Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 9

1. Silmi Ayatika (201801500336)


2. Ruby Yuliana Christine (201901500648)
3. Desti Dwisuci Ramadanti (201901500649)
4. Isti Yuliana (201901500667)

STRESS DAN MANAJEMEN STRESS


Stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun
1930 dalam bidang psikologi dan
kedokteran. Ia mendefinisikan stress
sebagai reaksi organisme terhadap situasi
yang membebani atau menganjam jiwanya

Stress merupakan respon adaptif individu


terhadap suatu yang diterima seseorang
sebagai suatu tantangan atau ancaman
keberadaanya. Secara umum orang yang
mengalami stress merasakan khawatir,
tekanan, letih, kekuatan, elated, depresi,
cemas dan marah.
Gejala fisik
Secara umum orang yang yang dialami seseorang yang stress ditandai dengan denyut
jantung yang tinggi dan tangan berkeringat, sakit kepala, sesak
mengalami stress merasakan
napas, nausea or upset tummy, constipation, sakit punggung
khawatir, tekanan, letih, atau pundak, rushing around, bekerja berlama lama, tidak ada
kekuatan, elated, depresi, kontak dengan rekan, fatique, gangguan tidur dan perubahan
berat badan yang drastic.
cemas dan marah.
Aspek kognitif atau pikiran
stress ditandai dengan lupa akan sesuatu, sulit berkonsentrasi, cemas
Terdapat tiga aspek gangguan mengenai sesuatu hal, sulit untuk memproses informasi, dan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang negative terhadap diri
seseorang yang mengalami stress sendiri.

yaitu gangguan dari aspek fisik, Aspek emosi


aspek kognitif (pemikiran) dan stress ditandai dengan sikap mudah marah, cemas dan
cepat panik, ketakutan, sering menangis, dan mengalami
aspek emosi. peningkatan konflik interpersonal.
Pada saat mengalami
Stress

Tanpa kita sadari tubuh selalu melakukan manajemen stres.


Manajemen dalam menghadapi stres ini merupakan cara yang
dilakukan agar kekebalan dirinya terhadap stres dapat ditingkatkan.
Manajemen stres yang efektif akan menghasilkan adaptasi yang
menetap sehingga menimbulkan kebiasaan baru atau perbaikan dari
situasi yang lama, sedangkan manajemen stres yang tidak efektif
akan berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang
dan merugikan diri sendiri, 4 orang lain ataupun lingkungan.
Jenis-Jenis Stress
Pengalaman atau situasi penuh dengan tekanan yang dapat menimbulkan
stress. Stress dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Eustress Stress yang baik yang memberikan dampak positif bagi individu
2. Distress Stress yang memberikan dampak buruk/negative yang memicu
timbulnya tress Sedangkan sumber stress (stressor)
dapat dikategorikan menjadi tiga jenis
yaitu :

1. Life Events 3. Daily Hassles


Focus pada perubahan kehidupan yang begitu Berbagai peristiwa kecil yang terjadi
banyak terjaadi dalam waktu yang singkat. dalam kehidupan sehari-hari dalam
Peristiwa kehidupan paling penting dan bisa 2. Chronic memerlukan penyesuaian dan
emicu stress seperti perceraian, kehilangan Strains Kesulitan yang konsisten menimbulkan stress sesaat. Misalnya
anggota keluarga, pertengkaran dalam keluarga, atau berulang-ulang dalam pendatang yang tidak diharapkan,
anggota keluarga menderita sakit serius, dll kehidupan sehari-hari seperti kemacetan berlalu lintas, berkomunikasi
tekanan akademik dengan orang lain, tugas-tugas
keseharian penting.
Efek Positif dari stress
Berbagai gejala stress bisa
mempengaruhi kesehaan yang 1. Mental
berbeda pada setiap orang. - Kreativitas meningkat
Namun pada sebagian orang, hal - Kemampuan berpikir meningkat
- Memiliki orientasi kesuksessan
ini cenderung menunjukkan
yang lebih
respon atau cirinya sendiri. Pada - Motivasi meningkat
orang yang satu, mungkin
2. Emosional
berupa sakit kepala dan pada - Kemampuan mengontrol diri
orang lain mungkin muncul diare meningkat
atau hipertensi. Menurut Mayo - Responsive terhadap ligkungan sekitar
- Relasi interpersonal meningkat - Moral
Foundation For Medical
meningkat
Education and Research, efek
3. Fisik
yang ditimbulkan stress berupa - Tingkat energi meningkat
efek positif da negative yaitu : - Stamina meningkat
- Fleksibilitas otot dan sendi meningkat
- Terbebas dari penyakit yang berhubungan
dengan stress
Efek negative dari stress

1. Mental
Cemas, Iribilitas meninkaT, Tidak dapat beristirahat,
Depresi, Sedih, Marah, Sulit untuk focus, Daya ingat
menurun

2. Emosional
3. Fisik
Makan berlebihan, Tidak mau makan, Mudah
Sakit kepala, Sakit punggung, Sakit dada,
marah, Mengkonsumsi alcohol, Frekuensi merokok
Palpitasi jantung, Tekanan darah meningkat,
meningkat, Kurang bersosialisasi, Sulit melafalkan
Imunitas menurun, Sakit abdomen, Gangguan
kata-kata, Masalah dengan orang sekitar
tidur
bertambah.
Manajemen stress atau Coping stress merupakan
suatu proses dinamis dari peserta didik untuk
mengubah secara konstan pikiran dan perilaku
mereka dalam merespon berbagai perubahan dalam
penilaian terhadap kondisi stress dan tuntunan-
tuntunan dalam situasi tersebut atau dengan kata lain
merupakan suatu usaha berbentuk kognitif maupun
perilaku yang secara spesifik dilakukan untuk
mengelola tuntutan-tuntutan yang menyebabkan
stress.
Coping stress

Dapat dikatakan sebagai proses individu dalam


melakukan segala sesuatu yang ditunjukan unttuk
menanggulangi dan mengurangi atau menghilangkan
dampak negatif stress.
Coping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon
terhadap situasi yang mengancam

Stress adalah peristiwa-peristiwa fisik maupun psikologis yang dipersepsikan sebagai


ancaman pontensial terhadap gangguan fisik maupun distres secara
emosional,singkatnya stress adalah suatu peristiwa atau keadaan yang melampaui
kemampuan individu untuk mengatasi
Faktor-faktor coping stress
Coping Stress dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

Faktor eksternal Faktor internal

1. Self-efficacy,
1. Dukungan sosial
2. Karakteristik kepribadian,
2. Penguatan positif dan tekanan dari luar.
3. Sikap hati yang terbuka
Sedangkan faktor yang mempengaruhi coping setres
ada 5 yaitu :

2. Variabel dalam kondisi


1. Strategi coping stress
individu

3. Karakteristik kepribadian 4. Variabel sosial kognitif

5. Hubungan dengan lingkungan


sosial
Menurut pendapat bebrapa ahli (dalam Taylor, 2006) agama dapat
meningkatkan kesadaran manusia akan psychological well-being.
Orang yang memiliki keyakinan (faith) yang kuat bila dibandingkan
dengan yang tidak memiliki kepuasan hidup, kebahagiaan diri yang baik,
dan minimal mengalami konsekuensi negatif traumatis. Banyak
melaporkan bahwa agama menolong mereka dari peristiwa yang tidak
menyenangkan.
THANKS
question?
Any

Anda mungkin juga menyukai