Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

NAMA : Andria Wahyuningsih


NIM : G0A017100
SEMESTER 3/B DIII KEPERAWATAN

STESS DAN ADAPTASI


A. STRESS
1. Pengertian Stress
Pengertian stress menurut para ahli :
 Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes,
Dep.Kes.RI, 1989)
 “Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001)
 Selye (1982 dalam Ali Maskum, 2008) menyatakan definisi stres sebagai respon
non spesifik dari tubuh di setiap tuntutan.
 Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk
mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
 Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance
between demand (physical and psychological) and response capability, under
condition where failure to meet that demand has importance concequences”.
Artinya, ada ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan
memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak
krusial.
 Anoraga (dalam Anggraeni, 2003) berpendapat bahwa stres merupakan tanggapan
seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu perubahan di
lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Secara umum, stress adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress
memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,
intelektual, sosial, dan spiritiual, sterss dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
2. Macam Macam Stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya
stress dapat digolongkan sebagai berikut :
 Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
 Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormon, atau gas.
 Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
 Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,
atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
 Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
 Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal,
sosial, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
 Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
 Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan
dimakan, dan antri.

3. Penyebab Stress / Stressor


Stressor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab
timbulnya stress, datangnya stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan.
Sumber strees dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber stress dapat
berupa biologi atau fisiologi, kimia, psikologi, sosial, dan spiritual. Terjadinya stress
karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu
ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal
dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis. Contohnya:
 Stressor biologi dapat berupa: mikroba; bakteri, virus dan jasad renik lainnya,
hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat
mempengaruhi kesehatan misalnya : tumbuhnya jerawat (acne), demam,
digigit binatang, dll, yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri
individu.
 Stressor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi:
yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi ; berupa jumlah
anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi,
kebisingan, dll.
 Stressor kimia: dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa,
sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat,pengobatan, pemakaian alkohol,
nikotil, kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan,
bahan-bahan kosmetika, bahan-bahan pengawet, pewarna, dll.
 Stressor sosial psikologi , yaitu labeling (penamaan) dan prasangka ,
ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya,perkosaan) konflik
peran percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif dan
kehamilan.
 Stressor spiritual : yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-
Tuhanan.
4. Kemampuan Individu Menahan Stress
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan
stress. Hal tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal,
lamanya, dan umum. Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses
adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila
ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Tipe yang rentan (vulnerable)
Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress dengan
ciri-ciri kepribadian sebagai berikut :
• Cita-citanya tinggi (ambisius)
• Agresif
• Suka bersaing yang kurang sehat
• Banyak jabatan rangkap
• Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah
mengalami ketegangan, dan kurang sabar
• Terlalu percaya diri (over confident)
• Self kontrol kuat
• Terlalu waspada
• Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)
• Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)
• Cakap dalam memimpim (leader)
• Tipe kepemimpinan otoriter
• Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)
• Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
• Disiplin waktu yang ketat
• Kurang rileks dan serba terburu-buru
• Kurang atau bahkan tidak ramah
• Tidak mudah bergaul
• Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan
• Sulit dipengaruhi
• Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
• Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur
• Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali
b. Tipe yang kebal (immune)
Individu dengan tipe ini kebal terhadap stress, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai
berikut :
• Cita-cita atau ambisinya wajar
• Berkompetensi secara sehat
• Tidak agresif
• Tidak memaksakan diri
• Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, penyabar, dan tenang
• Kewaspadaan wajar
• Self control wajar
• Self confident wajar
• Cara bicara tenang
• Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat
• Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat
• Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi
• Mudah bekerja sama (kooperatif)
• Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan
• Bersikap ramah
• Mudah bergaul
• Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
• Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar
• Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur
• Mampu menahan dan mengendalikan diri
5. Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof.
Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
 Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
 Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung
tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
 Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak
teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
 Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
 Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
 Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

6. Reaksi-reaksi terhadap stress


Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap tubuh
maupun terhadap psikologis.
 Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai berikut.
a. Rambut
Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami perubahan
warna. Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d. Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali menjadi pelupa
dan mengeluh sakit kepala pusing.
e. Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada
tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa “tercekik”.
g. Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin
dan bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit
menjadi lebih kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat.
h. Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa
berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari
hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan
otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau
kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra
untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma
bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas dan paru-paru mengalami
spasme.
i. Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya,
jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit
(constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh
darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau seluruh tubuh
terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
j. Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya.
Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena
asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada
lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan
merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita
kencing manis (diabetes mellitus).
l. Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu,
keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa
kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini
sebagai keluhan ”pegal-linu”.
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah
kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang
bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Gangguan hormonal
lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit
(dysmenorrhoe).
 Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a. Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan. Jantung
berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b. Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebuah
ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan
agresi. Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan
secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan,
tindakan sadis dan usaha membunuh orang.
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa
sedih yang berkepanjangan.

7. Cara mengendalikan stress


Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :
a. Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana tidak.
karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa yang telah
terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa ingat
bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari Tuhan.
b. Kenali penyebab stress
Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress.
Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya. Namun pada
stress jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah dilupakan atau bertumpuk-tumpuk
dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab stress,
berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera,
cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya.
c. Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres
tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan.
Namun, tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi malapetaka. Buatlah
perencanaan yang baik untuk segala hal misalnya menikmati saat istirahat di rumah,
hingga merencanakan keuangan dengan benar.
d. Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga yang teratur
serta istirahat dengan cukup.
e. Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan sendiri tidak dijaga,
dampaknya juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya
menolak hal-hal yang tida disukai. Untungnya, perempuan seringkali lebih mudah
menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
f. Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada
orang-orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres terlalu
lama.
g. Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan
memiliki rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai alat
pendorong untuk lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan stres yang
positif.
h. Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak
akan pernah bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul yang
namanya stres. Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara mental dan fisik
akan lebih siap menghadapi stres.
i. Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan yang
baik adalah selalu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan segala situasi.
j. Hidupkan pengharapan dalam hati. Harapan dapat mengurangi dampak stres yang
muncul. Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan
akan muncul ketika kita sudah melakukan tindakan positif.
k. Lakukan aktifitas baru. Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih
menyenangkan.
l. Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk
relaksasi otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam
menurunkan tekanan darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil energi
positif. Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan mengosongkan
pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit.
m. Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan telah
di sistem kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan orang-orang
positif.
n. Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan humor
dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit.
o. Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan tubuh,
sistem kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam manajemen
stres dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan endorfin
(merasa-baik tubuh kimia).

8. Proses keperawatan managemen stress untuk perawat


Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai
aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya
tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien.
Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada
beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke
tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan
mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan
mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan
monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan
memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari
pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan
keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan
semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan
fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu
secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan
waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan
cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial
yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan
adalah anti cemas dan anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana
psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya
diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara
berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam
mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,
sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa
homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
B. ADAPTASI
1. Pengertian adaptasi
Pengertian adaptasi menurut para ahli :
 Menurut Soeharto Heerdjan (1987),”Adaptasi adalah usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
 “Adaptasi adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai keadaan (keinginan diri)”(W.A.Gerungan , 1996).

Pada umumnya, adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau


tuntutan baru : yaitu suatu usaha untuk mencari keseimbangan kembali ke dalam keadaan
normal. Penyesuaiaan terhadap kondisi lingkungan : modifikasi dari organisme atau
penyesuaian organ secara sempurna untuk dapat eksis pada kondisi lingkungan tersebut.

2. Dimensi Adaptasi
Adaptasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Adaptasi fisiologis
Indikator adaptasi ini bisa terjadi secara lokal atau umum. Lebih mudah diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut
bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin
tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi. Indikator ini
dapat timbul sepanjang tahap stress.
Contoh :
• Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan tidak
merasa mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.
• Seseorang yang mampu mengatasi stress, wajahnya tidak pucat, tangannya tidak
berkeringat dan tidak gemetar.
b. Adaptasi psikologis
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika kulit
terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll
yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.
• GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan
dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di
seluruh tubuh, berkeringat
Adaptasi psikologis bisa terjadi secara :
• Sadar, individu mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah
• Tidak sadar , menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
• Menggunakan gejala fisik atau psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila seseorang mempunyai kesulitan atau hambatan dalam beradaptasi, baik berupa
tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress.
c. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas
perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.
Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang
berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
d. Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor
pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon stress atau
mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai
mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional
(Murata, 1994).
e. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara,
tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor
sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi
dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika
perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai
kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana
keyakinan dan nilai telah berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier,B.,Erb.G & Bufalino.P.M . Introdution of nursing California Addision. 1989.
Wessley Publising Company.
Rasmun.,SKp.,M.Kep. Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai