Anda di halaman 1dari 16

Sekilas Epistemologi

Filsafat Islam
Filsafat Ilmu
Agung Setiawan S, M.Hum
Kenapa penting untuk dibahas?
1. karakteristik keilmuan nya secara epistemologis merupakan
derivasi/turunan langsung dari filsafat yunani
2. karakteristik ontologis dan kebenaran ilmiah nya bersumber langsung
pada keyakinan yang sifatnya adiilmiah. Dalam hal ini Alquran dan hadist
3. terjadi elaborasi sesuai antara konsep ontologis filsafat yunani dengan
ontologis keislaman. Misalnya konsep dunia idea plato dan konsep
tentang surga dan tuhan.
4. pengarsipan teks filosofis yunani yang massif sifatnya (hunain bin ishaq
dan bait al hikmah)
5. memunculkan banyak ilmuwan di bidang keilmuan yang baru beserta
teknologi yang bermanfaat hingga sekarang
6. konteks kejatuhan iskandariyah dan munculnya abad pertengahan,
kekuasaan bani abbas.
Perbedaan mendasar filsafat yunani dan
filsafat islam
1. yunani: kebijaksanaan (sophie) yang berupa kebahagiaan (eudaimonia) dimulai
dari kegiatan berfikir dan bertanya tentang keutamaan (arete) melalui fasilitas
logika/ruh (nous) berujung pada pemahaman terhadap manusia. (aspek
performatif ke normatif) (antroposentrisme)
Dengan metode rasional dialektik, kritis, radikal, sistematis
Dibangun dari Alam (pemikiran thales) ke Manusia (pemikiran socrates)
Berposisi bebas nilai dan objektif
2. islam: dimulai dari kegiatan meyakini dan mengamalkan Al quran dan hadist
(terkait ayat kauniyah dan qauliyah) berlanjut pada analisa logis(aql fa’al) berujung
pada pemahaman terhadap Allah (aspek normatif ke performatif) (teosentrisme)
Dengan metode rasional transendental
Dibangun dari Tuhan (filsafat kenabian Muhammad) ke relasi sosial (pemikiran al
farabi)
Berposisi terpaut nilai keimanan
Elaborasi pemikiran plato dan aristoteles
dalam konteks filsafat islam
Plato
1. syarat-syarat pengetahuan (thaetetus, cratylus, sophistes
dan parmenides) menjadi al fihrist karangan ibn an nadim
dan tarikh al hukama karangan al-Qafti
2. tentang fisika (timaeus) menjadi fin nafs karangan ibn sina
3. Tentang cinta dan akhlak (phaedo dan phaedrus)
4. Tentang politik (politicus)
5. al isyraqi (hikmah al israq) – Suhrawardi
6. Neo-platonisme menjadi ikhwan al shafa dalam tradisi
tasawuf
Aristotles (organon)
1. Buku categoriae tentang kategori modalitas keilmuan
menjadi al maqulat
2. Buku interpretatione terkait tafsir dikenal dengan pori
armenias
3. Buku analitica priora terkait qiyas
4. Buku analitica posteriora tentang pembuktian ilmiah
5. Buku topica berisi dialektika
6. Buku logika ( al manthiq) berisi juga rhetorica (pidato) dan
poetica (syair)
7. Konteks politik kenegaraan Al Farabi
Studi Epistemologi Burhani (rasionalisme)
Sistem pengetahuan demonstratif berdasarkan pada penalaran
silogisme
Penggalian premis-premis yang menghasilkan kesimpulan
Akal terlepas dari doxa dan langsung bisa menjadi axioma
karena ada dua hal (abed al jabiri):
1. Nalar pembentuk (al aql al mukawwin atau al aql al fa’al (aktif))
universal, argumentatif, dialektik, kausal, logis, aktivitas akal
menuju pengetahuan (*epistemologis)
2. Nalar terbentuk (al aql al mukawwan)
partikular, terkait lingkungan adat dan tradisi, normatif,
keyakinan, aktivitas moral menuju kebaikan (*axiologis)
Silogisme Aristotelian (logika) menuju pengetahuan deduktif
sahih atau tidak suatu premis axioma menjadi pengetahuan
Al kindi dan diskursus burhani (penyatu kebenaran agama
dan kebenaran rasional). Al farabi meneruskan ide ini
Terlepas dari pembuktian (dikritik oleh francis bacon novum
organum nya melalui metode induksi-empiris)
Metode non-demonstatif lainnya
1. Dialektika = pertanyaan dan jawaban (jadaliyah)
2. Sophistik = analogis dan negasi
3. Retorik = persuasi dan efek sosial (igna’iyah)
4. Poetik = perumpamaan metaforis
Penalaran kelas dan penalaran proposisional
(Aristotelian)
Penalaran kelas berdasar pada term Subjek dan term
Predikat, dan term Menengah. Tergantung sifat dari
besaran kelompok dan anggota nya dalam satuan
singular, parikular dan universal dan tergantung sifat dari
penghubung nya yaitu afirmasi atau negasi
Term menengah digunakan pada penalaran tidak
langsung, nilai pengesahan kebenaran nya berada pada
silogisme kategoris, dikategorisasi melalui kelompok
himpunan A, I, E, O
Ilmu = mencari penyebab = kausalitas
Penyebab efisien = menjalankan kejadian
Penyebab final = tujuan kejadian
Penyebab material = bahan kejadian
Penyebab formal = bentuk yang menyusun kejadian
Penyebab utama = prima causa = unmove mover =
tuhan
Terkait ketetapan dan ketepatan premis
dalam metode burhani
Akal suci yang dimiliki oleh nabi muhammad, mengakses langsung
kebenaran dari Wahyu
Akal aktif yang dimiliki manusia mengakses ayat qauliyah dan diteliti
melalui ayat kauniyah sehingga memahami kebenaran
Kepastian (yaqin) dimulai dari ketetapan pembacaan dan interpretasi
(hermeneutika/*penafsiran) berlanjut ke metode burhani (dialektika
dan logika) menuju ke refleksi kritis (fenomenologis)
1. Pemikiran irfani (tasawuf)dari refleksi kritis menuju ke penyatuan
(eksistensial menjadi esensial)
2. Pikiran akan sejalan dengan lisan dan tindakan
3. Akal potensial – akal nyata –akal limpahan – ilham.
4. Ilham = kembali ke cahaya ilahi
Sekilas epistemologi islam
Burhani Bayani Irfani
Kebenaran proposisi dan Otoritas teks/kalam kebenaran melalui
penalaran (qadliyah) pengalaman batin
mendalam
Proposisi universal Pengetahuan tekstual Intuisi (wijdaniyah)
aksiomatik (badhihi) (linguistik)
Pendekatan deduktif (al- Metode qiyas (analisa Manhaj kashfi (abduksi)
istinjaj) penalran untuk teks dan penalaran untuk dan manhaj iktishafi
observasi dan verifikasi justifikasi (analogi)
Validitas realitas dengan Validitas realitas dengan Vailiditas realitas dengan
logika (al-mantiq) teks makrifat
Kauniyah, aqliyah Ushl fiqh, qauliyah transendental
Aristotelian Al Quran dan Hadist Neo platonisme
Filosof Teolog Sufi
Avveroisme (ibn rusyd)
Dalil al inayah (argumentasi kosmologis bahwa Allah adalah pendesain dan
yang merancang keteraturan semesta
Muhdatz azali (argumentasi ontologis bahwa Allah adalah penggerak utam
yang tidak disebabkan)
Maqashid al syari (argumentasi epistemologis rasionalisme untuk konstruksi
syariah)
Sabbabiyah (argumentasi kausalitas pada ayat kauniyah yang ada di ayat
qauliyah)
Akal tidak boleh diragukan karena merupakan fasilitas mencapai tuhan
(berkebalikan dari doktrin katolik abad pertengahan
Pendekatan ilmiah-rasionalisme/burhani dalam 3 aspek syariah:
1. Tradisi kalam
2. Tradisi fikih
3. Tradisi tasawuf
Sains perspektif islam
Bersifat integral holistik ( tidak ada dikotomi material dan
spiritual, profan dan sakral)
Holistik: eksperimental (bayani) – intelektual (burhani) –
spiritual (irfani)
Integral: dinamisasi ketiga proses
Konsekuensi axiologis dalam konsistensi nalar dan iman.
Terkait ayat kauniyah yang dibakukan dalam ayat qauliyah
(ontologi nya bermain di tataran simbolik layaknya matematika,
pembahasan analogis alam juga bermakna metafisik, misalnya
burung menyimbolkan jiwa dsb)
Refleksi tauhidistik (dimensi fenomena bergantung pada dimensi
noumena)
Fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan
Manusia: kecakapan jiwa + gerak (harakah) + indera
Teknologi : ekstensi keterbatasan indera manusia
Sains dan saint: sains dan kenabian
1. indera-indera eksternal (material/substantif): untuk
observasi dan eksperimen – fakta empiris dan data
informasi
2. Intelek dan akhlak yang tidak terkotori oleh sifat buruk
dan fantasi (formal/ eksisten): untuk verifikasi dan analisa
sinkronisasi data dengan interpretasi makna
3. Wahyu (esensi) : saintly faculty, pemahaman mendalam,
epiphany tetap terlepas indera dan akal.
Aspek axiologis filsafat islam
1. Kewajiban syariah = kewajiban pengetahuan
2. Masyarakat madani vs bangsa perusak
3. Akal = iman
4. Untuk kemaslahatan umat dan kedamaian
5. Sains for understanding dan bukan untuk
manipulasi
6. Sacred science ketimbang secular science
“Selayaknya kita tidak perlu malu mengakui sebuah kebaikan dan
mengambilnya dari mana pun datangnya, sekalipun datang dari orang
yang jauh dan berbeda dari kita, karena ridak ada yang lebih utama dari
mencari kebenaran kecuali kebenaran itu sendiri”
Al Kindi

“Sebuah masyarakat yang mencampakkan kekayaan filsafat nya berarti


membiarkan dirinya dalam bahaya kelaparan akan ide-ide segar, telah
melakukan bunuh diri intelektual”
Fazlur Rahman

“filsafat merupakan kawan akrab syariat”


Ibnu rusyd

Anda mungkin juga menyukai