TINJAUAN TEORI
PEMBAHASAN
Pada teori dikatakan peran perawat sebagai advokat yaitu perawat melindungi
hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan
hak-haknya bila dibutuhkan. Berdasarkan peran advokasinya, Perawat meminta keluarga
mendampingi klien, membantu membuat keputusan terbaik buat klien dan melaporkan
hasil perkembangan klien, menanyakan persetujuan keluarga baik dalam memberikan
obat atau melakukan tindakan invasive. Terdapat kesenjangan pada kasus yang
mengatakan bahwa pasien yang akan dilakukan CPR hanya diberitahu secara lisan
tentang kondisi pasien dan informasi yang didapatkan oleh keluarga hanya tentang
keadaan pasien saja. Sedangkan untuk hasil pemeriksaan biasanya keluarga yang harus
bertanya kepada perawat atau dokter. Keluarga mengatakan bahwa mereka tidak
diberikan Informed Concent ketika dilakukan CPR, tidak tahu ketika perawat
memberikan obat saat CPR, dan kurangnya informasi tentang pengobatan pasien.
Pada teori dikatakan peran perawat sebagai collaboration yaitu anggota tim
kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien. Terdapat kesenjangan pada kasus yang dimana keluarga
tidak melihat adanya kolaborasi antara perawat dengan dokter pada saat dilakukan CPR.
Terdapat kesesuaian antara teori dan kasus yang dimana peran perawat dalam
menjaga mutu pelayanan intensif, yaitu saat perawat melakukan CPR sesuai prosedur
dan menjaga sterilisasi agar klien tidak terkena infeksi nosokomial di rumah sakit.
Terbukti (93%) bahwa perawat melakukan CPR di dada pasien dan memeriksa tingkat
kesadaran pasien sebelum dilakukan CPR. Perawat memasang masker oksigen dan juga
melakukan bagging pada klien. Perawat juga menggunakan sarung tangan saat
melakukan CPR.
DAFTAR PUSTAKA