Anda di halaman 1dari 2

Nama : Syane Njuruhapa

Nim : 143602719

Kelas :D

Semester : III

Prodi : S1 Keperawatan

Kampus : STIKES MARANATHA KUPANG

Mata Kuliah : DASAR ILMU GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Kesimpulan kategori status gizi anak balita yang dilakukan pengukurannya dengan
menggunakan berbagai indeks.

No. Indeks Hasil pengukuran (SD) Kesimpulan


1. IMT/U -3, 01 Gizi Buruk (Severelly Wasted)
2. IMT/U +3, 1 Obesitas (Obese)
3. BB/PB -3, 01 Gizi Kurang
4. BB/PB +3,1 Obesitas (Obese)
5. BB/TB 0 Beresiko Gizi Lebih
6. BB/TB +1, 0 Gizi Lebih
7. PB/U -3, 01 Pendek
8. TB/U +3, 1 Resiko Berat Badan Lebih
9. BB/U -3, 01 Berat badan kurang
10. BB/U +1,1 Resiko berat badan lebih

2. Kesimpulan dari masing – masing masalah gizi dari suatu daerah.

NO. Masalah Gizi Kurang Angka Nasional Angka Daerah Kesimpulan


(%) (%)
1 Baduta sangat pendek 30, 8 42, 6 < - 3 SD
2. Animea ibu hamil 48, 9 33, 7 > + 2 SD s.d + 3SD
3. Balita gemuk 11, 8 15 > + 3 SD
4. KEK dan WUS 17, 3 36, 8 + 1 SD s.d + 2 SD
5. Balita gizi buruk 17, 7 29, 5 < -3 SD
3. Kesimpulannya penyakit infeksi dan degeneratif jumlahnya tidak menetap disetiap usia, terkadang
jumlahnya meningkat dan terkadang menurun.
4. Orang dewasa dan lansia sering terjadi kelebihan berat badan dan resiko kekurangan berat badan terjadi
ketika seseorang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori tanpa melakukan aktivitas fisik untuk
membakar kalori berlebih tersebut. Kalori yang tidak digunakan itu selanjutnya diubah menjadi lemak di
dalam tubuh, sehingga membuat seseorang mengalami pertambahan berat badan hingga akhirnya obesitas.
Seseorang dewasa atau lansia dinyatakan mengalami obesitas, jika indeks massa tubuh (IMT) lebih dari
25. Perhitungan ini tersebut didapat dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Nilai IMT
ini digunakan untuk mengetahui berat badan seseorang normal, kurang atau berlebih, hingga
obesitas.Penanganan obesitas ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang normal
dan sehat. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu dilakukan perubahan pola makan, melakukan beberapa
cara menahan nafsu makan, dan peningkatan aktivitas fisik.
5. Remaja perempuan berisiko terkena anemia defisiensi zat besi bila memiliki berat badan kurang
(underweight) atau memiliki penyakit kronis. Remaja perempuan yang mengeluarkan banyak
darah saat menstruasi juga berisiko mengalami hal ini.Remaja usia subur juga berisiko tinggi
mengalami anemia defisiensi zat besi akibat hilangnya darah saat menstruasi bulanan. Sekitar 1
dari 5 wanita usia subur mengalami anemia defisiensi zat besi.
6. Anak-anak lebih rentan mengalami malnutrisi energi protein karena kebiasaan makannya yang
beresiko menyebabkan beberapa gejala malnutrisi energi protein, yang bisa timbul pada anak-
anak adalah: Mengalami keterlambatan tumbuh kembang, jika dibandingkan dengan anak-anak
seusianya, Tidak aktif dan mudah lelah, Lebih rewel, Rentan terkena penyakit, termasuk penyakit
infeksi, Gejala lain juga bisa muncul tergantung jenis malnutrisi energi protein yang terjadi. Jika
terjadi marasmus (kekurangan energi dan protein), penderitanya rentan mengalami dehidrasi dan
penyusutan usus.

Anda mungkin juga menyukai