan

tidak menantang atau pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap

pekerjaannya.

3) Pengambilan keputusan dan tanggung jawab

Pengambilan keputusan yang akan berdampak pada perusahaan dan pegawai

sering membuat seorang manajer menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila


pengambilan putusan itu juga menuntut tanggung jawabnya, kemungkinan

peningkatan stres juga dapat terjadi.

4) Kondisi fisik yang berbahaya

Pekerjaan seperti SAR, Polisi, penjinak bom sering berhadapan dengan stres.

Mereka harus siap menghadapi bahaya fisik sewaktu-waktu.

5) Pembagian waktu kerja

Pembagian waktu kerja kadang-kadang mengganggu ritme hidup pegawai

sehari-hari, misalnya pegawai yang memperoleh jatah jam kerja berganti-ganti.

Hal seperti ini tidak selalu berlaku sama bagi setiap orang yang ada yang mudah

menyesuaikan diri, tetapi ada yang sulit sehingga menimbulkan persoalan.

6) Stres karena kemajuan teknologi (technostres).

Technostres adalah kondisi yang terjadi akibat ketidakmampuan individu atau

organisasi menghadapi teknologi baru.

b. Faktor Interpersonal

Hubungan interpersonal dalam pekerjaan merupakan faktor penting untuk

mencapai kepuasan kerja. Adanya dukungan sosial dari teman sekerja, pihak

manajemen maupun keluarga diyakini dapat menghambat timbulnya stres. Dengan

demikian perlu kepedulian dari pihak manjemen pada pegawai agar selalu tercipta

hubungan yang harmonis.

c. Perkembangan Karier

Pegawai biasanya mempunyai berbagai harapan dalam kehidupan karier

kerjanya, yang ditujukan pada pencapaian prestasi dan pemenuhan kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri. Apabila perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut,

misalnya : sistem promosi yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan

harapan yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.


d. Struktur Organisasi

Struktur organisai berpotensi menimbulkan stres apabila diberlakukan secara

kaku, pihak manajemen kurang memperdulikan inisiatif pegawai, tidak melibatkan

pegawai dalam proses pengambilan keputusan dan tidak adanya dukungan bagi

kreatifitas pegawai.

e. Hubungan antara pekerjaan dan rumah

Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang memungkinkan

membangun dan mengumpulkan semangat dari dalam diri individu untuk memenuhi

kebutuhan luar. Ketika tekanan menyerang ketenangan seseorang, ini dapat

memperkuat efek stres kerja. Denise Prosseau Spillover mengatakan kekurangan

dukungan dari pasangan, konflik dalam rumah tangga merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi stres dan karir.

3. Gejala Stres Kerja

Gejala stres kerja di kelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: (Sri

wahyuni,2013;133)

a. Gejala fisiologikal

Yang termasuk dalam simptom-simptom ini yaitu:

1) Bingung

2) Cemas dan tengang

3) Sensitif dan tertekan

4) Mudah marah dan bosan

5) Memendam perasaan dan tidak kosentrasi

b. Gejala fisik

Adapun simptom-simptomnya sebagai berikut:

1) Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah


2) Meningkatnya ekskresi adrenalin,dan non adrenalin

3) Gangguan lambung

4) Gangguan pernapasan

5) Gangguan kardiovaskuler

6) Kepala pusing dan berkeringat

c. Gejala perilaku

Adapun simptom-simptomnya sebagai berikut:

1) Prestasi dan produktivitas kerja menurun

2) Menghindari pekerjaan atau bolos kerja

3) Agresif kehilangan napsu makan

4) Meningkat penggunaan minuman keras

4. Penyebab Stres Kerja

Menurut cooper (2002) sumber stress kerja adalah kondisi pekerjaan,masalah

peran,hubungan interpersonal,kesempatan, pengembangan karir, dan struktur

organisasi.Kondisi pekerjaan yang berpotensi sebagai sumber stress karyawan yaitu :

a. Kondisi kerja yang buruk seperti ruangan kerja yang sempit, tidak nyaman,panas,

gelap, kotor, pengap, berisik, dan padat.

b. Kelebihan beban secara kuantitatif artinya beban atau volume pekerjaan melebihi

kapasitas kemampuan karyawan sehingga karyawan tersebut mudah lelah dan

tenggang.

c. Pekerjaan yang tidak lagi menantang, tidak lagi menarik bagi yang bersangkutan

sehingga timbul kebosanan, tidak puasan dan tidak senang.

5. Usaha-usaha Mengatasi stress

Menurut Yates (2002), ada delapan cara untuk mengatasi stress yaitu:

a. Menjaga kesehatan tubuh agar tidak sakit


b. Menerima diri apa adanya atas kelebihan dan kekurangan

c. Memelihara hubungan yang baik dengan orang lain terutama dengan orang yang di

percaya untuk mencurhatkan isi hati

d. Melakukan tindakan yang positif dan konstruktif sebagai solusi atas masalah kerja

e. Memelihara hubungan sosial dengan orang di luar lingkungan kerja seperti tetangga

dan kerabat dekat

f. Melakukan aktifitas di luar pekerjaan seperti olahraga dan rekreasi

g. Melibatkan diri dalam pekerjaan di luar kegiatan rutin seperti kegiatan sosial dan

keagamaan

h. Menggunakan analisis rasional dan ilmiah tentang masalah kerja

6. Efek Kerja Malam

Efek bekerja pada (shift) malam hari pada pekerjaan antara lain: (Fish, 2002).

a. Efek Fisiologis

1) Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan

biasanya diperlukan waktu istrahat untuk menebus kurang tidur selama kerja

malam.

2) Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.

3) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan

b. Efek Psikososial

Efek ini menunjukan masalah lebih besar dari efek fisiolgis, antara lain

adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan

untuk berinteraksi dengan teman, dan gangguan aktivitas kelompok dalam

masyarakat.

Saksono (1991) menambahkan bahwa pekerjaan malam berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam diperlukan untuk istrahat atau tidur,

sehingga tidak dapat nerpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibatnya tersisih

dari lingkungan masyarakat.

c. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis

dan efek psikososial. Menurutnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental

menurun yang berpengaruh perilaku kepwaspadaan pekerjaan seperti kualitas

kendali dan pamantauan.

d. Efek Terhadap Kesehatan

Kinerja malam menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini

cenderung terjadi pada usia 40-45 tahun. Kerja malam juga dapat menjadi masalah

terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres yang dialami seseorang akan

merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para ini juga menyimpulkan bahwa stres

akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara

menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung

sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya

karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel

antibodi banyak yang kalah.

C. Tinjauan Umum Perawat

1. Pengertian perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam

maupun di luar negri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undang yang

berlaku ( Kepmenkes RI No. 1239,2001).Perawat dalam memberikan pelanyanan

kepada klien ataupun dalam melakukan praktek keperawatan di harapkan memiliki


pemahaman yang sama terhadap hakikat keperawatan sebagai profesi, praktek

keperawatan profesional serta peran dan fungsi perawat profesional ( Sri

Hutaheaan,2010;28).

2. Peran Dan Fungsi Perawat

a. Peran Perawat

Peran perawat merupakan keadaan dari tingkalaku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang, sesuai dengan kedudukannya dalam suatu

lingkungan. Peran perawat di pengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun

dari luar profesi keperawatan dan bersifat constant (8, 2010;28)

1) Care Giver ( pemberi asuhan keperawatan )

Peran perawat sebagai care Giver adalah perawat sebagai pelaku atau

pemberi asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung

kepada klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (8,2010;29).

2) Client advocate ( pembela )

Peran perawat sebagai Client advocate adalah perawat sebagai pembela

atau penghubung antara klien, membela hak ataupun kepentingan klien dan

membantu klien untuk memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang

diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional

(8, 2010;29).

3) Counsenllor (konselor)

Peran perawat sebagai Counsellor adalah mengidentifikasi perubahan

pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya interaksi ini merupakan

dasar dalam merencanakan metode untuk menningkatkan kemampuan adaptasi

klien,dan juga memberikan kongselin atau binbingan kepada klie, keluarga


maupun masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai dengan prioritas masalah

yang di alaminya (8,2010;32).

4) Educator (pendidik ).

Peran perawat sebagai pendidik klien adalah perawat membantu klien

meningkatkan kesehatan melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan

keperawatan dan tindakan medik yang di terima klien ,sehingga klien atau

keluarga dapat menerima tanggung jawpa terhadap hal-hal yang di ketahuinya

(8,2010;32).

5) Collaborator (kolaborasi ).

Peran perawat sebagai Collaborator adalah perawat bekerja sama dengan

keluarga dan tim kesehatan lainya dalam menentukan rencana ataupun

pelaksanaan asuhan keperawatan yang akan di berikan kepada klien untuk

memenuhi kebutuhan klien terhadap kesehatanya(8,2010;33).

6) Coordinator (kordinator).

Peran perawat sebagai kordinator adalah perawat dalam memberikan

perawatan kepada klien dapat memanfaatkan semua sumber –sumber dan potensi

yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkordinasi sehingga

tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih(8,2010;33).

7) Change agen (pembaharu)

Perawat sebagai pembaharau adalah perawat mengadakan inovasi atau

pembaharuan kepada klien terhadap cara berfikir, bersikap, dan bertingkahlaku

untuk meningkatkan ketrpampilan klien atau keluarga untuk mencapai hidup

yang sehat (8,2010;33).


8) Consultan (konsultan).

Peran perawat sebagai konsultan adalah perawat sebagai pusat atau

sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi klien (8,2010;34).

b. Fungsi Perawat

Fungsi perawat merupakan suatu pekerjaan yang harus di laksanakan

seseorang sesuai dengan perananya fungsi dapat berubah dari suatu keadaanyang

lain. Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan yang harus di laksanakan seorang

perawat dengan perananya .fungsi keperawatan dapat dilakukan baik secara

mandiri ,ketergantungan maupun dengan kolaborasi (sperri Hutahaean, 2010;34)

1) Fungsi keperawatan mandiri ( Independen )

Fungsi perawat independen di laksanakan secara mandiri, di mana

aktifitas keperawatan di laksanakan berdasarkan inisiatif perawat itu sendiri

dengan dasar pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki ( 8,2010;34)

2) Fungsi Dependen ( ketergantungan )

Fungsi perawat dependen merupakan fungsi perawat di mana aktifitas

keperawatan di laksanakan atas instruksi dokter atau di bawah pengawasan

dokter. Dalam hal ini perawat tidak bisa melakukan tindakan atau memberikan

perawatan kepada klien tanpa sepengetahuan dokter (8,2010;35)

3) Fungsi Interdependen ( Kolaboratif)

Fungsi perawat Interdependen merupakan fungsi perawat di mana

aktifitas keperawatan di lakukan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim

kesehatan yang lain.Dalam hal ini perawat dengan tim kesehatan yang

berkolaborasi harus bertanggung jawab secara bersama- sama terhadap tindakan

yang di berikan kepada klien, saling melindungi kepentingan setiap bagian dan

bersama- sama mencapai tujuan yang telah di sepakati oleh tim kesehatan yang
berkolaborasi dalam memberikan tindakan ataupun perawatan kepada klien

( 8,2010;35).

a. Proses Keperawatan

Perawat dalam menjalankan tugasnya sama seperti profesi lain yaitu

dengan menggunakan proses ilmiah. Proses pikir ilmiah ini di sebut dengan

proses keperawatan yaitu suatu metode yang terorganisir untuk membuat

suatu keputusan klinis dan pemecahan masalah ( Hidayat,2007;132).

Selain itu proses keperawatan bersifat sistematis,dinamis,

interpersonal,berorientasi, kepada tujuan dan dapat di pakai pada situasi

apapun. Dengan kata lain proses keperawatan yaitu suatu cara menyelesaikan

masalah yang sistematis dan bersifat individual untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan klien sebagai manusia yang menekan pada pengambilan

keputusan oleh perawat sesuai dengan kebutuhan klien, yang dalam

penerapannyan selain menggunakan ilmu keperawatan itu sendiri juga

menggunakan kiat, sehingga keberhasilannya sering di pengaruhi oleh

hubungan antara klien dan perawat.

Proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap Namun setelah tahun

1980 sampai sekarang tahap dari proses keperawatan terbagi atas lima tahap.

Adapun lima tahap proses keperawatan tersebut adalah;

1) Pengkajian

Merupakan tahap awal proses keperawatan. Diperlukan data yang

akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan untuk mengenal masalah klien,

agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan

proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian

dalam tahap pengkajian. Data yang didapatkan berasal dari wawancara,


observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis dari anggota tim medis

lainnya.

2) Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda (2002) diagnosa keperawatana adalah penilaian

klinik tentang respon klien, keluarga atau komunitif terhadap masalah

kesehatan potensial/proses kehidupan. Diagnosa keperawatan

memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan guna

mencapai sasaran yang menunjukan perawat dapat diandalkan. Diagnosa

keperawatan terdiri dari masalah/problem (P), penyebab/etiologi (E), dan

tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

3) Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengulangngi masalah sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien. Dalam tahap perencanaan keperawatan ini,

perawat menggunakan keterampilan pemecahan masalah dan menetukan

masalah khusus pasien.

Tujuan perawatan merupakan suatu pernyataan tentang hasil yang

akan dicapai dalam batas waktu tertentu, dengan menentukan tujuan

jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

4) Pelaksanaan Rencana Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan rencana tindakan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan dumulai

setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada


kemampuan perawt untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan.

Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawtan terdiri dari

tiga kegiatan yaitu: Menetapkan urutan prioritas masalah, merumuskan

tujuan keperawatan yang akan dicapai, dan menentukan rencana tindakan

keperawatan.

5) Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi memungkinkan perawat untuk monitor ‘kealpaan” yang terjadi

selam tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Adapun tujuan evaluasi adalah menetukan kemampuan klien

mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai efektivitas rencana

keperawatan/ strategi asuhan keperawatan.

b. Standar Praktik Keperawatan

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional

melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dantenaga kesehatan

lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan

wewenang dan tanggung jawab.

Praktik keperawatan sebagai tindakan keperawtan profesional

menggunakan pengetahuan politik yang mantap dan kokoh dari berbagai

ilmu dasar, klinik dan komunitas sebgai lnadasan untuk melakukan asuhan

keperawatan untuk memenuhi tuntutan dan mengikuti perkembangan yang


terjadi, maka perawat perlu memilki pengetahuan, keterampilan dan sikap

profesional termasuk, keterampilan tekhnikal dan interpesonal.

c. Standar Penilaian Perawat Dalam Melaksanakan

Asuhan Keperawatan Pada Klien.

Standar praktik keperawatan mengacu dalam tahapan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

a. Pengkajian keperawatan: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien.

b. Diagnosa keperawatan: Perawat menganalisa data pengkajian dan

menentukan diagnosa.

c. Perencanaan keperawatan: Perawat mengembangkan rencana asuhan

keperawatan menggambarkan intervensi.

d. Implementasi: Perawat mengimplementasikan intervensi yang

diidentintifikasi dalam rencana asuhan keperawatan.

e. Evaluasi keperawatan: Perawat mengevaluasi kemajuan pasien dalam

mencapai hasil yang diharapkan.

d. Shift Kerja

Seseorang akan berbicara mengenai shift kerja bila dua atau lebih

pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi pada pekerjaan yang sama. Bagi

seseorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, baik

teratur pada saat yang sama (shift kerja kontinyu) atau pada waktu yang

berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan kerja hari biasa,

dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu

yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih

dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang
berjalan secara kontinyu yang menerapkan shift kerja ini. (Jacinta, 2004;

2000).

e. Perputaran dan Rekomendasi Shift Kerja

Merancang perputaran shift tidak bisa dilakukan sembarangan, ada hal-

hal yang harus diperhatikan dan diingat, seperti yang dikemukakan oleh

pribadi (2000) berikut ini :

1. Kekurangan tidur atau istrahat hendaknya ditekan sekecil mungkin

sehingga dapat meminimumkan kelelahan.

2. Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga dan kontak

sosial.

Perubahan jadwal shift kerja tidak bisa mengembalikan aspek-aspek

yang mempengaruhinya. Grandjean (2002) mengemukakan teori

Scwartzenau yang menyebutkan ada beberapa saran yang harus diperhatikan

dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu:

a. Pekerja shift malam sebaiknya berurmur antara 25-50 tahun

b. Pekerja yang cenderung punya penyakit di perut dan di usus, serta yang

punya emosi yang tidak stabil disarankan untuk tidak di tempatkan di shift

malam.

c. Yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di lingkungan yang

ramai tidak dapat bekerja malam.

d. Sistem shift tiga rotasi biasanya berganti pada pukul 6 -14-22, lebih baik

diganti pada pukul 7-17-23 atau 8-16 -24.

e. Rotasi pendek lebih baik dari pada rotasi panjang dan harus dihindarkan

kerja malam secara terus menerus.

f. Rotasi yang baik 2-2-2 (metropolitan pola) atau 2-2-3 (continental pola).
g. Kerja malam 3 hari berturut-turut harus segera diikuti istrahat paling

sedikit 24 jam.

h. Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan dua hari libur berurutan.

i. Tiap shift terdiri dari satu kali istrahat yang cukup untuk makan

D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap

pembentukan kerja seseorang. Menurut Gibson (2003), umur sebagai subvariabel

demografik mempunyai efek tidak langsung pada prilaku kerja individu. Hal tersebut

akan berpengaruh terhadap kemampuan dan keterampilannya.

Sementara Kertonegoro (2001) dalam menyebutkan umur Mempunyai

pengaruh terhadap turnover atau umpan balik, absensi, produktivitas,dan kepuasan

kerja. Semakin tinggi umur karyawan, semakin kecil memungkinkan untuk berhenti

bekerja, karena makin terbatas alternative kesempatan kerja. Semakin tinggi umur

karyawan maka semakin rendah tingkat absensi yang dapat dihadiri, tetapi makin

tinggi absensi yang tidak dapat di hadir, misalnya karena sakit.

Menurut Siagian, (2002), terdapat korelasi antara kinerja dan kepuasan kerja

dengan umur seorang karyawan, artinya kecenderungan yang seiring terlihat ialah

bahwa semakin lanjut umur karyawan, kinerja dan tingkat kepuasan kerjapun

biasanya semakin tinggi. Berbagai alasan yang sering di kemukakan menjelaskan

fenomena ini, antara lain adalah :

a. Bagi karyawan yang sudah lanjut usia, semakin sulit memulai karir baru di tempat

lain.

b. Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan

cta-cita.
c. Gaya hidup yang sudah mapan.

d. Sumber penghasilan yang relative terjamin.

e. Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan rekan-

rekannya dalam organisasi. Sebaliknya, para karyawan yang lebih mudah usianya,

kepuasan kerja cenderung lebih kecil, karena berbagai pengharapan yang lebih

tinggi, kurang penyesuaian dan penyebab-penyebab lainnya serta pengalaman

yang relative lebih rendah dibandingkan dengan karyawan yang berusia lebih tua

(Wulandari, 2010;135).

2. Beban kerja

Terlalu banyak pekerjaan/terlalu sedikit pekerjaan juga terkadang dapat

menyebabkan stres pada seorang individu. Terlalu banyak pekerjaan berkaitan dengan

kemampuan untuk menyelesaikan semua pekerjaan tersebut dengan hasil yang sebaik-

baiknya. Sedangkan terlalu sedikit berkaitan dengan tidak adanya pekerjaan yang

dapat dikerjakan. Sejauhmana hal ini dapat menyebabkan seorang individu menjadi

stres, tergantung bagaimana dia dapat mengatasi keadaan tersebut. (Mariska, 2009;

135)

Beban kerja berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien, mengalami

kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi

dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan menghadapi maslah keterbatasan

tenaga, Tuntutan pekerjaan yang terlalu banyak dan harapan yang berlebih terhadapa

pekerja dapat mempengaruhi imunitas tubuh dan kesehatan pekerja tersebut secara

langsung. Tuntutan tersebut diantaranya:

a. Beban kerja yang berat

b. Waktu istrahat yang jarang

c. Jam kerja yang panjang


d. Pergantiam jam kerja (shift) yang kurang tepat jadwalnya (jarak antara shift terlalu

dekat)

e. Beban kerja yang padat dan rutin namun sedikit memberi nilai dan arti bagi

kehidupan.

3. Tanggung Jawab

Salah satu ciri perawat profesional adalah melaksanakan tanggung jawab dan

tanggung gugat,sesuai dengan kode etik serta berdasarkan standar praktek

keperawatan yang telah disepakati.

Tanggung jawab iitu dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Tanggung jawab Terhadap bangsa dan tanah air

1) Memenuhi kebutuhan pelanyanan keperawatan kepada klien dengan penuh

rasa tanggung jawab sesuai kebutuhannya

2) Melindungi klien terhadap hal-hal yang dapat membahayakan dan merugikan

dirinya dengan mengutamakan keselamatan klien

3) Membantu klien untuk dapat menolong dirinya sendiri dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari serta memelihara kesehatannya

4) Merahasiakan sengala sesuatu yang di ketahuinya sehubungan tugas yang

dipercayakannya

b. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri

1) Melindungi dirinya dari kemungkinan penularan penyakit

2) Melindungi dirinya dari gangguan yang dating dari lingkungan pekerjaannya

3) Menghindari konflik dengan orang lain dalam melaksanakan tungasnya

melalui metode pemecahan masalah


c. Tanggung jawab terhadap rofesi

1) Mengadakan kerja sama antara anggota tim kesehatan dalam melaksanakan

tugasnya

2) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelanyanan keperawatan

3) Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu keperawatan sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi

4) Melaksanakan kewajibannya secara tulus iklas sesuai martabat dan tradisi

leluhur keperawatan

5) Tidak akan mempratekkan pengetahuan dan keterampilan untuk tujuan yang

bertentangan dengan norma kemanusiaan

6) Matang dalam mempertimbangkan kemampuan sejawat jika menerima atau

mengalih tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan

keperawatan

7) Menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukan perilaku dan

keperibadian yang tinggi

8) Membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana

pengabdiannya

d. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan masyaraklat dalam mengambil

prakarsa dan megadakan upaya kesehatan khususnya, serta upaya.

1) Perawat senantiasa mematuhi peraturan yang berlaku serta berperan aktif

menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam rangka meningkatkan

pelayanan kesehatan dan khususnya perawatan


2) Memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai- nilai budaya, adat

istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien, individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat di percaya dan

terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat profesional menampilkan kinerja

secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. (Kozier 2006;25)

klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan,

pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.

Kepercayaan tubuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila

klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil,

pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. klien tidak yakin bahwa

perawat memiliki integritas dalam sikap, keteramilan, pengetahuan ( integrity) dan

kompetensi.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung

jawabnya :

1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)

Contoh : Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan

menggantikan balutan atau menggantikan spreinya.

2. Bila perawat terpaksa menunda pelanyanan, maka perawat bersedia memberikan

penjelasan dengan ramah kepada kliennya ( explanantion about the delay ).

Misalnya, mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan

darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak.

3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai ( respect ) yang ditunjukan dengan

perilaku perawat. Misaalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk,

bersalaman dsb.
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien ( subjects the

patiens desires ) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya, coba

ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini. Sedangkan apabila perawat

berorientasi pada kepentingan perawat ; Apakah tidak paham bahwa pekerjaan

saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau di

layani terus.

5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina

( derogatory), misalnya, pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil

di bandingkan pasien yang tadi

6. Menerima sikap kritis klien mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien

( see the patient point of view ). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat

klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran di atas, maka disusunlah pola pikir variabel yang

akan diteliti secara sederhana sebagai berikut:

umur

STRES KERJA
Beban Kerja

Tanggung jawab Kerja


Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel Dependen

: Variabel yang di teliti

F. Defeneisi Operasional Variabel yang akan diteliti

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap

pembentukan kerja seseorang. Yang di maksud dengan umur dalam penelitian ini

adalah suatu batasan yang menunjukan lamanya hidup responden yang di hitung sejak

lahir dan ulang tahun terakhir dari perawat shift malam sampai saat penelitian ini di

hitung dalam tahun.

a. 20 – 40

b. 41 – 50

Kriteria Objektif :

a. Baik : Bila responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

b. Kurang : Bila responden menjawab pertanyaan < 50%

2. Beban kerja

Tuntutan yang dirasakan perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya. Beban

kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam

melakukan tindakan keperawatan. Untuk pengukuran beban kerja, diukur dengan

menggunakan kuesioner.
Kriteria Objektif :

a. Ringan : jika responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

b. Berat : jika responden menjawab pertanyaan < 50%

3. Tanggung Jawab Kerja

Semua pekerjaan yang harus diselesaikan/dipenuhi perawat shift malam.

Apakah sudah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab dengan baik tanpa

adanya tumpang tindih tugas atau tidak, masing-masing perawat mengetahui apa

yang menjadi hak dan tanggung jawabnya dan dapat melaksanakannya dengan baik

guna tercapainya efesiensi dan efektifivas kerja.

Untuk pengukuran tanggung jawab kerja di ukur dengan menggunakan

kuesioner.

Kriteria Objektif :

a. Ringan : jika responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

b. Berat : jika responden menjawab pertanyaan < 50%

Anda mungkin juga menyukai