Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

TERAPI MODALITAS DAN KOMPLEMENTER


SENAM OTAK PADA LANSIA

DISUSUN OLEH:

WIWIK RAHYU (17031045)


ENY PURWANINGSIH (17031046)
SRI MELDA (17031052)
ALVADERA (17031059)
INDAH KURNIAWATI (17031063)
LILIS ROMAITO H (17031076)

Program Studi IlmuKeperawatan STIKes


HangTuah Pekanbaru
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena dengan karunia nya
sayadapat menyelesaikan makalah ini.
Laporan makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Tapi
makalah ini tidak lah sesempurna yang bapak/ibu harapkan, kami mohon maaf untuk
kesalahan dan kekurangannya.Untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.

Akhir kata saya berharap semoga laporan makalah tentang Keperawatan Gerontik ini
dapat memberikan manfaat ataupun inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 28 Desember 2020

Kelompok
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................2

Bab II Tinjauan Teori

2.1 Pengertian lansia………........................................................................................3


2.2 Konsep senam otak…………………....................................................................4
2.3 Manfaat …………………………........................................................................6
2.4 Mekanisme kerja ….………………………………..............................................8
2.5 Gerakan senam otak……......................................................................................9

Bab III

3.1 Tinjauan Kasus.........................................................................................................10

Bab 4

4.1 Pembahasan Kesenjangan Teori...............................................................................13

Bab 5 Penutup

5.1 Kesimpulan...............................................................................................................15

Daftar Pustaka

Pustaka............................................................................................................................16
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia menyatakan bahwa lansia
adalah seorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ke atas. World Health
Organization(WHO) menyatakan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berusia 60
sampai dengan 74 tahun (Marzuki, 2014). Proporsi lansia terbesar saat ini berada di negara
berkembang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa negara maju
merupakan negara dengan proporsi lansia terbesar. Proporsilansia di negara berkembang
tahun 2013 berjumlah 554 juta jiwa, sedangkan di negara maju berjumlah 287 juta jiwa
(Kemenkes RI, 2014). Proporsi penduduk lansia di Indonesiapada tahun 2012 sebesar 7,6%
dan terus meningkat pada tahun 2013 mencapai 8,9%(BPS, 2010; Kemenkes RI, 2014).

Proporsi penduduk lansia dari total populasi diprediksi akan terus meningkat hingga
tahun 2050 mencapai 21,4% (Kemenkes RI, 2014).Peningkatan jumlah populasi lansia akan
menimbulkan masalah-masalah kesehatan pada usia lanjut. Lansia pada umumnya akan
mengalami gangguan visual, penurunan pendengaran, masalah kulit, hipertensi, osteoartritis,
osteoporosis, katarak senilis, diabetes mellitus tipe dua, dan gangguan mental (Potter &
Perry, 2005). Terjadi Perubahan kognitif pada lansia Pada lansia akan terjadi penurunan
ingatan baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Menurut Schlessinger dan
groves, 1976 memori adalah system yang sangat berstruktur, dan memori otak akan merekam
fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuanya untuk membimbing perilaku. Dan
sering terjadi perilaku yang aneh pada lansia diantaranya sering lupa atau pikun Menjadi tua
biasa ditandai oleh kemunduran biologis yang Nampak pada gejala kemunduran fisik
disamping itu, juga sering terjadi kemunduran kognitif diantaranya yaitu : Sering lupa,
ingatan tidak berfungsi dengan baik, Ingatan terhadap hal – hal lebih baik dari pada hal – hal
yang baru saja terjadi, Sering terjadinya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang , Sulit
menerima ide – ide baru (Padila, 2013). Semakin bertambahnya usia, maka sering terjadinya
proses menua secara generative yang berdampak pada perubahan – perubahan pada manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga perasaan, kognitif, sosial, dan seksual. (Azizah,
2010). Perubahan kognitif terjadi pada perubahan daya ingat (memory), IQ (Intelegent
quocient), kemampuan belajar, kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, kebijaksanaan dan kerja.

1.2 Tujuan penulisan


1. Agar mengetahui terapi modalitas dan komplamenter pada lansia
2. Agar memahami terkait senam otak pada lansia
BAB 2

TINJAUAN TEORI

1.1. Konsep lansia


1.1.1. Pengertian Lansia
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua
(Azizah, 2011). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan (Pujiastuti, 2003 dikutip dalam Effendi, 2013.

Lansia merupakan masalah yang baru pada Negara berkembang yang menuju proses
kemajuan di berbagai bidang. Akibat krisis yang melanda Indonesia banyak masalah yang
berkepanjangan, Namun fenomena yang tampak pada lansia malah berbeda. Dengan
kemajuan kesehatan dan ekonomi justru memicu permasalahan baru dimana angka harapan
hidup meningkat, terutama untuk wanita jauh dibandingkan dengan laki-laki,rata-rata umur
lansia berkisar 60-76 tahun dengan rata-rata 68,8 tahun usia termasuk tergolong lanjut usia
(WHO dalam Azizah, 2011).

1.1.2. Batasan- batasan lanjut usia


Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun


b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi :

a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan


kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65
tahun)
1.1.3. perubahan proses menua
Seseorang dengan mengalami lanjut usia pasti akan mengalami perubahan pada tubuh /
fisik, psikis / intelektual, sosial kemasyarakatan ataupun secara spiritual / keyakinan / agama.
Berkut merupakan perubahan secara alamiah yang akan terjadi pada lansia yaitu:

Proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada lansia. Perubahan –


perubahn itu meliputi perubahan fisik, psikososial, dan kognitif (Ratnawani, 2011).
1. Perubahan fisik
a. Kardiovaskuler : Kemampuan memompa darah menurun, elstis pembuluh darah
menurun, serta mengkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan
darah meningkat.
b. Respirasi : Elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik nafas lebih berat, dan terjadi penyempita bronkus.
c. Persyarafan : Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun dan
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan
dengan stress.
d. Muskuloskeletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(Osteoporosis), bengkak (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku.
e. Gastrointestinal : Esofagus membesar, asam lambung menurun, lapar menurun,
dan paristaltik menurun.
f. Vesika urinaria : Otot – otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine.
g. Kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, elastisitas
menurun, rambut memutih (uban), dan kelenjar keringat menurun
2. Perubahan Sosial
Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglohatan, gerak fisik dan sebagainya menyebabkan gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, misalnya bahu membungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Keterasingan ini akan menyebabkan lansia semakin depresi, lansia
akan menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain (Ratnawati, 2011)
3. Perubahan kognitif pada lansia
Pada lansia akan terjadi penurunan ingatan baik jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang. Menurut Schlessinger dan groves, 1976 memori adalah
system yang sangat berstruktur, dan memori otak akan merekam fakta tentang dunia
dan menggunakan pengetahuanya untuk membimbing perilaku. Dan sering terjadi
perilaku yang aneh pada lansia diantaranya sering lupa atau pikun Menjadi tua biasa
ditandai oleh kemunduran biologis yang Nampak pada gejala kemunduran fisik
disamping itu, juga sering terjadi kemunduran kognitif diantaranya yaitu :

a. Sering lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik.


b. Ingatan terhadap hal – hal lebih baik dari pada hal – hal yang baru saja terjadi.
c. Sering terjadinya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
d. Sulit menerima ide – ide baru (Padila, 2013).
Semakin bertambahnya usia, maka sering terjadinya proses menua secara generative
yang berdampak pada perubahan – perubahan pada manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga perasaan, kognitif, sosial, dan seksual. (Azizah, 2010). Perubahan kognitif terjadi
pada perubahan daya ingat (memory), IQ (Intelegent quocient), kemampuan belajar,
kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan
kerja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan lansia mengalami kemunduran memori


diantaranya adalah proses mengingat dan mengambil memori, perlu waktu yang cukup lama
untuk menyerap dan menyadari materi abstrak, sulit untuk mengingat kembali informasi yang
diutarakan dengan cepat, serta keterbatasan lansia untuk menggunkan strategi mengingat
(Sidiarto dan Kusumoputra, 2003) jenis – jenis kemunduran kemampuan mengingat
diantaranya :

a. Kemunduran memori jangka pendek (shor tierm memory) seperti : mengulang


angka – angka yang telah disebutkan secara mundur : 9 3 5 4 3 dihitung
mundur 3 4 5 3 9. Hal ini disebabkan karena fungsi memori untuk mengingat
pada memori kerja berkaitan dengan fungsi eksekutif untuk perencanaan.
Maka dapat disimpulkan terjadinya gangguan otak bagian depan, lobus
frontal.
b. Kemunduran jangka panjang (long term memory) kemunduran memori ini
dibagi menjadi dua yaitu episodik dan sematik (memori untuk mengingat
peristiwa). Kemunduran memori episodik untuk mengingat waktu dan lokasi
kejadian dengan melakukan test mengingat kembali dan mengenal kembali
deretan kata, gambar, cerita pendek dan kesulitan terjadi pada tes verbal.
1.2. Konsep Senam otak (Brain Gym)

1.2.1. Pengertian senam otak

Otak adalah aset manusia yang sangat berharga. Tidak satupun benda buatan manusia
yang mampu menandingi kemampuan otak. Otak adalah salah satu organ tubuh yang sering
digunakan. Otak manusia terdiri dari 100 miliar syaraf yang masing – masing terkait dengan
10 ribu syaraf lain. Otak terdiri dari dua belahan, kiri dan kanan (Widiati & Proverawati,
2010).

Senam otak (brain gym) merupakan beberapa rangkaian gerakan sederhana yang bisa
menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat meningkatkan konsentrasi otak, dan agar
jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang terhambat agar bisa berfungsi maksimal (Widianti,
2010). Dari gabungan beberapa gerakan itu dimaksudkan untuk merangsang otak kanan dan
kiri (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi otak bagian depan dan belakangan
(dimensi pemfokusan), merangsang system yang terkait dengan perasaan / emosional, yakni
otak tengan dan otak besar (dimensi pemusatan).

1.2.2. Manfaat senam otak

Senam otak (Brain gym) juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya
ingat. Pada lansia penurunan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun dan
frustasi. Meski demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak.
Senam otak tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga
merangsang ke dua belahan belahan otak untuk bekerja (Widianti & Proverawati, 2010).

Ada banyak sekali manfaat dari senam otak brian gym ini, senam ini berguna untuk
melatih otak kerja dengan melakukan gerakan pembaharuan (repatting), latihan ini juga
berguna untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Dari
beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara aktifitas fisik seperti brain
gym dengan fungsi kognitif yaitu aktifitas fisik menjaga dan mengatur vaskularisasi keotak
dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar lipoprotein, meningkatkan produksi
endhotelial nitric oxide dan menjamin perfusi jaringan otak, efek langsung keotak yaitu
memelihara struktur saraf dan meningkatkan perluasan serabut saraf, sinap – sinap dan
kapilaris.

Namun yang utama adalah untuk meningkatkan kinerja otak dan daya fikir, selain itu
juga bermanfaat untuk menambah semangat belajar atau bekerja tanpa stress, menurunkan
emosi seseorang, pikiran lebih jernih, meningkatkan daya ingat, meningkatkan kepercayaan
diri, memandirikan seseorang dalam mengaktifkan seluruh potensi diri dan ketrampilan yang
dimilki. (Widianti, 2010). Menurut (Dennison, 2009) fungsi gerakan Brain Gym terkait
dengan 3 dimensi otak diantaranya yaitu : (1) menstimulasi dimensi lateralitas; (2)
meringankan dimensi pemfokusan; dan (3) merelaksasikan dimensi pemusatan.

1.2.3. Mekanisme Kerja Brain Gym

Gerakan – gerakan brain gym atau senam otak adalah suatu ragam gerak yang bisa
merangsang kerja dan fungsi otak secara optimal. Dengan mengaktifkan otak kanan dan
otak kiri, sehingga kerjasama antara otak kanan dan kiri bisa berjalin. Prinsip utama dalam
dilaksanakanya senam otak yaitu agar otak tetap bugar dan intinya mencegah penurunan
fungsi kognitif serta mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan kesehatan otak.
Latihan senam otak akan sangat membantu keseimbangan fungsi otak. Baik otak kiri
maupun kanan (dimensi lateralitas), otak belakang/ batang otak dan otak depan/ frontal
lobus (dimensi pemfokusan), serta system limbis (misbrain) dan otak besar/ cerebral cortex
(dimensi pemusatan) dan dalam senam otak terdapat gerakan – gerakan terkoordinasi yang
dapat menstimulasi kerja otak sehingga lebih menjadi aktif (Dennison, 2008).

1.2.4. Gerakan Senam Otak (Brain Gym)

Dari penelitian Dr. Yuda Turana di temukan bahwa senam otak seminggu 2 kali
dalam waktu 2 bulan terdapat pengaruh dalam kognitif lansia terutama dalam fungsi
memori atau daya ingat (Kemenkes RI, 2015). Gerakan dasar senam otak (Brain Gym)
(Widianti & Proverawati, 2010):

4. Gerakan silang : Kaki dan tangan digerkkan secara berlawanan. Bisa kedepan
samping atau belakang.
Manfaat : Merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan
bagian yang mengungkapkan informasi (expressive) sehingga memudahkan
proses mempelajari hal – hal baru dan meningkatkan daya ingat.

5. Olengan pinggul : Duduk dilantai. Posisi tangan dibelakang, menumpu dilantai


dengan siku ditekuk. Angkat kaki sedikit lalu olengkan pinggul ke kiri ke kanan
dengan rileks.
Manfaat : Meningkatkan otak untuk kemampuan belajar, meningkatkan
kemampuan memperhatikan dan memahami.
6. Pengisi energi : Duduk nyaman dikursi, kedua lengan dibawah dan dahi, letakkan
diatas meja (menunduk di atas meja). Tangan ditempatkan didepan bahu(tangan
kanan dibahu kanan, tangan kiri dibahu kiri), jari – jari menghadap sedikit k
dalam. Ketika menarik nafas rasakan nafas mengalir ke garis tengan seperti
pancura energi, mengankat dahi, kemudian tengkuk dan terakhir punggung atas.
Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.
Manfaat : Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktifitas yang
melelahkan (stress), meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta meningkatkan
kemampuan memahami dan berfikir rasional.
7. Menguap berenergi : Bukalah mulut seoerti hendak menguap, lalu pijatlah otot –
otot disekitar persendian rahang. Lalu menguaplah degan bersuara untuk
melepaskan otot – oto tersebut.
Manfaat : Mengaktifkan otot untuk meningkatkan perhatian dan daya
penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresi serta meningkatkan
kemampuan untuk memilih informasi
8. Luncuran gravitasi : Duduk dikursi, posisi kaki lurus krbawah dan silangkan kaki.
Tundukkan badan dengan lengan kedepan bawah (searah kaki). Buang nafas
ketika badan membungkuk kebawah dan ambil nafas ketika bada tegak ke atas.
Manfaat : Mengaktifkan otak untuk rasa keseimbangan dan koordinasi,
meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan meningkat energi.
9. Pompa betis : Lakukan gerakan mendorong dengan tangan bertumpu pada
sandaran kursi atas, sambil menekan tumit ke bawah.
Manfaat : Gerakan ini dikembangkan untuk membawa kesadaran ke arah betis,
tempat asal naluri untuk menahan diri dan dapat mengakses

kemampuan berbahasa.

10. Mengaktifkan tangan : Luruskan satu tangan ke atas disamping telinga.

Buang nafas perlahan sementara otot – otot diaktifkan dengan cara mendorong
tangan ke empat jurusan (depan belakang, dalam dan luar), sementara tangan
lainnya menguatkan dorongan tersebut.
Manfaat : Mengaktifkan otot agar mampu berbicara ekspresif dan
ketrampilan berbahasa serta meningkatkan koordinasi mata – tanagn.
11. Tombol imbang : Sentuhkan 2 jari ke bagian belakang telinga (tangan kanan
untuk telinga kanan), pada lekukan dibelakang telingan, sementara tangan yang
lain menyentuh pusar, selama kurang lebih 30 detik. Lakukan secara bergantian.
Manfaat : Mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan memusatkan
perhatian, mengambil keputusan, berkonsentrasi dan pemikiran asosiatif .
12. Latihan di lakukan 2 – 3 kali dalam satu minggu baik di lakukan dipagi hari.

13. Latihan di lakukan dengan duduk tegak santai ditempat sejuk.

14. Latihan di lakukan 10- 15 menit disetiap latihannya


BAB 3

ANALISA JURNAL

Judul Jurnal : Pengaruh senam otak terhadap peningkatan short term memory pada lansia

Penulis Jurnal : Elok Triestuning

Kata kunci: Lansia, Short term memory, Senam otak

Departeman Penulis : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Pengaruh Senam otak terhadap terhadap


peningkatan short term memory pada lansia

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan


pendekatan pretest and posttest with control group design.

Jenis Penelitian : Deskriptif

Ringkasan Jurnal : Memori adalah kemampuan suatu organisme untuk menyimpan dan
kemudian mengingat informasi. Memori dapat juga dibagi dari segi
waktu yaitu yang pertama memori jangka pendek (short term memory)
yang mencakup kejadian selama 30 menit terakhir dan beberapa
minggu. Kemampuan memori jangka pendek dapat di tes dengan
menyuruh penderita mengingat sesuatu, misalnya: kata, nomor atau
nama dan menyuruh mengemukakannya kembali setelah beberapa saat.
Proses memori pada lansia tidak jauh berbeda dengan memori manusia
pada usia dewasa. Namun pada lansia seperti halnya kondisi tubuh
yang lain otak pun juga mengalami penuaan yang akhirnya
mempengaruhi system memori khususnya pada memori jangka pendek.
Kemampuan memori dapat ditingkatkan melalui latihan memori jangka
pendek. Latihan-latihan ini berupa teknik untuk meningkatkan fokus
dan kemampuan asosiasi.Intinya dalam latihan meningkatkan memori
jangka pendek ini bagaimana kita harus terus bisa mengaktifkan fungsi
otak agar tidak diam yang akhirnya bisa menjadi lemah. Karena otak
yang selalu aktif membuat otak menjadi sehat dan memiliki ingatan
jangka pendek yang lebih baik.

Latihan atau teknik yang tepat dilakukan oleh lansia adalah


senam otak (brain gym). Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh
pengaruh senam otak terhadap peningkatan short term memory pada
lansia karena dengan gerakan senam otak dapat merangsang integrasi
kerja bagian otak kanan dan kiri untuk menghasilkan koordinasi fungsi
otak yang harmonis sehingga dapat meningkatkan kemampuan
memori, kemampuan koordinasi tubuh, kemampuan motoric halus dan
kasar.

Kelebihan jurnal : 1. Pengunaan bahasa yang digunakan oleh penulis mudah untuk
dimengerti para pembaca

2. Peneliti menjelaskan secara terperinci mengenai latihan senam otak

Kekurangan jurnal : 1. Peneliti tidak membuat kesimpulan dan hasil penelitian

2. Peneliti tidak menyebutkan berapa lama penelitian tersebut


dilakukan
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Kesenjangan Teori Dengan Jurnal

Pada jurnal yang kami analisa, kami tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktek. Semua yang di jelaskan di teori sesuai dengan praktek. Di teori manfaat
senam otak (Brain gym) dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat, untuk
melatih otak kerja dengan melakukan gerakan pembaharuan (repatting), latihan ini juga
berguna untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Dari
beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara aktifitas fisik seperti brain
gym dengandan di jurnal pun disebutkan seperti itu.

Selain dari manfaat senam otak, mekanisme Brain Gym pada teori dan praktek juga
sama, yaitu Gerakan – gerakan brain gym atau senam otak adalah suatu ragam gerak yang
bisa merangsang kerja dan fungsi otak secara optimal. Dengan mengaktifkan otak kanan dan
otak kiri, sehingga kerjasama antara otak kanan dan kiri bisa berjalin. Prinsip utama dalam
dilaksanakanya senam otak yaitu agar otak tetap bugar dan intinya mencegah penurunan
fungsi kognitif serta mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan kesehatan otak.
Latihan senam otak akan sangat membantu keseimbangan fungsi otak. Baik otak kiri maupun
kanan (dimensi lateralitas), otak belakang/ batang otak dan otak depan/ frontal lobus (dimensi
pemfokusan), serta system limbis (misbrain) dan otak besar/ cerebral cortex (dimensi
pemusatan) dan dalam senam otak terdapat gerakan – gerakan terkoordinasi yang dapat
menstimulasi kerja otak sehingga lebih menjadi aktif
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Lanjut usia (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia menyatakan bahwa lansia
adalah seorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ke atas. World Health
Organization(WHO) menyatakan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berusia 60
sampai dengan 74 tahun (Marzuki, 2014). Proporsi lansia terbesar saat ini berada di negara
berkembang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa negara maju
merupakan negara dengan proporsi lansia terbesar. Proporsilansia di negara berkembang
tahun 2013 berjumlah 554 juta jiwa, sedangkan di negara maju berjumlah 287 juta jiwa
(Kemenkes RI, 2014). Proporsi penduduk lansia di Indonesiapada tahun 2012 sebesar 7,6%
dan terus meningkat pada tahun 2013 mencapai 8,9%(BPS, 2010; Kemenkes RI, 2014).

Senam otak (brain gym) merupakan beberapa rangkaian gerakan sederhana yang bisa
menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat meningkatkan konsentrasi otak, dan agar
jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang terhambat agar bisa berfungsi maksimal (Widianti,
2010). Dari gabungan beberapa gerakan itu dimaksudkan untuk merangsang otak kanan dan
kiri (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi otak bagian depan dan belakangan
(dimensi pemfokusan), merangsang system yang terkait dengan perasaan / emosional, yakni
otak tengan dan otak besar (dimensi pemusatan).
DAFTAR PUSTAKA

Widiyati Anggriyana. 2010. Senam Kesehatan Gerakan 188. Jogjakarta : Nuha Medika

Dennison. Paul E. Gail E 2008. Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak. Jakarta :
Grasindo

Ratnawati. E. 2011. Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai