KONSEP TEORI
Merupakan stress yang disebabkan oleh proses tumbuh kembang sepeti pada masa
pubertas, pernikahan, dan pertambahan.
6. Stress Psikologis dan Emosional
Merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologi atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam
hubungan interpersonal, social budaya, atau keagamaan.
D. MODEL STRES
1. Model Berdasarkan Respons
Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang dapat
mengindikasikan stressor. Model stress yang dikemukakan oleh Selye, 1976,
menguraikan stress sebagai renspons yang tidak spesifik dari tubuh terhadap
tuntutan yang dihadapinya. Stress ditunjukkan oleh reaksi fisiologis tertentu yang
disebut sindrom adatasi umum (general adaptation sydrom-GAS)
2. Model Berdasarkan Adaptasi
1) Kemampuan untuk mengatasi stress, bergantung pada pengalaman
seseorang dalam menghadapi stress serupa, system pendukung, dan
persepsi keseluruhan terhadap stress.
2) Praktik dan norma dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami
stress. Jika kelompoknya menganggap wajar untuk membicarakan stressor,
maka pasien dapat mengeluhkan atau mendiskusikan hal tersebut. Respons
ini dapat membantu proses adaptasi terhadap stress.
3) Pengaruh lingkungan social dalam membantu seseorang menghadapi
stressor. Seorang mahasiswa yang resah menghadapi ujian akhirnya yang
pertama
dapat
mencari
pertolongan
dari
dosennya.
Dosen
dapat
psikologis
dan
kognitif.
Stress
dari
hubungan
antara
orang
dan
lingkungannya.
respons
seseorang
dalam
menghadapu
stress,
tergantung
untuk melakukan hal-hal yang disukai, fleksibel, mudah bergul dan lain-lain, tipe A
lebih mudah stress daripada tipe B.
6. Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang
semakin baik terhadap stressor.
F. TAHAPAN STRES
Menurut Robert J.Van Amberg,1979 ( dalam Dadang Hawari,2001),stres dapat dibagi ke
dalam enam tahap berikut :
1. Tahap pertama
Tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan
munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih tajam dari biasanya, dan
merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya (namun tanpa disadari
cadangan energi dihabiskan dan timbulnya rasa gugup yang berlebihan).
2. Tahap kedua
Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi.
3. Tahap ketiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai, maka keluhan akan
semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus (gastritis atau maag, diare),
ketegangan otot semakin terasa, dan lain-lain.
4. Tahap keempat
Orang yang mengalami tahap-tahap stres di atas ketika memeriksakan diri ke dokter
seringkali dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada
organ tubuhnya.
5. Tahap kelima
Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat,
serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
6. Tahap keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai denagn timbulnya rasa panik dan
takut mati yang memyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk
bernaapas, tubu gemetar dan berkeringat, dan adanya kemungkinan terjadi kolaps atau
pingsan.
G. CARA MENILAI STRES
Terdapat beberapa cara untuk menilai stres, antara lain :
1. Skala Holmes dan Rahe
Skala ini menghitung jumlah stres yang dialami seseorang dengan cara menambahkan
nilai relatif stres, yang disebut Unit Perubahan Hidup (life change units-LCU), untuk
berbagai peristiwa yang dialami seseorang. Skala ini didasarkan pada premis bahwa
peristiwa baik maupun buruk dalam kehidupan seseorang dapat meningkatkan tingkat
stres dan membuat orang tersebut lebih seseorang dapat meningkatkan tingkat stres
dan membuat orang tersebut lebih rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan
mental, misalnya :
a. Kematian pasangan hidup
b. Kematian anggota keluarga dekat
c. Kehadiran anggota keluarga baru
d. Anak meninggalkan rumah
e. Perubahan aktivitas keagamaan
2. Skala Miller dan Smith
Beberapa aspek tertentu dari kebiasaan, gaya hidup, dan lingkungan seseorang dapat
menjadikannya lebih kebal atau lebih rentan terhadap dampak negatif stres. Tingkat
ketahanan atau kekebalan terhadap stres ini diukur dengan mengisi daftar 20
pertanyaan berikut :
1. Saya makan makanan yang hangat dan berimbang sedikitnya
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
perokok=hampir selalu).
7. Saya minum kurang dari lima gelas minuman berakhohol dalam
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
pokok.
10. Saya memperoleh kekuatan dari agama/keyakinan saya.
11. Saya menghadiri kegiatan klub atau sosial secara teratur.
12. Saya mempunyai jaringan teman dan kenalan.
13. Saya mempunyai sedikitnya satu orang sahabat yang dapat
1
1
1
1
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
1 2 3 4 5
sekali seminggu.
18. Saya mampu mengelola waktu secara efektif.
19. Saya minum kurang dari tiga cangkir kopi (atau minuman lain
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
11-30 poin
31-50 poin
51-74 poin
75-80 poin
mampu
lagi
menghadapi
stress.
Ketidakmampuan
tubuh
untuk
mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian
individu tersebut.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor,
diarahkan
pada
penatalaksanaan
stress
dan
didapatkan
melalui
jangka
pendek
dan
biasanya
tidak
mengakibatkan
gangguan
Menggunakan
obyek
untuk
mewakili
ide/emosi
yang
menyakitkan
untuk
diekspresikan
k). Regresi
Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam pikiran, perasaan dan
tingkah lakunya.
l). Denial
Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
m). Sublimasi
Memindahkan energi mental (dorongan)yang tidak dapat diterima kepada tujuan
yang dapat diterima masyarakat.
n). Konvesi
Pemindahan konflik mental pada gejala fisik
o). Introyeksi
Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi bagian dari
kepribadiannya sekarang.
3. Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuj ekstrem,
stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
4. Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stressor pada
keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
5. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak
cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang
berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin
memandang stressor sebagai hukuman.
I.
4. Berhenti Merokok
Merupakan salah satu cara utuk menanggulangi stres karena dapat meningkatkan
status kesehatan serta menjagaketahan dan kekebalan tubuh.
5. Mengatur Berat Badan
Berat badan yang tidak seimbang meruoakan factor yang dapat menyebabkan
timbilnya stres.
II.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah ekonomi
Stress fisiologis
b.
C. Rencana keperawatan
1. Tujuan keperawatan pada klien stres yaitu:
a. Klien dapat menangani berbagai dalam kehidupan
b. Klien dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah
c. Klien menerima beberapa dukungan yang adekuat
2. Intervensi
a. Mendukung klien dan keluarga
b. Mengorientasikan klien
R : mengorientasikan klien tentang rumah sakit, fasilitas dan peraturan yang
berlaku. Informasi tentang rumah sakit dibutuhkan klien dan keluarga untuk
dapat beradaptasi dengan situasi rumah sakit yang berbeda dengan situasi
rumah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN STRES DAN ADAPTASI
DISUSUN OLEH:
LUTHFI ANDREYANI
12.1124
PRODI DIII
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2013