Disusun Oleh :
TAHUN 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Gagal Ginjal Kronik ini dengan baik meskipun banyan kekurangan didalamnya.
Dan kami juga berterimakasih kepada Arif Munandar,Skep,Ns,.M.Kep selaku Dosen mata
kuliah Ilmu Keperawatan Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Hyperemia. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalh yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang dapat disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan sarannya yang membangun untuk kami demi
perbaikan makalah kami di waktu yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
8) Bagaimana pencegahan Hyperemia?
9) Apa contoh kasus pada Hyperemia?
10) Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Varises?
1.3 Tujuan
3.1.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan Hyperemia.
3.1.2 Tujuan khusus
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang :
1) Definisi Hyperemia.
2) Klasifikasi Hyperemia.
3) Etiologi Hyperemia.
4) Patofisiologi Hyperemia.
5) Manifestasi klinik Hyperemia.
6) Komplikasi Hyperemia.
7) Penatalaksaan Hyperemia.
8) Pencegahan Hyperemia.
9) Contoh kasus pada Hyperemia.
10) Asuhan Keperawatan denganVarises.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Hyperemia berasal dari bahasa Yunani "hiper" yang berarti kelebihan dan
"emia" yang berarti darah. Hyperemia adalah kelebihan darah pada suatu bagian
tubuh atau organ tubuh. Hyperemia biasa disebut juga kongestif yaitu keadaan dimana
terdapat darah secara berlebihan di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Atau
juga biasa dikatakan adanya peningkatan volume darah pada jaringan atau bagian
tubuh yang mengalami proses patologik.
Hyperemia adalah kondisi medis dimana congests darah di wilayah tertentu
dari tubuh. Kadang-kadang, juga didefinisikan sebagai kemerahan pada kulit seperti
yang disebabkan oleh kemacetan kapiler. Kondisi ini biasanya karena setiap obstruksi
atau peradangan yang mencegah darah mengalir normal.
Jika dilihat secara kasar, maka daerah jaringan atau organ yang mengalami
Hyperemia akan tampak kelihatan merah tua (Ungu) karena bertambahnya darah pada
jaringan tersebut.
Ketika sebuah jaringan meningkatkan aktivitas ada penurunan baik ditandai
dalam tekanan parsial oksigen dan pH, peningkatan tekanan parsial karbon dioksida,
dan peningkatan suhu dan konsentrasi ion kalium.
6
2.2 Klasifikasi Hyperemia
Menurut timbulnya, maka hiperemi dibedakan atas hiperemi akut dan
hiperemi kronik
1) Hiperemi akut, tidak ada perubahan yang nyata
2) Hiperemi kronik biasanya diikuti oleh oedem, aatrofi dan degenerasi kadang-
kadang sampai nekrosis atau juga proliferasi jaringan ikat.
Jenis hiperemi yang lain :
1) Hiperemi aktif
Bendungan aktif ini timbul karena jumlah darah pada arteriol sebagian
jaringan tubuh bertambah. Biasanya terjadi akut karena arterial dan kapiler
berdilatasi akibat rangsangan saraf. Misal terjadi pada alat tubuh yang sedang
berfungsi aktif karena di perlukan jumlah darah lebih banyak, maka arterial
melebar ; kulit karena emosi marah atau malu ; radang akut. Disini rangsang saraf
vasodilator atau hambatan hantaran saraf vasokonstriktor akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah. Biasanya terjadi akut dan biasanya terjadi karena
arterial atau kapiler berdilatasi akibat ransangan saraf vasodilator atau karena
kelumpuhan vasokontriktornya.
Hiperemi aktif dapat terjadi pada:
a) Alat tubuh yang berfungsi aktif. Karena diperlukan jumlah darah lebih banyak
maka arteriol melebar.
b) Kulit, karena emosi marah atau malu.
c) Radang akut, akibat panas, perubahan warna merah setempat pada radang
sering dinamai eritema (erythema)
Contoh Hiperemi aktif :
hyperemia pada radang akut, warna merah pada wajah, yang timbul akibat respon
terhadap stimulus neurogenik.
2) Hiperemi pasif
Hiperemi pasif terjadi karena aliran darah vena dari suatu daerah
berkurang dan disertai dilatasi pembuluh vena dan kapiler. Dapat terjadi akut,
tetapi lebih sering kronik. Ada tidaknya pembuluh kolateral akan menentukan
berat ringannya hiperemi.
Obstruksi dari luar dapat terjadi karena:
a) Tekanan pada vena dari luar oleh suatu tumor
b) Ligatur atau ikatan
7
c) Jarinan parut yang menyebabkan jepitan
d) Hernia, volvolus, dll
Bendungan vena sistemik terjadi akibat payah jantung dan mengenai
banyak atau semua alat dan bagian tubuh. Bila bendungan terjadi untuk waktu
yang tidak lama. Pada bendungan yang akut biasanya tidak meninggalkan
perubahan-perubahan nyata, kecuali perubahan warna, alat tubuh yang terkena
terlihat menjadi biru (cyanotic). Bila bendungan terjadi lebih lama maka biasanya
akan diikuti oleh edema, biasanya juga disertai atrofi dan degenerasi sel
parenchyma akibat anoxia, kadang-kadang sampai terjadi nekrosis.
Keluarnya eritrodit dari pembuluh (extravasation) dapat terjadi karena
reptura kapiler atau karena diapedesis aktif. Bila tejadi peruntuhan eirtrosit, maka
bisa tedapat pigmen-pigmen darah. Bila hiperemi berlarut-larut, maka dapat
terjadi poliferasi jaringan ikat.
Contoh Hiperemi pasif: Pada pemasangan torniket, penekanan aliran vena oleh
tumor, atau obstruksi pada lumen karena thrombosis.
8
Saat wanita yang sedang menopouse sering mengalami hot flash, yang
menyebabkan akiran darah ke kulit terutama pada wajah leher, dan dada.
Memerah adalah respons yang serupa.
Melepaskan penyumbatan
Hyperemia dapat terjadi setelah iskemia, yaitu aliran darah yang buruk ke
organ. Setelah iskemia diobati, darah mengalir ke daerah tersebut.
Hyperemia pasif terjadi ketika darah tidak dapat mengakir dengan baik dari
organn dan mulai menumpuk di pembuluh darah.
Penyebab hyperemia pasif meliputi :
Gagal jantung atau gagal ventrikel
Ventrikel kanan atau ventrikel kiri adalh dua ruang pompa jantung utama.
Ventrikel kanan mempompa darah ke paru-paru dan ventikrl kiri mempompa
darah yang kaya oksigen ke tubuh. Ketika jantung tidak bisa berdetak dengan
cukup baik untuk mendorong darah ke seluruh tubuh, darah mulai kembali.
Cadangan ini menyebabkan pembengkakan atau kemacetan di organ-orgaan
seperti limfa, hati, paru-paru dan ginjal.
Trombosis vena dalam (DVT) . DVT disebabkan oleh gumpalan di salah satu
vena dalam - seringkali di kaki bagian bawah. Gumpalan itu bisa lepas dan
tersangkut dalam vena di paru-paru Anda, yang disebut emboli paru.
Trombosis vena hepatik (HVT) , juga disebut sindrom Budd-Chiari. HVT
adalah penyumbatan di pembuluh darah hati yang disebabkan oleh bekuan
darah.
9
2.5 Manifestasi Klinik
Gejala utama hyperemia adalah:
Hiperemia bisa mengubah jaringan di daerah yang terkena. Orang dengan
hiperemia aktif mungkin memperhatikan satu atau lebih dari gejala berikut:
Berwarna merah terang
Daerah yang terkena terasa hangat untuk disentuh
Pembengkakan
Mudah merasakan denyut nadi
Hiperemia pasif mempengaruhi jaringan secara berbeda dan memiliki gejala
berikut:
Warnanya biru tua atau merah
Bengkak
Lebih dingin dari biasanya untuk disentuh
Dalam kasus kronis, berwarna coklat
2.6 Komplikasi
Jenis hiperemia yang dimiliki seseorang akan menentukan jenis komplikasi apa yang
mungkin terjadi, yaitu :
Hiperaktif aktif lokal akut bisa menjadi tanda peradangan.
Hiperemia pasif lokal akut bisa disebabkan oleh torsi usus atau rahim. Hyperemia
pasif lokal kronis dapat mengindikasikan bahwa tumor atau abses berkembang di
dalam tubuh.
Hiperemia pasif, atau kemacetan, terkait dengan masalah jantung dan akan
mempengaruhi organ yang berbeda dalam tubuh tergantung pada bagian jantung
mana yang terkena.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan hiperemia akan fokus pada penyebabnya, yaitu :
Hiperemia aktif biasanya tidak perlu ditangani, karena ini adalah respons
fisiologis terhadap aktivitas seperti latihan fisik dan akan membaik dengan
sendirinya.
Hiperemia pasif, bagaimanapun, disebabkan oleh kondisi lain yang perlu diobati.
Obat untuk penyebab hiperemia dapat meliputi:
10
Beta-blocker untuk menurunkan tekanan darah
Digoxin untuk menguatkan detak jantung
Pengencer darah
Perawatan yang dapat dilakukan seperti :
Diet jantung sehat
Olahraga
Penurunan berat badan, jika kelebihan berat badan
2.8 Pencegahan
Hiperemia pasif berhubungan erat dengan gagal jantung. Ada beberapa perubahan
gaya hidup yang dapat dilakukan orang untuk menghindari hal ini:
Mengonsumsi diet sehat jantung
Berolahraga secara teratur
Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan
11
b. Klasifikasi
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
1) Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial
ekstremitas bawah
2) Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda
dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp
edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
c. Etiologi
1. Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh vena yang menyebabkan
pembuluh vena melemah dan tak sanggup mengalirkan darah ke jantung
sebagaimana mestinya. Aliran darah dari kaki ke jantung sangat melawan
gravitasi bumi, karena itu pembuluh darah harus kuat, begitu juga dengan
dinamisasi otot disekitarnya.
2. Rusaknya katup pembuluh vena, padahal katup atau klep ini bertugas menahan
darah yang mengalir ke jantung agar tidak keluar kembali. Katup yang rusak
membuat darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang
mengganggu aliran darah.
d. Pemicu varises
1) Faktor keturunan Varises biasanya terjadi saat dewasa akibat perubahan
hormon dan bertambahnya berat badan. Varises yang terjadi di usia muda,
kemungkinan besar disebabkan faktor keturunan Selain itu, faktor keturunan
juga memegang peranan, biasanya varises di kalangan remaja terjadi karena
anggota keluarga lain juga ada yang menderita penyakit tersebut. Penyebab
varises ini tampaknya karena dinding pembuluh yang tipis atau tidak
terbentuknya klep. Faktor lain adalah berat badan yang menyebabkan beban
kaki lebih berat dan tekanan darah vena di tungkai meningkat.
2) Kehamilan
Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil
yang kaki semakin terbebani, akibatnya aliran darah dari kaki, tungkai,
pangkal paha dan perut bagian bawah pun terhambat.
12
3) Kurang Bergerak Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan
otot sekitar pembuluh darah vena tidak mampu memompa darah secara
maksimal.
4) Merokok Kandungan zat berbahaya dalam rokok membuat pembuluh darah
menjadi kaku dan terjadi penyempitan, sehingga dinding pembuluh tidak
elastis lagi.
5) Terlalu banyak berdiri Berdiri terlalu lama membuat kaki terlalu berat
menahan tubuh dan memperparah beban kerja pembuluh vena dalam
mengalirkan darah. posisi berdiri lama menambah tekanan pada vena di
tungkai, sehingga otot kaki harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan
darah ke atas. Bila profesi Anda mengharuskan banyak berdiri, usahakan
untuk tidak berdiri dengan posisi statis (diam), tapi tetap bergerak. Misalnya
dengan berjalan di tempat, agar otot tungkai dapat terus bekerja memompa
darah ke jantung. Jadi, bagi Anda yang berprofesi sebagai guru atau dosen
harus berhati-hati karena merupakan faktor predisposisi.
6) Menderita kolesterol tinggi dan kencing manis Kedua jenis penyakit ini
berhubungan erat dengan masalah peredaran darah, kelainan pembuluh darah
dan kegemukan yang memicu terjadinya varises.
7) Memakai sepatu hak tinggi Hak sepatu yang terlalu tinggi membuat gerak
otot tumit yang berfungsi membantu kerja pembuluh darah, menjadi tidak
maksimal.
13
6) Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang
tampak urat kebiru-biruan dan berkelok-kelok. Keadaan ini merupakan gejala
varises kronis.
7) Apabila dibiarkan berlarut-larut dapat terjadi komplikasi mulai dari
pembengkakan tungkai atau kaki, kelainan kulit, eksema, dan terbentuk
koreng (tukak) di sekitar pergelangan kaki. Sekitar tukak, warna kulit menjadi
lebih gelap dari sekitarnya (pigmentasi).
8) Komplikasi yang paling berbahaya (walaupun ini sangat jarang) adalah
terbentuknya endapan darah (emboli) yang dapat terbawa kemana-mana dan
bisa menyumbat pembuluh pada organ lain seperti ginjal, hati, lambung.
Apabila memasuki aliran darah di paru dapat menyebabkan kematian
g. Penatalaksanaan
Konservatif, simtomatik dan nonoperatif :
Menghindari berdiri dalam waktu yang lama
penurunan berat badan dan aktivitas otot seperti berjalan
Penggunaan kaos penyokong ringan yang nyaman, Pemasangan stocking
elastis yang pas karena obliterasi vena superficial (vena safena mmana)
Konservatif :
Obat Venoruton (Gol hydroxyl Rutoside) 600 mg/hari minimal 2 minggu
Skleroterapi (tak dipakai lagi)
Lokal antiphlogistikum (Zinc Zalf (Pasta LAssar)
Operatif :
Terapi bedah :
Stripping vena saphena (V. shapena magna, v. saphena psotrior, dan v,
saphena parva) dengan menggunakan alat stripper (vena dikeluarkan)
Ligasi VV kommunikans yaitu tempat-tempat di mana diperiksa ada
kebocoran, diikat dan dipotong.
Ekstraksi (Babcock) dengan sayatan kecil-kecil vena-vena yang berkelok
dicabut keluar.Ligasi, Stripping dan Ekstraski Babcock.
14
BAB III
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1),
dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan
simtomatik pada waktu kehamilan.
b. Alasan masuk rumah sakit
Kosmetik, gejala simtomatik lainnya seperti : kelelahan dan sensasi berat, kram,
nyeri , odema, Perdarahan spontan/akibat trauma dan Hiperpigmentasi
c. Riwayat atau factor-faktor resiko :
1. kelemahan congenital/tidak adanya katup
2. Pekerjaan yang nmengharuskan berdiri/duduk dalam waktu lama tanpa
kontrasi otot intermettentrauma langsung ke katup vena perforantes
3. kehamilan atau kelainan hormonal
4. riwayat keluarga dengan varises vena
a. Kaji derajat dan tipe nyeri.
Tingkat aktivitas, gangguan pergerakan: penyebab, tanda-tanda, gejala dan efek
dari gangguan pergerakan.
b. Kaji kualitas denyut perifer.
Perubahan suhu pada kedua tungkai bawah. Periksa adanya edema dan derajat
edema terutama pada kedua tungkai bawah.
c. Kaji status nutrisi.
Riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan.
15
3.3 Intervensi
1. Nyeri b.d iskemia jaringan sekunder.
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri. Catat perilaku Derajat nyeri secara langsung
melindungi ekstremitas berhubungan dengan luasnya
kekurangan sirkulasi, proses inflamasi.
Pertahankan tirah baring selama fase Menurunkan ketidaknyamanan
akut sehubungan dengan kontraksi otot dan
gerakan.
Tinggikan ekstremitas yang sakit Mendorong aliran balik vena untuk
memudahkan sirkulasi, menurunkan
pembentukan statis
Dorong pasien untuk sering mengubah Menurunkan/mencegah kelemahan otot,
posisi membantu meminimalkan spasme otot.
Kolaborasi pemberian obat sesuai Mengurangi nyeri dan menurunkan
indikasi. ketegangan otot.
16
embolus.
Bantu untuk latihan rentang gerak Meningkatkan sirkulasi jaringan,
pasif atau aktif. mencegah stasis.
Lakukan kompres hangat, basah atau Meningkatkan vasodilatasi dan aliran
panas pada ekstremitas yang sakit bila balik vena dan perbaikan edema lokal.
diindikasikan
17
makanan yang menarik untuk pasien. energi
Berikan diet tinggi kalori/protein Membantu memenuhi kebutuhan
dengan tambahan vitamin metabolisme, mempertahankan berat
badan dan regenerasi jaringan
Anjurkan pembatasan aktivitas selama Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
fase akut. mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
Konsul dengan ahli diet. Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi
pasien dalam perubahan pencernaan dan
fungsi usus
18
kan perawatan dan membuat jadwal harga diri, mendorong kemandirian dan
aktivitas partisipasi dalam terapi.
3.4 Implementasi
Tindakan yang diberikan pada klien preoperasi, intraoperasi dan paska operasi
berbeda-beda sesuai tingkat pengalaman pembedahan masa lalu, umur, jenis operasi
serta koping mekanismenya, sehingga dalam penanganannya dari segi perawatan
perlu dimodifikasi sesuai dengan masalah dan sumber pendukung dan pemecahan
masalah.
3.5 Intervensi
1. Nyeri hilang atau terkontrol.
2. Mempertahankan integritas kulit.
3. Menunjukkan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
4. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan
berat badan.
5. Peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hyperemia biasa disebut juga kongestif yaitu keadaan dimana terdapat darah
secara berlebihan di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Atau juga biasa
dikatakan adanya peningkatan volume darah pada jaringan atau bagian tubuh yang
mengalami proses patologik.
Hyperemia ini dibagi menjadi dua bagian, diantaranya yaitu kongesti aktif
Yang berarti lebih banyak darah yang mengalir kedalam daerah itu daripada biasanya,
dan hyperemia pasif yang tidak menyangkut tentang kenaikan jumlah darah yang
mengalir kesuatu daerah, tetapi lebih merupakan suatu gangguan aliran darah dari
daerah itu. (hyperemia pasif akut dan hyperemia pasif kronis).
Hyperemia pasif akut adalah dapat berlangsung sebentar saja, dan tidak ada
pengaruh pada jaringan yang bersangkutan. Dan hyperemia pasif kronis adalah dapat
berlangsung lama dan ada pengaruhnya pada jaringan yang bersangkutan, serta terdapat
perubahan-perubahan yang permanent dalan jaringan
Cntoh kasus hyperemia salah satunya adalah Varises. Varises merupakan suatu
manifestasi yang dari sindrom insufiensi vena dimana pada sindrom ini aliran darah
dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik menuju tungkai yang
kemudian mengalami hyperemia.
20
DAFTAR PUSTAKA
Tamher, Sayuti, dan Heryati, 2008. Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Trans Info Media
Kumar, V., Cotran RS, Robbins SL. 2007. Pembuluh Darah, Vena Varikosa. Jakarta: EGC
21