Anda di halaman 1dari 12

RANCANGAN KELOMPOK 1

“PENGARUH STRESS TERHADAP KESEHATAN”

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikodiagnostik
Dosen pengampu : Eka Indah Nurmawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun oleh:
1. Tarisa Putri Febriana (20090000138)
2. Levia Fenoariyusta Mardatari (20090000139)
3. Rafidah Putri (20090000146)
4. Yunus Kuncoro Jati (20090000149)
5. Dian Fadila Rumra (20090000180)

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
A. Definisi Stress
Stress adalah ketidakmampuan individu mengadapi ancaman baik secara mental, fisik,
emosional dan spiritual, yang pada suatu saat dapat berpengaruh pada kesehatan fisik
manusia tersebut. Selain itu stress juga didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap
situasi atau kondisi yang ada di sekitar lingkungan. Stress sudah menjadi bagian dari
kehidupan dari kehidupan yang tidak dapat dihindari dan selalu munvul dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, kerja, dan dimanapun individu berada.
(Gaol, 2016)
Istilah stress juga mengacu pada keadaan tubuh yang tegang saat berusaha melakukan
penyesuaian melaksanakan kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, dan kondisi tidak
menyenangkan dimana manusia menilai adanya tuntutan dalam suatu kondisi sebagai
beban atau diluar kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stress
merupakan semua hal yang dapat mengancam homeostatis dan keseimbangan didalam
kehidupan seseorang. Semua ancaman yang mengancam individu dinamakan stressor dan
respon individu dalam menghadapinya dinamakan respon stres. Walaupun respon stres
merupakan respon adaptif, tetapi respon stres dalam jangka lama dapat menyebabkan
kerusakan jaringan sehingga mengarah ke suatu penyakit. Stress psikologi dan faktor sosial
diduga dapat berpengaruh terhadap penyakit melalui dua mekanisme yaitu stres psikososial
dan prilaku kesehatan. Proses psikososial termasuk faktor yang mempengaruhi interpretasi
dan menanggapi peristiwa kehidupan dan stres, seperti faktor kesehatan mental dan
suasana hati, karakteristik kepribadian, dansumber daya seperti hubungan sosial. Perilaku
kesehatan seperti olahraga, nutrisi, dan merokok berfungsi secara tidak langsung jalur
dimana proses psikososial dapat mempengaruhi kesehatan, karena mereka mungkin sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktorseperti mood. (Kiecolt-Glaser, McGuire, Robles, & Glase,
2002)

B. Dampak
1. Dampak positif
Stres juga bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ketika
merespons stress, tubuh mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai infeksi
ancaman penyakit dari luar dengan mengeluarkan interleukin. Zat kimia tersebut akan
memperkuat system kekebalan tubuh meskipun hanya untuk jangka waktu pendek.
(Bella, 2022)
2. Dampak negative
Selain bisa menyebabkan keletihan mental dan membuat orang mudah tersinggung
atau marah, stress juga dapat menyebabkan seseorang kesulitan tidur, kehilangan nafsu
makan, dan libido. Stress juga bisa menyebabkan naiknya risiko penyakit, termasuk
penyakit kardovaskular dan gastrointestinal, serta diabetes. (P2PTM Kemenkes RI, 2018)

C. Penyebab Stres
Menurut Lazarus Dan Cohen (1977), terdapat tiga tipe kejadian yang dapat
menyebabkan stres yaitu :
1. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti
masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
2. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan
besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang
yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
3. Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja. Individu yang memiliki
pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih rentan terhadap tekanan-tekanan
dalam pekerjaan, daripada individu dengan sedikit pengalaman (Koch Dan Dipboye,
dalam Rachmaningrum,1999). Selanjutnya masih ada beberapa faktor lain yang
dapat mempengaruhi tingkat stress, yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial,
harga diri, gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu (Dipboye, Gibsin, Riggio
dalam Rachmaningrum, 1999).
Ditambahkan Freese Gibson (dalam  Rachmaningrum, 1999) umur adalah salah satu
faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur seseorang, semakin
mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang telah
mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir,
mengingat, dan mendengar.
D. Gejala Stres
1. Gejala Emosi
Mudah gusar, frustrasi, suasana hati yang mudah berubah, sulit untuk menenangkan
pikiran, bingung, perasaan tidak berguna, serta cenderung menghindari orang lain.
2. Gejala fisik
Lemas, pusing, mual, diare, sembelit, nyeri otot, jantung berdebar, gangguan tidur,
hasrat seksual menurun, tubuh gemetar, telinga berdenging, kaki atau tangan dingin dan
berkeringat, serta mulut kering dan sulit menelan
3. Gejala kognitif
Sulit fokus, sering lupa, pesimis, cenderung berpandangan negatif dan sering membuat
keputusan yang tidak baik.
4. Gejala perilaku
Perubahan pola makan, kebiasaan menghindari tanggung jawab, sikap gugup seperti
menggigit kuku, jalan mondar-mandir, dan kebiasaan merokok atau mengonsumsi
minuman beralkohol secara berlebihan.

Cox mengategorikan gejala dan akibat stres dalam lima kategori, yaitu:
1. Subyektif, yaitu gejala yang dirasakan secara pribadi meliputi kegelisahan, agresi,
kelesuan, kebosanan, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri
rendah, perasaan terpencil.
2. Perilaku, yaitu gejala yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu
meliputi penyalah gunaan obat, peledakan emosi, berperilaku impulsif, tertawa gelisah.
3. Kognitif, yaitu gejala yang mempengaruhi proses berpikir meliputi: ketidak
mampuan mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi,
ketidak mampuan memusatkan perhatian dalam jangka waktu lama, sangat peka
terhadap kecaman, dan mengalami rintangan mental.
4. Fisiologis, gejala yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, misalnya
berupa gula darah meningkat, tekanan darah naik, mulut menjadi kering,
berkeringat, panas dan dingin.
5. Keorganisasian, yaitu gejala yang tampak dalam dunia kerja, misalnya sering absen,
produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidak puasan
kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi (Siswanto, 2007).
E. Jenis-jenis Stres
Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua yaitu:
1. Stres akut atau flight or flight response, merupakan respon tubuh terhadap
ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan. Respons stres akut yang segera dan
intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.
2. Stres kronis, merupakan stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan efeknya
lebih panjang dan lebih.
Menurut Priyoto (2014) menurut gejala stres dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Stres Ringan, merupakan stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti
banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi stres ringan
berlangsung beberapa menit atau jam saja. Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat
meningkat, penglihatan tajam, energi meningkat namun cadangan energinya
menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih
tanpa sebab, kadang-kadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otak,
perasaan tidak santai.
2. Stres Sedang, stres ini berlangsung lebih lama daripada stress ringan. Penyebab stres
sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit, atau
ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit
perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan
terasa ringan.
3. Stres Berat, merupakan situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan
perkawinan secara terus menerus, kesulitan finansial yang berlangsung lama karena
tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, mempunyai penyakit kronis, serta
termasuk perubahan fisik, psikologis, dan sosial pada usia lanjut. Ciri-ciri stres berat
yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur, negatifistic, penurunan
konsentrasi, keletihan meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana,
gangguan sistem meningkat, dan perasaan takut meningkat.

F. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan seperti fisik, mental, dan sosial yang lengkap
dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan
telah bergeser seiringnya waktu. Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah
memungkinkan setiap orang untuk mempelajari dan menilai diri mereka sendiri, dan
berpartisipasi aktif dalam gerakan promosi kesehatan.
Menurut ahli kesehatan, tekanan stress ini sangat mempengaruhi
kondisi kesehatan seseorang, karena selain menekan kondisi mentalitas mereka, stress juga
mengganggu proses peredaran darah dan mengganggu fungsi kerja dari organ lainnya. Dari
tekanan yang terjadi secara terus-menerus itulah kesehatan tubuh akan terganggu.

G. Pencegahan Stres
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stres diantaranya yaitu :
1. Belajar mengatakan "TIDAK!". Kita tahu batas kemampuan yang bisa kita lakukan.
Mengambil lebih dari yang kita bisa bukanlah pilihan yang baik. Tidak apa-apa jika
kita tidak melakukan semua kegiatan, pekerjaan, pertemuan saat ini. Aturlah di lain
waktu yang memungkinkan.
2. Perbaiki sikap. Jangan mudah panik, pikiran kita adalah alat yang ampuh, gunakan
untuk mendukung kita, bukan untuk membebani kita. Berpikirlah secara rasional
agar terhindar dari stres.
3. Tertawa. Lakukan sesuatu yang dinikmati, kerjakan hobi, bergaullah dengan teman-
teman dan belajarlah untuk menyeimbangkan hidup. Jika merasa kesal, ungkapkan
perasaan tersebut. Jangan menyimpannya untuk diri sendiri karena hanya akan
menambah stres.
4. Hindari alkohol dan rokok. Ketika mengkonsumsi alkohol atau rokok, mungkin
merasa stres berkurang, tetapi setelah itu kita akan kembali merasa stres dan
mungkin lebih buruk daripada sebelum mengkonsumsinya.
5. Makan makanan sehat. Dapatkan nutrisi yang tepat, makanlah makanan yang masih
panas/hangat yang dimasak di rumah sehari-hari.
6. Lakukan olah raga. Aktivitas fisik dapat membantu membakar kalori juga membakar
stres. Latihan/aktifitas fisik/olah raga membantu melepaskan ketegangan. Latihan
selama 30 menit sehari selama minimal 3 kali per minggu.
7. Santaikan pikiran dan tubuh. Tarik napas dalam-dalam, visualisasikan kesuksesan.
Atur beberapa “waktu untuk sendiri" lakukan sesuatu yang bisa dinikmati. Fokuskan
perhatian pada saat ini.
8. Istirahat/Tidur. Paling tidak 7 jam tidur yang dibutuhkan agar otak dan tubuh bisa
berfungsi pada tingkat optimal. Hindari tidur siang lebih dari 1 jam.
9. Jalin hubungan yang sehat. Berbicara dan bergaullah dengan teman-teman secara
menyenangkan tanpa konflik. Ciptakan beberapa hubungan yang memungkinkan kita
bisa berbagi masalah dengannya.
10. Manajemen waktu. Lakukan perencanaan, buat jadwal, atau bahkan daftar
pekerjaan. Setelah itu, lakukan jadwal untuk setiap minggu. Kemudian membuat
jadwal untuk setiap hari, sehingga kita memiliki jadwal yang teratur dan rapi . Tandai
secara khusus kapan seharusnya mengikuti pertemuan, waktu belajar untuk mata
pelajaran tertentu, waktu makan, kegiatan yang menyenangkan dan istirahat/tidur.
11. Organisasikan jadwal kegiatan. Belajarlah bagaimana mengatur catatan/dokumen
pekerjaan/sekolah, identifikasi tugas dan perhatikan tanggal jatuh tempo penting,
tanggal ujian. Tetapkan prioritas untuk hari itu.
12. Atur keuangan. Susunlah anggaran untuk pengeluaran bulanan, belanjakan uang
sesuai dengan kebutuhan. Utamakan kebutuhan yang penting, misalnya: sewa
rumah, biaya kuliah, bahan makanan, barang-barang pribadi, operasional rumah,
bensin, dll. Tentukan berapa banyak uang yang bisa digunakan untuk “refreshing".
13. Pahami spiritualitas. Rohani dianggap sebagai salah satu cara yang dapat membantu
untuk menemukan makna dalam hidup, meningkatkan kemampuan untuk terhubung
dengan orang lain.
14. Tentukan gaya belajar/bekerja. Ketahuilah, apakah kita seorang visual, auditori atau
kinestetik.
15. Tenang, santai, relaks. Tarik napas dalam-dalam, tahan, hembuskan pelahan, lakukan
berulang. Luangkan waktu untuk dapat memastikan pekerjaan dapat dilakukan
dengan baik.
16. Cari sistem pendukung. Sistem pendukung bisa ibu, ayah, adik, saudara, teman,
sahabat istimewa atau konselor. Temukan seseorang yang membuat kita merasa
nyaman berbagi perasaan. Kadang-kadang semua yang kita butuhkan adalah untuk
melampiaskan rasa frustrasi tersebut.
17. Lakukan perubahan di lingkungan. Jika merasa sulit untuk konsentrasi di tempat
lama, cobalah pindah ke tempat di mana tidak ada musik yang keras, dan lampu
terang.
18. Delegasikan tugas tanggung jawab. Ketika tugas sekolah atau pekerjaan menjadi luar
biasa, bagi pekerjaan atau tanggung jawab tersebut karena dengan membagi tugas
akan membantu mengurangi tekanan dan stres.

H. Respon Tubuh
Stres umum dirasakan setiap orang, baik dewasa maupun anak-anak.Stress adalah
respon tubuh yang tidak spesifik pada setiap kebutuhan tubuh yang terganggu oleh
fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari hari dan tidak dapat dihindari.
Setiap orang mengalami stress. Respon yang diberikan dapat berupa respon positif dan
negatif.
Stress itu tetap perlu, contoh satu misalnya : anda sedang berada di hutan dan tiba tiba
dari kejauhan anda melihat seekor harimau.
Harimau yang kita tahu kan seekor binatang buas . jadi saat anda melihat harimau
tersebut anda akan mulai merasa khawatir,jadi setelah anda mulai merasa khawatir dan
stress kemudian otak anda akan menghasilkan suatu hormon. Hormon tersebut disebut
KORTISOL.
Apa sih gunanya hormon ini? hormon kortisol ini berguna untuk mendistribusikan
energi pada daerah atau organ yang membutuhkan
Jadi pada saat melihat harimau tersebut otomatis otak kita akan mengeluarkan hormon
tersebut dan memerintahkan kita untuk lari, segera lari. Segera lari untuk menghindari
bahaya tersebut karena otak menangkap sinyal tersebut sebagai bahaya. Dan apa yang
terjadi kalau seandainya otak anda tidak menagkap sinyal tersebut sebagai bahaya dan otak
anda tidak menghasilkan hormon kortisol tersebut ? anda tidak stresss misalnya anda tidak
khawatir. Bisa jadi anda akan menjadi santap siang bagi harimau tersebut.
Saat Anda merasa stres, semua sistem dalam tubuh Anda akan meresponnya dengan
cara yang berbeda-beda
1. Pada sistem saraf pusat dan endokrin
Sistem saraf pusat adalah yang paling bertanggung jawab dalam merespon
stres, mulai dari pertama kali stres muncul sampai stres menghilang. Hormon
kortisol terletak pada sistem saraf pusat dan endokrin ditemani hormon adrenalin.
Saat kortisol dan adrenalin dilepaskan, hati menghasilkan lebih banyak gula dalam
darah untuk memberi energi pada tubuh Anda.
Pelepasan hormon adrenalin dan kortisol menyebabkan peningkatan detak
jantung, pernapasan lebih cepat, pelebaran pembuluh darah di lengan dan kaki, dan
kadar glukosa darah meningkat. Saat stres mulai menghilang, sistem saraf pusat juga
yang pertama kali memerintahkan tubuh untuk kembali ke normal.
2. Pada sistem pernapasan
Stres membuat pernapasan Anda lebih cepat sebagai upaya untuk
mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini mungkin tidak masalah bagi banyak
orang, tetapi bisa menyebabkan masalah pada orang dengan asma atau emfisema.
Napas cepat atau hiperventilasi juga dapat menyebabkan serangan panik.
3. Pada sistem kardiovaskular
Saat Anda mengalami stres akut (stres dalam waktu singkat, seperti karena
terjebak macet di jalan), detak jantung akan meningkat, serta pembuluh darah yang
menuju ke otot besar dan jantung akan melebar. Hal ini menyebabkan peningkatan
volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan meningkatkan tekanan darah.
Pada saat stres, darah perlu dialirkan dengan cepat ke seluruh tubuh (terutama otak
dan hati) untuk membantu menyediakan energi bagi tubuh.
Juga, saat Anda mengalami stres kronis (stres dalam jangka waktu lama),
detak jantung Anda akan meningkat secara konsisten. Tekanan darah dan kadar
hormon stres juga akan meningkat secara berkelanjutan. Sehingga, stres kronis
dapat meningkatkan risiko Anda terkena hipertensi, serangan jantung, atau stroke.
4. Pada sistem pencernaan
Saat stres, peningkatan detak jantung dan pernapasan dapat mengganggu
sistem pencernaan Anda. Anda mungkin akan makan lebih banyak atau lebih sedikit
dari biasanya. Risiko Anda mengalami heartburn, refluks asam, mual, muntah, atau
sakit perut juga meningkat. Stres juga dapat memengaruhi pergerakan makanan
dalam usus Anda, sehingga Anda bisa mengalami diare atau sembelit.
5. Pada sistem otot rangka
Otot-otot Anda akan menegang saat stres dan kemudian akan kembali
normal lagi saat Anda sudah tenang. Namun, jika Anda mengalami stres yang
berkelanjutan, maka otot Anda tidak mempunyai waktu untuk rileks. Sehingga, otot-
otot yang tegang ini akan mengakibatkan Anda mengalami sakit kepala, nyeri
punggung, serta nyeri di seluruh tubuh.
6. Pada sistem reproduksi
Stres juga berpengaruh pada gairah seksual Anda. Mungkin gairah seksual
Anda akan menurun saat Anda sedang mengalami stres kronis. Namun, pria lebih
banyak menghasilkan hormon testosteron selama stres, yang dapat meningkatkan
gairah seksual dalam jangka pendek. Jika stres berlangsung dalam waktu lama, kadar
hormon testosteron pria akan mulai menurun. Hal ini dapat mengganggu produksi
sperma, yang akan menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi.
Sedangkan, pada wanita, stres dapat memengaruhi siklus menstruasi. Saat
stres, Anda mungkin mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, tidak
mengalami menstruasi sama sekali, atau mengalami menstruasi yang lebih berat.
7. Pada sistem imun
Saat Anda stres, tubuh merangsang sistem kekebalan tubuh untuk bekerja.
Jika stres yang Anda rasakan bersifat sementara, ini akan membantu tubuh Anda
dalam mencegah infeksi dan penyembuhan luka. Namun, jika stres terjadi dalam
waktu lama, maka tubuh akan melepaskan hormon kortisol yang akan menghambat
pelepasan histamin dan respon peradangan untuk melawan zat asing. Sehingga,
orang yang mengalami stres kronis akan lebih rentan untuk terkena penyakit, seperti
influenza, flu biasa, atau penyakit infeksi lainnya. Stres kronis juga membuat Anda
lebih lama untuk sembuh dari sakit atau cedera.

I. Contoh Kasus
Kasus ini berasal dari fakultas kedokteran universitas Cornell di amerika serikat.
Terdapat seorang anak usia 9 tahun saat itu dan harus menjalani operasi. Karena anak
tersebut sebelumnya menyeruput sup panas akhirnya dari mulut saluran pencernaan
sampai ke lambung ini rusak kerongkongannya rusak.
Setelah dilakukan operasi oleh tim dokter, tim yang melakukan operasi tersebut
melakukan penelitian selama belasan tahun dengan tujuan meneliti bagaimana kerja pikiran
anak ini terhadap kinerja pencernaannya. Hasil dari yang bisa didapat dari penelitian ini oleh
tim dokter adalah ketika anak ini bahagia dan ceria membran lambung tersebut bagus dan
fungsi lambung tersebut baik. Tetapi, saat anak ini stress dan cemas berlebihan, membran
atau muklosa dari lambung ini berwarna merah sekali dan kadang terjadi pendarahan, dan
fungsi asam lambungnya pun menurun.
Jadi kesimpulan dari sisi medis yang dapat diambil adalah pikiran anda berpengaruh
terhadap sistem di dalam tubuh anda, bukan hanya pencernaan, bukan hanya otak
anda,tapi seluruh sistem tubuh anda akan terganggu.

J. Daftar Pustaka

Allen, T. D., & Armstrong, J. (2006). Further examination of the link between work-family
conflict and physical health: The role of health-related behaviors. American
Behavioral Scientist, 49(9), 1204-1221. doi:
https://doi.org/10.1177%2F0002764206286386
Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi, R. (2018). Stres kerja. Semarang: Semarang University
Press.
Bella, A. (2022). Stres Ternyata Punya Manfaat untuk Kesehatan, Lho!. Diakses pada 16 Juni
2022 dari https://www.alodokter.com/stres-ternyata-punya-manfaat-untuk-
kesehatan-lho
Donsu, J. D. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Gaol, N. T. (2016). Teori stres: Stimulus, respons, dan transaksional. Buletin Psikologi ISSN,
24, 1-11.
Kiecolt-Glaser, J. K., McGuire, L., Robles, T. F., & Glase, R. (2002). Emotions, morbidity, and
mortality: New perspectives from psychoneuroimmunology. Annu Rev Psycol, 53, 83-
107. doi: https://doi.org/10.1146/annurev.psych.53.100901.135217
Lazarus, R. S., & Cohen, J. B. (1977). Environmental stress. Human behavior and
environment, 3, 39. doi: 10.1007/978-1-4684-0808-9_3.
P2PTM Kemenkes RI. (2018). Apakah Dampak Negatif Stres terhadap Otak Manusia?
Diakses pada 16 Juni 2022 dari KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA:
http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/apakah-dampak-negatif-stres-terhadap-
otak-manusia
Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rachmaningrum, I. S. (1999). Hubungan antara sense of humor dengan stres kerja pada
wanita Berperan Ganda. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
CASES, I. P. S. HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DAN KADAR KORTISOL PADA KEJADIAN
PREMENSTRUAL SYNDROM.
Mukhtar, A. (2021). Stres kerja dan kinerja di lembaga perbankan syariah. Pekalongan:
Penerbit NEM.
Pratiwi, P., Amatiria, G., & Yamin, M. (2016). Pengaruh stress terhadap kadar gula darah
sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa. Jurnal
kesehatan, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai