Anda di halaman 1dari 15

Gangguan stress

Pengertian gangguan stress

Gangguan stress adalah sebuag gangguan yang terhadi pada tubuh dan juga apikiran yang
penyebabnya ini karena perubahan dan juga tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT
Donsu, 2017).

Pengaruh stress

- Gejala stress

Gejala dari stress itu sendiri karena adanya perubahan dan juga tuntutan kehidupan yang mana
manusia didalamnya tidak dapat untuk mengontrol hal tersebut. Di Amerika Serikat sendiri,
melapoorkan gejala akibat stress ada yang berupa gejala psikologis dan juga gejala fisik. Gejala
psikologis diantarnya mudah marah dan tersinggung, gugup, grogi, kurangya minat dan motivasi
atau energi dan lain sebgainya. Sedangkan untuk gejala fisiknya adalah seperti kelelahan, sakit
kepala, sakit perut, gigi menggiling, merasa pusing, dan lain lainnya.

- Dampak stress terhadap Kesehatan

Stress yang terjadi sesekali mungkin tidak akan berbahaya, namunn jika stress yang terjadi secara
terus menerus atau berkepanjangan akan mengakibatkan melemahnya sistem kekbalan tubuh, jika
sistem kekebalan tubuh ini melemah, maka akan menyebabkan kerentanan penyakit seperti flu
biasa atau penyakit lainnya. Pemicu stress dalam hidup akan berdampak buruk bagi Kekebalan
tubuh, sehingga membuat kita llebih rentan terhadap penyakit, termasuk konflik perkawinan,
perceraian, pengangguran ko=ronis, dan stress traumatis, seperti bencana alam dan yang lainnya.

Yang tadi seperti gejala psikologis , seperti mudah marah jadi orang yang stress mudah marah
dimana bisa menganggua aktivitas kehidupan dai sehari-hari bahkan hubungan dia dengan orang-
orang sekitar bisa saja terjdai konflik dalam pertemanan atau jika sudah berkeluarga bisa terjadi
konflik dalam rumah tangga.

Mengatasi stress terkait trauma

1. Adaptasi

Awalnya kita harus membiarkan diri kita berduka untuk sesuatu yang membuat kita trauma,
selanjutnya kita harus mencoba untuk beradaptasi terhadap sesuatu ynag terjadi dan mencoba untuk
bersabar dengan perubahan kedaan emosi kita.

2. Meminta dukungan dari orang orang yang peduli dan mau mendengarkan kita

Kayak mencari dukungan dari orang-orang disekitar kita


3. Mengkomunikasikan pengalaman kita

4. Mencari tahu tentan dukungan dari kelompok lain

5. Mencoba menemukan kelompok ynag dipimpin oleh orang ynag berpengalaman

6. Terlibat dalam perilaku sehat untuk meningkatkan kemampuan kita mengatasi stress

Nah disini kita bisa meningkatkan kemampuan kita seperti kita dapat mengelola emosi kita untuk
mengatasi stress

7. Melakukan rutinitas ynag teratur

Maksudnya disini kita dapat mengisi aktivitas sehari-hari kita dengan hal-hal positif atau hal-hal yang
menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan , dapat mengorganisir kegiatan tersebut dengan baik
maksudnya tertata dan teratur

8. Menghindari keputusan besar dalam hidup

Stress dan perubahan hidup

Menurut (Dohrenwend, 2006) orang ynag lebih banyak mengalami perubahan hidup lebih mungkin
menderita masalah Kesehatan psikologis dan fisik dibandingkan dengan orang yang sedikit mengalami
perubahan hidup. Meskipun perubahan hidup ynag positif dan negatif boisa menimbulkan stress,
namun perubahan hidup yang positif umumnya tidak terlalu mengganggu dibandingkan dengan
perubahan hidup ynag negatif. Misalnya pernikahan cenderung tidak menimbulkan stress
dibandingkan dengan perceraian atau perpisahan.

Factor psikologis yang memoderasi stress

Individu bereaksi akan berbeda terhadap stress tergantung pada factor psikologis seperti makna yang
mereka anggap berasal dari peristiwa stress, misalnya seperti peristiwa besar dalam kehidupan, yakni
kehamilan. Apakah sterosor tersebut positif atau negative itu tergantung pada keinginan pasangan
untuk memiliki anak.

Cara mengatasi masalah yang besar atau serius itu tidak dengan berpura pura menganngap masalah
tersebut tidak ada melainkan dengan penanggulangan yang berpokus pada emosi. Dalam coping ynag
berpokus pada emosi orang mengambil tindakan segera mengurangi dampak dari stressor, seperti
menyangkal keberadaannya atau menarik diri dari situasi tersebut.

Beberapa bentuk penyangkalan terhadap penyakit

1, gagal mengenali keseriusan penyakitnya

2. meminimalkan tekanan emosional yang disebabkan oleh penyakit


3. salah mengaitkan gejala dengan penyebab lain

4. mengabikan informasi yang mengancam penyakitnya.

Ketahanan psikologis

Ini mengacu pada sekelompok sifat yang dapat membantu orang dalam mengelola stress. Eksklusif
bisnis yang menolak penyakit meskippun ada beban stress yang berat menurut Suzanne Kobasa dan
rekan rekannya (1979)

1. Komitmen

Mereka percaya pada apa yang mereka lakukan

2. Tantangan

Percaya bahwa perubahan adalah keadaaan normal

3. Control atas hidup mereka

Orang ynag Tangguh

Gangguan penyesuaian

Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptive (kita tu tidak dapat menyesuaikan diri kita atau
beradaptasi terhadap keadaan disekitar kita) terhadap peristiwa hidup atau stressor yang menyusahkan
yang berkembang dalam waktu 3 bulan sejak timbulnya stressor.

Jenis gangguan peneyusuaian

- Gangguan penyesuaian dengan suasana hati tertekan, fitur utamanya adalah kesedihan,
tangisan, dan perasaan putus asa

- Gangguan penyesuaian dengan kecemasan, fitur utamanya adalah khawatir, gugup,


dan gelisah

- Gangguan penyesuaian dengan campuran kecemasan dan suasana hati tertekan, fitur
utamanya adalah kombinasi dari kecemasan dan

- Gangguan penyesuaian dengan gangguan tingkah laku, fitur utamanya adlah


pelanggaran terhadap hak orang lain atau pelangaran norma sosial yang sesuai dengan
usianya.

- Gangguan penyesuaian dengan gangguan campuran emosi dan perilaku, fitur utamanya
adalah gangguan emosi, seperti depresi atau kecemasan.
- Gangguan penyesuaian tidak spesifik, fiitur utamanya adalah kategorisasi yang berlaku
untuk orang orang yang tidak diklasifikasikan salah satu subtype lainnya

Gangguan stress Traumatis

· Gangguanstres akut

pada stress traumatis berfokus pada cara orang menghadapi bencana dan pengalaman traumatis.

· Gangguan stress pasca trauma

Ini adalah reaksi maladaptif berkepanjangan dan yang berlangsung lebih dari 1 bulan setelah
pengalaman traumatis. Ciri cirinya adalah perilaku menghindar, mengalami kembali trauma,
tekanan emosi pikiran negative, gangguan fungsi, peningkatan gairah, dan mati

Perspektif teoritis

Teori pembelajaran memberikan kerangka untuk memahami pengkondisian rasa takut terhadap
rangsangan terkait trauma dan peran penguatan negatif dalam mempertahankan perilaku
penghindaran. Namun, ada faktor lain yang berperan dalam menentukan kerentanan terhadap PTSD,
termasuk tingkat paparan trauma dan karakteristik pribadi, seperti riwayat pelecehan seksual pada
masa kanak-kanak dan kurangnya dukungan sosial

Pendekatan perawatan

Pendekatan pengobatan utama adalah terapi perilaku kognitif yang berfokus pada paparan berulang
terhadap isyarat yang terkait dengan trauma dan dapat dikombinasikan dengan restrukturisasi kognitif
dan pelatihan teknik manajemen stres dan manajemen kemarahan. Desensitisasi dan pemrosesan ulang
gerakan mata adalah bentuk pengobatan PTSD yang relatif baru namun kontroversial.

GANGGUAN KECEMASAN & OBSESIF-KOMPLUSIF

A. GANGGUAN KECEMASAN

Kecemasan (anxienty) adalah kondisi umum dari ketakutan atau perasaan tidak nyaman dan reson
normal terhadap ancaman

Simtom kecemasan :

a. Ciri fisik, meliputi kegelisahan, kecemasan, gemetar, sesak di bagian perut atau dada, berkeringat
hebat, pusing kepala atau rasa ingin pingsan, mulut atau tenggorokan terasa kering, napas tersenggal-
senggal, jantung berdegup kencang, jari atau anggota tubuh terasa dingin, dan mual adalah beberapa
dari banyaknya sintom fisik

b. Ciri perilaku, meliputi perilaku menghindar, perilaku bergantung, dan perilaku gelisah.

c. Ciri kognitif, meliputi kekhawatiran, merasa takut atau cemas akan masa depan, terlalu memikirkn
atau sangat waspada dengan sensasi yang muncul di tubuh.

Jenis gangguan kecemasan :

1. Gangguan panik

Pengertian :

Ditandai dengan serangan panik (panic disorder) berulang dan datang secara tidak terduga. Serangan
panic adalah reaksi kecemasan intens yang kemunculannya bersamaan dengan sintom fisik.

Gangguan panic biasanya dimulai pada akhir masa remaja sampai pertengahan umur 30-an dan
muncul sekitar dua kali lebih sering pada wanita daripada pria.

Perspektif teoretis gangguan panic :

a. Faktor biologis, faktor genetik berkontribusi terhadap kecenderungan atau kerentanan


seseorang mengembangkan gangguan panic. Gen bisa menciptakan predisposisi atau
kecenderungan. Tetapi bukan sebuah kepastian akan berkembangnya gangguan panic atau
gangguan psikologis lainnya. Faktor-faktor lain juga berperan penting, seperti pola pikir.

b. Faktor kognitif,

Penanganan gangguan panic :

Bentuk penanganan gangguan panic yang sering digunakan adalah terapi obat dan terapi
kognitif-perilaku. Obat-obatan yang umum digunakan untuk menangani depresi, yang disebut
obat antidepresan. Obat antidepresan membantu mengatasi kecemasan dengan menormalkan
aktivitas neurotransmiter dalam otak. Terapis kognitif-perilaku menggunakan berbagai terknik
untuk menangani serangan panic termasuk mengembangkan kemampuan menangani serangan
panic, melatih ulang teknik pernapasan, dan latihan untuk mengurangi kondisi stimulus tubuh.

2. Gangguan fobia

Fobia (phobia) berasal dari bahasa yunani phobos, yang berarti “takut”. Fobia adalah ketakutan akan
sebuah objek atau situasi yang tidak sepadan dengan ancaman yang dimiikinya.
Usia umum munculnya berbagai fobia.

fobia usia
Fobia hewan 7
Fobia darah 9
Fobia suntikan 8
Fobia dokter gigi 12
Fobia sosial 15
Klaustrofobia 20
Agorafobia 28

Jenis gangguan fobia

a. Fabia spesifik, ketakutan berlebih yang persisten terhadap objek atau situasi tertentu yang tidak
sesuai dengan bahaya yang sebenarnya dimiliki objek atau situasi ini. Terdapat banyak jenis fobia
spesifik, termasuk berikut ini :

· Ketakutan akan hewan, seperti ketakutan akan laba-laba, serangga, dan anjing.

· Ketakutan akan lingkungan alami, seperti ketakutan akan ketinggian (akrofobia), badai,
atau air.

· Ketakutan akan luka yang berdarah, seperti ketakutan akan jarum suntik atau prosedur
medis yang invasif

· Ketakutan akan situasi tertentu, seperti ketakutan akan tuangan tertutup (klaustrofobia),
lift, atau pesawat.

b. Gangguan kecemasan sosial (fobia sosial), memilki ketakutan yag sangat intens terhadap situasi
sosial yang bisa mereka hindari atau menahannya, tersebut meskipun hal tersebut memberikan tekanan
besar pada dirinya. Masalah yang mendasari adalah ketakutan berlebih akan evaluasi negatif yang
diberikan orang lain-ketakutan akan penolakan, dipermalukan, atau merasa gugup. Demam panggung,
kecemasan saat berpidato, dan ketakutan saat berkencan adalah bentuk-bentuk umum dari kecemasan.

c. Agorafobia, berasal dari bahasa yunani yang berarti “takut akan pasar”, yang menunjukan ketakuan
berada di area terbuka dan sibuk. Orang agorafobia mungkin akan berbelanja di toko yang penuh
sesak, berjalan melewati jalan yang ramai, menyeberangi jembatan, bepergian dengan buskereta atau
mobil, makan direstoran,berada di bioskop, atau bahkan meninggalkann rumah.
Pendekatan penganan gangguan phobia :

1. Pendekatan berdasarkan pembelajaran

a. Desentisisasi sistematis, proses gradual di mana klien belajar untuk mengendalikan


stimulus yang semakin mengganggu secara progresif sementara tetap dalam kondisi tenang.

b. Pemaparan bertahap, menggunakan pendekatan terhadap di mana individu dengan fobia


secara bertahap menghadapi objek atau situas yang mereka takuti. Pemaparan gradual juga
menyebabkan perubahan kognitif

c. Flooding, bentuk terapi pemaparan di mana subjek dipaparkan dengan stimulus pemicu
rasa takut tingkat tinggi baik didalam imajinasi maupunsituasi nyata.

2. Terapi virtual : penanganan terbaik berikutnya untuk sembuh, adalah tenik terapi perilaku yang
menggunakan lingkungan simulasi yang dihasilkan komputer sebagai alat terapi.

3. Terapi kognitif, mencoba mengidentifikasi dan membenarkan keyakinan yang terganggu atau
bercela.

4. Terapi obat-obatan, bukti juga mendukung penggunaan obat-obatan antidepresan, termasuk


sertralin (zooft) dan paroksetin (paxil), dalam menangani kecemasan sosial.

3. Gangguan kecemasan menyeluruh (generalized anxiety disorder, GAD)

Dicirikan dengan keceemasan dan kekhawatiran berlebih yang tidak tidak terbatas pada objek, situasi,
atau aktivitas tertentu (dicirakn dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap berbgai
berbagai hal, bisa masalah keuangan, Kesehatan, penampilan, aktivitas Bersama keluarga teman,
pekerjaan, sekolah dan lainnya). Ciri utama GAD adalah kekhawatiran berlebih. Orang dengan GAD
cenderung menjadi pencemas kronis-bahkan akan selalu cemas seumur hidupnya.

Pendekatan penanganan GAD :

Bentuk penanganan utama adalah obat-obat psikiatris dan terapi kognitif periaku. Obat-obatan
antidepresan, seperti sertralin (zoloft) dan paroksetin (paxil), dapat membantu meredakan simtom
kecemasan. Terapi kognitif perilaaku menggunakan kombinasi teknik untuk menangani GAD,
termasuk pelatihan kemampuan relaksasi belajar mengganti pemikiran yang mengganggu dan
membuat cemas dengan pemikiran menenangkan dan adaptif.
Obsesif Kompulsif/ Obsessive-Complusive Disorder (OCD)

Obsesif kompulsif adalah gangguan yang mencangkup pola obsesi atau komplusi berulang-ulang.
Obsesi dalah pemikiran negatif yang mengganggu dan menimbulkan kecemasan dan di luar
kemampuan (tidak dapat dikendalikan) seorang individu. Komplusif berupa dorongan yang tidak
dapat ditolak untuk melakukan tingkah laku tertentu seperti mandi berulang-ulang, mencuci tangan
berulang-ulang, dan memakai baju berulang-ulang (Nevid, Rathus, & Greene, 2003).

Jumlah orang yang mengalami obsesif-komplusif ini memiliki prevelensi yang sangat minim di dalam
masyarakat namun tidak dapat diabaikan. Orang yang mengalami OCD ini cenderung tidak akan
merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan distress yang
signifikan (Nevid dkk., 2003).

Contoh Pikiran Obsesif & Perilaku Kompulsif

Pola Pikiran Obsesif


Pola Perilaku Kompulsif

· Berpikir tangannya masih kotor meskipun berulang· Memeriksa Kembali pekerjaan secara berulang-
kali di cuci ulang

· Kesulitan untuk menghilangkan pikiran bahwa· Memeriksa Kembali pintu dan gas sebelum
orang yang dicintai terluka atau terbunuh meninggalkan rumah

· Terus berpikir bahwa ia membiarkan pintu· Secara konstan mencuci tangannya agar
rumahnya tak terkunci tetap bersih dan bebas bakteri

· Terus merasa khawatir gas di rumahnya belum


dimatikan

· Terus berpikir ia telah melakukan hal buruk pada


orang yang ia cintai

Gangguan Terkait

Jenis Gangguan Perkiraan Deskripsi Ciri Terkait


Pervalensi
dalam
Populasi
Gangguan obsesif Sekitar 2-3 % Obsesi berulang (pikiran Obsesif menimbulkan
komplusif buruk yang berulang) dan kecemasan yang mungkin di
kompulsif perilaku yang redam dengan melakukan ritual
terpaksa dilakukan oleh kompulsif
seseorang

Gangguan Tidak Terlalu asyik dengan cacat  Seseorang memandang


Dismorfik tubuh diketahui tubuh yang dibayangkan atau dirinya direndahkan
dilebih-lebihkan karena cacat
 Perilaku kompulsif
dengan berdandan
berlebihan untuk
menutup cacat yang di
derita

Gangguan 2-5 % Keinginan kuat untuk  Menyebabkan rumah


menimbun mengumpulkan barang, dipenuhi barang
(Penimbunan terlepas dari nilainya, dan timbunan
Komplusif) kesulitan atau distress yang  Mengalami konflik
persiten dan berhubungan dengan orang lain
dengan membuang barang-  Merasa nyaman karena
barang tersebut mengumpulkan barang
yang tidak penting
 Tidak sadar dengan
perilaku menimbun
barang

Gangguan Tidak Menjambak rambut secara Menjambakkan rambut


Trikotilomania diketahui kompulsif (menyebabkan memiliki efek melegakan dan
(gangguan kebotakkan) digunakan sebagai respon
menjambak coping untuk mengatasi
rambut) kecemasan & stress

Gangguan 1,4 % atau Menggaruk kulit secara Mengelupas kulit merupakan


ekskoriasi lebih tinggi kompulsif yang menyebabkan usaha dalam menghilangkan
(mengelupas kulit) (pada orang ruam kulit yang tidak sembuh ketidaksempurnaan atau
dewasa) karena terus digaruk menghilangkan kecemasan dan
stress
GANGGUAN DISOSIATIF

Definisi :

Gangguan disosiatif itu artinya sebuah kelompok gangguan yang ditandai oleh suatu kekacauan atau
disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran. Gangguan identitas disosiatif biasanya disebut
sebagai kepribadian ganda.

Gejala utama disosiatif adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal di
bawah kendali kesadaran antara :

- Ingatan masa lalu

- Kesadaran identitas dan pengindraan segera (awareness of identity and immediate sensation) dan,

- Kontrol terhadap gerakan tubuh

Gangguan disosiatif dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

1. Gangguan Depersonalisasi/Derealization (Depersonalization/Derealization Disorder)

Ada tiga macam gangguan depersonalisasi :


1. Depersonalisasi (depersonalization) mencangkup kehilangan atau perubahan temporer dalam
perasaan yang biasa mengenai realitas diri sendiri. Dalam suatu tahap depersonalisasi, orang merasa
terpisah dari dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Mereka mungkin merasa seperti sedang
bermimpi atau bertingkah laku seperti robot.
2. Derealisasi (Derealization) suatu perasaan tidak nyata mengenai dunia luar yang mencakup
perubahan yang aneh dalam persepsi mengenai lingkungan sekitar, atau dalam perasaan mengenai
periode waktu juga dapat muncul. Orang dan 15 objek dapat berubah ukuran atau bentuk dan dapat
pula mengeluarkan suara yang berbeda. Semua perasaan ini dapat diasosiasikan dengan kecemasan,
termasuk pusing dan ketakutan akan menjadi gila, atau dengan depresi.
3. Gangguan depersonalisasi didiagnosis hanya bila pengalaman seperti itu persis[1]ten atau
berulangkali terjadi dan menimbulkan distress yang jelas.

2. Amnesia Disosiatif (Dissociative Amnesia)

Seorang individu menjadi tidak mampu menyebutkan kembali informasi pribadi yang penting
biasanya melibatkan pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak dapat
dianggap sebagai lupa biasa.
3. Fugue Disosiatif (Dissociative Fugue)

Dalam fugue disosiatif memori yang hilang lebih luas dari pada amnesia dissosiative, individu tidak
hanya kehilangan seluruh ingatannya (misalnya nama, keluarga atau pekerjaanya), mereka secara
mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaannya serta memiliki identitas yang baru (parsial atau
total). Namun mereka mampu membentuk hubungan sosial yang baik dengan lingkungan yang baru.

4. Gangguan Identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder)

DID adalah suatu gangguan disosiatif dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang
berbeda atau kepribadian pengganti (alter). DID dulu dikenal dengan nama kepribadian ganda
(multiple personality disorder) adalah suatu gangguan psikologis di mana penderita akan menciptakan
dua atau lebih kepribadian dan kondisi emosi yang masing-masing memiliki persepsi dan interaksi
berbeda ter[1]hadap lingkungannya. Dua atau lebih di antara kepribadian ini berulang kali mengontrol
perilaku orang itu, dengan beberapa kehilangan ingatan di antara kepribadian itu. Kepribadian
orisinalnya sangat mungkin mengalami amnesia untuk kepribadian barunya.

5. Gangguan Disosiatif Lainnya (Other Specified Dissociative Disorder)


- Chronic and recurrent syndromes of mixed dissociative symptoms (Sindrom kronis dan berulang
dari gejala disosiatif campuran)
- Identity disturbance due to prolonged and intense coercive persuasion (Gangguan Identitas karena
berkepanjangan dan intens persuasi koersif)
- Acute dissociative reactions to stressful events (Reaksi disosiatif akut peristiwa stres)

Penanganan Gangguan Disosiatif

a. Identitas Disosiatif
 Hipnosis

Hipnosis (atau hipnoterapi) adalah metode standar pengobatan untuk pasien DID. Hipnosis dapat
membantu pasien pulih dari ide dan keangan yang direpresi. Selanjutnya, hipnosis juga dapat
digunakan untuk mengontrol perilaku bermasalah yang banyak ditunjukkan pasein DID, seperti
melukai diri sendiri, atau gangguan makan.

 Terapi Keluarga

Terapi keluarga sering dianjurkan untuk membantu keluarga pasien memahami DID dan perubahan
yang terjadi selama reintegrasi kepribadian. (agar keluarganya dapat mengetahi gangguan ini dan
dapat mendukung penderita untuk sembuh dari gangguan disosiatif ini)

 Pengobatan
Beberapa dokter akan meresepkan obat penenang atau antidepresan untuk pasien DID karena
kepribadian alter mereka mungkin memiliki gangguan kecemasan atau suasana hati.

b. Penanganan Fugue Disosiatif


 Terapi kesenian kreatif

Tipe terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni
kreatif meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.

 Terapi kognitif

Ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan kelakuan yang negatif dan tidak sehat dan
menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari ide dalam pikiran untuk
mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku pemeriksa.Terapi obat

Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam
menangani gangguan disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan dan obat
anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan disosiatif ini.

c. Penanganan Amnesia Disosiatif

Beberapa klinisi akan menambah obat dan intervensi, juga dapat membantu meningkatkan kondisi
tenang. Obat yang paling umum digunakan adalah sodium pentobarbital dan sodium amobarbital yang
mem[1]fasilitasi proses wawancara, khususnya pada klien yang mengalami amnesia disosiatif dan
fugue disosiatif. Jika amnesianya telah hilang, maka klinisi akan membanti klien menemukan kejadian
apa dan factor-faktor apa yang menyebabkan amnesia.

d. Penanganan Depeersonalisasi
 Konseling psikologis

Konseling psikologis akan membantu pasien memahami mengapa terjadi depersonalisasi dan melatih
pasien untuk berhenti khawatir mengenai gejala yang terjadi. Gangguan depersonalisasi juga dapat
membaik ketika konseling membantu dengan kondisi psikologis lain, seperti depresi.

 Obat-obatan

Meskipun tidak ada obat khusus yang telah disetujui untuk mengobati gangguan depersonalisasi.
Namun, sejumlah obat yang umumnya digunakan untuk mengobati depresi dan kecemasan juga dapat
membantu kondisi gangguan depersonalisasi
Pengertian gangguan gejala somatik

Istilah somatis berasal dari Bahasa Yunani soma, yang berarti tubuh. Dimana gangguan gejala
somatic di tandai dengan berbagai keluhan pada fisik, seperti pada gejala pencernaan (mual, diare),
gejala nyeri, gejala neurologis (pusing, tremor) atau gejala yang mempengaruhi bagian tubuh mana
pun, penderita yang mengalami gangguan gejala somatic mempunyai pikiran, perasaan dan perilaku
berlebihan terhadap gejala fisik yang mereka alami.Gejala – gejala tersebut secara signifikan
memengaruhi kehidupan penderitanya dan sering kali membuat mereka melakukan “ safari dokter”
dengan harapan menemukan praktisi medis yang dapat menjelaskan dan menangani penyakit
mereka(Rief & Sharpe, 2004). Pada dasarnya dokter tidak akan mendiagnosis seseorang dengan
gangguan gejala somatic semata-mata karena keluhan fisik yang tidak diketahui penyebabnya, namun
konsep gejala somatic dan gangguan terkait menyatakan bahwa proses psikologis dapat memengaruhi
fungsi tubuh seperti, seorang anak yang tiba-tiba mengalami sakit perut sebelum berangkat sekolah
dimana bisa saja itu terjadi karna merasa cemas atau tertekan ketika mau berangkat sekolah.

Gangguan Gejala somatik lebih menekankan pada sejauh mana pikiran, perasaan dan perilaku
yang berkaitan dengan penyakit tersebut berlebihan atau tidak proporsional dalam artian penderita
tidak hanya merasakan gejala fisik yang menganggu, tetapi penderita terlalu mengkhawatirkan gejala
yang meraka alami hingga taraf dimana hal itu memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku mereka
sehari-sehari.

Kriteria Diagnostik DSM-5 untuk Gangguan Gejala Somatik

A. Satu atau lebih gejala somatik yang menyusahkan atau mengakibatkan gangguan yang signifikan
dalam kehidupan sehari-hari

B. Pikiran, perasaan, atau perilaku yang berlebihan yang terkait dengan gejala somatik atau masalah
kesehatan terkait seperti

yang dimanifestasikan oleh setidaknya salah satu dari yang berikut ini

1. Pikiran yang tidak proporsional dan terus-menerus tentang keseriusan gejala yang dialami

2. Tingkat kecemasan yang tinggi secara terus-menerus tentang kesehatan atau gejala.

3. Waktu dan energi yang berlebihan yang dicurahkan untuk gejala atau masalah kesehatan ini.

C. Meskipun salah satu gejala mungkin tidak terus menerus muncul, keadaan gejala bersifat menetap
(biasanya lebih dari 6 bulan).

Tentukan apakah:
Dengan rasa nyeri yang dominan, untuk individu yang gejala somatiknya sebagian besar melibatkan
rasa nyeri.

Persisten: ditandai dengan gejala yang parah, gangguan yang nyata, dan durasi yang lama (> 6 bulan).

Ringan (hanya satu gejala Kriteria B); Sedang (dua atau lebih gejala Kriteria B); Parah (dua atau lebih
gejala Kriteria B dan beberapa atau satu keluhan somatik yang sangat parah)

Gangguan Terkait

1.Gangguan Kecemasan Penyakit (illness anxity disorder)

Sebelumnya gangguan ini disebut sebagai “hipokondriasis” .Penderita dengan lekuhan fisik percaya
bahwa gejala yang mereka alami diakibatkan oleh penyakit serius yang tidak terdektesi, seperti kanker
atau penyakit jantung, meskipun praktis medis telah menyatakan sebalinya.Sebagai contoh, seseorang
yang mengalami sakit kepala mungkin merasa takut bahwa rasa sakit tersebut tanda-tanda tumor otak
dan percaya bahwa dokter salah ketika mereka berkata bahwa rasa takut itu tidaklah bersalaj.Inti dari
hipokondriasis adalah kecemasan terhadap Kesehatan, perkiraan bahwa gejala- gejala fisik yang
dialami seseorang merupakan tanda bahwa ada masalah serisu pada Kesehatan merea (Abramowitch
& Braddock, 2011; Skritskaya et al., 2012).

2. Gangguan Konversi (Conversion disorder)

Gangguan konversi atau gangguan gejala neurologis fungsional merupakan kondisi dimana orang
dengan gangguan ini kehilangan fungsi neurologis di bagian tubuh mereka tanpa bukti penyebab
fisik.Beberapa dari gejala konversi yang paling umum adalah kelumpuhan, kebutaan, bisu, kejang,
kehilangan pendengaran, kehilangan koordinasi dan anstesi pada anggota tubuh.Gejalanya cenderung
datang secara tiba-tiba dan mungkin berlangsung lama atau hilang cepat.Orang dengan gangguan
konversi juga sering mengalami gangguan depersi atau kecemasan.

3. Gangguan Faktual (factitious disorder)

Gangguan faktul adalah kondisis dimana seseorang dengan sengaja memalsukan penyakit secara
khusus untuk mendapatkan perhatian medis dan memainkan peran sebagai orang sakit.Seseorang
dengan gangguan factual ini dapat menimbulkan penyakit atau cedera pada orang lain (membuat atau
menyebabkan gejala pada orang lain), seperti memalsukan gejala anak yang dirawatnya.

Pengobatan

Perawatan gangguan gejala somatik berfokus untuk membantu mengendalikan gejala dan
memungkinkan penderita berfungsi senormal mungkin. Melakukan kunjungan rutin ke ahli Kesehatan
terpecaya, dokter dapat memberikan dukungan dan kepastian, memantau Kesehatan dan gejala serta
menghindari tes dan perawatan tang tidak perlu.Psikoterapi (terapi bicara) dapat membantu individu
mengubah pemikiran dan perilakunya, serta mempelajari cara mengatasi rasa sakit atau gejala lainnya,
mengatasi stress.Obat antidepresan atau anticemas dapat berguna jika penderita juga mengalami
depresi atau kecemasan berat

Anda mungkin juga menyukai