Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Peran dan fungsi perawat


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Fadli dalam Koizer
Barbara, 2008). Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan memiliki pemahaman
dasar yang diperlukan mengenai prinsip, dalam menjalankan tanggung jawab secara
efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu.
1. Peran perawat
Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
profesi keperawatan dan bersifat konstan mengidentifikasi beberapa elemen peran
perawat professional, meliputi :
a. Care giver
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebagai pelaku atau pemberi asuhan
keperawatan dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:
melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,
menegakan diagnose keperawatan berdasarkan hasil analisa data, merencanakan
intervensi keperawtaan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat
langkah/ cara pemecahan masalah.
b. Client advocate
Sebagai pembela untuk melindungi klien, berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
professional.
c. Consellor
Sebagai pemberi bimbingan/ konseling klien: berfungsi untuk memberikan konseling
kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang maslaah kesehatan sesuai prioritas.
d. Educator
Sebagai pendidik klien, membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang tekait dengan keperawatan dan tindakan medic yang
diterima sehingga klien/ keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal
yang diketahuinya.
e. Collaboration
Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
f. Coordinator
Sebagai kordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan potensi klien.
Perawat berfungsi untuk mengkoordinasikan, mengatur, mengembangkan,
memberikan informasi untuk perkembangan pelayanan kesehatan
g. Change agen
Sebagai pembaharuyang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-perubahan.
Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara berfikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/ keluarga agar menjadi sehat.
2. Fungsi perawat
Defenisi fungsi itu sendiri adalah suau pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsinnya, diantarannya :
a. Fungsi independen
Tindakan keperawatan bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan. Oleh
karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan
yang diambil.
b. Fungsi dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus
yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti
pemasangan infuse, pemberian obat, dan melakukan suntikan.
c. Fungsi interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan. Perawat berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien bersama tenaga
kesehatan lainnya. Perawat bertanggung jawab lain terhadap kegagalan pelayanan
kesehatan terutama untuk bidang keperawatan.
2.2. Peran perawat sebagai advokat pasien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman
bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan
diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah
memastikan bahwa klien tidak meliliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi
merawat penyakit di komunitas .
Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai
manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila
dibutuhkan. Contohya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang
berusaha untuk memutuskan tindakan yag terbaik baginya. Selain itu, perawat juga
melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien.
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pegambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian (WHO,
2005).
Menurut Amstrong (2007) peran dari perawat, advokasi menjadi dasar utama
dalam pelayanan keperawatan kepada pasien, peran advokat keperawatan adalah :
a. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hokum
b. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan
c. Memberikan bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran non
aksi
d. Bekerja dengan profesi kesehatan yang lainnya dan menjadi penengah antar
profesi kesehatan
e. Melihat klien sebagai manusia, mendorong mereka untuk mengidentifikasi
kekuatannya untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan klien
berhubugan dengan orang lain.
2.3. Tanggung jawab perawat advokat
Nelson (1988) dalam Cresia & Parker (2001) menjelaskan bahwa Tanggung jawab
perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
a. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan,dengan cara
memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien
dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternative pilihan disertai
penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua
keputusan pasien.
b. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien,
dengan cara mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga
kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan
menjelaskan kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
c. Sebagai orang yang bertindak atasnama pasien dengan cara memeberikan lingkungan
yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat
merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.
2.4. Perbedaan perawatan di ruangan khusus dan umum
Jika dilihat dari segi pengertian dan tugas pelaksananya ada perbedaan antara perawat
yang jaga di ruangan khusus dan umum, yaitu sebagai berikut:
a. Perawat diruang khusus, yaitu seorang tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
dan keterampilan khusus dalam menangani pasien yang memerlukan penanganan
khusus ataupun darurat, seperti perawat diruangan hemodialisa, ICU, IGD, dan HCU.
b. Perawat di ruang umum, yaitu seorang tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
dan keterampilan secara umum atau belum memiliki keterampilan secara khusus
dengan tujuan memulihkan seperti keadaan semula, perawat tersebut berada
diruangan rawat inap.

2.5. Tujuan keperawatan intensif


Tujuan keperawatan intensif sesuai standar pelayanan keperawatan di ICU (Dep. Kes.
RI, 2006) adalah :
1. Menyelamatkan nyawa
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitoring yang ketat, disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data yang
didapat dan melakukan tindak lanjut
3. Meningkatkan kulitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepatan proses
penyembuhan pasien
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat di unit perawatan intensif perlu bekal ilmu
dan pengalaman yang cukup,sehingga kompeten dalam penanganan pasien kritis.
Kompetensi teknikal perawat merupakan kmpetensi tidak terbatas pada kemampuan
melakukan tindakan keparawatan namun lebih penting adalah keterampilan
mendapatkan data yang terpecaya serta keterampilan melakukan pengkajian fisik
secara akurat, keterampilan mendiagnostik masalah menjadi diagnosis keperawatan,
keterampilan memilih dan menentukan intervensi yang tepat (Rosjidi & Harun,
2011).

2.6. Peran dan fungsi perawat advokasi di Intensif Care Unit


Selain mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien kritis, perawat di unit
perawatan intensif juga dituntut untuk mampu menjaga mutu pelayanan yang
berkualitas. Dalam menjaga mutu pelayanan diunit perawatan intensif, fungsi dan peran
perawat sangat besar, karena proses perawatan pasien perawat. Beberapa peran perawat
dalam menjaga mutu pelayanan intensif, yaitu : mencuci tangan setiap five moment
berinteraksi dengan pasien, mampu mengatasi pasien dalam keadaan gawat secara cepat,
menjaga kesterilan setiap alat invasive yang terpasang pada pasien, memonitor pasien
yang terpasang alat invasive, mengubah posisi pasien dengan tirah baring lama, menjaga
keamanan pasien yang beresiko jatuh, merawat pasien dengan luka post operatif,
menjaga ksterilan saat melakukan suctioning pada pasien dengan ventilasi mekanik serta
memelihara kesterilan selang pada mesin ventilator. Berdasarkan peran advokasinya,
Perawat meminta keluarga mendampingi klien, membantu membuat keputusan terbaik
buat klien dan melaporkan hasil perkembangan klien, menanyakan persetujuan keluarga
baik dalam memberikan obat atau melakukan tindakan invasive.
Apabila semua staf perawat dapat melaksanakan perannya dengan baik, mutu
pelayanan unit perawatan intensif seperti dibawah ini dapat terjamin :
a. Memberikan respon time yang cepat dalam penanganan kegawatan
b. Menurunkan resiko jatuh
c. Mencegah terjadinya dekubitus
d. Mencegah terjadinya infeksi akibat kateter vena perifer
e. Mencegah terjadinya infeksi luka operasi
Kompetensi perawat dalam penanganan pasien kritis dan menjaga mutu pelayanan
ini tidak hanya membutuhkan ilmu dan pengalaman yang cukup, namun juga tingkat
kepedulian dalam merawat pasien dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
dimaksud adalah komunikasi perawat dengan pasien, keluarga pasien serta profesi atau
unit lain. Perawat wajib berkomunikasi dengan pasien sadar maupun yang tidak sadar
pada saat melakukan tindakan keperawatan dan komunikasi penting dilakukan dalam
penentuan tingkat kesadaran pasien. Kepada pihak keluarga, perawat perlu
mengorientasikan ruangan, kondisi pasien yang berubah-ubah setiap saat dan hal-hal
penting lainnya agar informasi tentang pasien diterima dengan baik dan kepuasan
keluarga pasien dapat tercapai. Hubungan perawat dengan unit lain dan profesi
kesehatan lain juga memerlukan komunikasi dan kerjasama yang baik agar pengelolaan
pasien kritis bisa optimal serta sasaran keselamatan pasien dapat tercapai (Yulianingsih,
2015).
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1. Studi kasus


Hubungan Peran Advokasi Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Pada Keluarga Dan Pasien Yang Dilakukan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)
Di Ruang ICU.
di Ruang ICU Rumah Sakit dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri didapat Data rekam
medik selama tahun 2015 terdapat 340 pasien yang dirawat di ruang ICU. Dan selama
bulan terdapat pasien yang dilakukan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR).
Berdasarkan observasi prosedur CPR di Ruang ICU sudah menggunakan teknik (C-A-B)
Circulation-Airway-Breathing. Peneliti melihat pasien yang akan dilakukan CPR hanya
diberitahu secara lisan tentang kondisi pasien dan keluarga setuju atau tidak dilakukan
CPR tanpa ada Informed Consent. pemberian obat juga terkadang tidak meminta ijin
terhadap keluarga karena keadaan yang darurat. Kolaborasi dengan dokter juga sangat
terbatas karena pada kondisi pasien yang buruk perawat harus menyelamatkan kondisi
pasien dahulu. Informasi yang didapatkan oleh keluarga hanya tentang keadaan pasien
saja. Sedangkan untuk hasil pemeriksaan biasanya keluarga yang harus bertanya kepada
perawat atau dokter. keluarga mengatakan bahwa mereka tidak diberikan Informed
Concent ketika dilakukan CPR, tidak tahu ketika perawat memberikan obat saat CPR,
dan kurangnya informasi tentang pengobatan pasien. Pada saat dilakukan CPR keluarga
tidak melihat adanya kolaborasi antara perawat dengan dokter. Tetapi tindakan ke pasien
cukup baik, Saat perawat melakukan CPR sesuai prosedur dan menjaga sterilisasi agar
klien tidak terkena infeksi nosokomial di rumah sakit. Terbukti (93%) menyatakan
bahwa perawat melakukan CPR di dada pasien dan memeriksa tingkat kesadaran pasien
sebelum dilakukan CPR. Perawat memasang masker oksigen dan juga melakukan
bagging pada klien. Perawat juga menggunakan sarung tangan saat melakukan CPR.
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Kesenjangan teori dengan kasus

Pada teori dikatakan peran perawat sebagai advokat yaitu perawat melindungi
hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan
hak-haknya bila dibutuhkan. Berdasarkan peran advokasinya, Perawat meminta keluarga
mendampingi klien, membantu membuat keputusan terbaik buat klien dan melaporkan
hasil perkembangan klien, menanyakan persetujuan keluarga baik dalam memberikan
obat atau melakukan tindakan invasive. Terdapat kesenjangan pada kasus yang
mengatakan bahwa pasien yang akan dilakukan CPR hanya diberitahu secara lisan
tentang kondisi pasien dan informasi yang didapatkan oleh keluarga hanya tentang
keadaan pasien saja. Sedangkan untuk hasil pemeriksaan biasanya keluarga yang harus
bertanya kepada perawat atau dokter. Keluarga mengatakan bahwa mereka tidak
diberikan Informed Concent ketika dilakukan CPR, tidak tahu ketika perawat
memberikan obat saat CPR, dan kurangnya informasi tentang pengobatan pasien.

Pada teori dikatakan peran perawat sebagai collaboration yaitu anggota tim
kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien. Terdapat kesenjangan pada kasus yang dimana keluarga
tidak melihat adanya kolaborasi antara perawat dengan dokter pada saat dilakukan CPR.

Terdapat kesesuaian antara teori dan kasus yang dimana peran perawat dalam
menjaga mutu pelayanan intensif, yaitu saat perawat melakukan CPR sesuai prosedur
dan menjaga sterilisasi agar klien tidak terkena infeksi nosokomial di rumah sakit.
Terbukti (93%) bahwa perawat melakukan CPR di dada pasien dan memeriksa tingkat
kesadaran pasien sebelum dilakukan CPR. Perawat memasang masker oksigen dan juga
melakukan bagging pada klien. Perawat juga menggunakan sarung tangan saat
melakukan CPR.
DAFTAR PUSTAKA

Rosjidi, Harun, C., 2011, Proses Keperawatan, Ponorogo : Umpo Press


Depkes RI. (2006). Standar pelayanan keperawatan di ICU. Jakarta: Departemen kesehatan
RI
Kozier, dkk. (2008). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik Edisi: 7,
Volume: 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai