Nim : 2021206203200P
A. MACAM-MACAM STRES PADA PERAWAT
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),
dapat digolongkan sebagai berikut :
Adapun menurut Grant Brecht (2000), stres ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1
B. SUMBER STRES PERAWAT
Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1. Lingkungan
Lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri,
diantaranya :
a. Cuaca, kebisingan, kepadatan,
b. Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa
aman dan harga diri
c. Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman,
pasangan, dan perubahan keluarga.
2. Fisiologik ~ dari tubuh kita seperti antara lain :
a. Perubahan kondisi tubuh: masa remaja, haid, hamil, meno/andropause,
proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap
tubuh.
b. Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman dan perubahan lingkungan
mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan.
Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan
menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna
atau label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax
atau stress.
Ada tujuh sumber stres dalam pekerjaan (Schermerhorn, 1996, 411-412), yaitu:
2
6) Perkembangan karir – tidak lancar.
7) Setting fiisik – bising, kurang privasi, polusi, atau kondisi lain yang tidak
layak.
Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut :
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; Namun
tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup
yang berlebihan pula.
4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,
Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan
yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena
tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang
cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang
mengalami deficit. Analogi dengan hal ini adalah misalnya handphone (HP) yang
sudah lemah harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi
3
dengan baik. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3) Lekas merasa capai menjelang sore hari.
4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
7) Tidak bisa santai.
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi
yang mengalami defisit.
4
Stres Tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan
dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit
karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini
terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa
mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul :
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan
menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan
untuk merespon secara memadai (adequate).
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
6) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
kegairahan.
7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.
StresTahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang
ditandai dengan hal-hal berikut :
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and
psychological exhaustion).
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan
dan sederhana.
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
5
Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik
(panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres
tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :
1) Debaran jantung teramat keras
2) Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5) Pingsan atau kolaps (collapse)
Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas
lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
6
Indikasi/gejala stress
a. Gejala fisiologik
antara lain : denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama
keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air
kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst
b. Gejala psikologik
antara lain :resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil
keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb
c. Tingkah laku
antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan
kaki, ticks, gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).
7
▪ kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi
semen pada pria
▪ kehilangan gairah sex
(c ) Gangguan pada sistem pernafasan
▪ asthma, bronchitis
(d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst
b. Dampak Psikologik:
● Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan
punya peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’
● Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring
dengan kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan
yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang
‘sesorang’
● Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula
menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
c. Dampak Perilaku
● Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering
terjadi tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat
● Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
● Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak
membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
8
2. Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor,
dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
3. Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada,
kalau diperlukan meminta bantuan
4. jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.
D. MANAJEMEN STRESS
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau
intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung
pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat
bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa
daerah perawatan.
E. KONSEP ADAPTASI
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah
laku manusia :
a. Kebutuhan
▪ Kebutuhan badaniah
9
▪ Kebutuhan psikologis
b. Dorongan : Menjamin agar manusia berusaha memenuhi kebutuhannya.
Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai
mengancam fisik atau psikologisnya.
Peristiwanya di sebut stressor.
Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress.
—Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress.
—Ada banyak bentuk adaptasi.
—Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian
mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
—Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi
adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan
refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya
dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen,
Floyd dan Brookman, 1992).
—Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam
atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat
berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
10
banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan
dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman
terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi
peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga
karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga
karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen
terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
▪ Depresi ▪ Kecendrungan untuk membuat
▪ Kepenatan kesalahan (mis. buruknya
▪ Peningkatan penggunaan penilaian).
bahan kimia ▪ Mudah lupa dan pikiran buntu
▪ Perubahan dalam kebiasaan ▪ Kehilangan perhatian terhadap
makan, tidur, dan pola hal-hal yang rinci.
aktivitas. ▪ Preokupasi (mis. mimpi siang
▪ Kelelahan mental hari )
▪ Perasaan tidak adekuat ▪ Ketidakmampuan
▪ Kehilangan harga diri berkonsentrasi pada tugas.
▪ Peningkatan kepekaan ▪ Peningkatan ketidakhadiran
▪ Kehilangan motivasi. dan penyakit
▪ Ledakan emosional dan ▪ Kehilangan minat
menangis ▪ Rentan terhadap kecelakaan.
▪ Penurunan produktivitas dan
kualitas kinerja pekerjaan.
b. ADAPTASI PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang
biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik
perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat
11
mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan
tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah
pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di
rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka
mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons
koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
12