Anda di halaman 1dari 10

KONSEP STRESS, RENTANG SEHAT SAKIT

JIWA DAN KOPING

Disusun oleh:

 NAMA  NIM

Dinny Dwi Haryanti 21117041

Desta Elfani 21117033

Andre Gibran 21117012

 Nyanyu Hamida Agustina 21117001

Cissintia Putri Damayanti 21117026

Dosen Pembimbing :

Ayu Deka Wati, S.Kep, Ns.,MNS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN AKADEMIK
2018/2019
A. Definisi Stres
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan
dalam status keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan
seorang individu berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter
dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu
mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut
sebagai strategi koping, respon koping, atau mekanisme koping.

B. Sumber Stres
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan
sebagai stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau
situasional.
1. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam,
kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti
rasa bersalah, kanker atau perasaan depresi.
2. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke
kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya,
 perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran
keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan.
3. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan
sepanjang hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu
harus dicapai untuk mencegah atau mengurangi stres.
4. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun
sepanjang hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
a. Kematian anggota keluarga
 b. Pernikahan atau perceraian
c. Kelahiran anak
d. Pekerjaan baru
e. Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada
tahap perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih
menimbulkan stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia
40 tahun.
C. Macam-macam Stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya:
1. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang
tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau
karena tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun
asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh
senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya
gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Alimul,
2008).
D. Model Stres
Asal dan efek stress dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model
teoritis perilaku. Model stress digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi
individu tertentu dan memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor.
Setiap model menekankan aspek stres yang berbeda.
Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi
tertentu dan untuk memprediksi respon individu. Perawat dapat menggunakan
 pengetahuan mengenai model tersebut untuk membantu klien memperkuat
respon koping yang sehat dan dalam menyesuaikan respons yang tidak sehat
dan tidak produktif. Tiga model utama stres adalah model berbasis stimulus,
 berbasis respons, dan berbasis transaksi.
a. Model Berbasis Stimulus
Dalam model berbasis stimulus, stres didefinisikan sebagai stimulus,
 peristiwa hidup, atau sekelompok situasiyang membangkitkan reaksi
fisiologik dan/atau psikologik yang dapat meningkatkan kerentanan
individu terhadap penyakit. Dalam penelitiannya, Holmes and Rahe (1976)
menetapkan nilai numerik terhadap 43 perubahan atau peristiwa hidup.
Skala peristiwa hidup yang menimbulkan stres digunakan untuk
mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti
 perceraian, kehamilan, dan pensiun. Dalam sudut pandang ini, baik
 peristiwa positif maupun negatif dianggap menimbulkan stres.
Skala serupa juga dikembangkan, tetapi semua skala harus digunakan
dengan hati-hati karena derajat stres yang dipicu peristiwa yang terjadi
sangat invidual. Sebagai contoh, perceraian dapat menjadi sangat traumatik
 bagi seseorang, sementara bagi orang lain mungkin hanya menimbulkan
relatif sedikit ansietas. Selain itu, banyak skala belum diuji terhadap usia,
status sosial ekonomi, atau kepekaan budaya.
 b. Model Berbasis Respon
Stres dapat juga dipertimbangkan sebagai satu respons. Definisi ini
dikembangkan dan dijabarkan oleh Selye (1956, 1976) sebagai respons
nonspesifik tubuh setiap tuntutan yang ditimbulkan” (1976, hlm 1). Schafer
(2000) mendefinisikan stres sebagi ”pembangkitan pikiran dan tubuh
sebagai respons terhadap tuntutan yang ditimbulkannya.
Respons stres Selye ditandai dengan satu rantai atau pola kejadian
fisiologik yang disebut sindrom adaptasi umum (GAS) atau atau sindrom
 stres. Untuk membedakan penyebab stres dari respon stres, Selye (1976)
menciptakan istilah  stresor untuk menunjukan setiap faktor yang
menimbulkan stres dan mengganggu keseimbangan tubuh. Stres adalah satu
kondisi sehingga hanya dapat diobservasi melalui perubahan yang
ditimbulkan stres pada tubuh. Respon tubuh tersebut, sindrom stres atau
GAS, terjadi dengan pelepasan hormon adaptif tertentu dan perubahan
selanjutnya pada struktur dan komposisi kimia tubuh. Organ tubuh yang
dipengaruhi oleh stres adalah saluran cerna, kelenjar adrenal, dan struktur
limfatik. Dengan stres yang berkepanjangan, kelenjar adrenal mengalami
 pembesaran yang cukup signifikan; struktur limfatik seperti timus limpa,
dan nodus limfe, mengalami atrofi (menyusut); dan ulkus yang dalam
tampak di lapisan lambung.
E. Reaksi Alarm
Reaksi awal tubuh adalah reaksi alarm, yang menyiagakan pertumbuhan
tubuh. Selye (1976) membagi tahap ini kedalam dua bagian, yaitu: fase
syok dan fase kontersyok.
Selama fase syok, stresor dapat dirasakan secara sadar atau tidak sadar
oleh individu. Pada semua kasus, sistem saraf otonom bereaksi, dan
sejumlah besar epinefrin (adrenalin)dan kortison dilepakan ketubuh.
Individu kemudian siap untuk respons “lari atau lawan”. Respon primer ini
 berlansung singkat, dari 1 menit hingga 24 jam.
Bagian kedua reaksi alarm disebut fase kontersyok. Selama fase ini,
 perubahan yang dihasilkan oleh tubuh selama fase syok dibalik. Oleh karena
itu, individu paling bagus dimobilisasi untuk bereaksi selama fase syok
reaksi alarm.
F. Tahap resistansi
Tahap kedua dalam sindrom GAS dan LAS, tahap resistansi, terjadi
ketika tubuh beradaptasi. Dengan kata lain, tubuh berusaha menghadapi
C. Koping

1. Pengertian Koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah,menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang
mengancam. Koping merupakan suatu proses dimana individu mencoba
mengelola jarak yang ada antara tuntuna-tuntunan (baik itu tuntunan yang
 berasal dari individu maupun itu tuntunan yang berasal dari lingkungan).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping
1. Kesehatan fisik
2. Keyakinan atau pandangan positif
3. Keterampilan memecahkan masalah
4. Keterampilan sosial
5. Dukungan sosial
6. Materi
3. Bentuk –  Bentuk Koping
Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah
strategi untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber
masalah, individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah, mencari
sumber masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress dan
 berusaha menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang atau
hilang.Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah
strategi penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi
stress dengan cara emosional.
4. Fungsi Coping Stres
Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa‟adah, 2008 ; 65-66), coping yang
 berpusat pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk meregulasi
respon emosional terhadap masalah.Sedangkan coping yang berpusat pada
masalah (problem-focused coping) berfungsi untuk mengatur dan merubah
masalah penyebab stres.
(Sumber: Referensihttp://www.alodokter.com/sakit-jiwa-ternyata-ada
banyak  di akses tgl 3 oktober 2017 ).

A. Pengertian stres
Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana adanya tuntutan
dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batas kemampuan individu
untuk memenuhi tuntutan tersebut sehingga mengharuskan seorang
individu untuk berespon atau melakukan tindakan(Patel, 1996 dalam Nasir
& Muhith, 2011).
B. Sumber stres
Menurut Nasir & Muhith (2011) , sumber-sumber stres yang biasa terjadi di
dalam kehidupan adalah :
a. Sumber stres dari individu
Terkadang sumber stres berasal dari individunya sendiri.Salah
satunya adalah melalui penyakit yang diderita oleh seseorang. Hal lain
yang dapat menimbulkan stres dari individu sendiri adalah melalui
 penilaian dari dorongan motivasi yang bertentangan, ketika terjadi
konflik dalam diri seseorang dan biasanya orang tersebut berada dalam
suatu kondisi di mana dia harus menentukan pilihan tersebut sama
 pentingnya.
 b. Sumber stres dalam keluarga
Perilaku, kebutuhan, dan kepribadian dari tiap anggota keluarga
yang mempunyai pengaruh dan berinteraksi dengan anggota keluarga
lainnya, kadang menimbulkan gesekan.Konflik interpersonal dapat
timbul sebagai akibat dari masalah keuangan, inconsiderate behavior ,
atau tujuan yang bertolak belakang.Stres dalam keluarga terkadang
 berasal dari penyakitkritis yang dialami anggota keluarga, kehilangan
 pekerjaan secara tiba-tiba, perpindahan, atau menjadi tuna wisma (Potter
& Perry, 2010).
c. Sumber stres dalam komunitas dan lingkungan
Hubungan yang dibuat seseorang di luar lingkungan keluarganya
dapat menghasilkan banyak sumber stres.Salah satunya adalah bahwa
hampir semua orang pada suatu saat dalam kehidupannya mengalami
stres yang berhubungan dengan pekerjaannya. Secara umum disebut
sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya
hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di
masyarakat sehingga tidak dapat berkembang (Aziz, 2009 ).
C. Faktor presipitasi stres
Beberapa faktor yang dianggap sebagai pemicu timbulnya stres (Nasir &
Muhith, 2011) antara lain faktor fisik maupun biologis dan faktor
 psikologis.
1. Faktor Fisik dan Biologis
Berikut ini adalah beberapa faktor fisik dan psikologis yang dapat
menyebabkan stres :
a. Genetika. Banyak ahli beranggapan bahwa masa kehamilan
mempunyai keakraban dengan kemungkinan kerentanan stres pada
anak yang dilahirkan.Kondisi tersebut berupa ibu hamil yang perokok,
alkoholik, dan penggunaan obat-obatan.
 b. Case History. Beberapa riwayat penyakit di masa lalu yang
mempunyai efek psikologis di masa depan, dapat berupa penyakit di
masa kecil seperti demam tinggi yang mempengaruhi kerusakan
gendang telinga, kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan organ dan
sebagainya.
c.Pengalaman hidup. Mencakup case history dan pengalaman hidup
yang mempengaruhi perasaan independen yang menyangkut kematangan
organ-organ seksual pada masa remaja.
d.Tidur. Istirahat yang cukup akan memberikan energi pada kegiatan
yang sedang dilakukannya. Penderita insomnia mempunyai kerentanan
terhadap stres yang lebih berat.
e.Diet. Diet yang berlebihan dapat mengakibatkan stres berat.Pelaku diet
 penderita obesitas yang melakukan diet ketat berlebihan mempunyai
 Tahap Reaksi Waspada
 Tahap Melawan
 Tahap Kelelahan
2. Stres Sebagai Transaksi Antara Individu & Lingkungan
Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi
disebut sebagai hubungan transaksional.
Konsep sehat sakit jiwa menurut WHO 2003 adalah sehat adalah keadaan yang
sempurna baik fisik, mental, sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit/ cacat. Dan
sakit adalah ketidakmampuan individu untuk memebuhi kebutuhan individu yang
diperlukannya agar ia dapat berfungsi. Ketidakmampuan ini bersifat dinamis,
individual dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Rentang sehat sakit dalam kesehatan jiwa menurut Setyonegoro. K / 1985
adalah sebagai berikut:

Tidak adanya mental & gangguan emosional

Ketahanan terhadap stres

Keseimbangan harmonis dengan diri sendiri, keluarga dan komunitas

Adapun mekanisme koping terhadap stres menurut Stuart & Laraia, 2005
adalah:
1. Fokus pada masalah
Adalah mekanisme koping yang berfokus pada tugas dan usaha langsung
untuk mengatasi ancaman. Misalnya: negosiasi, konfrontasi, advise
2. Kognitif
Individu berusaha untuk mengontrol masalahnya dan kemudian
menetralkannya. Misalnya: perbandingan positif, pengabaian selektif,
substitusi reward, mengurangi obyek yang diharapkan.
3. Emosi
Individu berorientasi untuk menurunkan (moderating) distress emosional.
Misalnya : mekanisme pertahanan diri : denial, supresi, proyeksi dll.
Beberapa ego yang menjadi mekanisme koping terhadap stres adalah sebagi
 berkut:
 Represi
 Supresi

 Regresi
 Kompensasi

 Sublimasi
 Substitusi

 Identifikasi
 Introyeksi
 Rasionalisasi
 Isolasi
 Reaksi formasi
 Undoing
 Displacement
 Proyeksi
 Denial

(Sumber: Aat Sriati. ”Tinjauan Tentang Stres”(Jatinagor: Fakultas Keperawatan,


Universitas Padjadjaran.2008).

Anda mungkin juga menyukai