Penyebabnya
Stres dapat diartikan sebagai “kejadian lingkungan atau kondisi kronis yang secara objektif
mengancam kesehatan dan kesejahteraan fisik dan psikologis individu pada usia tertentu dan
kelompok masyarakat tertentu” (Grant dkk, dalam Coward, 2018).
Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan
stres sebagai tekanan, desakan, atau respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres
dalam berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung
kepada para penderita stres. Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang
memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk
menangani stres (coping) (Santrock, 2013).
Stres didefinisikan oleh National Council of America (2004) sebagai ketidakmampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada
suatu saat dapat memengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Stres merupakan persepsi
manusia terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungannya.
Cox dkk (1978) mendefinisikan stres sebagai sebuah fenomena persepsi yang timbul dari adanya
perbandingan antara permintaan dan kemampuan coping. Lazarus dan Foldman mendefinisikan
stres sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara permintaan dengan sumber daya yang tersedia.
Kita membutuhkan stres sampai tingkat tertentu agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik.
Stres akan menjadi baik jika dianggap sebagai motivasi positif dan menguntungkan karena dapat
memberikan inspirasi. Stres seperti itu disebut stres positif. Biasanya melibatkan situasi yang bisa
dibuat menyenangkan dan tidak berakhir dengan mengganggu kesehatan fisik.
seberapa kontrol
daya ramal berat stress terhadap
peristiwa yang
yang lamanya stress
membuat stress
dirasakan berlangsung
Saat seseorang menghadapi kondisi yang memicu stres, tubuh akan bereaksi secara
alami, yaitu dengan melepas hormon yang dinamakan kortisol dan adrenalin. Reaksi
ini sebenarnya baik untuk membantu seseorang menghadapi situasi yang berbahaya atau
mengancam, sehingga bisa keluar dari situasi tersebut.
Ada berbagai situasi atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya stres, khususnya
dimasa pandemic, menurut Robbillard dkk (2020) antara lain:
• Pekerjaan; diantaranya beban kerja, tidak memiliki pekerjaan dan mengalami
pemecatan
• Hubungan Sosial; meliputi pertemanan, kekerabatan; hubungan dengan rekan
kerja bahkan dengan tetangga terdampak karena pandemic.
• Pernikahan; tidak jadi menikah akibat pandemic, atau keributan dalam rumah
tangga karena masalah yang muncul saat pandemi
• Pendidikan; Pendidikan yang terhenti karena pandmei, atau Pola pendidikan yang
berubah, Pendidikan anak-anak dan beban mendidik pada orang tua
menyebabkan stress tersendiri
• Finansial; stabilitas keuangan yang terganggu, keterpurukan ekonomi dan
kehilangan sumber-sumber keungan selama pandemic turut mempengaruhi.
• Kesehatan; takut terjangkit penyakit, kecemasan karena kerabat, rekan kerjaa,
kenalan ataupun angggota keluarga terjangkit juga menjadi pemicu stress dimasa
pandemic ini.
Materi 2: Identifikasi Gejala Stres dalam Diri
GEJALA STRES
Gejala yang muncul saat seseorang mengalami stres dapat berbeda-beda, tergantung penyebab
dan cara menyikapinya. Gejala atau tanda stres dapat dibedakan menjadi:
A. Gejala emosi, misalnya
1. mudah gusar,
2. frustasi,
3. suasana hati yang mudah berubah atau moody,
4. sulit untuk menenangkan pikiran,
5. rendah diri,
6. serta merasa kesepian,
7. tidak berguna,bingung,
8. hilang kendali,
9. menghindari orang lain,
10. depresi.
B. Gejala fisik,
1. lemas,
2. pusing,
3. migrain,
4. sakit kepala tegang,
5. gangguan pencernaan (mual dan diare atau sembelit),
6. nyeri otot,
7. jantung berdebar,
8. sering batuk pilek,
9. gangguan tidur,
10. hasrat seksual menurun,
11. tubuh gemetar,
12. telinga berdengung,
13. kaki tangan terasa dingin dan berkeringat,
14. mulut kering dan sulit menelan.
15. Stres pada wanita juga dapat menimbulkan keluhan atau gangguan
menstruasi.
C. Gejala kognitif,
1. sering lupa,
2. sulit memusatkan perhatian,
3. pesimis,
4. memiliki pandangan yang negatif, dan
5. membuat keputusan yang tidak baik.
D. Gejala perilaku,
1. tidak mau makan,
2. menghindari tanggung jawab,
3. serta menunjukkan sikap gugup seperti menggigit kuku atau berjalan bolak-
balik,
4. kecanduan, seperti mengonsumsi rokok dan alkohol secara berlebihan.
Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan banyaknya gejala stres yang
teridentifikasi yaitu:
1. Stres ringan
Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan
umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa,
kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam
beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.
2. Stres sedang;
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari
seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang
berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat
berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.
3. Stres berat;
Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun
yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.
Bila seseorang tidak dapat mengatasi stres dengan baik dan stres menjadi berkepanjangan,
dianjurkan untuk berkonsultasi dengan Konselor. Terlebih bila stres dialami secara berulang
hingga menyebabkan gejala fisik.
Melalui sesi konseling, akan mencari tahu pemicunya, agar dapat ditentukan penanganannya.
Bila stres sudah sangat berat memengaruhi kondisi fisik maka akan dirujuk ke psikiater.
Selanjutnya jika kerja organ dalam, psikiater akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang,
seperti pemeriksaan laboratorium atau rekam jantung.
Setelah mengevaluasi masalah, kondisi mental, dan kondisi fisik konseli, konselor akan
menentukan tindakan penanganan yang sesuai. Fokus dari penanganan stres adalah untuk
mengubah cara pandang dan respon penderita terhadap situasi yang menjadi penyebab stres.
Metode penanganan stres mencakup perubahan pola pikir, teknik relaksasi, gaya hidup, serta
psikoterapi.
Untuk mengetahui tingkat stres yang dialami oleh seseorang tentunya perlu mengidentifikasi
gejala stress yang terjadi pada dirinya, caranya adalah dengan pengukuran terhadap stress
tersebut, sehingga bisa diketahui tingkat stress yang dialaminya.
Pengukuran Stres
Karena stres ini merupakan hal yang sangat umum dialami oleh seluruh manusia di dunia
dalam segala tingkatan usia di sepanjang rentang kehidupannya, tak heran banyak peneliti yang
akhirnya menciptakan alat-alat pengukuran stres.
Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi oleh
responden dalam suatu penelitian.
Salah Satu Peneliti, Scott (2010) mengukur stres melalui gejala yang terjadi pada diri
individu. Skala ini membantu dalam mengidentifikasi gejala stres pada fisik,
emosional/psikologis dan perilaku. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di bawah ini.
Gejala perilaku
Gerakan gigi mengunyah/ Kening berkerut
gemeretuk Mengentakkan kaki atau jari
Mudah tersinggung Menarik-narik rambut atau
Menggigiti kuku memperilintir rambut
Meningkatnya perilaku Meningkatnya penggunaan
merokok obat beresep dokter
Meningkatnya konsumsi alkohol Diet compulsive
Makan berlebihan Melangkah cepat
Perubahan kebiasaan Kehilangan minat pada penampilan fisik
sosial yang tiba-tiba
Lamban
Menunda-nunda kerjaan
Hitung jumlah item dimana Anda memberi skor 3, 4 atau 5
Setelah mengisi daftar (skala) tersebut, setiap orang bisa membuat catatan stres untuk
kemudian menemukan stresornya dan nantinya bisa menjadi dasar pengelolaan stres yang
akan dilakukan selanjutnya.
Ada beberapa kuesioner lain yang sering dipakai untuk mengetahui tingkat stres antara
lain:
a. Skala depresi
• Meremehkan diri sendiri
• Hilangnya gairah hidup, suram, murung
• Percaya bahwa hidup tidak memiliki arti atau nilai
• Pesimis mengenai masa depan
• Tidak bisa merasakan kesenangan atau kepuasan
• Tidak bisa menjadi tertarik atau terlibat
• Lambat, tidak berinisiatif
b. Skala kecemasan
• Gelisah, panik
• Malu, gemetaran
• Berhati-hati terhadap kekeringan pada mulut,
• memiliki kesulitan bernapas,
• berdebar-debar,
• telapak tangan yang berkeringat
• Khawatir terhadap penampilan dan kemungkinan lepas kendali
c. Skala stres
• Terlalu bergairah,
• Tegang
• Sulit untuk relaks
• Mudah tersinggung dan sedih
• Mudah terusik
• Gugup
• Intoleran terhadap gangguan atau penundaan
Skala DASS inilah yang akan Bapak/Ibu isi dalam LK 2 selanjutnya, namun sudah dipilah
mengambil bagian Skala Stressnya saja.
Relaksasi
Kita menyerap pesan dari pengindraan yang kita alami, melihat, mendengar, mencium,
mengecap dan menyentuh. Informasi yang ditangkap oleh indra tersebut akan diteruskan ke otak.
Jika pesan diterima sebagai ancaman, maka tubuh akan bersiap-siap melakukan pertahanan,
sehingga harus diprogram ulang agar kembali pada keadaan seimbang. Salah satu upaya
memprogram ulang kondisi tubuh yang stres adalah dengan metode relaksasi.
Metode relaksasi dapat digunakan karena dapat melepaskan ketegangan pada otot dan
syaraf, sehingga otot dan syaraf akan mengirim sinyal ke otak. Kemudian otak akan berhenti
mengirim pesan panik kepada sistem syaraf dan ketenangan fisik dan mental secara umum dapat
segera hadir. Saat remaja waspada akan tegangan yang dia rasakan pada tubuhnya dan segera
melakukan langkah untuk melepaskan ketegangan tersebut melalui relaksasi, maka semakin baik
efeknya dalam mengurangi stres.
Namun harus diingat, teknik relaksasi bukan sulap yang berhasil untuk setiap orang.
Kemampuan untuk dapat relaks bergantung pada individu masing-masing. Tidak ada satu teknik
yang bisa berhasil digunakan untuk setiap orang. Teknik relaksasi merupakan keterampilan, yang
harus rajin diulang dipraktikkan agar lebih mahir dan lebh dapat dirasakan manfaatnya. Beberapa
teknik relaksasi bisa berupa joging, meditasi, teknik pengaturan pernapasan, hingga
mendengarkan lagu ataupun lantunan ayat kitab suci.
Kami akan coba memaparkan beberapa teknik relaksasi yang mungkin berhasil untuk para
remaja lakukan.
1. Relaksasi fisik dengan pernapasan diafragma
Teknik ini masih menjadi teknik termudah, karena biasa dilakukan tanpa perlu berpikir atau
menimbulkan keraguan. Dalam bentuk yang paling sederhana pernapasan diafragma merupakan
pernapasan yang pelan, sadar, dan dalam. Hal ini merupakan tanda menghela napas dalam.
Menarik napas saat mulai mengumpulkan kembali pikiran dan fokus, untuk mendapatkan
ketenangan dan mengarahkan energi dalam diri menghadapi tugas yang dirasakan sulit.
Perbedaan pernapasan diafragma dengan pernapasan normal adalah bahwa metode ini khusus
melibatkan gerakan sadar abdomen bagian bawah atau daerah perut.
Bernapaslah melalui rongga hidung atau mulut, rasakan udara yang mengalir menuju paru dan
berbalik melewati hidung atau mulut kembali. Untuk detailnya dilakukan melalui langkah-langkah
berikut ini.
a. Posisikan tubuh dengan nyaman
Posisi boleh duduk ataupun berbaring terlentang dengan mata tertutup. Untuk dapatkan
hasil optimal longgarkan pakaian di sekitar leher dan pinggang. Saat pertama mempelajari
teknik ini, letakkan tangan Anda di atas perut dan rasakan naik-turunnya perut pada setiap
pernapasan. Begitu menguasainya, Anda akan bisa melakukannya dengan posisi apapun.
Bahkan saat di dalam kendaraan, menyetir di dalam kemacetan, atau di kelas saat
mengerjakan ujian.
b. Hirup napas melalui hidung dan biarkan perut menonjol sebesar mungkin dan
rasakan pergerakan tangan terdorong ke atas. Hembuskan napas melalui bibir yang
dirapatkan (bibir dimonyongkan seperti meniup lilin) sambil merasakan tangan
kanan menekan ke arah dalam dan atas abdomen.
c. Ulangi gerakan tersebut selama 1 menit diikuti istirahat 2 menit dan mengulang
sebanyak 5 kali dalam 15 menit. Latihan ini dapat dilakukan 2 kali sehari di pagi dan
sore hari. Begitu menguasainya Anda akan bisa melakukannya dengan posisi
apapun. Bahkan saat di dalam kendaraan, menyetir di dalam kemacetan, atau di
kelas saat mengerjakan ujian.
Tata Cara Melakukan Teknik Relaksasi Otot Bertahap dengan Panduan Guru BK
Berikut relaksasi yang dikembangkan oleh Mulawarman (PPPPTK Penjas dan BK, 2019). Semua
instruksi dalam mengikuti teknik relaksasi ini mengikuti Guru BK atau Konselor, konseli bisa
mengambil tempat yang nyaman dan fokus pada instruksi yang diberikan oleh Guru BK atau
Konselor.
❖ Instruksi 1: ”Silahkan Anda duduk senyaman mungkin, Anda boleh bersandar apabila ini
adalah
posisi duduk yang nyaman menurut Anda, kemudian tutup mata Anda”.
❖ Instruksi 2: ”Sekarang pusatkan pikiran Anda pada tangan kanan Anda dan hilangkan
semua ketegangan yang ada, selama 5 detik” (Konselor menghitung).
❖ Instruksi 3: ”Kemudian relaks ... relaks ... dan relakskan semua otot-otot lengan
kanan Anda. Lemaskan otot-otot lengan Anda selama 5 detik.” (Konselor menghitung)
❖ Instruksi 4: ”Sekarang pusatkan pikiran Anda pada pergelangan tangan, telapak
tangan dan jari-jari tangan kanan Anda, hilangkan semua ketegangan yang ada selama
5 detik.” (Konselor menghitung)
❖ Instruksi 5: ”Kemudian relaks, relakskan dan lemaskan semua ketegangan yang ada
pada pergelangan tangan, telapak tangan dan jari-jari tangan Anda selama 5 detik.”
(Konselor menghitung)
❖ Instruksi 6: ”Sekarang pusatkan pikiran Anda pada tangan kiri anda dan hilangkan
semua ketegangan yang ada, selama 5 detik.” (Konselor menghitung)
❖ Instruksi 7: ”Kemudian relaks ... relaks ... dan relakskan semua otot-otot lengan kiri
Anda. Lemaskan otot-otot lengan anda, selama 3 detik.” (Konselor menghitung)
❖ Instruksi 8: ”Sekarang pusatkan pikiran anda pada pergelangan tangan, telapak
tangan dan jari-jari tangan kiri Anda, hilangkan semua ketegangan yang ada selama 5
detik.” (Konselor menghitung)
❖ Instruksi 9: ”Kemudian relaks, relakskan... dan lemaskan semua ketegangan yang ada
pada pergelangan tangan, telapak tangan dan jari-jari tangan kiri Anda selama 5 detik.”
(Konselor menghitung)
❖ Instruksi 10: ”Sekarang pusatkan pikiran pada bahu kanan dan kiri Anda, cobalah
untuk merelakskan dengan membuang semua ketegangan yang Anda rasakan.
Lemaskan, lemaskan otot-otot pada bahu kanan dan kiri Anda selama 5 detik.” (Konselor
menghitung). ”Rasakan sensasi-sensasi yang Anda rasakan saat ini.”
❖ Instruksi 11: ”Sekarang pusatkan pikiran pada otot wajah Anda lemaskan muka
Anda,
relakskan otot-otot pada wajah Anda selama 5 detik.” (Konselor menghitung).
❖ Instruksi 12: ”Buang semua ketegangan pada wajah Anda dengan merelakskan otot-
otot pada rahang, pipi, mata Anda. Tarik napas dalam-dalam, hembuskan.” (5 detik,
konselor menghitung)
❖ Instruksi 13: ”Sekarang pusatkan pikiran Anda pada perut, pinggul Anda relaks …
relakskan ... semua bagian yang ada di sekitar perut dan pinggul Anda selama 5 detik.”
(konslor menghitung). ”Cobalah membuang semua ketegangan yang ada di sekitar
perut dan pinggul Anda dan rasakan sensasi relaks yang Anda dapatkan. ” (Konselor
memberi waktu selama 5
detik, katakan cukup apabila waktu sudah habis).
❖ Instruksi 14: ”Sekarang pusatkan pikiran Anda pada betis kaki kanan dan kiri Anda,
cobalah Anda relaks, relakskan sampai pada semua kaki Anda terasa relaks.” (Konselor
memberi waktu selama 5 detik, katakan cukup apabila waktu habis)
❖ Instruksi 15: ”Untuk membantu Anda lebih relaks, saya akan menghitung secara
perlahan- lahan dari satu sampai lima. Setiap saya menghitung satu angka, usahakan
untuk lebih relaks dari sebelumnya. Biarkan relaks itu semakin dalam dan semakin
mendalam (5 detik) satu … relaks ... lebih mendalam dan lebih mendalam … (5
detik), dua lebih relaks dan relaks (5
detik), tiga relakskan … seluruh tubuh Anda semakin ringan dan semakin santai, semakin
tenang (5 detik), empat … semakin jauh dan semakin relaks (5 detik), lima … teruskan lebih
relaks dan semakin relaks (5 detik).”
❖ Instruksi 16: ”Untuk beberapa menit saya akan diam sehingga Anda dapat berlatih
dan beberapa hal-hal berikut. Saya ingin Anda memikirkan diri Anda sendiri dengan
berkata tenang pada setiap Anda bernapas. Setiap kali bernapas ucapkan kata tenang,
dalam hati dan pikiran Anda. Hal ini akan dapat membantu Anda untuk menghubungkan
kata tenang dengan ketenangan yang Anda rsakan saat ini dalam pikiran Anda. Lakukan
latihan ini selama 5 menit dan sampai saya berbicara lagi.” (Konselor berkata, ”Mulai”
dan setelah waktu 5 menit habis katakan, ”cukup”).
❖ Instruksi 17: ”Baiklah, hentikan latihan ini, sekarang saya akan menghitung dari lima
sampai
satu pada hitungan 1 Anda dapat membuka mata Anda. Lima ... empat … tiga … dua … satu
..., buka mata Anda dan Anda boleh berdiri jika Anda ingin berdiri. ”
Catatan : Relaksasi ini memberikan efek bervariasi pada masing-masing orang. Tidak semua
orang dapat merasakan efek yang sama secara langsung. Perlunya konsentrasi dan
latihan berulang akan sangat membantu dalam keberhasilan metode ini.
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Terstruktur
Untuk para remaja yang mengalami stres, merupakan hal yang biasa merasa terancam dan
kewalahan karena berbagai masalah, dan pikiran harus menghadapinya. Oleh karena itu, akan
sangat membantu jika memiliki langkah-langkah sesuai metode penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan. Melalui metode pemecahan masalah terstruktur akan memungkinkan
bagi para remaja untuk lebih merasa bisa mengendalikan masalah yang dihadapinya dan dengan
pasti menurunkan perasaan terancam dan kewalahan karena berbagai masalah.
Elemen kunci dari metode ini meliputi:
1. Mengidentifikasi dan menandai masalah-masalah yang menyebabkan Anda merasa
kewalahan.
2. Berpikir dengan jelas dan konstruktif terhadap masalah.
3. Mengambil simpanan tentang bagaimana anda menangani masalah di masa lalu,
mengenali kekuatan pribadi yang dimiliki, dukungan dan sumberdaya yang ada
dalam diri.
4. Menyediakan hal mendasar yang penting untuk pengambilan keputusan.
Dengan metode ini guru BK membimbing remaja untuk dapat menyelesaikan satu persatu
masalahnya dan mengikuti proses untuk mengatasi sejumlah masalah lainnya. Biasanya diawali
dengan masalah yang secara spesifik dan potensial dapat terselesaikan.
Contoh enam langkah penyelesaian masalah terstruktur:
Pada langkah kedua dimana individu diminta untuk menghapus pikiran, perasaan dan
tindakan negatif yang mungkin muncul pada situasi penyebab stres tersebut.
Dalam memilah di langkah ke-2 ini diperlukan keterampilan untuk menganalisis, berpikir
kritis, mengambil keputusan agar dapat menyelesaikan masalah penyebab stres dengan baik.