Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


FUNGSI ADVOKASI PADA KASUS KEPERAWATAN KRITIS

Disusun Oleh
Nama Kelompok :
Fauzan Risyadi 170310
Dwi Astuti 170310
Rahmatulaili 170310
Ichwan ichsannurifly 170310
Vivi Andriani 170310
Nabila Rizky 17031061
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Peran Dan Fungsi Perawat


Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai
pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu
fenomena perhatian perawat (sudarman, 2010). Sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat, perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupin diluar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam
melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran
dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai
pengguna jasa pelayanan keperawatan.
1. Peran Perawat
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lalin terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem
(Kusnanto, 2003). Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan
memiliki pemahaman dasar yang diperlukan mengenai prinsip, dalam
menjalankan tanggung jawab secara efisien dan efektif dalam suatu sistem
tertentu. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan
mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional, meliputi :
a. Care Giver
Sebagai pemberi asuhan keperawatan; sebagai pelaku atau pemberi
asuhan keperawatan dapat memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam
upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan
diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisa data, merencanakan
intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul
dan membuat langkah / cara pemecahan masalah, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan dan
melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukannya.
b. Client Advocate
Sebagai pembela untuk melindungi klien. Sebagai advokat klien,
perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi
dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional.
c. Consellor
Sebagai pemberi bimbingan / konseling klien; berfungsi untuk
memberikan konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas.
d. Educator
Sebagai pendidik klien, membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga
klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya.
e. Collaborator
Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja
sama dengan tenaga kesehatan lain dalam menentukan rencana
maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan
kesehatan klien.
f. Coordinator
Sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan
potensi klien. Perawat berfungsi untuk mengkoordinasi, mengatur,
mengembangkan, memberikan informasi untuk perkembangan
pelayanan kesehatan.
g. Change agen
Sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan
inovasi dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan
meningkatkan keterampilan klien / keluarga agar menjadi sehat.
h. Consultant
Sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan
masalah.
2. Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan
keadaan yang ada, dalam menjalankan perannya, perawat akan
melaksanakan berbagai fungsi diantaranya :
a. Fungsi independen
Tindakan keperawatan bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu
keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap
akibat yang timbul dari tindakan yang diambil.
b. Fungsi dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan
tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya
dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan
melakukan suntikan
c. Fungsi interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan
atau tim kesehatan. Perawat berkolaborasi mengupayakan kesembuhan
pasien bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat bertanggung jawab
lain terhadap kegagalan pelayanan kesehatan terutama untuk bidang
keperawatannya.

2.2 Landasan Hukum Peran dan Fungsi perawat


Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik Keperawatan adalah
pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan
Keperawatan. Keperawatan sekarang memiliki Undang-undang tersendiri.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 17 Oktober 2014 dan UU Keperawatan mulai diberlakukan setelah
diundangkan oleh Menkumham Amir Syamsudin di Jakarta dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307 dan Penjelasan Atas UU
38 tahun 2014 tentang Keperawatan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612 pada tanggal 17 Oktober 2019.
Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan
adalah Pasal 20, pasal 21 dan pasal 28 C undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun1945. Latar belakang disahkannya UU Nomor 38
tahun 2014 tentang Keperawatan adalah :

a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan


nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan
pembangunan kesehatan;
b. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;
c. bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh
perawat yang memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi;
d. bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam
Peraturan Perundang-undangan guna memberikan pelindungan dan
kepastian hukum kepada perawat dan masyarakat;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
Keperawatan

2.3 Peran Advokasi Perawat


Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat
bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien
berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani
perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
1. Penyakit yang dideritanya
2. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
3. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya.
4. Alternatif terapi lain beserta resikonya
5. Prognosis penyakitnya
6. Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
7. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
8. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
9. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya (informed consent)
10. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
11. Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
12. Hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu
pasien lain
13. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sit
14. Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya
15. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
16. Hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
17. Hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan
sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di
rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan
18. Hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit
yang diderita termasuk data-data medisnya
19. Hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan
sepengetahuan dokter yang menangani
20. Hak untuk mengetahui isi rekam medik ( Kusnanto,2004 ).

Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di


rumah sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas
instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan
asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang
datang dengan gawat darurat medis (Depkes R.I 2006). Dalam memberikan
perawatan gawat darurat perawat dituntut untuk berpikir kritis dan bertindak
cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai advokat atau pelindung.
Sebagai pelindung, perawat harus membantu mempertahankan lingkungan
yang aman bagi pasien dalam pengambilan tindakan untuk mencegah dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Misalnya memastikan pasien tidak
memiliki alergi terhadap obat yang diberikan.
Perawat sebagai advocat berperan melindungi hak klien dan membantu
menyatakan hak-haknya. Contohnya perawat memberikan informasi tambahan
untuk membantu kklien dalam mengambil keputusan atas tindakan
keperawatan yang diberikan. Selain itu perawat juga melindungi hak-hak klien
dengan menolak tindakan yang dapat membahayakan klien.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perawat
mempunyai peran yang sangat penting dalam pelayanan gawat darurat salah
satunya adalah perannya sebagai advokat atau pelindung. Peranan ini
berfungsi untuk melindungi dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki klien.

2.4 Peran Advokasi dalam Kasus Kegawatdaruratan


Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di
rumah sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas
instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis
dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien
yang datang dengan gawat darurat medis (Depkes R.I 2006). Dalam
memberikan perawatan gawat darurat perawat dituntut untuk berpikir kritis
dan bertindak cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai advokat
atau pelindung. Sebagai pelindung, perawat harus membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi pasien dalam pengambilan
tindakan untuk mencegah dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan.
Misalnya memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat yang
diberikan.
Perawat sebagai advocat berperan melindungi hak klien dan membantu
menyatakan hak-haknya. Contohnya perawat memberikan informasi
tambahan untuk membantu kklien dalam mengambil keputusan atas tindakan
keperawatan yang diberikan. Selain itu perawat juga melindungi hak-hak
klien dengan menolak tindakan yang dapat membahayakan klien.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perawat mempunyai
peran yang sangat penting dalam pelayanan gawat darurat salah satunya
adalah perannya sebagai advokat atau pelindung. Peranan ini berfungsi untuk
melindungi dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki klien.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Keperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut
yaitu : Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem
pelayanana kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya
pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas.
Dengan demikian peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk
pelayanan kesehatan, demi meningkatkan dan melaksanakan kualitas
kesehatan yang lebih baik.

5.2 Saran

1. Perawat harus memahami konsep pelayanan gawat darurat terkait


keselamatan pasien, agar keselamatan pasien terjamin.
2. Perawat harus tahu standar  sarana dan pra sarana, aturan dan
sistem  pelayanan gawat darurat yang ditetapkan peraturan dan
undang undang.
3.  Perawat harus memahami kompetensi semua petugas yang
bertugas di Unit/Instalasi Gawat darurat
DAFTAR PUSTAKA

Blais. Jonice. 2007. Praktik Keperawatan professional. Widya Medika. Jakarta


Dewi. A. I. 2008. Etika Dalam Hukun Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher
Hidayat. A. A. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika

Muhamad Reza P.2012.Peran dan Fungsi


Perawat Profesional, http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/per
an-dan-fungsi-perawat-profesional.html (diakses pada tanggal 3 April 2020)
Rani Setiani Sujana.2009. Peran Perawat Profesional dalam Membangun Citra
Perawat Ideal di Mata Masyarakat,
http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2009/05/04/peran-perawat-profesional-
dalam-membangun-citra-perawat-ideal-di-mata-masyarakat/ (diakses
tanggal 3 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai