Anda di halaman 1dari 16

I.

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN STRESS DAN STRESOR


Stres dapat di definisikan sebagai respon adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik
individual dan atau prosese fisiologis yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian
external yang menyebabkan tuntuta fisik dan atau psikologis terhadap seseorang
(Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam Kreitner dan Kinieki, 2004.). Sementara Hains
Seyle, 1976, menyatakan bahwa stress merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang
sifatnya tidak spesifik dan mengharuskan seseorang memberikan respon atau
mengambil tindakan. Stressor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu
perubahan yang menimbulkan stress.
B. SUMBER STRESOR
1. Internal
Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri. Stressor individu dapat timbul dari
tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan
dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat
yang dimiliki, dan sebagainya.
2. Eksternal
Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Stressor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam
keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami
kecanduan narkoba, dan sebagainya. Sumber stress masyarakat dan lingkungan
dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan social atau lingkungan fisik.
C. JENIS STRES
1. Stress Fisik
Merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat dan
lain-lain.
2. Stress Kimiawi
Merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang terdapat
pada obat-obatan, zat berracun asam, basa, factor hormone atau gas dan lain-lain.
3. Stress Fisiologis
Merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh, antara lain
gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.
4. Stress Mikribiologis
Merupakan stress yang disebabkan oleh kuman, seperti virus, bakteri, atau parasite.
5. Stress Proses Tumbuh Kembang

Merupakan stress yang disebabkan oleh proses tumbuh kembang sepeti pada masa
pubertas, pernikahan, dan pertambahan.
6. Stress Psikologis dan Emosional
Merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologi atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam
hubungan interpersonal, social budaya, atau keagamaan.
D. MODEL STRES
1. Model Berdasarkan Respons
Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang dapat
mengindikasikan stressor. Model stress yang dikemukakan oleh Selye, 1976,
menguraikan stress sebagai renspons yang tidak spesifik dari tubuh terhadap
tuntutan yang dihadapinya. Stress ditunjukkan oleh reaksi fisiologis tertentu yang
disebut sindrom adatasi umum (general adaptation sydrom-GAS)
2. Model Berdasarkan Adaptasi
1) Kemampuan untuk mengatasi stress, bergantung pada pengalaman
seseorang dalam menghadapi stress serupa, system pendukung, dan
persepsi keseluruhan terhadap stress.
2) Praktik dan norma dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami
stress. Jika kelompoknya menganggap wajar untuk membicarakan stressor,
maka pasien dapat mengeluhkan atau mendiskusikan hal tersebut. Respons
ini dapat membantu proses adaptasi terhadap stress.
3) Pengaruh lingkungan social dalam membantu seseorang menghadapi
stressor. Seorang mahasiswa yang resah menghadapi ujian akhirnya yang
pertama

dapat

mencari

pertolongan

dari

dosennya.

Dosen

dapat

memberikan penilaian dan selanjutnya memberikan referensi kepada asisten


dosen tertentu yang menurutnya mampu membantu kegiatan belajar
mahasiswa tersebut. Dosen dan asisten dosen dalam contoh ini merupakan
sumber penurun tingginya stressor yang dialami mahasiswa tersebut.
4) Sumber daya yang dapat digunakan untuk stressor. Misalnya seorang
penderita sakit yang kurang mampu dalam hal keungan dapat memperoleh
bantuan tunjangan ASKES dari perusahaan tempatnya bekerja untuk
kemudian berobat di rumah sakit yang memadai. Hal ini memengaruhi cara
pasien untuk iset mendapatkan askes ke sumber daya yang dapat
membantunya mengatasi stressor fisiologis.
3. Model Berdasarkan Stimulus
Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat mengganggu atau merusak
dalam lingkungan. Riset klasik yang mengungkapkan stress sebagai stimulus telah

menghasilkan skala penyesuaian ulang, social, yang mengukur dampak dari


peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang
dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976).
4. Model Berdasarkan Transaksi
Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam hubungan yang
dinamis, resiprokal, dan interaktif. Model yang di kembangkan Lazarus dan Folkman
ini menganggap stress sebagai respon perseptual seseorang yang berakar dari
proses

psikologis

dan

kognitif.

Stress

dari

hubungan

antara

orang

dan

lingkungannya.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPONS TERHADAP STRESSOR


1. Sifat stressor
Sifat stressor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan dapat
mempengaruhi

respons

seseorang

dalam

menghadapu

stress,

tergantung

mekanisme yang dimilikinya.


2. Durasi Stressor
Lamanya stressor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respons tubuh.
Apabila stressor yang dialami lebih lama, maka respons juga akan lebih lama, dan
tentunya dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
3. Jumlah Stressor
Semakain banyak stressor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi
fungsi tubuh.
4. Pengalaman Masa Lampau
Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stress dapat menjadi bekal
dalam menghadapi stress berikutnya karena individu memiliki kemampuan
beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik.
5. Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat mempengaruhi respon terhadap
stressor. Menurut Fried Man dan Rosen Man,1974 terdapat dua tipe yaitu tipe A
dengan ciri :ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah
tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, berbicara
dengan cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin atau
memerintah, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu,
tidak mudah dipengaruh dan sulit untuk santai. Tipe B dengan ciri: lebih santai,
penyabar, tenang, tidak mudah marah dan tersinggung, jarang kekurangan waktu

untuk melakukan hal-hal yang disukai, fleksibel, mudah bergul dan lain-lain, tipe A
lebih mudah stress daripada tipe B.
6. Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang
semakin baik terhadap stressor.
F. TAHAPAN STRES
Menurut Robert J.Van Amberg,1979 ( dalam Dadang Hawari,2001),stres dapat dibagi ke
dalam enam tahap berikut :
1. Tahap pertama
Tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan
munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih tajam dari biasanya, dan
merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya (namun tanpa disadari
cadangan energi dihabiskan dan timbulnya rasa gugup yang berlebihan).
2. Tahap kedua
Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi.
3. Tahap ketiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai, maka keluhan akan
semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus (gastritis atau maag, diare),
ketegangan otot semakin terasa, dan lain-lain.
4. Tahap keempat
Orang yang mengalami tahap-tahap stres di atas ketika memeriksakan diri ke dokter
seringkali dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada
organ tubuhnya.
5. Tahap kelima
Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat,
serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
6. Tahap keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai denagn timbulnya rasa panik dan
takut mati yang memyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk
bernaapas, tubu gemetar dan berkeringat, dan adanya kemungkinan terjadi kolaps atau
pingsan.
G. CARA MENILAI STRES
Terdapat beberapa cara untuk menilai stres, antara lain :
1. Skala Holmes dan Rahe
Skala ini menghitung jumlah stres yang dialami seseorang dengan cara menambahkan
nilai relatif stres, yang disebut Unit Perubahan Hidup (life change units-LCU), untuk

berbagai peristiwa yang dialami seseorang. Skala ini didasarkan pada premis bahwa
peristiwa baik maupun buruk dalam kehidupan seseorang dapat meningkatkan tingkat
stres dan membuat orang tersebut lebih seseorang dapat meningkatkan tingkat stres
dan membuat orang tersebut lebih rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan
mental, misalnya :
a. Kematian pasangan hidup
b. Kematian anggota keluarga dekat
c. Kehadiran anggota keluarga baru
d. Anak meninggalkan rumah
e. Perubahan aktivitas keagamaan
2. Skala Miller dan Smith
Beberapa aspek tertentu dari kebiasaan, gaya hidup, dan lingkungan seseorang dapat
menjadikannya lebih kebal atau lebih rentan terhadap dampak negatif stres. Tingkat
ketahanan atau kekebalan terhadap stres ini diukur dengan mengisi daftar 20
pertanyaan berikut :
1. Saya makan makanan yang hangat dan berimbang sedikitnya

1 2 3 4 5

satu kali sehari.


2. Saya tidur 7-8 jam sedikitnya empat malam dalam seminggu.
3. Saya memberi dan menerima kasih sayang secara teratur.
4. Saya memiliki sedikitnya satu orang kerabat yang dapat

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

diandalkan dalam jarak 75 km.


5. Saya melakukan olah tubuh hingga berkeringat sedikitnya dua 1 2 3 4 5
kali seminggu.
6. Saya merokok kurang dari setengah bungkus sehari (bukan

1 2 3 4 5

perokok=hampir selalu).
7. Saya minum kurang dari lima gelas minuman berakhohol dalam

1 2 3 4 5

seminggu (bukan peminum=hampir selalu).


8. Berat badan saya seimbang dengan tinggi badan.
9. Saya memiliki penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

pokok.
10. Saya memperoleh kekuatan dari agama/keyakinan saya.
11. Saya menghadiri kegiatan klub atau sosial secara teratur.
12. Saya mempunyai jaringan teman dan kenalan.
13. Saya mempunyai sedikitnya satu orang sahabat yang dapat

1
1
1
1

dipercaya dalam hal-hal yang bersifat pribadi.


14. Kesehatan saya baik (termasuk mata, telinga, dan gigi).
15. Saya dapat berbicara secara terus terang mengenai perasaan

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

saya di saat marah atau gelisah.


16. Saya bercakap-cakap secara teratur dengan orang-orang yang

1 2 3 4 5

tinggal bersama saya mengenai urusan rumah, seperti


pekerjaan rumah sehari-hari dan masalah keuangan.

2
2
2
2

3
3
3
3

4
4
4
4

5
5
5
5

17. Saya melakukan sesuatu untuk bersenang-senang sedikitnya

1 2 3 4 5

sekali seminggu.
18. Saya mampu mengelola waktu secara efektif.
19. Saya minum kurang dari tiga cangkir kopi (atau minuman lain

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

yang mengandung kafein) sehari.


20. Saya mengalokasikan waktu untuk berdiam diri dalam sehari.
1 2 3 4 5
Total Skor = ____ - 20 = ______ poin
Skor Ketahanan Stres :
0-10 poin

= memiliki ketahanan luar biasa terhadap stress

11-30 poin

= tidak terlalu rentan terhadap stres

31-50 poin

= cukup rentan terhadap stres

51-74 poin

= rentan terhadap stres

75-80 poin

=sangat rentan terhadap stres

H. ADAPTASI TERHADAP STRES


1. Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stressor untuk mempertahankan
fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari
sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stressor
tertentu.Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu
suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal
seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai
mengigil untuk membangkitkan panas tubuh.Ketiga dari mekanisme utama yang
digunakan dalam menghadapi stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi
retikuler dan hipofisis.Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976)
telah mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress, yaitu:
1). LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya berjangka
pendek. Karakteristik dari LAS:
a). Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
b). Respons bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
c). Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
d). Respons bersifat restorative, yaitu membantu memperbaiki homeostatis daerah
atau bagian tubuh.
2). GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons yang
terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa
buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.GAS diuraikan
dalam tiga tahapan berikut:

a). Fase alarm


Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stressor seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya
volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas hormonal
yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau
menghindar. Respons ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor
menetap maka individu akan masuk kedalam fase resistensi.
b). Fase resistance (melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan
kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba
mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi, gejala stress menurun atau
normal. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS
yaitu: Fase kehabisan tenaga.
c). Fase exhaustion (kelelehan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh
tidak

mampu

lagi

menghadapi

stress.

Ketidakmampuan

tubuh

untuk

mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian
individu tersebut.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor,

diarahkan

pada

penatalaksanaan

stress

dan

didapatkan

melalui

pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang


dapat diterima dan berhasil.
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku
destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pmecahan masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini
dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan
masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme
pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan
dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stress.
Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stress secara tidak
langsung.
1). Task oriented behavior

Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk


mengurangi stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi
kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi
tugas adalah:
a). Perilaku menyerang
Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor
b). Perilaku menarik diri
Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor.
c). Perilaku kompromi
Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan atau
menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain atau untuk
menghindari stress.
2). Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa
yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh
stressor

jangka

pendek

dan

biasanya

tidak

mengakibatkan

gangguan

psikiatrik.Adabanyak mekanisme pertahanan ego, yaitu:


a). Represi
Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak menyenagkan ke alam
tidak sadar dengan cara tidak sadar.
b). Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak menyenangkan ke alam
tidak sdar.
c). Reaksi formasi
Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah laku tersebut.
d). Kompensasi
Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan yang lain
- Kompensasi langsung
- Kompensasi tidak langsung
e). Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai pemikiran yang logis
bukan karenakeinginan yang tidak disadari.
f). Substitusi
Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yang kurang bernilai tetapi dapat
diterima oleh masyarakat.
g). Restitusi
Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
h). Displacement
Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya kepada obyek pengganti.
i). Proyeksi
Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang lain/obyek
lain/lingkungan untuk mengingkari.
j). Simbolisasi

Menggunakan

obyek

untuk

mewakili

ide/emosi

yang

menyakitkan

untuk

diekspresikan
k). Regresi
Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam pikiran, perasaan dan
tingkah lakunya.
l). Denial
Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
m). Sublimasi
Memindahkan energi mental (dorongan)yang tidak dapat diterima kepada tujuan
yang dapat diterima masyarakat.
n). Konvesi
Pemindahan konflik mental pada gejala fisik
o). Introyeksi
Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi bagian dari
kepribadiannya sekarang.
3. Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuj ekstrem,
stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
4. Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stressor pada
keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
5. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak
cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang
berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin
memandang stressor sebagai hukuman.
I.

TEKNIK MENEJEMEN STRES


1. Mengatur Diet dan Nutrisi
Cara ini sangat efektif untuk mengurangi atau mengatasi stres, dapat dlakukan
dengan mengkonsummsi makanan yang bergizisasuai porsi dan jadwal.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik untuk mengtasi stres karena dapat
memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh dan tidur dapat memperbaki sel-sel.
3. Olahraga Teratur
Dengan berolahraga akan dapat mengatasi stres karena dengan olahraga dapat
meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental.

4. Berhenti Merokok
Merupakan salah satu cara utuk menanggulangi stres karena dapat meningkatkan
status kesehatan serta menjagaketahan dan kekebalan tubuh.
5. Mengatur Berat Badan
Berat badan yang tidak seimbang meruoakan factor yang dapat menyebabkan
timbilnya stres.

II.

ASUHAN KEPERAWATAN STRES DAN ADAPTASI


A. Pengkajian
Perawat dapat mengumpilkan data dengan cara observasi, wawancara, dan
pemeriksaan. Data yang didapat dapat dikelompokkan:
1. Data Fisiologis
a. Peningkatan tekanan darah
b. Ketegangan otot meningkat
c. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas
d. Keringat dingin pada telapak tangan
e. Tangan dan kaki dingin
f. Sakit kepala
g. Sakit perut (gangguan pencernaan)
h. Suara nada tinggi dan cepat
i. Nafsu makan berubah
j. Frekuensi miksi bertambah
k. Sukat tidur atau sering terbangun
l. Dilatasi pupil

m. Gula darah meningkat


2. Data psiko-sosial
a. Cemas dan ragu-ragu
b. Depresi
c. Bosan
d. Penggunaan obat dan zat meningkat
e. Pola makan berubah
f. Perubahan pola tidur dan kegiatan
g. Kelelahan mental
h. Perasaan tidak mampu
i. Harga diri kurang dan hilang
j. Mudah tersinggung dan cepat marah
k. Motivasi hilang
l. Menangais
m. Produktivitas dan kualitas kerja menurun
n. Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk
o. Pelupa dan sering blocking
p. Sering melamun
q. Tidak konsentrasi pada tugas
r. Meningkat absen dan sering sakit
s. Minat hilang

B. Diagnosa Keperawatan

Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan dalam masalah keperawatan (potensial


atau aktual) dan etiologoi dari masalah.
Berikut diagnosa keperawatan pada stres dan adaptasi :
1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan :
a.

Perubahan pola hidup

b. Sistem pendukung tidak adekuat


c. Koping yang tidak ampuh
d. Stress yang berkepanjangan
2. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan :
a.

Masalah ekonomi

b. Kercacatan yang berkepanjangan


c. Stress berkepanjangan (fisiologis, psikososial, dan situasi)
3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan :
a.

Stress fisiologis

b.

Krisis emosi atau situasi

C. Rencana keperawatan
1. Tujuan keperawatan pada klien stres yaitu:
a. Klien dapat menangani berbagai dalam kehidupan
b. Klien dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah
c. Klien menerima beberapa dukungan yang adekuat
2. Intervensi
a. Mendukung klien dan keluarga

R : sering klien dan keluarga memerlukan seseorang untuk mengekspresikan


perasaan,kekhawatiran,dan masalahnya. Ungkapan perasaan merupakan
salah satu cara mengurangi stres.

b. Mengorientasikan klien
R : mengorientasikan klien tentang rumah sakit, fasilitas dan peraturan yang
berlaku. Informasi tentang rumah sakit dibutuhkan klien dan keluarga untuk
dapat beradaptasi dengan situasi rumah sakit yang berbeda dengan situasi
rumah sendiri.

c. Mempertahankan identitas klien


R : mempertahankan identitas klien dengan memanggil nama klien, memberi
kesempatan menggunakan peralatan sendiri selama tidak bertentangan
dengan kondisi klien.

d. Memberi informasi yang dibutuhkan klien


R : sering stres timbul karena informasi yang tidak jelas. Misalnya : prosedur
pemeriksaan dan tindakan keperawatan.

e. Mengulangi informasi jika klien sukar mengingat


R : dapat diberikan berupa leaflet, brosur, booklet agar dapat di baca dan di
pelajari lebih lanjut.

f. Meningkatkan harga diri klien

R : libatkan klien dalam tindakan keperawatan. Beri penghargaan pada perilaku


positif.

g. Membantu latiohan menejemen stress


R : a. Latihan nafas dalam
b. Latihan relaksasi ( anggota badan, perut, dada, kepala dan leher)
c. Latihan lima jari ( hipnose diri sendiri )
(Keliat B A, 1999)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1.Jakarta:Salemba


Medika

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN STRES DAN ADAPTASI

DISUSUN OLEH:
LUTHFI ANDREYANI

12.1124

PRODI DIII
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2013

Anda mungkin juga menyukai