Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perawat

1. Defenisi Perawat

Perawat adalah seseorang (seorang professional) yang mempunyai

kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan

keperawatan perawat yang seperti diuraikan sepintas di atas ini harus

dihasilkan oleh system pendidikan keperawatan yang terintegrasikan

dalam system pendidikan tinggi nasional, khususnya system pendidikan

tinggi bidang kesehatan, dengan mutu pendidikan sesuai tuntutan profesi

keperawaatan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu

keperawatan. (Mahyar suara,2010: 63).

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan keperawatan, berwenang dinegara yang bersangkutan untuk

memberikan pelayanan, dan bertanggung jawab dalam peningkatan

kesehatan,pencegahan penyakit serta pelayananterhadap pasien. (Sharif

La Ode, 2012 : 111)

Pengetahuan perilaku peduliperawat menurut pasien adalah

perawat memberi perhatian lebih kepada pasien dan dianggap keluarga,

perilaku peduli perawat yang dirasakan pasien adalah perawat aktif

bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan, responsif, terampil dan

8
9

menghargai serta menjelaskan.Peningkatan pemahaman tentang perilaku

peduli pada perawat akan meningkatkan pelayanan keperawatan untuk

pasien dan pasien akan merasakan perilaku peduli perawat dalam

pelayanan keperawatan( http://kti-akbid.blogspot.com/2014/07/makalah-

perilaku-perawat-terhadap_22.htmldiakses tanggal 7 mei 2014)

Adapun karakteristik keperawatan sebagai profesi yaitu:

a. Memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistematis

dan khusus.

b. Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia secara

konstan melalui penelitian.

c. Melaksanakan pendidikan melalui pendidikan tinggi.

d. Menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia dalam

pelayanan.

e. Berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan

pengendalian praktek professional.

f. Memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat diatas

kepentingan pribadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika

profesi.

g. Memberikan kesempatan untuk pertumbuhan professional dihasilkan

dari serangkaian pemahaman, penguasaan teori dasar, pengalaman

praktek baik selama menjalani pendidikan maupun diperoleh selama

bertugas, serta mendokumentasikan proses keperawatan.


10

Perawat pelaksana merawat pasien secara kontinu, 24 jam

sehari, membantu pasien melakukan apa yang akan mereka lakukan

untuk diri mereka sendiri jika mampu. Perawat memperhatikan pasien,

menjamin mereka bernafas dengan baik, mendapat cairan dan cakupan

nutrisi, membantu istirahat dan tidur, meyakinkan bahwa mereka

nyaman dan dukungan pada pasien dan keluarganya.

2. Peran dan Fungsi Perawat

Merupakan tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,yang dapat dipengaruhi

oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi

keperawatan yang besifat konstan. (AritaMurnawi,2009:34)

Peran Perawat (AritaMurnawi, 2009: 35-36)

1) Peran perawat menurut CHS tahun 1989 (Aziz: 2004) terdiri dari:

a) Peran Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia

yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan

dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat

ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncanakan dan

dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan

dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat

perkembangannya.

b) Peran sebagai advokat klien


11

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga

dengan menginterpretasikan berbagai informasi dari sumber

pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada

pasien, juga dapat berperan mempertahankan dalam melindungi

hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,

hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak atas

untuk menentukan nasibnyasendiri dan hak untuk menerima

pengganti rugi akibat kelalaian.

c) Peran educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan

yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien

setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d) Peran coordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dan tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien.

e) Peran kolaborator

Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui

tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis,ahli gizi dan

lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan perawatan


12

yang diperlukan termasuk diskusi tukar pendapat dalam penentuan

bentuk pelayanan selanjutnya.

f) Peran konsultan

Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.Peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan

pelayanan keperawatan yang diberikan.

g) Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah

sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

2) Fungsi perawat(AritaMurwani, 2009: 36-37)

a. Fungsi independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara

sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi

kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis

(pemenuhankebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan

dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan

aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan

kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan

kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

b. Fungsi dependen
13

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas

pesan atau intruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan

pelimpahan tugas yang diberikan.

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini

dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama

tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan

keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.

B. Tinjauan Umum Tentang Mutu

Mutu adalah suatu perkataan yang sudah lazim digunakan, baik oleh

lingkungan kehidupan akademis ataupun dalam kehidupan sehari-hari.Walau

maknanya secara umum dapat dirasakan dan dipahami oleh siapapun,mutu

sebagai suatu konsep atau pengertian, belum banyak dipahami orang dan

kenyataannya pengertian mutu itu sendiri tidak sama bagi setiap orang. Setiap

orang atau masyarakat akanmendefisikan mutu itu sesuai dengan pendapat

dan kebutuhannya yang mungkin berbeda dari orang lain.(ImbaloS. Pohan,

2013: 9) .

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan

menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau

puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan

memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan social budaya dengan


14

memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat

konsumen. (M..FaisSatrianegara, 2009: 106)

Berdasarkan ilmu keperawatan,pengembangan ilmu keperawatan

ditandai dengan adanyan pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi

ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan

cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup

kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang

ilmu keperawatan yang kusus atau subspealisasi yang di akui sebagai ilmu

keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat di kembangkan sesuai

kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan.

ImbaloS. Pohan menyimpulkan bahwa mutu meliputi keseluruhan

karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam

memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa kebutuhan yang dinyatakan

maupun kebutuhan yang tersirat. (Imbalo S. Pohan 2013: 12)

a. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan

Pengukuran mutu layanan kesehatan berhubungan dengan kegiatan

pembentukan kelompok jaminan mutulayanan kesehatan, penyusunan

standar layanan kesehatan, dan pengukuran apa yang telah tercapai.

(Imbalo S. Pohan, 2013: 62)

Penyusunan dan pengukuran pencapaiannya merupakan suatu hal

yang menarik. Pengukuran mutu tidak bermanfaat jika tidak dilakukan

tindak lanjut. Penggunaan informasi mengenai kesenjangan antara

standarlayanan kesehatan dengan kenyataan layanan kesehatan yang ada


15

untuk tindak lanjut disebut sebagai suatu kegiatan peningkatan mutu

layanankesehatan. Standarpelayanan keperawatan merupakan

karakteristik atau ciri dan kriteria dari suatu layanan keperawatan,

Donabedian menetapkan tiga standar dan kriteria dalam pengukuran atau

penilaian mutu pelayanan yaitu :

1. Standar struktur

Standar stuktur adalah standar yang menjelaskan peraturan

sistem, kadang-kadang disebut juga sebagai masukan atau struktur.

Termasuk kedalamnya adalah hubungan organisasi, misi organisasi,

kewenangan, komite-komite, personel, peralatan, gedung, rekam

medik, keuangan, perbekalan, obat, dan fasilitas. Standar struktur

merupakan rules of the game.

2. Standar proses

Standar proses adalah sesuatu yang menyangkut semua aspek

pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan

kebijaksanaan. Standar proses akan menjelaskan apa yang harus

dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem bekerja.

Dengan kata lain, standar proses adalahplaying of the game.

3. Standar keluaran

Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan

kesehatan. Standar akan keluaran akan menunjukkan apakah layanan

kesehatan berhasil atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang


16

diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang

diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.

Ketiga kategori tersebut perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan

suatu tingkat mutu tertentu. Contoh,layanan kesehatan yang bermutu

tidak otomatis terjadi hanya untuk menciptakan suatu lingkungan

tertentu. (Imbalo S. Pohan, 2013: 42)

Penggunaan pendekatan struktur, proses, dan keluaran sangat

penting untuk jaminan mutu layanan kesehatan. Pendekatan itu dapat

membantu didalam penilaian atau pengukuran tingkat mutu layanan

kesehatan yang multidimensi.

Selain itu, hal berikut diperlukan dalam penilaian tingkatan

mutu.

a. Informasi tertentu dari kriteria stuktur, proses ataupun keluaran

akan menunjukkan aspek tertentu dari mutu pelayanan kesehatan.

b. Informasi dari kriteria struktur, proses, ataupun keluaran akan

membantu mengidentifikasi lokasi masalah dan penyebab masalah

mutu layanan kesehatan yang selanjutnya akan memberi petunjuk

terhadap tindakan yang tepat dengan cara mengubah kategori

kriteria struktur dan proses pelayanan kesehatan.

Dalam upaya untuk mencoba menetapkan tingkat-tingkat mutu

layanan kesehatan yang diinginkan ternyata ada beberapa ukuran

yang lebih mudah ditetapkan dari pada yang lain, misalnya,

pengukuran waktu tunggu dinyatakan dalam satuan menit. Oleh


17

karena itu, mudahsekali menyebutkan suatu ukuran waktu untuk

menyebutkan tingkat mutu pelayanan kesehatan tertentu, misalnya

untuk waktu tunggu. (Imbalo S. Pohan, 2013: 43).

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang di milikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan

sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangatdipengaruh oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagaian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga),

dan indra penglihatan (mata).

a. Tahu (know)diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, misalnya: tahu

bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah

tempat buang air besar, penyakit demamberdarah ditularkan oleh

gigitan nyamuk AedesAgepti, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention) yaitu suatu objek bukan sekedar tahu

terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek

yang di ketahui tersebut.


18

c. Aplikasi (aplication)diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat digunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisa (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui.indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis ( synthesis ):

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubunganyang logis dari komponen-komponen

pengetahuanyang di miliki.Dengan katalainsintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian

ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. (Notoatmodjo

2010, 27-28).

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan

penilaian terhadap satu materi atau objek. Menurut Notoatmodjo


19

(2010), belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan

menghubungkan tanggapan-tanggapan dengan mengulang-ngulang.

Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus

atau rangsangan-rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan maka

memperkaya tanggapan pada subjek belajar.

2. Sikap

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu,yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (senang tidak senang,setuju tidak setuju,baik tidak

baik,dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial

menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

(Soekidjo Notoatmodjo 2010, 29).

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Sinta

Fitriani,2011).

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya,sebagai berikut:

1) Menerima (receiving) :

Menerima di artikan bahwa orang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek).Misalnya sikap seseorang terhadap

periksa hamil (ante natal care), dapat di ketahui atau di ukur dari
20

kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal

care di lingkungannya.

2) Menanggapi (responding)

Menanggapi disini di artikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang di hadapi.

3) Menghargai (valuin)

Menghargai di artikan subjek atau seorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah di yakininya.

Sikapmerupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau objek.

Setelah orang mengetahui stimulus atau objek proses selanjutnya akan

menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Hasil

penelitian TatikRusmiati kecenderungan perawat mempunyai sikap sangat

baik terhadap pelaksanaan standar asuhan keperawatan.

(http//eprints.undip.ac.id/pdf).

3. Keterampilan

Saat ini tenaga kesehatan di Indonesia sudah memiliki

pengetahuan yang cukup keilmuannya, sehingga sering menimbulkan

kesalahan yang berujung pada tingginya angka ketidak kepuasaan pasien

pada pelayanan tenaga kesehatan. Untuk di harapkan jangan sampai

masih ada perawat yang masih kesulitan memasukkan jarum infus,

kejadian-kejadian seperti itu harus bisa di hilangkan, paling tidak

diminimalkan.
21

Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan

profesionalisme perawat atau tenaga kesehatan secara umum, yaitu

melalui uji kompetensi tenaga kesehatan secara regular, uji kompetensi

ini sangat penting, karena perkembangan IPTEK kesehatan berkembang

cepat. Selain itu, ada pergeseran pola penyakit dan pentingnya

peningkatan pengetahuan kesehatan secara serta kesadaran hak-hak

pasien.

Petugas kesehatan(peawat) dalam mengerakan penatalaksanaan

pada mereka yang melaksanakan perawatan kesehatan, Tim personel

mereka tidak mampu merawat diri sendiri, untuk dapat membedakan

perawatan yang baik maka sebagai orang perawat perlu menguasai

merawat orang sakit, disamping itu dalam penatalaksanaan harus dipakai

suatu metode tertentu.

Perubahan sikap dan keterampilan profisional yang benar dengan

melalui pengalaman belajar lapangan yang diselenggarakan dengan benar

dalam tatanan peleyanan keperawatan profisional. Maka lingkungan yang

kondusif akan sangat membantu timbulnya sikap dan keterampilan

profesional khususnya bagi perawat. Dalam hal ini sangat diperlukan

sarana agar peleksanaannya sikap dan keterampilan yang profisional bagi

para perawat.
22

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka maka

kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk

seperti yang tampak di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Mutu Pelayanan
Sikap

Keterampilan

Ket :

: variabel independen
: variabel dependen
: variabel yang diteliti

E. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan

Pengetahuan ini adalah segala sesuatu yang diketahui perawat tentang

mutu pelayanan keperawatan.

Kriteria objektif :

Jika yang baik : Skor > 50%

Jika yang kurang baik : Skor < 50%

2. Sikap
23

Sikap ini adalah cara menerima dan tanggung jawab perawat kepada

pasien.

Kriteia objektif :

Jika yang baik : Skor > 50%

Jika yang kurang baik : Skor < 50%

3. Keterampilan

Yakni kemampuan petugas kesehatan (perawat) dalam memberikan

pelayanan kepada pasien.

Kriteia objektif :

Jika yang baik : Skor > 50%

Jika yang kurang baik : Skor < 50%

4. Mutu pelayanan

Adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar profesi dan standar pelayanan yang di lakukan perawat di di ruang

perawat Baji Pa’mai RSUD Labuang Baji.

Kriteia objektif :

Jika yang baik : Skor > 50%

Jika yang kurang baik : Skor < 50%

Anda mungkin juga menyukai