Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUKAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stress

2.1.1 Pengertian Stress

Stress merupakan reaksi yang normal, gangguan pada tubuh dan pikiran yang

disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan

maupun penampilan individu di dalam lingkungan. (Titik Lestari, 2014). Stress adalah suatu

reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan keteganggan dan

mengganggu stabilitas kehidupan sehari - hari (Priyoto, 2014). Stress merupakan respon

tubuh terhadap lingkungan di sekitarnya, sehingga dapat menjadi sistem pertahanan diri yang

dapat memproteksi diri kita (Nasir & Munith 2011). Stres adalah suatu kondisi atau keadaan

tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis dan biasanya stres dikaitkan dengan

penyakit psikologis. Akan tetapi, lebih karena masalah kejiwaan seseorang selanjutnya

berakibat pada penyakit fisik yang bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh

dalam kondisi stress (Mumpuni, Y, & Wulandari, A, 2010).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi stress

Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu dapat berasal dari

berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan

yang biasanya dihadapi oleh individu seperti :

a. Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi dan bencana alam.

b. Hambatan sosial : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras,

perubahan tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal tersebut mempersempit

kesempatan individu untuk meraih kehidupan yang layak sehingga menyebabkan timbulnya

frustasi pada diri seseorang.


c. Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat fisik

atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada

individu. Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang

ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres.

Konflik bisa menjadi pemicu timbulnya stres. Faktor pemicu stres itu dapat diklasifikasikan

ke dalam beberapa kelompok berikut (Yusuf, 2004) :

a. Stressor fisik-biologik, seperti : penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang

berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang tidak cantik atau ganteng.

b. Stressor psikologik, seperti : negative thinking atau berburuk sangka, frustrasi

(kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan).

c. Stressor Sosial, seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan antar anggota keluarga yang

tidak harmonis (broken home), perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri

meninggal, mengkonsumsi minuman keras, dan menyalahgunakan obat-obatan terlarang)

tingkat ekonomi keluarga yang rendah, lalu ada faktor pekerjaan : kesulitan mencari

pekerjaan, pengangguran, Ada dua macam stres yang dihadapi oleh individu yaitu :

a. Stres yang ego-envolved : stres yang tidak sampai mengancam kebutuhan dasar.

b. Stres yang ego-involved : stres yang mengancam kebutuhan dasar serta integritas

kepribadian seseorang. Stres semacam ego involved membutuhkan penanganan yang benar

dan tepat dengan melakukan reaksi penyesuaian agar tidak hancur karenanya. Kemampuan

individu dalam bertahan terhadap stres sehingga tidak membuat kepribadiannya “berantakan”

disebut dengan tingkat toleransi terhadap stress (Ardani, 2013).

Menurut Greenwood III dan Greenwood Jr (dalam Yusuf, 2004) faktor faktor yang

mengganggu kestabilan (stres) organisme berasal dari dalam maupun luar. Faktor yang

berasal dari dalam diri organisme adalah :


a. Faktor Biologis, stressor biologis meliputi faktor-faktor genetik, pengalaman hidup, ritme

biologis, tidur, makanan, postur tubuh, kelelahan, penyakit.

b. Faktor Psikologis, stressor psikologis meliputi faktor persepsi, perasaan dan emosi, situasi,

pengalaman hidup, keputusan hidup, perilaku dan melarikan diri.

c. Faktor Lingkungan (luar individu), stressor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, biotik

dan sosial. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi stres seseorang dilihat dari tiga sudut pandang yaitu sudut pandang

psikodinamik, sudut pandang biologis dan sudut pandang kognitif dan perilaku, kemudian

ada faktor tambahan berupa hambatan-hambatan yang dialami individu seperti hambatan

fisik, sosial dan pribadi.

2.1.3 Kriteria Penilaian stress

Setiap individu memiliki persepsi dan resepon yang berbeda – beda terhadapa stress.

Stres sudah menjadi bagian dari hidup seseorang. Mungkin tidak ada manusia biasa yang

belum pernah merasakan stres. Stres kini menjadi manusiawi selama tidak berlarut - larut dan

berkepanjangan (Psychology foundation of Australia, 2010). Berdasarkan gejalanya, stres

dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :

1) Stres ringan

Pada tingkat stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran,

dikritik, dan kemacetan. Stres ringan sering terjadi pada kehidupan sehari - hari dan kondisi

dapat membantu individu menjadi waspada. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit

kecuali jika dihadapi terus menerus.

2) Stres sedang

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Respon dari

tingkat stres ini didapat gangguan pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar
tidak teratur, ketegangan pada otot, gangguan pola tidur, perubahan siklus menstruasi, daya

konsentrasi dan daya ingat menurun. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang

adalah 15 kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan

pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.

3) Stres berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun.

Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pencernaan berat, debar jantung semakin

meningkat, sesak napas, tremor, persaan cemas dan takut meningkat, mudah bingung dan

panik. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri

yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.

2.1.4 Kinerja Stress

Tahapan stres dikemukakan oleh (Robert J. Van Amberg, dalam Yosep 2016) sebagai

berikut :

1) Sres Tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stres paling ringan dan disertai dengan perasaan-perasaan

sebagai berikut :

a) Semangat besar.

b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.

c) Energi dan gugup berlebihan, diikuti kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih

dari biasanya.

Tahapan ini biasanya menyenangkan dan semangat menjadi bertambah tetapi tanpa disadari

bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.

2) Stres Tingkat II

Pada tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-

keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.


3) Stres Tingkat III

Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak. Pada tahapan ini penderita sudah

harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stres dikurangi dan tubuh mendapat

kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi guna memulihkan suplai energi.

4) Stres Tingkat IV

Pada tahapan ini sudah menunjukkan gejala yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-

ciri :

a) Tenaga yang digunakan untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.

b) Kegiatan - kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.

c) Kehilangan kemampuan untuk menanggapi suatu pergaulan sosial dan kegiatan-

kegiatan rutin lainnya terasa berat.

d) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering terbangun dini hari.

5) Stres Tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dibandingkan dengan tingkat stres

IV, ditandai dengan :

a) Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion)

b) Tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana

c) Perasaan takut yang semakin menjadi, mimpi buruk

6) Stres Tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat, ditandai

dengan :

a) Denyut jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang

dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.

b) Nafas terasa sesak bahkan dapat megap-megap.

c) Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.


d) Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak bisa lagi, pingsan atau collap.

2.2 Konsep Dasar Merokok

2.2.1 Pengertian Merokok

1.Pengertian rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang 70 hingga 120 mm (bervariasi)

dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Fajar,

2011).

2. Pengertian merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik

menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Merokok menjadi kebiasaan yang sangat

umum dan meluas di masyarakat (Kusuma, 2011).

3. Pengertian perokok

Menurut Wiarto dalam Sitepu (2019) perokok berasal dari berbagai kelas, sosial,

status, serta kelompok yang berbeda, hal ini disebabkan karena rokok dapat diperoleh dengan

mudah. Perokok dibagi menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif

adalah orang yang merokok secara langsung menghisap rokok, sedangkan perokok pasif

adalah orang yang tidak secara langsung menghisap rokok tetapi menghisap asap rokok yang

dikeluarkan dari mulut orang yang sedang merokok. Menurut WHO dalam Ramawan,

Rasyad, dan Nurimaba (2015) ada tiga tipe perokok menurut banyaknya jumlah batang rokok

yang dihisap yakni perokok berat : menghisap rokok lebih dari 20 batang sehari, perokok

sedang : menghisap rokok 11-20 batang sehari, dan perokok ringan : menghisap 1-10 batang

rokok sehari.

4. Kandungan rokok

Menurut Rocha, Anwar, dan Rahmadani (2019) setiap rokok mengandung lebih dari

4.000 jenis bahan kimia, dan 400 dari bahan-bahan tersebut dapat bersifat racun dalam tubuh
manusia, sedangkan 40 dari bahan tersebut bisa menyebabkan kanker. Beberapa zat

berbahaya di dalam rokok yaitu sebagai berikut:

a. Nikotin

Nikotin merupakan zat yang dapat menyebabkan ketergantungan pada seorang

perokok. Nikotin termasuk salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan

sirkulasi darah, serta nikotin membuat pemakainya kecanduan. Nikotin menstimulasi otak

untuk terus menambah jumlah nikotin yang dibutuhkan. Setiap batang rokok rata-rata

mengandung 0,1 - 0,2 mg nikotin.

b. Karbon monoksida

Salah satu zat berbahaya yang terkandung dalam rokok yaitu karbon monoksida. Gas

berbahaya pada asap rokok ini seperti yang ditemukan pada asap pembuangan mobil. Karbon

monoksida menggantikan sekitar 15% jumlah oksigen yang biasanya dibawa oleh sel darah

merah, sehingga menyebabkan suplay oksigen ke jantung seorang perokok menjadi

berkurang. Karbon monoksida juga dapat merusak lapisan pembuluh darah dan menaikkan

kadar lemak pada dinding pembuluh darah. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya

penyumbatan pada pembuluh darah.

c. Tar

Tar merupakan zat lain yang juga terdapat dalam rokok dan digunakan untuk melapisi

jalan atau aspal. Tar mengandung bahan kimia yang beracun yang 21 dapat merusak sel paru-

paru dan menyebabkan kanker. Tar bukan zat tunggal, namun terdiri atas ratusan bahan kimia

gelap dan lengket.

d. Arsenic

Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri dari unsur -

unsur berikut:
1) Nitrogen okside, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu saluran pernafasan,

bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan perubahan kulit tubuh.

2) Amonium karbonat, yakni zat yang bisa membentuk plak kuning pada permukaan

lidah, serta menggangu indera perasa yang terdapat pada lidah.

e. Amonia

Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen.

Zat ini sangat tajam baunya. Amonia sangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Saking kerasnya

racun yang terdapat dalam zat ini, sehingga jika disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa

menyebabkan orang pingsan.

f. Formic acid

Zat ini sangat tajam, memiliki bau yang menusuk dan dapat menyebabkan lepuh.

Bertambahnya zat tersebut dalam peredaran darah dapat menyebabkan pernapasan menjadi

cepat.

g. Hydrogen cyanide

Zat ini merupakan zat yang mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi

pernapasan. Zat ini merupakan salah satu zat yang mengandung sangat berbahaya. Sedikit

saja zat ini masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kematian.

h. Metanol

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar. Meminum

atau menghisap metanol dapat mengakibatkan kebutaan, bahkan kematian.

5. Akibat merokok bagi kesehatan gigi dan mulut

Rongga mulut merupakan jalan masuk utama untuk makanan, minuman, dan bahan-

bahan lain, misalnya rokok. Kandungan rokok berupa tar, nikotin, karbon monoksida,

ammonia, dan derivat-derivat lainnya dapat mengiritasi rongga mulut saat dikonsumsi karena

adanya pembakaran. Kebiasaan merokok merupakan salah satu pencetus timbulnya gangguan
serta penyakit rongga mulut, antara lain dapat mengakibatkan gigi berubah warna, penebalan

mukosa, gingivitis bahkan penyakit kanker mulut (Novitasari, Wowor, dan Kaunang, 2014).

Selain itu merokok juga dapat menimbulkan pewarnaan noda pada gigi dan lidah dengan

merokok bisa menyebabkan timbulnya noda atau biasa disebut stain, noda ini biasanya

berwarna kekuning-kuningan atau coklat kehitam-hitaman dan tidak mudah dihilangkan

dengan menggunakan sikat gigi (Septa, 2017).

Menurut Alamsyah dalam Sumerti (2016) merokok pada tahap awal tidak dirasakan

efeknya, namun lama - kelamaan akan muncul berbagai penyakit dalam tubuh perokok,

khususnya efek dari kebiasaan merokok yang dapat di timbulkan terhadap gigi dan rongga

mulut yaitu:

a. Plak

Menurut Alamsyah dalam Sumerti (2016) tar yang mengendap di permukaan gigi

menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar sehingga terbentuknya plak gigi menjadi lebih

cepat.

b. Karang gigi

Menurut Alamsyah dalam Sumerti (2016) plak yang menumpuk pada gigi perokok,

jika tidak dilakukan pengendalian plak, maka timbunan bakteri di dalam plak mengalami

pertambahan massa, kemudian berlanjut dengan pengerasan yang disebut dengan karang gigi.

c. Gingivitis

Menurut Sumerti (2016) jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak

dari pada bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan dapat menimbulkan berbagai

keluhan seperti gusi berdarah atau gingivitis.

d. Karies gigi

Menurut Alamsyah dalam Sumerti (2016) asap panas yang dihasilkan dari hisapan

rokok dapat mempengaruhi aliran pembuluh darah pada gusi. Perubahan aliran darah ini
mengakibatkan penurunan air ludah yang berada di dalam rongga mulut, ketika air ludah

mengalami penurunan otomatis mulut cenderung kering. Keadaan mulut yang kering

mengakibatkan bakteri dalam mulut berkembang biak dengan cepat dan menghasilkan asam

yang akan melarutkan email gigi, sehingga mulai terbentuk karies gigi.

e. Halitosis

Menurut Anwar dalam Sumerti (2016) merokok dapat menimbulkan bau mulut

(halitosis). Halitosis ini disebabkan oleh tar dan nikotin yang berasal dari rokok yang

berakumulasi di gigi dan jaringan lunak mulut yang meliputi lidah, gusi, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai